• WhatsApp Image 2022 02 11 at 11.07.57

  • 20170204 143352
  • 1 peresmian rumah dinas surabaya
  • WhatsApp Image 2022 02 11 at 11.07.58
  • pencanangan tahun gereja bks dps
  • WhatsApp Image 2022 02 11 at 11.07.57 1
  • BPMK GBKP KLASIS BEKASI DENPASAR PERIODE 2020-2025
  • PERESMIAN RUMAH PKPW GBKP RUNGGUN SURABAYA

Jadwal Kegiatan

Kunjungan Moderamen GBKP ke GBKP Klasis Bekasi-Denpasar

Minggu 14 Mei 2017:

1. GBKP Runggun Bandung Pusat

2. GBKP Runggun Bandung Timur

3. GBKP Runggun Bandung Barat

4. GBKP Runggun Bekasi

5. GBKP Runggun Sitelusada

Minggu 17 Februari 2019, Khotbah I Korintus 1:18-25

Invocatio :

O, alangkah dalamnya kekayaan, hikmat dan pengetahuan Allah!
sungguh tak terselidiki keputusan-keputusanNya dan sungguh tak terselami jalan-jalanNya! (Roma 11:33).

Ogen :

Ibrani 12:18-24 (Tunggal)

Tema :

Kristus adalah Kekuatan dan Hikmat Allah

 

Jalan Tuhan tak terselami oleh setiap hati kita manusia, seperti tingginya langit dari bumi, demikian tingginya jalan Tuhan dengan jalan kita manusia. Bagi orang percaya salib adalah keselamatan, bagi dunia salib adalah kebodohan. Latar belakang Korintus di mana ada banyak karunia Roh yang terjadi yang diberikan Allah, namun banyak pula permasalahan di Korintus. Ada banyak golongan dalam jemaat, ada golongan Paulus, Kefas, Kristus, dan lain-lain. Belum lagi dalam jemaat tersebut ada golongan Yahudi dan golongan Yunani. Bagi golongan Yahudi, salib suatu batu sandungan dan bagi golongan Yunani suatu kebodohan (ay. 23). Paulus memiliki suatu uraian argumentasi yang sangat indah dalam menjawab pertanyaan orang Yunani dan dan Yahudi tentang makna Salib. Kedua golongan masyarakat ini memiliki pengaruh di jamannya. Orang Yunani mencari hikmat: mereka terkenal dengan para filsufnya dan sudah memiliki pikiran yang sangat maju pada jamannya dengan mengembangkan nalar dan pikiran-pikiran logis. Mengapa bagi orang Yunani salib sebagai kebodohan? Salib dalam pandangan mereka adalah kutuk atau akhir perjalanan bagi seorang yang memiliki hukuman berat. Maka sungguh tak masuk akal bagi mereka kalau salib adalah jalan keselamatan dari Allah. Demikian halnya bagi Yahudi, salib pada Yesus dianggap sebagai skandal. Istilah ini muncul karena ketika vonis terhadap Yesus dihadapan Pilatus sebagaimana tuntutan para Sanhedrin, Saduse dan para ahli Taurat atas tuntutan hukum mati Yesus adalah karena menyebut dirinya Anak Allah. Sehingga olehNya Dia telah melakukan penistaan agama. Sekalipun vonis itu tidak berkaitan dengan itu, karena Pilatus sendiri menyebut Yesus tidak bersalah, namun kehadiran Yesus ditengah-tengah Yahudi menjadi kebencian bagi para imam, Ahli Taurat dan tokoh-tokoh Agama Yahudi di jamannya hingga mereka terus merencanakan dan mencari cara untuk membunuh Yesus.

Dari penjelasan Paulus tentang salib maka sesungguhnya apa yang dianggap Yunani sebagai kebodohan dan bagi orang Yahudi sebagai batu sandungan sesungguhnya sangat terbalik. Pemberitaan salib Kristus adalah hikmat Allah dan kekuatan Allah dalam menyelamatkan manusia. Bahkan bagi Paulus sendiri hikmat dunia telah membuat manusia tidak mengenal Allah. Yang bodoh bagi Allah lebih besar dari hikmat manusia, atau yang lemah dari Allah adalah lebih kuat dari pada manusia. Jadi siapakah yang sesungguhnya berhikmat atau jalan hikmat, apakah hikmat manusia yang mau binasa itu atau mereka yang percaya yang sekalipun dianggap manusia suatu kebodohan? Pada ayat 24-25, jelas Paulus menyebutkan “tetapi untuk mereka yang dipanggil, baik orang Yahudi, maupun orang bukan Yahudi, Kristus adalah kekuatan Allah dan hikmat Allah. Sebab yang bodoh dari Allah lebih besar hikmatnya dari pada manusia dan yang lemah dari Allah lebih kuat dari pada manusia.”

Jalan salib adalah jalan yang dipakai Allah untuk menyelamatkan manusia, jalan salib ini merupakan alur pikir yang sungguh terbalik bahkan pikiran bodoh bagi mereka yang menganggap dirinya berhikmat di jamannya. Manusia dibenarkan Allah melalui Kristus bukan karena benar, sama sekali tidak! Manusia berdosa dan semestinya mendapatkan hukuman mati, karena dosa namun Kristus membenarkan manusia melalui pengorbanan Kristus di salib sehingga dengan itu memperoleh pembenaran sebagai anugerah Allah di dalam Kristus.Pengudusan di dalam Kristus dilakukan lewat pengorbanan Kristus yang rela mati di kayu salib dan memberikan hidupNya. Kematian Kristus di kayu salib adalah sebagai korban penghapusan dosa yang sekali untuk selamanya demi menyelamatkan manusia. Darah Yesus membasuh dosa, manusia tidak dapat bersih oleh karena perbuatannya sendiri atau hasil usahanya sendiri, manusia dikuduskan hanya oleh darah Yesus Kristus yang ditumpahkan untuk tebusan dosa.Manusia berdosa adalah budak dosa dan manusia diperhamba dosa, karena itu Kristus telah menebus kita dari perhambaan dosa dan kita menjadi milik Kristus.

Salib Yesus menyatakan bahwa Allah yang kita kenal dan sembah bukan hanya Allah yang jauh (transenden), tetapi juga Allah yang dekat dengan kita (imanen), yang turun ke bumi memberi penebusan bagi kita (Ibrani 12:18-24, bacaan pertama). Pandangan tentang Allah yang transenden, yang Maha Kudus, yang jauh, menakutkan bagi manusia untuk mendekatinya, begitulah yang ditemukan dalam budaya Perjanjian Lama. Manusia perlu melakukan ritual suci untuk menghampiri Allah di tempat kudusNya. Bandingkan penggambarannya dalam Ibrani 12:18-21, dimana Allah digambarkan seperti gunung yang tidak dapat disentuh, api yang menyala-nyala, kekelaman, kegelapan, angin badai, bunyi sangkakala, suara yang menggentarkan dan menakutkan. Penulis menggambarkan keadaan bagaimana nabi Musa dan bangsa Israel dulu mengalami suara Tuhan, langsung, ketika mereka ada di gunung Sinai (bd. Ulangan 9).Pandangan penulis Kitab Ibrani, tentang Allah yang dikenal dalam Kristus Yesus, adalah Allah yangimanen, akrab, dekat. Bandingkan penggambarannya dalam Ibrani 12:22-25, dimana Allah digambarkan sebagai Bukit Sion, Kota Allah yang hidup, Yerusalem sorgawi, kumpulan yang meriah bersama beribu-ribu malaikat, jemaat-jemaat anak-anak sulung, Allah yang menghakimi semua orang, yang hidup bersama roh-roh orang-orang benar yang telah menjadi sempurna, Yesus Pengantara perjanjian baru.Dan melaluiNya orang Kristen dimampukan untuk mendatangi hadirat Allah dan mengalami hubungan yang akrab dan intim.Inilah hikmat Allah dan kekuatan Allah di dalam salib yang menjadi jalan keselamatan bagi manusia.

Kenyataan dalam gereja saat ini juga ada golongan Yahudi dan Yunani. Golongan Yahudi selalu ingin melihat tanda-tanda ajaib dalam gereja (mukjizat); sementara golongan Yunani selalu berpikir rasional dan bisa diterima dengan akal pikiran manusia dan harus memperhatikan kepentingan orang banyak dan perbuatan baik. Namun, salib adalah nyata bahwa Allah berinkarnasi ke dunia, untuk memberikan kemerdekaan dan kebebasan bagi orang berdosa.Kristus adalah fokus bukan manusiadengan segala kecerdasan dan kebijaksanaan filsafat hidupnya. Kristus adalah kekuatan dan hikmat Allah, sebab itu jagalah supaya kita jangan menolak Dia, tetapi menjadikan Dia sebagai sumber hikmat dalam kehidupan kita. Seperti yang tertulis dalam Invocatio “O, alangkah dalamnya kekayaan, hikmat dan pengetahuan Allah! Sungguh tak terselidiki keputusan-keputusanNya dan sungguh tak terselami jalan-jalanNya!” (Roma 11:33).Amin


Pdt. Melda Tarigan, STh
GBKP Rg. Pontianak

Minggu 28 Januari 2019, Khotbah Yesaya 45:18-25

Invocatio :

Jangan ada padamu allah lain di hadapan-Ku (Keluaran 20:3)

Bacaan :

Kisah Para Rasul 15:1-11

Thema :

Allah Berkuasa Mengatur Semua Yang Ada

I. Pendahuluan
Keadaan krisis mungkin dialami oleh hampir semua orang termasuk kita semua. Masa krisis itu mungkin dalam hal kerohanian, mungkin dalam kehidupan sosial kita yang buruk, keuangan kita sulit. Dalam kondisi yang demikian apakah yang paling menolong kita dalam bertahan hingga keluar dari masa tersebut? Yesaya hidup pada saat bangsa Yehuda berada dalam berbagai krisis, baik religius (penyembahan berhala dan ibadah yang munafik), sosial (ketidakadilan), maupun politik (munculnya Asyur sebagai kekuatan tandingan bagi Mesir). Di tengah masa krisis seperti ini bangsa Yehuda diingatkan untuk kembali kepada Tuhan, meninggalkan dosa mereka dan tidak bersandar pada kekuatan bangsa lain. Keselamatan adalah dari Tuhan. Hanya saja mereka perlu bertobat dan bersandar pada Tuhan.

II. Isi
Bahan khotbah ini mau memberikan penegasan bahwa Allahlah yang berkuasa di atas segalanya di muka bumi ini. Dalam ayat 18 ini terlihat bahwa bangsa Yehuda mengikat diri selama-lamanya untuk melekat kepada Allah, dan tidak akan pernah meninggalkan Dia, tidak akan pernah menyangsikan Dia. Apa yang sudah ditanamkan sebelumnya dalam bahan khotbah ini (ay. 18) diulangi lagi di sini, untuk mendorong umat Allah supaya tetap setia kepada Allah, dan berharap bahwa Dia juga akan setia kepada bangsa Yehuda: Akulah TUHAN dan tidak ada yang lain. Bahwa Tuhan yang kita layani dan kita percayai itu adalah satu-satunya Allah tampak melalui dua terang besar, yaitu terang alam dan terang wahyu. Terang alam itu tampak dalam ayat 18. Sebab Ia sudah menjadikan dunia, dan karena itu sudah sewajarnya Ia menuntut penyembahan dari bangsa Yehuda, “beginilah firman TUHAN, yang menciptakan langit, Akulah TUHAN”, TUHAN yang berdaulat atas semuanya, dan tidak ada yang lain. Ilah-ilah bangsa kafir tidak mencipta bahkan mereka tidak berlagak melakukannya. Di sini Allah menyebutkan penciptaan langit, tetapi berbicara lebih panjang lebar tentang penciptaan bumi, karena bumi adalah bagian dari ciptaan yang paling dekat dengan pandangan kita dan paling kita kenal.

Tuhan itu adalah satu-satunya Allah yang tampak melalui terang wahyu. Sebagaimana karya-karya Allah secara berlimpah membuktikan bahwa Dia saja Allah, dan penyingkapan yang telah dibuat-Nya tentang diri-Nya sendiri dan pikiran serta kehendak-Nya melalui firman itu. Sabda-sabda-Nya jauh melebihi sabda-sabda para dewa kafir, begitu pula dengan pekerjaan-pekerjaan-Nya (ay. 19). Dalam ayat 19 ini ada tiga hal keutamaan yang diletakkan mengenai semua yang telah dikatakan Allah adalah jelas, memuaskan, dan benar. Dalam cara penyampaiannya, apa yang dikatakan Allah itu jelas dan terang-terangan: Tidak pernah Aku berkata dengan sembunyi atau di tempat bumi yang gelap. Dewa-dewa kafir menyampaikan sabda-sabda mereka dari dalam liang dan gua, dengan suara yang berat dan bergema, dan dalam ungkapan-ungkapan yang bermakna ganda. Tetapi Allah menyampaikan hukum-Nya dari puncuk Gunung Sinai di hadapan ribuan umat Israel, dalam suara yang jelas, terdengar, dan dimengerti (bnd. Kel. 20: 3 bahan Invocatio). Dalam penggunaan dan manfaatnya, apa yang dikatakan Allah itu sangat memuaskan: Tidak pernah Aku menyuruh keturunan Yakub, yang meminta petunjuk pada sabda-sabda ini dan yang mengatur diri mereka dengannya, untuk mencari Aku dengan sia-sia, seperti yang dilakukan ilah-ilah palsu kepada para penyembah mereka. Ini meliputi semua jawaban penuh anugerah yang diberikan Allah, baik kepada orang-orang yang meminta petunjuk dari-Nya (bagi mereka firman-Nya adalah pembimbing yang setia) maupun kepada orang-orang yang berdoa kepada-Nya. Keturunan Yakub adalah umat pendoa. Seperti halnya Dia dalam firman-Nya telah mengundang mereka untuk mencari Dia, demikian pula Ia tidak pernah menolak doa-doa mereka yang disertai rasa percaya, tidak pula mengecewakan harapan-harapan mereka yang didasarkan atas rasa percaya. Dalam hal isinya, apa yang dikatakan Allah itu benar dan tak terbantahkan, dan tidak ada kesalahan di dalamnya: Aku TUHAN, selalu berkata benar, selalu memberitakan apa yang lurus, dan yang sesuai dengan kaidah-kaidah dan alasan-alasan kekal tentang kebaikan dan kejahatan. Ilah-ilah bangsa kafir menuntut kepada para penyembah mereka apa yang merupakan cela bagi kodrat manusia dan yang cenderung membuat orang berbuat baik. Oleh karena itu Dia Allah, dan tidak ada yang lain.

Dalam ayat 20 ada penegasan kepada para penyembah berhala bahwa mereka bersalah, untuk menunjukkan kepada mereka kebodohan mereka dalam menyembah allah-allah yang tidak dapat menolong mereka dan malah mengabaikan Allah yang dapat menolong mereka. Hendaklah semua orang yang terluput di antara bangsa-bangsa, bukan hanya orang-orang Yahudi, melainkan juga mereka dari bangsa-bangsa lain yang oleh Koresh dibebaskan dari pembuangan di Babel, hendaklah mereka datang, dan mendengar apa yang akan dikatakan melawan para penyembah berhala, supaya mereka dan juga orang-orang Yahudi disembuhkan darinya, supaya Babel yang sudah sejak dulu kala merupakan induk penyembahan berhala, sekarang dapat menjadi kuburnya. Hendaklah mereka semua yang mencari perlindungan datang dan berkumpul bersama-sama. Allah memiliki sesuatu untuk dikatakan kepada mereka demi kebaikan mereka sendiri yaitu bahwa penyembahan berhala adalah hal yang bodoh dan dungu, karena beberapa alasan. Pertama, penyembahan berhala berarti menegakkan perlindungan bohong bagi diri mereka sendiri: Mereka mengarak patung dari kayu, sebab itulah patung pada dasarnya. Meskipun mereka membalutnya dengan emas, menghiasinya dengan hiasan-hiasan dan menjadikannya sebagai allah, namun tetap saja itu cuma kayu. Mereka berdoa kepada allah yang tidak dapat menyelamatkan sebab ia tidak dapat mendengar, ia tidak dapat menolong, ia tidak dapat berbuat apa-apa. Alasan yang kedua, penyembahan berhala berarti menegakkan saingan melawan Allah, satu-satunya Allah yang hidup dan benar (ay. 21). Tak ada yang lain yang pantas memerintah. Dia adalah Allah yang adil dan memerintah dalam keadilan, dan akan melaksanakan keadilan bagi mereka yang tertindas. Tak ada yang lain yang mampu menolong. Sama seperti Dia adalah Allah yang adil, demikian pula Dia adalah sang Juruselamat yang dapat menyelamatkan tanpa bantuan siapapun, tetapi yang tanpa-Nya tak seorang pun dapat selamat.

Ayat 22 adalah penghiburan dan dorongan bagi semua penyembah Allah yang setia, siapapun mereka. Mereka yang menyembah berhala berdoa kepada allah yang tidak dapat menyelamatkan. Tetapi Allah Israel mengatakannya ke seluruh penjuru bumi, kepada umat-Nya, meskipun mereka tersebar sampai ke ujung bumi dan tampak terhilang dan terlupakan dalam penyebaran mereka, “hendaklah mereka berpaling kepada-Ku saja dengan iman dan doa mereka akan diselamatkan”. Sebab Dia adalah TUHAN, dan tidak ada yang lain. Dua hal dijanjikan di sini, bagi kepuasan berlimpah semua orang yang dengan iman memandang pada sang Juruselamat: pertama, bahwa kemuliaan Allah yang mereka layani akan sangat diagungkan. Ini akan menjadi kabar baik bagi semua umat Tuhan, bahwa, betapapun mereka dan nama mereka direndahkan, Allah akan ditinggikan (ay. 23). Hal ini diteguhkan dengan sumpah, supaya kita beroleh dorongan yang kuat. Demi Aku sendiri Aku telah bersumpah (dan Allah tidak dapat bersumpah demi yang lain yang lebih besar, karena tidak ada yang lebih bear dari Dia Ibr. 6:13). Dari mulut-Ku telah keluar suatu firman, dan itu tidak akan ditarik atau kembali dengan hampa. Firman itu telah keluar dalam kebenaran, sebab sangatlah masuk akal dan wajar saja di dunia bahwa Dia yang menjadikan segalanya layak pula menjadi Tuhan atas semuanya, bahwa, karena semua makhluk berasal dari Dia, maka mereka semua harus berbakti kepada-Nya. Kedua, bahwa kesejahteraan jiwa-jiwa yang mereka pedulikan akan dijamin dengan berhasil.

III. Refleksi
Pada hari ini Tuhan menyapa kita dengan firman-Nya disaat kita merenungkan dan mengucap syukur atas semua pengalaman yang telah kita jalani, dan yang akan kita jalani ke depan yang akan dianugerahkan Tuhan. Mungkin semua kita merasa kagum dengan kemajuan luar biasa yang dicapai oleh manusia dewasa ini dalam hal ilmu pengetahuan dan teknologi. Kemajuan-kemajuan itu telah membuat kehidupan kita tertolong dalam banyak hal, seperti peralatan pertanian, pengobatan, terlebih dalam hal transportasi dan komunikasi. Kita membayangkan bahwa kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi itu akan membuat kehidupan manusia di seluruh dunia lebih sejahtera, lebih damai dan bersukacita. Tetapi, yang terjadi justru sebaliknya. Ada sedikit orang hidup dalam kekayaan dan kemegahan, namun banyak orang lainnya hidup dalam kemiskinan dan penderitaan. Ada sedikit orang yang memiliki kekuatan dan kekuasaan, tetapi sangat banyak orang yang tersisih, tertindas, dan menderita oleh mereka. Mengapa hal demikian yang terjadi? Dengan sederhana dapat diterangkan bahwa manusia tidak menggunakan ilmu pengetahuan dan teknologi yang canggih itu menolong. Tetapi semua itu telah dipergunakan untuk bersaing merebut dan menguasai sumber-sumber daya kehidupan yang terbatas itu. Di samping ancaman kemiskinan dan penderitaan fisik lahiriah, kita juga mengalami penderitaan dalam kehidupan jiwa dan rohani, terlebih relasi dengan sesama, dalam keluarga maupun dalam masyarakat. Hubungan kita dengan sesama, dalam keluarga dan masyarakat, tidak lagi menikmati kedamaian dan kasih. Firman Tuhan hari ini menyebutkan, semua dijelaskan tadi adalah perilaku manusia penyembah berhala, sehingga tidak lagi mengenal keadilan dan kasih. Kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi beserta semua produknya tidak lagi dipergunakan sebagai alat untuk saling menolong, tetapi menjadi tujuan dan nilai yang dikejar dan disembah. Inilah yang disebut dengan penyembahan berhala.

Apa yang kita alami sekarang ini bukanlah persoalan yang baru. Keadaan seperti ini telah terjadi di sepanjang sejarah manusia berdosa, masyarakat dan bangsa-bangsa. Hal seperti itulah yang terjadi ketika umat Israel diperbudak di Mesir dalam penyembahan berhala. Firaun memperbudak orang Israel demi memperoleh kekuasaan, kemewahan dan kemegahan dirinya dan kaumnya. Orang Israel dipaksa dan diperbudak untuk hidup mengabdikan segenap waktu dan tenaga hanya untuk memperoleh roti dan daging. Baik Firaun dan bangsa Mesir maupun bangsa Israel semua telah terbelenggu penyembahan berhala. Tidak ada waktu istirahat. Tidak dapat menikmati persekutuan persaudaraan. Tidak ada damai. Tidak ada sukacita. Dari penyembahan berhala itulah mereka dipanggil untuk hidup menyembah Tuhan dan untuk dapat mengalami dan menikmati keadilan-Nya (ay. 24). Tuhan menyatakan keadilan-Nya: Ia menuntun dan memberi kebutuhan jasmani mereka. Tetapi Tuhan juga memberi yang lebih utama, yaitu kehidupan rohani mereka: waktu istirahat (sabat) untuk dapat bersekutu dengan Tuhan dan dengan sesama, dalam damai dan sukacita, menerima dan berbagi atas anugerah pemberian Tuhan.

Dalam memasuki tahun yang baru tahun 2019, tahun pelayanan yang baru. Kita akan diminta untuk lebih giat lagi melayani Tuhan dan mengandalkan Tuhan dalam semua ritme pelayanan kita karena Dialah pengatur semua yang ada. Bukan kita yang harus dielu-elukan tapi Tuhanlah yang harus ditinggikan dalam setiap pelayanan kita. Sehingga kita tidak memberhalakan diri kita sebagai pimpinan jemaat. Tidak memberhalakan kekuatan kita. Tidak memberhalakan kehebatan gereja kita. Untuk memasuki kegiatan pelayanan ditahun yang baru ini kita akan diberi kekuatan oleh Tuhan. Di dalam khotbahnya tentang Doa Bapa Kami, Augustinus menyamakan Ekaristi atau Perjamuan Kudus dengan “makanan sehari-hari” (daily food) atau “roti sehari-hari” (daily bread). Gagasan ini, termasuk Cyprianus, yang menyebut Ekaristi atau Perjamuan Kudus sebagai “makanan bagi keselamatan” dan mengaitkannya dengan Doa Bapa Kami, yang mengajarkan kita untuk meminta makanan setiap hari. Jadi, memang sudah sangat jamak dipahami bahwa roti dan anggur dalam Perjamuan Kudus terhubung secara spiritual dengan pemeliharaan Allah dalam hidup sehari-hari kita. Sama seperti Allah memelihara tubuh kita lewat makanan sehari-hari, demikianlah Ia memelihara spiritualitas kita melalui roti dan anggur perjamuan. Keseharian tampaknya menjadi titik temu kedua jenis makanan ini. Roti dan anggur memang dipakai Yesus untuk merepresentasikan tubuh dan darah-Nya sebab keduanya adalah makanan dan minuman sehari-hari. Maka, para murid diharapkan dapat terus mengenang Yesus saat mereka makan secara rutin setiap hari. Itulah juga sebabnya dalam beberapa gereja, tradisi merayakan Ekaristi setiap hari tetap dijaga. Paulus menegaskan hal ini dengan berkata, “Sebab setiap kali kamu makan roti ini dan minum cawan ini, kamu memberitakan kematian Tuhan sampai Ia datang” (1 Kor. 11:26). Kata setiap kali di sini sebenarnya merupakan terjemahan dari hosakis an yang lebih berarti ‘sesering’. Di sini titik persoalannya. Sementara beberapa gereja memakai ayat ini untuk memelihara tradisi Ekaristi atau Perjamuan Kudus sesering mungkin, bahkan setiap hari, beberapa kalangan gereja-gereja Protestan justru banyak yang menafsirkan setiap kali dalam pengertian ‘pada waktu-waktu yang ditetapkan’. Penulis secara pribadi memahaminya secara berbeda. Kata hosakis an yang Yesus ucapkan sangat mungkin menunjuk pada makanan sehari-hari yang lazim disantap orang-orang Yahudi, yaitu roti dan anggur. Artinya, setiap kali mereka makan setiap hari, mereka diingatkan pada Kristus yang telah memberikan tubuh dan darah-Nya. Maka, makanan sehari-hari segera memiliki makna spiritual yang mendalam. Tak ada lagi pemisahan antara makanan jasmaniah dan makanan rohaniah. Sebuah catatan kecil: mungkin kita harus menghentikan doa yang secara populer kerap dipanjatkan setelah acara kebaktian dan sebelum acara makan bersama. Doa-doa itu berbunyi kurang lebih, “Tuhan, kami telah menikmati makanan rohani dan kini kami akan menikmati makanan jasmani”. Doa-doa semacam ini sangat memisahkan yang rohani dan yang jasmani. Keduanya berbeda, namun tak terpisahkan. Yang satu memaknai yang lain. Makanan jasmani yang kita santap sungguh bermakna rohani, sebab Allahlah yang memberikan dan menyelenggarakannya bagi kita. Sebaliknya, setiap firman yang kita terima sebagai makanan rohani sesungguhnya harus mewujud ke dalam seluruh aktivitas tubuh yang jasmani sifatnya.


Pdt. Andreas Pranata S. Meliala, S.Th
GBKP Rg. Cibinong

Minggu 21 Januari 2019, Khotbah Markus 1:21-28

INTROITUS :

Alu sora megang nderkuh ia nina, “O Jesus Anak Dibata si Meganjang. Kuga ateNdu aku ibahanNdu? Ibas gelar Dibata kupindo maka ula aku isiksaNdu.

”(Mark 5 : 7)

O G E N :

Masmur16 : 1 – 11

Tema :

Jesus si Badia erkuasa

1. Kata Perlebe
Minggu-minggu Epiphani seri ras pengangkan teofani nuduhken ras ncidahken kuasa Dibata siteridah ibas Jesus, selaku Anak ni Dibata si enggo tubuh kudoni nggeluh radu ras manusia. Jesus si reh kudoni dem alu kuasa bali ras Dibata sierkuasa (Pil 2:6; bdk.Mat 28:18; Rom 1:4). KuasaNa e nelamatken ras mereken kegeluhen man manusia. Mulahi kalak ibas dosa dingen mbebaskan ibas tabanen kuasa-kuasa sijahat nari. Kuasa Dibata sierdahin ibas Jesus ngasup naluken kerina kuasa-kuasa si lit, erkiteken Dibata mereken kuasa siMeganjangna man baNa. (Pil 2:9). E maka aminna gia Jesus tubuh selaku manusia tapi tetap Ia badia sabab Anak Dibata kap Ia. Kinibadian Dibata tetap teridah ras erdahin ibas Jesus aminna gia Ia reh kudoni enda ingan si la badia. Jesus Anak Dibata sibadia labanci lang arus ngalaken kuasa-kuasa si la badia kuasa si ncedai sibiakna erlawanen ras biak kuasa Dibata sibadia e.

Kuasa si igelari “dynameis” (Yunani) e me “tanda” si lit ibas Jesus si ncidahken gegeh kuasa Dibata sierdahin ibas Jesus. Tanda kuasa sierdahin e nggeluh ibas Jesus dingen ipetangkas ndarat ibas Jesus nari kutujun entahpe sasaran ija tanda kuasa e erdahin bertindak (action). Tanda e nuduhken ise kin situhuna Jesus si la bali ras imam-imam ras guru-guru agama Jahudi. Jesus jine si lit tanda kuasa e man baNa. Emaka nina kalak asum ngidahsa kai siibahan Jesus ikatakenna, “kai kin enda ndia?”; “Pengajaren simbaru?” Kemamangen ia kerina sabab langa kin pernah idahsa kuasa sierdahin bagi si isaksikenna ibas perbahanen Jesus.

2. Isi Teks
Kuasasi lit ibas Jesus tujunna guna nelamatken manusia. Erbage-bage kecibal geluh manusia si arus ndatken keselamaten ibas Jesus nari. Maka Dibata nuruh AnakNa e guna ndahiken dahin keselamaten ibas doni enda. Erkiteken si e ibas Injil sinoptik buen icidahken kuasa Jesus sinelamatken jelma sienterem alum pepalem ibas pinakit nari arah kuasa sierdahin ibas Jesus. Kesaksin Injil Markus nuduhken maka Jesus siikuasai alu kuasa Dibata simeganjangNa, ibaba Kesah siBadia Ia kutaneh simesawang jenari icubai Iblis Ia dekahna 40 wari. Tapi gegeh kuasa Dibata sehkal belinna erdahin ibas Jesus, seh maka labo tertaluken kuasa iblis ndai gegeh kuasasi lit ibas Jesus e (Mark 1:12). Iblis ntahpe setan ibas cakap Heber ertina musuh entah pelawan (imbang), ikut tampil jadi andil simpeteguh ikuasa Dibata sibeliden asa kuasa siapai pe si lit ibas doni enda, termasuk kuasa iblis. Ibas terjemahen Septuaginta Setan igelari diabolos, ipelawes Jesus alu kuasaNa. E maka amin gia lit gegeh ibas setan-setan e, tapi kuasana tetap teruken asangken gegeh kuasasi lit ibas Jesus.

Guna ncidahken bana, Iblis makeken manusia jadi media sierbanca tempasna teridah nggeluh ras tampil ibas sienterem. Janah payo ka penandaina nandangi Jesus Anak Dibatasi lit kuasa si Meganjangna ibas Ia. Nina man Jesus, “O Jesus Anak Dibatasi Meganjang. Kuga ateNdu aku ibahanNdu? Ibas gelar Dibata kupindo maka ula aku isiksaNdu. ”(Invoc/Intro Mark 5:7). Iblis ntahpe setan meteh maka Jesus sierkuasa banci naluken setan-setan e. Maka nderkuh ia janah alu sora simegang erlebuh man Jesus. Iblis bagepe setan-setan kerinana imbang Dibatakap siarus ipelawes Jesus ibas sekalak jelma ija iblis ntah setan e ringan ibassa. Sabab sesekalak siikuasai setan iblis tertaban kap geluhna. Iblis makeken manusia jadi sarana entahpe kendaraan siencedai geluh manusia bagepe hubungen kalak sitek ras Dibata. Ipakeken iblis manusia jadi sarana guna mbelasken perkatan sierlawanen ras Jesus bagepe erlawanen ras Dibata.Tuhu mesunah ipelawes Jesus setan iblis alu kataNa jine sidem alu kuasa simpepalemken kalak si itaban kuasa iblis e. Nina Jesus man setan “Sinik”. Ertina lanai lit peluang bagepe kesempaten kai pe man siiblis. Sinik ertina melumpuhkan, entahpe mpengadi. Seri biakna ras memutuskan dan mematikan kuasa setan yang berhubungan dengan memperdaya manusia. Itebeng Jesus gegeh kuasa setan sincedai manusia. Idampes-dampesken setan jelma ndai janahna serko ndarat sisetan ibas jelma e nari.

3. Antusen ras Pengkenaina
Jesus enggo mulahi dingen tetap erdahin guna nelamatken kalak sitertaban ibas Kuasa sijahat nari. Tapi kuga ngalaken kalak sikemamangen naksiken pendahin Jesus, ras kalak sienggo ipulahi ibas kuasa setan nari? Biak kemamangen langabo tentu ngaloken ras ermeriah ukur nandangi sesekalak sipulah ibas tabanen kuasa setan nari. Banci saja Jesus isalahken sienterem aminna gia Ia enggo ndahiken simehuli. Bagem kinatana ibas dahin pelayanen. Tersampat kalak ibas geluhna tapi jadi masalah ibas sienterem. Piah dungna dahin Dibata sibadia lanai ncidahken kiniulin ras kemulian man Dibata.

Kai sinibahan Jesus ibas rumah pertoton (Sinagoge) mpelawes setan ibas sekalak jelmanari, man jelma sienterem sinaksikenca jadi pengajaren simbaru. Erkiteken langa kin lit sekalak guru agama entahpe imam singasup erbanca bagi sienggo ibahan Jesus. Nandangi hal simbaru janah mendasari jenda, eme Jesus erbanca malem kalak sitertaban ibas pinakit ikuasai setan. E maka perlu sipepayo ibas dahin gereja. Sabab Jesus mulahi ras mpepalem kalak sipinakiten erkiteken ikuasai setan ibas rumah pertoton. Gereja tentuna enggo melala ndahiken dahin guna ngelai dingen nampati. La gia ikataken litna ajaren simbaru, tapi kemamangen ibas ndahiken dahin e megati turah i tengah perpulungen. Ibas kemamangen endalah gia, tetaplah min perpulungen ngasup ngidah maka kuasa Dibata si Meganjang erdahin denga ibas gereja ras perpulungen seh ngasa genduari enda, Sabab Dibata alu kuasaNa tetap ncidahken kebadian ibas dahin-dahin gereja. Arah dahin pelayanen e tetaplah setia ras tutus kerinaperpulungenbagepesierdahinTuhanerkiniteken man Dibata. Maka labo lit sada pe italuken kuasa sijahat entahpe kuasa setan. Sabab kalak singikutken dibata-dibata sideban melala maba kesusahen man dirina jine (Ogen).Tetaplah ibas Tuhan nggeluhlah ibas kuasaNa simbebasken ras mpepalemken, sinuduhken dalan siperlawesna kempakkegeluhen.

Pdt Merry Tatuwo br Kembaren
Perpulungen Makassar

Info Kontak

GBKP Klasis Bekasi - Denpasar
Jl. Jatiwaringin raya No. 45/88
Pondok Gede - Bekasi
Indonesia

Phone:
(021-9898xxxxx)

Mediate

GBKP-KBD