Minggu 17 November 2019, Khotbah Kisah Para Rasul 16:25-34
Invocation :
Mazmur 103:17, Tetapi kasih setia Tuhan dari selama-lamanya sampai selama-lamanya atas orang-orang yang takut akan Dia, dan keadilanNya bagi anak cucu.
Bacaan :
Ulangan 12:1-7
Tema :
Keluarga yang percaya akan senantiasa bergembira
Pendahuluan
Dapat dikatakan bahwa keluarga merupakan bagian dari rencana Allah untuk menghadirkan keselamatan dan kebahagian bagi umat manusia. Karena itu manusia pertama langsung dipersatukan dalam ikatan keluarga, Adam dan Hawa diberkati sebagai suami istri.Untuk menghadirkan keselamatan (kerajaan Allah) di dunia makagerejamelakukan pemembinaan terhadap jemaat juga dilakukan dalam lingkup kekeluargaan. Demikian juga Persekutuan dalam gereja terdiri dari keluarga-keluarga Kristen. Keluarga Kristenadalah persekutuan ayah, ibu, dan anak-anak yang telah percaya dan menerima Yesus Kristus sebagai Tuhan dan juruselamatnya dan meneladani serta menjalankan ajaran Tuhan dalam kehidupannya sehari-hari. Sehingga keluarga juga dapat disebut sebagai miniature gereja.
Pembahasan
Mazmur 103 mengungkapkan rasa syukur dan pujian kepada Tuhan atas keuntungan dan berkat yang telah dilimpahkanNya atas umat yang percaya padaNya. Bahwa kasih setia Tuhan untuk selama-lamanya artinya kasihNya lebih dari hidup itu sendiri, karena hidup manusia ada batasnya, bahkan bisa diartikan kasih Tuhan melampaui hidup manusia yang hanya seperti rumput (ay 15). Bagi orang yang takut akan Tuhan, berlaku janji keselamatan dan keadilan Tuhan bahkan akan terus berlaku juga bagi anak dan cucunya. Bisa disimpulkan bahwa kasih Tuhan tak berkesudahan bagi keluarga yang takut akan Dia (baca: mengasihi Tuhan).
Bangsa Israel menerima ketetapan dari Tuhan untuk memusnahkan tempat peribadatan bangsa-bangsa terdahulu yang mereka dapati di tanah perjanjian. Hal ini tentu saja dilatar belakangi oleh perjalanan hidup bangsa Israel sendiri yang dapat dengan mudahnya tergoda untuk menyembah ilah-ilah lain. Untuk menghindarkan bangsa Israel dari penyembahan terhadap ilah-ilah lain di tanah Kanaan,selain peribadahan dalam dalam rumah tangga (Ul 6:7,20) maka disepakatilah pemusatan peribadahan bagi mereka. Dalam ayat 5 disebutkan bahwa Allah sendirilah yang akan memilih tempat tersebut dan hanya ketempat tersebutlah mereka dapat membawa segala persembahan mereka (ay 6), tempat ini kemudian kita kenal dengan bait suci di Yerusalem. Tujuan dari pemusatan ibadah ini adalah untuk mencegah setiap orang melakukan ibadah dan tindakan menurut keinginan dan pandangannya masing-masing ditanah baru mereka tempati (ay 8-9). Tempat ibadah tersebut juga memiliki fungsi social, seperti yang dicatatkan dalam ayat 7, yaitu sebagai tempat keluarga (kamu dan seisi rumahmu) untuk bersukaria dihadapan Tuhan. Sukaria keluarga tersebut diekspresikan dengan acara makan bersama (miriplah dengan orang Karo yang juga selalu mengekspresikan sukacitanya dengan makan bersama).Alasan untuk bersukaria tersebut adalah karena keluarga telah menerima berkat Tuhan dalam segala usahanya. Sehingga keluarga yang bahagia adalah keluarga yang senantiasa mengucap syukur, pertama-tama syukur atas keselamatan yang Tuhan berikan kemudian syukur karena berkat melimpah yang diterima setiap harinya.
Paulus dan Silas mengalami penderitaan di penjara, kaki terbelenggu dan tubuh mereka terluka karena di dera/ dicambuk (ay 22-24), hukuman ini dijatuhkan karena mereka dianggap bersalah ketika mengabarkan Injil diantara masyarakat dikota Filipi, ada kelompok yang merasa dirugikan dan menuduh Paulus dan Silas mengacau kota dengan mengajarkan adat-istiadat Yahudi (ay19-21). Namun ditengah penderitaan fisik ini pun mereka senantiasa berdoa dan menyanyikan puji-pujian kepada Allah, yang mereka lakukan adalah mengucap syukur dalam penderitaan. Doa dan pujian didengar oleh tahanan lain bahkan kemudia mendatangkan gempa hebat yang mengakibatkan:Sendi-sendi penjara goyah; Seketika terbukalah semua pintu; Terlepaslah belenggu mereka; Kepala penjara terjaga dari tidurnya (kepala penjara yang tadinya membelenggu kaki Paulus dan Silas). Kondisi ini membuat kepala penjara berpikir bahwa seluruh orang hukuman telah melarikan diri, dan bukannya mencoba mengejar atau pun meminta tolong untuk mencari orang-orang hukuman yang dikiranya sudah lari malahan dia menghunus pedangnya untuk tujuan membunuh diri sendiri.Mengapa seseorang mau membunuh diri sendiri? Menurut hellosehat.com penyebabnya adalah karena depresi, sikap impulsive (melakukan sesuatu berdasarkan dorongan hati), masalah social (dikucilkan/ bullying), filosofi kematian (mereka melihat tidak ada peluang untuk hidup), dan sakit mental. Dan saya kira kita sepakat bahwa kegembiraan ditengah keluarga akan menjauhkan anggota keluarga dari keinginan/ pikiran untuk bunuh diri.Mungkin rasa takut atas akibat dari kejadian gempa hebat,karena tahanan yang menjadi tanggung jawabnya dianggapnya sudah melarikan diri membuat kepala penjara mengambil keputusan instan tersebut.
Kita bisa saja beropini tentang penyebab kepala penjara tersebut ingin bunuh diri namun satu-satunya persoalan yang ditanyakannya kepada Paulus dan Silas adalah tentang keselamatannya. Katanya “Tuan-tuan, apakah yang harus aku perbuat, supaya aku selamat?” dan jawaban yang diterimanya “Percayalah kepada Tuhan Yesus Kristus dan engkau akan selamat, engkau dan seisi rumahmu”. Keinginannya untuk tetap hidup menjadi jalan masuk bagi Paulus dan Silas memperkanlakan Juru Selamat. Peristiwa gempa hebat dipenjara akhirnya bukan semata untuk membebaskan Paulus dan Silas tapi untuk mendatangkan keselamatan bagi kepala penjara dan keluarganya. Maka Injil diberitakan kepada kepala penjara dan semua orang yang ada dirumahnya, sekeluarga menjadi percaya dan memberi diri untuk dibabtis. Ayat 34, kembali kita bertemu dengan keluarga yang bergembira karena lawatan Tuhan dalam hidupnya dan ekspresi sukacita itu dilakukan dengan makan bersama.
Kesimpulan
1. Secara sederhana kesimpulan pertama dari Firman Tuhan diatasmaka haruslah mengadakan quality time bersama keluarga sangat penting dan yang dimaksud adalah dalam bentuk makan bersama.
2. Keselamatanoleh Tuhan Yesus yang di terima akan mengubahkan hidup sekeluarga dan juga memampukan kita untuk hidup penuh rasa syukur bersama keluarga yang Tuhan anugrahkan.
3. Keluarga yang percaya kepada Tuhan Yesus Kristus akan menjadi bagian dari keluarga Kerajaan Allah, bagian dari tubuh Kristus di dunia ini.
4. Sukacita ditengah keluarga bukanlah hal yang datang dari pencapaian dunia tapi karena seluruh keluarga memiliki iman percaya kepada Tuhan Yesus.
5. Kedekatan dan kebersamaan dalam keluarga akan menghindarkan anggota keluarga dari depresi dan pengaruh buruk/ negatif lingkungan dan teknologi.
Pdt. Erlikasna Purba
Runggun Denpasar
Minggu 27 Oktober 2019, Khotbah I Tawarikh 16:19-27
Invocatio :
Dan ia telah menugaskan kami memberitahukan kepada seluruh bangsa dan bersaksi, Bahwa Dialah yang ditentukan Allah menjadi hakim atas orang orang hidup dan orang orang mati. (Kis 10:24)
Bacaan :
Roma 15:15–21 (R)
Tema :
Beritakanlah perbuatan Allah yang besar
I. Pendahuluan
Sudah sepantasnya kita tidak boleh berdiam diri lagi karena telah menyaksikan karya Tuhan Allah yang Maha Agung. Tindakan dan perbuatan Tuhan yang besar itu menjadi bukti Dia berkuasa dan Maha Agung. Tidak ada sesuatu di dunia ini yang besar yang dapat menandingi Dia. Berita tentang kemuliaan Tuhan yang memberikan sukacita buat semua orang dapat diungkapkan melalui pujian kepada Tuhan. Selain dari hal tersebut diatas, dari pengalaman hidup seseorang mendorong dia untuk menyaksikan perbuatan Allah yang dahsyat yang dapat diungkapkan dari nyanyian dan gaya hidupnya.Seperti yang diungkapkan dari teks khotbah 1 Taw 16 : 19 – 27 sebagai bentuk nyanyian pujian kepada Tuhan.
II. UraianNats
Kebahagiaan, keamanan dan kebebasan kita dari kekhawatiran tergantung kepada rasa terimakasi kita kepada Allah dan ketekunan kita dalam mencari wajahNya setiap hari (1 Taw 16:8-11) orang yang terus menerus berseru kepada Tuhan dengan ucapan syukur dapat memiliki keyakinan bahwa ia akan berjalan disamping mereka dan senantiasa memberikan pertolongan sepanjang hidup mereka (Maz 46:2)
Kisah sejarah yang terdapat dalam 1 Tawarikh ditulis dengan satu tujuan tertentu, tidak hanya mencatat fakta fakta sejarah, tetapi menemukan arti dari apa yang terjadi 1 Taw , merupakan kitab sejarah yang ditulis menurut pandangan Tuhan. Kitab ini ditulis pada waktu umat Allah hidup dalam lingkungan yang bersifat sangat duniawi. Negeri mereka telah hancur karena perang akibatnya banyak dari mereka yang runtuh imannya. Mereka tidak dapat lagi melihat campur tangan Allah dalam masalah masalah mereka.
1 Taw 16 : 19 – 27 , adalah penggalan puji pujian yang diubah dari kitab Mazmur 105 : 1 – 15 dan 96 : 1-13 yang isinya bagaimana janji Tuhan memberikan tanah kepada bangsaNya. 1 Kronika juga menerangkan bagaimana Daud menghadapi pergumulan berat, dan menerangkan kemenangannya dalam peperangan.Pengalaman hidup bersama Tuhan dikuatkan dari sejarah pemilihan dan penebusan bangsa Israel.Bangsa Israel (Keturunan Abraham, Ishak dan Yakub) adalah bangsa yang kecil di lingkungan bangsa bangsa dimana mereka jadi budak (asing). Tapi janji Tuhan terhadap bangsa ini tetap akan memberikan tanah perjanjian sebagai tempat tinggal, dan bangsa ini akan menjadi satu bangsa yang besar di tanah Kanaan. Tuhan akan menjaga, menyertai, dan memberkati bangsa Israel. Pengalaman sejarah inilah yang dituangkan dalam puji pujian dalam perikop tersebut.
Melalui puji pujian inilah bangsa Israel mengumandangkan perbuatan dan penyertaan Tuhan yang besar. Perbuatan Tuhan yang mereka beritakan adalah Tuhan sudah memberikan keselamatan sepanjang sejarah bangsa Israel, penyertaan Tuhan terhadap nenek moyang mereka (Abraham, Ishak dan Yakub). Menyertai bangsa ini di tanah mesir. Penyertan dari Mesir sampai ke Tanah Kanaan begitu juga di masa pembuangan di Babel hingga mereka kembali ke Yerusalem.
III. Aplikasi
Menyatakan perbuatan Allah yang besar. Hal inilah yang dinyatakan dan dilakukan Raja Daud dan bukan hanya secara pribadi dia menyatakan perbuatan Allah yang besar, tetapi Daud menghimbau agar bangsa Israel juga menyatakan, memberitakan, bahkan mengumandangkan penyertaan Tuhan dalam kehidupan mereka. Sama seperti Petrus dan Rasul Rasul yang lainnya disuruh untuk memberitakan/menyatakan menyaksikan perbuatan perbuatan Tuhan yang ajaib dan berkuasa didalam diri Tuhan Yesus (Invocatio : Kis 10:42). Paulus juga sangat pro aktif didalam menyaksikan karya Tuhan baik kepada Yahudi dan non Yahudi, bahkan ke seluruh dunia (Bacaan Roma 15:15-21).
Minggu ini adalah minggu zending GBKP dimana jemaat diingatkan kembali agar tidak berhenti untuk menyatakan kebaikan Tuhan dalam hidupnya. Terlebih bagi perjalanan sejarah GBKP hingga kini, bahwa Tuhan itu sangat amat baik menyertai perjalanan GBKP dari awal hingga sampai sekarang dan seterusnya. Kumandangkanlah hal yang demikian kepada keluarga, anak dan cucu agar mereka mengerti dan dapat lebih memuliakan Tuhan dalam hidupnya dan mereka mampu menceritakan kemuliaan Tuhan dan perbuatanNya dahsyat dan agunh (Tema) sampai selama lamanya .....
Pdt Neni Triana Sitepu
Runggun Cisalak
Minggu 20 Oktober 2019, Khotbah Roma 16:1-5a
Invocatio :
Anak-anaknya bangun, dan menyebutnya berbahagia, pula suaminya memuji dia (Amsal 31:28)
Bacaan :
Rut 2:1-3
Thema :
Membantu Dari Pekerjaan
I. Pendahuluan
Membantu adalah salah satu perbuatan yang diberikan kepada orang lain untun mengurangi beban orang itu. Kesulitan dan kelemahan adalah bagian kehidupan manusia, sebab dalam satu hari bisa beberapa kali seseorang itu terkena masalah dan memerlukan pertolongan dari orang lain. Berdasarkan itu semua manusia harus bisa jadi penolong, di mana pun dan kapan pun berdasarkan pemberian Tuhan yang ada pada dirinya. Jadi, menolong adalah salah satu jati diri, ciri khas orang percaya.
II. Isi
Bahan invocatio kita mengatakan, “anak-anaknya bangun, dan menyebutnya berbahagia” (ay. 28a). Kata kerja Ibrani yang dipergunakan untuk kata “bangun” juga dipergunakan dalam Yeremia 1:17; 1 Tawarikh 28:2; 2 Tawarikh 30:27. Anak-anaknya bangun, berdiri dengan sikap penuh hormat untuk memuji ibunya, mereka menyebutnya orang yang berbahagia karena mendapat berkat dari Tuhan. Sikap bangun atau berdiri yang dikemukakan dalam ayat ini biasanya dilakukan dalam rangka membuat suatu pernyataan penting (Mi. 6:1; Yer. 1:17; 1 Taw. 28:2; 2 Taw. 300:27). Arti harfiah dari kata-kata Ibrani untuk “menyebutnya berbahagia” adalah “menyebutnya orang yang diberkati”. Dia adalah orang yang diberkati Tuhan dalam pekerjaannya mendukung kebutuhan keluarga, dalam mendukung tugas suaminya, dalam pelayanannya kepada orang-orang miskin dan tertindas, dan khususnya dalam mendidik anak-anaknya. “... pula suaminya memuji dia” (ay. 28b) Istilah Ibrani yang dipergunakan untuk “memuji” yang biasa dipergunakan untuk menaikkan pujian kepada Tuhan. Pujian itu disampaikan dengan sungguh-sungguh seperti menyampaikan “pujaan”, tetapi bukan untuk menyembahnya, melainkan untuk menyampaikan rasa bangga dan kagum yang mendalam. Pujiannya disampaikan dalam Amsal 31:29, dia menilai istrinya yang cakap lebih daripada semua perempuan yang lain, termasuk yang lebih muda dari dirinya.
Bahan bacaan Rut 2:1-3 menceritaken tentang anugerah Allah dalam bentuk pemeliharaanNya dinyatakan dalam pasal 2 ini. Setidaknya untuk bertahan dan melanjutkan hidup Naomi dan Rut, Allah bekerja melalui 2 cara pemeliharaanNya, yaitu yang tidak terlihat maupun yang terlihat langsung. Disinilah letak keunikan Kitab Rut; dalam kitab ini Allah seakan-akan diam tak bekerja dengan cara yang ajaib mencarikan jalan keluar buat Naomi dan Rut. Allah tidak memberikan keajaiban seperti yang dilakukan kepada janda sarfat ataupun manna kepada orang Israel di padang gurun. Dengan cara yang tak terlihat Allah membawa Rut menjadi sarana bagi dirinya sendiri maupun Naomi, mertuanya untuk melanjutkan hidup mereka. Mungkin Naomi dan Rut tidak melihat bahwa waktu kedatangan mereka, hukum gleaning serta lokasi tempat Rut mencari bulir jelai, semuanya itu merupakan cara Allah memelihara mereka. Masuknya Naomi dan Rut ke Betlehem bersamaan dengan dimulainya panen jelai seakan menyiratkan harapan baru bahwa setidaknya mereka tidak akan menderita kelaparan lagi. Namun harapan itu akan menjadi sebuah keraguan mengingat Naomi dan Rut tidak memiliki ladang ataupun mata pencaharian yang akan pasti. Bersyukurlah, Allah telah lebih dahulu memberlakukan hukum gleaning pada orang Israel. Hukum gleaning adalah hukum yang mewajibkan para tuan tanah untuk tidak memetik hasil panen dan memberikan hak kepada orang miskin, janda, dan orang asing untuk memungut ceceran hasil panen yang entah tersisa/terjatuh (Im. 19:9-10; 23:22; Ul. 24:19-21). Dasar pemikiran Allah memberikan hukum ini adalah bahwa Allahlah pemilik tanah, bukan tuan tanah (Im. 25:23). Manusia (dalam hal ini tuan tanah) adalah penatalayan dari tanah yang dimiliki Allah dan predikat ini hanya berlaku selama manusia respek pada hukum Allah. Orang kaya memiliki tanggung jawab moral terhadap orang miskin.
Dalam usahanya melanjutkan hidup bagi dirinya sendiri serta Naomi, mertuanya, Rut mencari ladang tempat dia dapat memungut bulir jelai yang jatuh. Alkitab memakai satu kata yang menarik, “kebetulan” (miqreh) ketika Rut masuk ke salah satu ladang yang ternyata milik Boas. Kata ini mencakup tindakan atau peristiwa yang terjadi tanpa diketahui dan disengaja oleh orang yang terlibat di dalamnya. Dengan kata lain masuknya Rut ke sebuah ladang yang tidak diketahuinya merupakan sebuah skenario tersembunyi dari Allah yang mengatur semuanya. “Kebetulan” tersebut mencakup masuknya Rut ke ladang milik Boas yang ternyata (tidak diketahui oleh Rut) adalah kerabat (saudara jauh) Elimelekh, mertua laki-lakinya. Boas digambarkan sebagai orang yang kaya raya atau bisa dikatakan Boas adalah orang yang sangat berpengaruh di Betlehem. Apa maksud kata “kebetulan” dipakai di sini? Dalam 1 Samuel 6:9 kata “kebetulan” dipakai untuk menunjukkan sesuatu yang terjadi di luar rencana. Tetapi tidak demikian halnya dalam Kitab Rut. Semua yang terjadi atas Rut bukanlah sesuatu yang datang tanpa disangka. Allah telah mengatur semuanya. Dia sudah membawa Rut dari Moab ke Betlehem. Dia jugalah yang sekarang bertindak untuk menyelesaikan rencanaNya dengan wanita Moab ini. Dalam mata manusia, Rut “kebetulan” datang ke ladang Boas. Tetapi kita harus membaca ayat itu demikian: “Allah betul-betul membawa dia ke tempat di mana ia menjumpai Boas yang kelak menjadi penebusnya”.
Roma 16:1-5a yang menjadi bahan khotbah kita merupakan pasal terakhir dari surat Roma. Pasal ini dibagi menjadi tiga perikop oleh LAI, yaitu: salam, peringatan dan segala kemuliaan bagi Allah. Tiga perikop ini mungkin bisa diklasifikasikan sebagai: salam kepada saudara seiman dan sepelayanan dan ini yang menjadi penekanan dalam bahan khotbah kita (16:1-16, 21-24), peringatan akan bahaya perpecahan (16:17-20), dan salam terakhir Paulus (melalui Tertius) yang berisi penyingkapan kemuliaan Allah (16:25-27). Perikop pertama yang menjadi penekanan bahan khotbah kita adalah tentang salam kepada saudara seiman/sepelayanan itu disebutkan dan diberi salam bertujuan agar jemaat di Roma mengetahui siapa yang paling dihargai dan juga kepada siapa mereka harus mengikuti. Menarik sekali tafsiran ini. Dengan kata lain, melalui penyebutan nama-nama di dalam salamnya, Paulus ingin agar jemaat Roma mengenal orang-orang yang disebutkan dan mengikuti mereka. Di beberapa gereja Paulus memerintahkan perempuan untuk tidak mengambil peran kepemimpinan, mungkin karena menyebabkan masalah di sana. Febe adalah bukti bahwa ini bukan merupakan kebijakan universal. Paulus mengenal Febe sebagai diaken di gereja di Kenkrea, dekat Korintus. Itu adalah gelar lain yang digunakan Paulus untuk merujuk kepada pemimpin atas gereja. Paulus pernah memberikan Timotius nasihat ini: “Mereka juga harus diuji dahulu, baru ditetapkan dalam pelayanan itu setelah ternyata mereka tak bercacat” (1 Tim. 3:10). Paulus menyebut Febe sebagai saudara. “Saudara” ini bukan saudara secara jasmaniah, namun secara rohaniah. Lalu, apa pentingnya kata “saudara” ini? Pentingnya adalah Paulus menyebut Febe, seorang perempuan sebagai saudara seiman. Di dalam tradisi Yahudi, ada pemisahan antara pria dan wanita, bahkan di dalam ibadah. Paulus menerobos budaya Yahudi dengan pengertian integratif bahwa pria dan wanita itu sama di mata Tuhan dan di dalam persekutuan di dalam Kristus, meskipun masih ada perbedaan natur dan otoritas di antara keduanya. Paulus bukan mengingatkan jemaat Roma untuk memperhatikan orang-orang yang melayani di Roma, tetapi justru orang yang melayani di luar Roma, yaitu di daerah Korintus. Ini adalah suatu teladan bagi kita. Kita sering kali hanya memperhatikan para pelayan Tuhan di tempat kita berada, namun tidak memperhatikan para pelayan Tuhan di tempat lain atau bahkan di pelosok-pelosok daerah. Bukan hanya menganggap Febe sebagai saudara seiman dan pelayan Tuhan, Paulus mengingatkan jemaat Roma untuk menyambutnya dan memberikan bantuan kepadanya. Di ayat 2, ia berkata, “supaya kamu menyambut dia dalam Tuhan, sebagaimana seharusnya bagi orang-orang kudus, dan berikanlah kepadanya bantuan bila diperlukannya. Sebab ia sendiri telah memberikan bantuan kepada banyak orang, juga kepadaku sendiri”. Dari ayat ini, kita belajar dua point penting: pertama, menyambut saudara seiman di dalam Tuhan. Paulus mengingatkan jemaat Roma untuk menyambut Febe sebagai saudara seiman di dalam Tuhan, seperti seharusnya bagi orang-orang kudus. Berarti, seorang diaken bisa diidentikkan dengan orang kudus pada zaman itu, karena yang bisa menjadi diaken haruslah orang yang memelihara kekudusan. Dengan menerima dan menyambut saudara seiman di dalam Kristus, kita sedang membangun sebuah persekutuan yang indah di dalam Kristus yang mengakibatkan orang-orang di luar Kristen akan merasakan cinta kasih Kristus. Kedua, membantu saudara seiman jika diperlukan. Menyambut saudara seiman di dalam Tuhan bukan hanya ditandai dengan ucapan di mulut bibir kita saja, tetapi juga melalui perbuatan kita. Perbuatan itu ditandai dengan kerelaan kita membantu saudara seiman kita jika diperlukan.
Dalam dunia yang didominasi laki-laki, Priskila rupanya seorang perempuan yang menonjol, dibuktikan oleh fakta bahwa hampir tiap kali dia dan suaminya, Akwila , disebutkan di dalam Alkitab, namanya disebutkan lebih dulu. Mungkin karena ia memimpin pelayanan, sementara suaminya memimpin bisnis keluarga, yaitu membuat kemah. Rasul Paulus juga dilatih sebagai pembuat kemah, tinggal dan bekerja bersama pasangan ini saat dia mendirikan gereja di Korintus, Yunani. Paulus menyebut Priskila dan Akwila, sepasang suami-istri sebagai teladan pelayanan khususnya di dalam keluarga. Di sini kita bisa melihat apa yang Tuhan inginkan bagi keluarga dalam pelayanan. Priskila dan Akwila adalah pasangan suami-istri yang berpindah-pindah. Kehidupan yang berpindah-pindah ini adalah suatu yang tidak gampang. Tetapi di manapun mereka berada mereka mendirikan gereja, di manapun mereka berada, mereka mengumpulkan jemaat di rumah mereka. Kemungkinan besar mereka bukan full-time missionary, tetapi di dalam seluruh pekerjaan mereka, mereka mengutamakan dan melakukannya di dalam Kristus. Paulus mengatakan kalimat terakhir yang begitu indah tentang Priskila dan Akwila: mereka adalah orang-orang yang mempertaruhkan nyawanya bagi pekerjaan Tuhan (ay. 4) “Kepada mereka bukan aku saja yang berterima kasih, tetapi juga semua jemaat”. Di dalam bahasa aslinya mereka adalah orang-orang yang meletakkan leher mereka di atas batu. Kalau Febe melayani dengan segala apa yang dia miliki, dan membantu Paulus, membawa surat Paulus kepada jemaat di Roma; Priskila dan Akwila melakukan bahkan lebih dari itu, mereka menyerahkan leher mereka bagi Paulus. Bukan satu gereja, tetapi banyak gereja yang melihat Priskila dan Akwila mempertaruhkan nyawa mereka untuk Injil boleh diberitakan.
III. Refleksi
Kejadian 2:18 mengatakan: TUHAN Allah berfirman: “Tidak baik, kalau manusia itu ”seorang diri saja. Aku akan menjadikan penolong baginya, yang sepadan dengan dia”. Kata “menjadikan penolong baginya” diberikan kepada perempuan, artinya Allah memberikan kepada perempuan kekuatan yang lebih dalam bekerja, memikirkan yang baik, mempergunakan yang ada pada dirinya, untuk membawa predikatnya sebagai penolong. Tahun ini Moria GBKP sudah berumur 71 tahun, berdasarkan thema khotbah kita “Membantu Dari Pekerjaan”, tentu tidak ada lagi kekhawatiran keluarga, jemaat dan masyarakat terhadap Moria GBKP, sebab Moria sudah jadi penolong. Artinya Moria sudah mempergunakan hidupnya seperti kodratnya dia diciptakan sebagai penolong. Dalam setiap sendi-sendi kehidupan ada kemampuan untuk memberikan pertolongan. Dilahirkan satu prinsip bahwa bekerja bukan hanya mencukupkan keperluan pribadi, keluarga saja tetapi juga hasil bekerja itu satu bagian disiapkan membantu orang lain; kekuatan yang Allah berikan bukan untuk kesenangan dan kepentingan pribadi dan keluarga saja tapi juga untuk orang di sekitarnya yang memerlukan bantuannya. Jadikanlah menolong, bekerja sebagai sukacita dalam hidup. Menolong dan bekerja jadi karakter hidup, kalau tidak menolong, tidak bekerja ada saja hal yang kurang dalam diri ini. Dalam kehidupan seorang ibu (Moria) yang seperti ini tentu menjadi sukacita di dalam keluarganya, anak-anaknya bersyukur kepadanya dan suaminya pun memuji-muji dia. Sebab dalam kehidupan seorang ibu yang bekerja dengan rajin, apapun yang dikerjakannya pasti hasilnya juga baik, ibu yang mau membantu dengan sukacita jadi kebanggaan terhadap keluarganya, karena berkat Tuhan yang melimpah dia terima yang bisa dirasakan anak-anak dan suaminya. Selamat HUT Moria GBKP 71 tahun.
Pdt. Andreas Pranata Meliala, S.Th
GBKP Rg. Cibinong