MINGGU 02 APRIL 2023, KHOTBAH YOHANES 12:12-19

Invocatio :

“Bersorak-soraklah dengan nyaring, hai puteri Sion, bersorak-sorailah, hai puteri Yerusalem! Lihat, rajamu datang kepadamu: ia adil dan jaya. Ia lemah lembut dan mengendarai seekor keledai, seekor keledai beban yang muda.” (Zak 9:9)

Bacaan :

Yesaya 62: 10-12 (Responsoria)

Khotbah :

Yohanes 12: 12-19 (Tunggal)

Tema :

“Lihatlah, Sang Raja Datang”

 

Kata Pembuka

Hari ini kita sampai pada Minggu Passion yang terakhir, yakni Minggu Palmarum. Kita memperingati kedatangan Yesus ke Yerusalem. Setiap tahun kita diingatkan momen ini, yang identik dengan daun palem (palma), yang adalah lambang keadilan, kebaikan, dan kebijaksanaan. Di Minggu Palmarum, penderitaan dan kemuliaan berlangsung menyatu. Yesus datang untuk siap menderita, namun kedatanganNya disambut dengan seruan dan pujian. Inilah Minggu Palmarum, memasuki penderitaan Kristus menuju kayu salib, diawali pemuliaan terhadap pribadi Tuhan Yesus. “Hosana! Diberkatilah Dia yang datang dalam nama Tuhan!

Latar Belakang Teks

Yerusalem adalah kota yang penuh memori sejarah, kota suci orang Yahudi. Pada waktu itu orang Yahudi datang ke Yerusalem untuk merayakan Paskah, yaitu peringatan kebebasan orang Israel dari perbudakan Mesir. Orang terbiasa datang beberapa hari sebelumnya untuk berbagai persiapan melayakkan diri mengikuti Paskah. Ketika itu berita tentang Yesus dan berbagai mujizat-Nya sudah didengar banyak orang, terutama mujizat Lazarus dibangkitkan, yang efeknya paling besar membuat banyak orang percaya kepada Yesus, tetapi sekaligus membuat imam dan orang Farisi bersepakat untuk membunuh Yesus (11: 53).

Ayat 12-16: Orang banyak mendengar bahwa Yesus sedang menuju Yerusalem, mempersiapkan kedatangannya dengan daun palem dan menyambut Dia sambil berseru “Hosana”. Kedatangan Yesus ke Yerusalem dengan menunggangi seekor keledai sudah dinubuatkan oleh Zakaria (Invocatio). Nubuat ini mengandung gagasan mesianik: raja mulia, adil dan jaya, tapi juga lemah lembut dan mengendarai keledai. Pada masa itu orang-orang yang hidup menderita sangat mengharapkan kedatangan Mesias yang akan membebaskan mereka dari penderitaannya. Selain itu ada beberapa golongan orang Yahudi, dengan berbagai ekspektasi kehidupan rohani yang ideal. Orang Farisi menginginkan kekudusan hidup sesuai Hukum Taurat, Orang Saduki mengagungkan ketaatan pada regulasi Bait Allah, orang Zelot adalah kaum yang sangat militan, ingin meruntuhkan kekuasaan Romawi. Tentu Mesias yang diharapkan oleh setiap golongan ini haruslah sesuai dengan kriteria mereka. Namun Yesus datang dengan membawa teologi Kerajaan Allah. Bukan manusia tetapi Allah yang meraja. Allah meraja dalam hidup manusia, untuk menciptakan keadilan dan pendamaian. Kerajaan Allah dalam arti bukan kingdom tapi kingship. Yesus datang sebagai penggenapan nubuat. Kesalahan ada pada interpretasi, atau tidak sesuai ekspektasi, sehingga dalam beberapa waktu sambutan ‘Hosana’ berubah menjadi seruan ‘Salibkan Dia’. Bahkan tercatat bahwa murid-murid Yesus sendiri mula-mula tidak mengerti akan hal ini, tetapi sambil berjalan mereka mendapatkan pengertian itu.

Ayat 17-19: Orang banyak yang bersama-sama dengan Yesus ketika membangkitkan Lazarus, menjadi percaya, lalu memberi kesaksian tentang Dia. Bukan hanya menjadi penonton, mereka menjadi saksi. Merekalah penggerak yang membuat semakin banyak orang yang datang menyongsong Yesus. Ini menjadi pergerakan besar yang tidak terbendung oleh orang-orang yang memiliki pengaruh sekalipun, seperti orang-orang Farisi. Mereka menyaksikan bagaimana rencana jahat membunuh Yesus dan membunuh Lazarus tidak berhasil menimbulkan ketakutan. Sebaliknya, semakin banyak orang yang mengikuti Yesus.

 Pointer Khotbah

Tema “Lihatlah Sang Raja Datang” (Nehenlah Reh Raja) adalah perintah untuk mengarahkan pandangan dan fokus kita kepada Yesus. Setiap detail kedatangan Yesus ke Yerusalem memiliki makna dan pesan bagi kita.

1. Yesus memasuki Yerusalem, setiap langkahnya mendekat pada kematian. IA tetap menghadapi penderitaan, menyongsong bahaya. Yesus tidak mundur meski IA tahu apa yang menanti di depan-Nya. Lebih dari itu IA tetap menghadirkan damai dalam situasi menderita. Belajarlah seperti Yesus yang mampu membawa damai dalam segala situasi. Kiranya antisipasi bahaya kita tidak menghilangkan damai bagi sekitar kita. Misalnya ketika minyak langka, antisipasi kita menumpuk stok minyak sehingga orang lain kesulitan mendapatkannya. Obat sirup dilarang, beberapa orang menumpuk stok obat tablet sehingga obat tablet ikut langka. Upaya antisipasi kita akan bahaya, janganlah menghilangkan damai orang lain.

2. Menunggang keledai, bukan kuda. Yesus menunjukkan identitas-Nya dengan cara yang elegan. Sebelumnya, Yesus meminta murid-muridNya merahasiakan siapa Dia (bdk Mat 16:20). Tapi ketika memasuki Yerusalem, Dia sendiri menunjukkan jati diriNya. Memilih menunggang keledai sebagaimana dinubuatkan oleh Zakaria, sebuah demonstrasi penggenapan nubuat itu. Keledai terlihat lemah tapi sebenarnya kuat, dia berjalan lamban tapi mampu berjalan jauh, badannya kecil tapi sanggup membawa beban berat, bukan hewan atraktif tapi produktif. Yesus datang sebagai Mesias yang rendah hati, menanggung beban dosa umat manusia, tidak show off tapi       perbuatan-Nya besar dan ajaib. Yesuslah Raja yang menunjukkan otoritas tanpa menjadi otoriter.

3. Minggu Palmarum yang hanya berjarak beberapa hari sampai Jumat Agung, mengingatkan kita bahwa betapa mudahnya sanjungan dan pujian berubah dari hinaan dan cacian. Yesus bersikap tepat menghadapi keduanya. Saat dipuji IA tidak menjadi angkuh, saat dihina IA tidak berhenti dalam karya-Nya. Belajarlah seperti Yesus, seperti kata bijak: Dipuji jangan terbang, dihina jangan tumbang.

Penutup

1. Minggu Palmarum mengingatkan kita bahwa Yesus adalah Raja. IA adalah pemilik otoritas utama dalam hidup kita. Tugas Raja bukan memenuhi ekspektasi kita, kitalah yang harus tunduk dan hormat pada Sang Raja. Yesus Kristuslah yang merajai kehidupan kita.

2. Pujian dan sorak-sorai bagi Tuhan jangan seperti ‘udang di balik batu’, memuji karena ada maunya, dan ketika tidak sesuai segalanya menjadi berubah. Biarlah kita dengan tulus menaikkan pujian bagi Tuhan, karena IA layak menerima pujian dari umat-Nya. Tuhan tidak selalu sesuai ekspektasi kita, tetapi yang IA sediakan bagi kita pasti yang terbaik, melebihi apa yang kita pikirkan dan harapkan.

 Pdt Yohana Ginting-Rg Cibubur

 

Info Kontak

GBKP Klasis Bekasi - Denpasar
Jl. Jatiwaringin raya No. 45/88
Pondok Gede - Bekasi
Indonesia

Phone:
(021-9898xxxxx)

Mediate

GBKP-KBD