Selasa 31 Desember 2019, Khotbah Roma 8:31-39 (TUTUP TAHUN)
Invocatio :
“Sebab itu Ia bangkit hendak menyayangi kamu. Sebab Tuhan adalah Allah yang adil; berbahagialah semua orang yang menanti-nantikan Dia!” (Yesaya 30:18b)
Bacaan :
Yesaya 30:15-18
Tema :
“Kasih Allah Senantiasa Beserta Kita”
I. PENDAHULUAN
Tanpa terasa dalam hitungan menit kita akan meninggalkan tahun 2019 dan memasuki tahun yang baru 2020. Ibarat melakukan suatu perjalanan maka saat ini kita telah tiba pada akhir dari suatu perjalanan panjang selama satu tahun di tahun 2019 ini (12 bulan, 52 minggu, 365 hari, 8.760 jam, 525.600 menit, 31.536.000 detik). Kita meyakini bahwa semua yang telah dijalani itu bukan karena kemampuan dan kuat gagah serta kehebatan kita sendiri, tapi kita mengimani dan mengakui bahwa kita ada sampai saat ini, di sini dan di tempat ini hanya oleh kasih setia Tuhan (Ibr. Checed, kheh’-sed). Dia-lah yang telah menopang dan menyertai kita di sepanjang perjalanan hidup ini.
Penggalan syair lagu, “tiap langkahku di atur oleh Tuhan dan tangan kasih-Nya membimbingku” adalah pengakuan yang sungguh atas semua penyertaan Tuhan dalam hidup kita.
II. PENDALAMAN NATS
Jemaat Roma yang dihadapi Paulus dalam pekabaran Injilnya didominasi oleh orang-orang Yahudi. Kehidupan keagamaan yang terjadi pada saat itu sangat dipengaruhi Yahudisme hal ini terlihat jelas dalam kehidupan jemaat Roma yang memakai budaya ataupun tradisi Yahudi dan terkesan dipaksakan bagi umat yang non-Yahudi, misalnya tentang sunat dan Hukum Taurat. Inilah yang menjadi tantangan bagi Paulus dalam pekabaran Injilnya, sehingga ia memutuskan untuk mengirimkan surat terlebih dahulu sebelum berangkat ke Roma.
Kita dapat melihat banyak perikop sebelumnya membahas tentang tradisi ataupun doktrin Yahudi yang membuat jemaat dari bangsa lain semakin tertekan. Surat Paulus ini memberi penekanan bahwa bukan atas dasar doktrin maka manusia memperoleh keselamatan itu, Roma 3:20 “Sebab tidak seorangpun yang dapat dibenarkan di hadapan Allah oleh karena melakukan hukum Taurat, karena justru oleh hukum Taurat orang mengenal dosa”. Pengajaran tentang keselamatan yang sesungguhnya lah yang mau disampaikan Paulus kepada jemaat Roma.
Semua berkat rohani yang luar biasa ini dirangkum Paulus dalam sebuah kalimat pendek: “Jika Allah di pihak kita” (Yun: ei ho theos hyper hemon). Terjemahan yang lebih hurufiah adalah “jika Allah untuk kita”. Bukan hanya di pihak kita, melainkan untuk kita. Ini merupakan ungkapan yang begitu luar biasa. Jika ini yang terjadi, orang-orang Kristen bisa merasa aman, bukan berarti karena tidak ada perlawanan, namun karena tidak akan ada yang bisa menang di dalam perlawanan tersebut. Dapat diserang tapi tidak dapat dikalahkan.
Yang menjadi bukti bahwa Allah adalah untuk kita atau di pihak kita bisa kita lihat dalam ayat 32, “Ia, yang tidak menyayangkan Anak-Nya sendiri, tetapi yang menyerahkan-Nya bagi kita semua”. Memberikan seorang anak demi kepentingan orang lain merupakan pengorbanan yang tak ternilai harganya. Jika yang paling berharga “Anak-Nya” sekalipun sudah diserahkan untuk keselamatan kita, maka segala sesuatu yang lain juga akan dikaruniakan kepada kita bersama-sama dengan Dia. Kata “segala sesuatu” di ayat 32 b, merujuk kepada segala sesuatu yang mendukung dan diperlukan dalam keselamatan kita. Bukan lagi persoalan lahiriah atau materi tapi mengenai jaminan keselamatan kita. Sekali Allah menyelamatkan kita, Dia akan menyediakan segala sesuatu yang diperlukan sehingga keselamatan itu tidak akan gagal.
Paulus meyakinkan kita bahwa keselamatan di dalam Kristus tidak bersifat spekulatif. Tidak ada kata “moga-moga”, “jika Allah berkenan”, “mbera-mbera (karo)” dalam kaitan dengan keselamatan kita. Kepastian ini diperoleh bukan berdasarkan apa yang kita lakukan bagi Allah, melainkan apa yang Kristus lakukan bagi kita. Karya penebusanNya sempurna bagi kita. Ia mati, bangkit, naik ke Surga (duduk di sebelah kanan Allah) dan menjadi pembela. kematianNya menyelesaikan persoalan terbesar kita, yaitu dosa (Roma 5:5-8).
Tak ada yang dapat memisahkan kita dari Kristus. Paulus berbicara tentang yang ada sekarang maupun yang akan datang. Kita tahu, bahwa orang Yahudi membagi waktu ke dalam masa sekarang dan masa yang akan datang. Paulus berkata, “dalam dunia yang sekarang ini, tak ada yang dapat memisahkan kita dari Allah di dalam Kristus; akan tiba saatnya dunia ini akan dihancurkan dan masa yang baru akan datang. Hal ini tidak menjadi soal, bahkan bila dunia ini berlalu dan dunia baru datang, ikatan ini akan tetap sama.
Tak ada kuasa-kuasa akan memisahkan kita dari Kristus. Paulus berbicara tentang yang di atas dan yang di bawah. Ini adalah istilah astrologi. Dunia purba dihantui oleh kuasa bintang-bintang. Mereka percaya bahwa manusia dilahirkan di bawah bintang tertentu dan di sana nasibnya ditentukan oleh bintangnya. Tapi kasih Kristus tidak akan dapat dipisahkan dari kita oleh karena apapun juga.
Bagi Paulus, kasih kristus bukan menghindarkan kita dari segala macam kesusahan dan penderitaan. Kasih Kristus juga tidak selalu berbentuk kelepasan dari semua hal buruk tersebut. Jangankan sekedar bahaya atau kesengsaraan, kematian pun bisa menimpa kita (ay. 35). Satu hal yang menghibur kita adalah kepastian kemenangan di dalam Kristus. Karena tidak ada satu pun yang dapat memisahkan kita dari kasih Kristus.
III. APLIKASI
Dalam menjalani kehidupan ini, baik dalam menjalani tahun yang sebentar lagi akan kita tinggalkan maupun tahun yang akan kita jalani dan masuki tahun 2020, tidak pernah kita dijanjikan akan hidup bebas dari masalah. Tapi kita percaya ada kasih Tuhan yang selalu beserta dengan kita, yang tidak pernah meninggalkan kita sehingga kita kuat dan mampu menjalaninya. Gelombang dan badai kehidupan pasti menerjang dan mau menghempaskan kita, tapi dengan kasih setia Tuhan kita akan tetap berdiri dan terus berjalan.
Ingatlah, masalah dan pergumulan itu tidak akan memisahkan kita dari kasih Kristus. Kita harus menyadari bahwa kasih karunia Tuhan tidak pernah berhenti dari hidup kita. Apapun permasalahan yang kita hadapi, kita tahu kasih setia Tuhan selalu ada menyertai kita. Tuhan punya cara untuk menolong kita. Allah tidak mau memisahkan diriNya dengan kita. Dia Allah yang peduli, mengerti, menolong setiap kita. Kasih karunia adalah pemberian/belas kasihan Tuhan. Apapun keadaan kita sadarilah bahwa kasih karunia Tuhan tidak pernah berhenti selamanya. Untuk itu jangan lemah, putus asa dan menyerah pada keadaan karena dalam segala perkara kita tahu Tuhan selalu beserta dan membela kita bahkan memberi kemenangan; kemenangan atas setan, kemenangan atas penyakit, kemenangan atas penderitaan. Sebab Dia, Allah, yang turut bekerja dalam segala sesuatu untuk mendatangkan kebaikan. Dengan kasih Allah kita akan menjadi lebih daripada pemenang.
Pdt. Irwanta Brahmana
GBKP Rg. Surabaya
Minggu 29 Desember 2019, Khotbah Mazmur 77:6-16 (Minggu Setelah Natal)
Invocatio :
Berbahagialah orang yang mempunyai Allah Yakub sebagai penolong, yang harapannya pada Tuhan Allah (Mzm. 146:5)
Bacaan :
I Timotius 1:12-17 (Tunggal)
Tema :
Mengingat Besarnya Kasih Setia Tuhan
A. Pendahuluan
Minggu ini menjadi minggu terakhir dalam tahun 2019 ini. Mengajak kita untuk mengingat, merasakan bagaimana kebenaran Firman Tuhan dalam hidup kita mengenai besarnya kasih setia Tuhan. Tuhan mengasihi dan menyayangi ciptaanNya. Segala yang telah diciptakanNya sungguh sangat berharga dihadapanNya. Kehidupan dalam alam semesta ini sudah lebih dari cukup menceritakan keberadaan, kekuasaan, pemeliharaan dan pengasihan Tuhan yang menjadikan segala sesuatunya. Terlebih kepada kita manusia ciptaanNya begitu mulia diantara ciptaan Tuhan yang lainnya, sampai Tuhan harus hadir ditengah-tengah kehidupan kita melalui Tuhan kita Yesus Kristus untuk menyatakan kasihNya yang besar. Namun demikian tetap saja manusia masih banyak yang meragukan kuasa Allah dalam hidupnya bahkan yang tidakmempercayai keberadaan Allah yang menjadikan kehidupan ini. Ketika manusia itu masih saja kuatir atas hidupnya, mencari kebutuhannya dengan cara-cara kecurangan bahkan dengan kejahatan, menggantungkan nasib hidupnya kepada berhala dan dukun-dukun. Ada beberapa hal yang boleh kita renungkan melalui nas khotbah ini.
B. Isi
Mazmur ini melukiskan seorang dalam kesulitan besar yang berseru kepada Allah, tetapi tidak dapat menemukan bukti bahwa Dia memberikan tanggapan (ayat Mazm 77:8-10). Orang percaya yang setia kadang-kadang mendapati dirinya dalam situasi yang sama. Apabila demikian, mereka harus bertindak seperti pemazmur: tetap berseru kepada Allah siang dan malam (ayat Mazm 77:2-3) sambil mengingat perbuatan-perbuatan kasih-Nya pada masa lalu. Dalam kelimpahan penyataan Allah dalam diri Anak-Nya, kita diyakinkan bahwa "Ia, yang tidak menyayangkan Anak-Nya sendiri, tetapi yang menyerahkan-Nya bagi kita semua, bagaimanakah mungkin Ia tidak mengaruniakan segala sesuatu kepada kita bersama-sama dengan Dia" (Rom 8:32).Dalam mazmur ini ratapan dan puji-pujian bercampur-baur. Ayat-ayat pembuka (2-10) merupakan ratapan satu individu, yang mungkin mewakili bangsa yang sedang menderita. Ayat-ayat yang kemudian (11-21) merupakan kata-kata pujian yang melengkapi bagian pembukaan.
6-10. Mencari Jawaban.
Dan rohku mencari-cari. Dia diliputi kekhawatiran dan kegelisahan sehingga tidak dapat tidur.Dia menghitung hari-hari yang telah lalu, bukan menghitung domba. Akhirnya, dia mengajukan pertanyaan yang membingungkan dan menyusahkan dirinya.Dia tidak bisa mengerti, mengapa Allah yang berbelas kasihan, serta penuh kasih sayang, tetap diam dan tidak bertindak.
11-16. Jawabannya Dalam Sejarah.
Aku hendak mengingat perbuatan-perbuatan Tuhan. Dengan mengingat perbuatan-perbuatan ajaib Allah pada masa lalu, harapan pemazmur bangkit.Allah membuktikan, bahwa Dialah yang melakukan perbuatan-perbuatan mulia; Dia telah mempertunjukkan kekuatan-Nya dan telah menebus bani Israel. Di sini tersirat permohonan, agar Allah melakukan hal itu lagi sekarang.
Mengingat kebaikan Tuhan yang sudah terjadi dalam kehidupan kita adalah hal yang baik dan perlu supaya keraguan dan keputusasaan dalam menghadapi pergumulan hidup berubah menjadi pengharapan kepada Allah yang hidup.
Mazmur ini memberitahu kita bahwa pergumulan orang percaya waktu itu sangat berat. Yedutun, seorang pelayan Tuhan dari suku Lewi, menyimpulkan bahwa tangan kanan Tuhan Yang Mahatinggi berubah (77:11), artinya pergumulan terasa semakin berat seolah-olah Tuhan tidak lagi menghiraukan pergumulan orang percaya saat itu. Dia memakai pergumulan dan kesusahan sebagai kaca mata untuk melihat Allah (77:2-11). Hasilnya, kesusahan membuat Allah terasa jauh (77: 2). Kesusahan membuat mengenang Allah terasa memilukan (77:3). Gambaran yang ideal tentang Allah terasa sangat mengecewakan bila dibandingkan dengan pergumulan yang dihadapi manusia. Kesusahan membuat Tuhan terasa seperti menolak dan tidak bermurah hati (77:8). Kesusahan membuat janji Tuhan terasa seperti tidak berlaku (77:9). Kesusahan membuat Allah nampak seperti melupakan janji-Nya (77:10).
Sekalipun demikian, dalam 77:12-21, Yedutun memakai kebaikan Tuhan sebagai kacamata untuk melihat kesusahannya. Hasilnya, dengan mengingat kebaikan Tuhan di masa lalu, dia mengaku bahwa Allah itu sangat besar dan berkuasa. Saat Yedutun mengalami pergumulan, Allah tidak berubah. Kebaikan Tuhan membuat Yedutun percaya bahwa Allah akan menuntun umat-Nya keluar dari kesusahan seperti di zaman Musa dan Harun (77:21). Kuatkanlah dan teguhkanlah hati Anda. Lihatlah kebaikan Tuhan agar kita bisa memiliki pengharapan saat menantikan Tuhan.
"Betapa berharganya kasih setia-Mu, ya Allah! Anak-anak manusia berlindung dalam naungan sayap-Mu." Mazmur 36:8
C. Aplikasi
Kutipan sebuah lagu Rohani yang menceritakan bagaimana Kuasa Tuhan yang melebihi dari segalanya.
KASIH SETIA-MU YANG KURASAKAN
LEBIH TINGGI DARI LANGIT BIRU
KEBAIKAN-MU YANG T'LAH KAU NYATAKAN
LEBIH DALAM DARI LAUTAN
BERKAT-MU YANG TELAH KUTERIMA
SEMPAT MEMBUATKU TERPESONA
APA YANG TAK PERNAH KUPIKIRKAN
ITU YANG KAU SEDIAKAN BAGIKU
SIAPAKAH AKU INI TUHAN
JADI BIJI MATA-MU
DENGAN APAKAH KUBALAS TUHAN
S’LAIN PUJI DAN SEMBAH KAU
Dalam perjalanan hidup kita di penghujung tahun ini, banyak hal yang kita rasakan untuk mengingat kasih setia Tuhan yang begitu besar. Apa yang kita miliki dan kita nikmati saat ini harus benar-benar kita sadari adalah berkat Tuhan bagi hidup kita.Oleh sebab itu sangat berbahaya jika kita berkata bahwa semua hal dalam hidup kita adalah karena kita pintar, kita mampu atau karena kita berprestasi.
Apa yang kita miliki saat ini semata-mata karena Tuhan mau menunjukkan kasih setiaNya bagi kita. Oleh sebab itu janganlah kita terjebak untuk membanggakan semua yang kita miliki.Membanggakan sesuatu yang lahiriah adalah hal yang tidak diperkenankan oleh Tuhan, sebab sekali waktu Dia bisa mengambil semua itu dari kita dalam sekejap mata.Adalah lebih benar jika kita berbangga karena mendapatkan kasih karunia Tuhan dalam hidup kita, jika hendak berbangga berbanggalah karena Tuhan.Daud dalam sebuah mazmur nyanyian mengatakan "Tetapi aku, berkat kasih setia-Mu yang besar, aku akan masuk ke dalam rumah-Mu, sujud menyembah ke arah bait-Mu yang kudus dengan takut akan Engkau."
Pertanyaannya apakah kita masih menghargai Tuhan dalam setiap hidup kita? Apakah kita menyadari bahwa semua adalah berkat Tuhan bagi kita? Jika kita tahu dan sadar tentu kita akan belajar dan terus belajar untuk menjadi orang kristen yang rendah hati.Takut Tuhan yang dimaksud di atas adalah untuk menyimpulkan semua pernyataan sebelumnya, bahwa menyadari berkat Tuhan, menghargai Tuhan, dan hidup rendah hati harus timbul dari sikap yang takut akan Tuhan.Orang yang hidupnya berkenan kepada Tuhan adalah orang yang takut akan Dia sehingga orang tersebut akan menjadi pribadi yang rendah hati dan mau menghargai Tuhan.
Ingatlah semua yang kita miliki adalah berkat kasih setia Tuhan yang kita alami dalam hidup kita. Seperti yang tertulis dalam Firman Tuhan Yohanes 15:5b “ Sebab di luar Aku kamu tidak dapat berbuat apa-apa” Amin.
Pdt. Anton Keliat
GBKP Runggun Semarang
Rabu 25 Desember 2019, Khotbah Matius 2:19-23 (NATAL 1)
Invocatio :
Ketika Israel masih muda, Kukasihi dia, dan dari Mesir Kupanggil anak-Ku itu. (Hosea 11:1)
Bacaan :
Mikha 7:18-20
B
Yesus Orang Nazaret.
Pengantar
perayaan Natal pada umunya ditandai oleh suasana sukacita, kemegahan dan kegembiraan. Tetapi pada saat peristiwa natal yang sesungguhnya terjadi, sangat berbeda dengan kenyataan kegembiraan tersebut.
Pembahasan dan Pemberitaan Teks
Ada dua kelompok yang menyikapi kelahiran Yesus, yang berhubungan langsung dengan teks bahan kotbah natal ini.
1. Golongan terpelajar Orang Majus dari negeri Timur.
Mereka dikenal sebagai ahli perbintangan, Astrologi ahli menafsirkan pergeseran bintang. Mereka suka ilmu pengetahuan dan ilmu pengetahuan telah mempertemukannya dengan Yesus. Mereka mempelajari bintang yang baru muncul dengan cahayanya yang tidak seperti umum. Mereka telah mengenal nubuatan Mikha 5:2 : ”Tetapi engkau hai Betlehem Efrata, hai yang terkecil diantara kaum-kaum Yehuda, dari padaMu akan bangkit bagiKu seorang yang akan memerintah Israel, yang permulaannya sudah sejak purbakala, sejak dahulu kala. ”Mereka tidak mau menyia-nyiakan sesuatu yang besar.
Orang-orang majus adalah orang yang suka menghormati semua allah, tapi mereka bukan penyembah asal-asalan sebab ketika dia menyembah Yesus dipersiapkannya persembahan yang terbaik, Emas, pengakuannya Yesus adalah seorang raja, Kemenyan, pengakuannya Yesus adalah seorang imam (yang akan menjembatani manusia dengan Allah) dan Mur wangi-wangian yang umumnya digunakan untuk mengawetkan mayat manusia, menjadi pengakuannya bahwa Yesus adalah manusia seutuhnya (Allah yang menjadi manusia). Dengan persembahan yang dipersembahkan orang majus Tuhan Allah mencukupkan kebutuhan Yusuf, Maria dan Yesus untuk perjalanan pengungsian dan persembunyiannya.
2. Raja Herodes, pemimpin politik di tempatYesus di lahirkan.
Menerima pertanyaan orang-orang majus “Dimanakah Raja besar, raja segala raja itu dilahirkan” membuat hati raja Herodes “panas” , “seperti orang yang kebakaran jenggot, atau seperti orang yang tersambar petir pada siang bolong, tidak ada hujan dan badai”. Kemarahannya bertambah lagi sebab sesudah orang Majus menemukan bayi Yesus mereka tidak kembali kepada Herodes memberitakannya seperti yang telah dijanjikannya. Inilah yang membuat bertambahtambah amarah dan kesadisan Herodes. Tujuannya membunuh Yesus dan dilakukannya dengan cara membunuh semua bayi laki-laki yang berumur dua tahun kebawah. Ia membenarkan segala cara untuk melindungi kuasanya.
Herodes adalah orang yang cinta dunia melebihisegala-galanya. Ia orang yang dipimpin pikiran dan kemauannya saja. Herodes adalah symbol pengecut yang curang yang tidak berani berhadapan dengan kenyataan. Beberapa penafsir menjelaskan kurang lebih setelah tiga bulan pembunuhan bayi dibawah umur dua tahun itu, Herodes mati di dalam pergumulannya. Usaha Herodes untuk menggagalkan rencana Allah tidak berhasil. Yesus dilindungi Allah daritangan Herodes
Peristiwa natal itu digambarkan sangat menyedihkan ; Pembunuh ananak-anak dibawah umur dua tahun, penuh tangisan ibu-ibu – orangtua karena kematian bayinya, Yusuf, Maria danYesus yang harus mengungsi ke Mesir berpindah lagi ke Nazaret.
Allah melindungi Yesus untuk Israel bukan dengan menghadirkan wibawa pasukan dari Kerajaan Sorga yang ditandingkan dengan pasukan Herodes. Allah melindungi Yesus dengan cara membuat keluarga Yusuf semakin lebih kecil dan semakin tidak berwibawa menurut pandangan dunia. Yusuf, Maria dan Yesus dituntunnya menjadi orang asing, pengungsi di Mesir, dan setelah Herodes mati malaikat Tuhan menyuruhnya kepada orang orang Israel, sebab pada mulanya mereka itulah tujuan misi penyelamatan Yesus. Di Mesir Yusuf, Maria dan Yesus masih lebih aman, tapi Yesus diutus Allah bukan untuk orang-orang Mesir, maka mereka harus kembali kepada kaum bangsaNya.
Di dalam perjalanan ke Yudea malaikat menyuruh Yusuf membawa Yesus ke Nazaret sebab di Yudea kota orang Israel itu Arkhelaus anak Herodes yang memiliki karakter yang sama dengan bapaknya memerintah di sana. Jika Yesus dibawa kekota itu tidak akan selamat dan akan cepat dikenali sebab di sana semua bayi laki-laki dibawah umur dua tahun telah mati dibunuh. Tuhan Allah menyelamatkan Yesus dengan membuat status sosialNya terus semakin lebih kecil, membawaNya ke Nazaret, sebuah kota kecil di atas pebukitan di Galilea, kota yang tidak diperhitungkan dan kota yang tidak dihiraukan dan Yesus menjadi “kelompok masyarakat kelas bawah”. Karena itulah orang-orang Yahudi menolak Yesus, mengejekNya dengan sebutan Yesus orang Nazaret yang artinya Yesus hina dan tidak berharga.
Proklamasi Kerajaan Allah sangat berbeda dengan proklamasi yang kita kenal di bumi yang penuh dengan kemegahan – kemewahan ; tari-tarian, makanan yang beranekaragam, pakaian pesta yang mewah dan lain-lain. Allah memperkenakan KerajaanNya yang besar dengan memberikan Yesus Kristus dalam rupa manusia yang sejak kelahiranNya sudah di tolak dunia (pemerintahan dunia), tidak mendapat penghormatan tetapi Dia terus memperjuangkan keselamatan umat pilihanNya.
Seperti pada Pembacaan Firman Tuhan Mikha7:18-20; Meskipun Allah telah di tolak oleh umatNya Israel, dan mereka di ambang kebinasaan, hidup di dalam dosa dan sudah meninggalkan Allah, menyembah berhala, dan hidup di dalam kebobrokan moral tapi Mikha terus mengajar mereka tentang Firman Allah, bahwa Tuhan Allah penuh pengasihan, yang terus menghargai umatNya, mengampuninya dan membuang segala dosa pelanggarannya kedalam tubir-tubir laut. Tuhan tidak pernah berubah sebab kasihNya yang besar. Ia tidak mendendam dan tidak memendam kemarahanNya tapi karena anugerahNya yang besar ia senantiasa menyatakan kemurahanNya.
Banyak orang tidak peduli kedatangan Yesus, memusuhiNya dan tidak mengerti mengapa Yesus tidak memperkenalkan diri sebagai “orang besar” yang mendemonstrasikan kekuasaanNya supaya Dia terhormat secara dunia. Karena Yesus memperkenalkan diri sebagaiYesus orang Nazaret maka hanya orang yang rendah hatilah yang dapat mengerti dan menerima Yesus. Jadi kalau hari ini kita bersukacita merayakan natal, bersyukurlah sebab kita masih memiliki kerendahan hati dan tahu kebutuhan kita Juruselamat. Yesus mengasihi kita dan terus membagi kasihnya kepada orang-orang yang dating kepadaNya di dengan pertobatan dan penyesalannya, yang mengaku salah dan memohon anugerahNya. Jangan takut dipandang kecil karena melakukan kehendak Kerajaan Allah.
Selamat Hari Natal 25 Desember 2019
Pdt. Ekwin Wesly Ginting-Ketua Klasis Bekasi Denpasar