MINGGU 11 DESEMBER 2022, YESAYA 12:1-6 (MINGGU ADVENT III)

Invocatio        : Mazmur 67:5

Bacaan 1        : Filipi 2:12-18

Tema              : Bersorak dan Bernyanyilah (Ersurak ras Rendelah)


 

I. Teks Khotbah: Yesaya 12:1-6

Nyanyian syukur atas keselamatan

12:1 Pada waktu itu engkau akan berkata: "Aku mau bersyukur kepada-Mu, ya TUHAN, karena sungguhpun Engkau telah murka terhadap aku: tetapi murka-Mu telah surut dan Engkau menghibur aku.

12:2 Sungguh, Allah itu keselamatanku; aku percaya dengan tidak gementar, sebab TUHAN ALLAH itu kekuatanku dan mazmurku, Ia telah menjadi keselamatanku."

12:3 Maka kamu akan menimba air dengan kegirangan dari mata air keselamatan.

12:4 Pada waktu itu kamu akan berkata: "Bersyukurlah kepada TUHAN, panggillah nama-Nya, beritahukanlah perbuatan-Nya di antara bangsa-bangsa, masyhurkanlah, bahwa nama-Nya tinggi luhur!

12:5 Bermazmurlah bagi TUHAN, sebab perbuatan-Nya mulia; baiklah hal ini diketahui di seluruh bumi!

12:6 Berserulah dan bersorak-sorailah, hai penduduk Sion, sebab Yang Mahakudus, Allah Israel, agung di tengah-tengahmu!

II. Pendahuluan

Dalam sebuah acara TV kabel dan Satelit, Discovery Channel, ditayangkan mengenai Teknik pengeboran minyak lepas pantai dengan menggunakan peralatan yang sangat canggih, hingga ke dalam perut bumi guna mengambil contoh bebatuan dan menggali sumber minyak…

Upaya pencarian dilakukan lewat serangkaian ujicoba, survey dan pelacakan melalui alat yang digunakan. Hasilnya penemuan sumber minyak bumi yang kemudian diolah menjadi beberapa sumber energi bagi kebutuhan dan kesejahteraan manusia.

Minyak saja sangat dibutuhkan oleh manusia dan bahkan dapat meningkatkan kesejahteraan manusia, karena dengan minyak mesin-mesin produksi dapat digerakkan untuk menghasilkan barang-barang industri yang dapat digunakan oleh manusia untuk mempermudah dan memperlancar aktifitas manusia…

Bacaan kita dari kitab Yesaya 12, berisi nyanyian syukur yang diucapkan seseorang yang menderita tetapi kemudian mendapatkan pertolongan dan pembebasan dari Tuhan dan memuji kebesaran Allah.

Allah ingin umatNya yang sedang tinggal di “padang gurun” baik secara fisik maupun spiritual, untuk menemukan “mata air keselamatan” dari-Nya. (Konteks padang gurun adalah kering dan tandus sehingga sangat sulit menemukan oase untuk pelepas dahaga. Air sangat dibutuhkan oleh tubuh, kandungan air dalam tubuh manusia sekitar 60-70 % dari berat tubuh).

Yesaya menyamakan keselamatan dari Allah dengan mata air yang memancarkan air yang paling menyegarkan. Allah rindu setiap dari kita, melalui pengakuan dosa dan pertobatan, menemukan kesegaran sukacita yang terdapat dalam mata air keselamatan-Nya yang kekal.

III. Penjelasen Teks Khotbah

  1. Yesaya 12 merupakan kidung pujian kepada Allah atas kesetiaan-Nya dalam memenuhi segala janji-Nya, terutama janji keselamatan.
  2. Nabi Yesaya membesarkan hati umat Allah dengan menyampaikan bahwa dari “mata air keselamatan” Allah, mereka akan menerima kesegaran berupa anugerah, kekuatan, dan sukacita Allah (ay.1-3).
  3. Semua itu akan menyegarkan dan menguatkan hati mereka dan mendorong mereka untuk memuji dan mengucap syukur kepada Allah (ay.4-5).
  4. Semua patut bersyukur bagi 'Allah yang Mahakudus', yang tidak hanya bertahta di sorga kemulianNya, melainkan juga tinggal di tengah-tengah umat-Nya.

Ayat 1, Pada waktu itu engkau akan berkata: 'Aku mau bersyukur kepada-Mu, ya TUHAN, Karena sungguhpun Engkau telah murka terhadap aku: Tetapi murka-Mu telah surut dan Engkau menghibur aku.

Alasan bagi sukacita adalah 'sungguhpun Engkau telah murka terhadap aku: tetapi murka-Mu telah surut dan Engkau menghibur aku.' 'Aku mau bersyukur' , ini merupakan ungkapan alami tentang orang yang sudah menerima pengampunan dan 'penghiburan' dari Tuhan.

Ayat 2, 'Sungguh, Allah itu keselamatanku,' lanjut nabi itu. '< ALLAH itu kekuatanku' Dalam bagian ini, Nabi Yesaya menyatakan dengan tegas bahwa Allah tidak sekedar menyediakan keselamatan dan kekuatan; melainkan juga Ia adalah keselamatan dan kekuatan bagi umatNya. Pengulangan kata 'keselamatan' sebanyak 2 kali, memberi kepastian bagi sifat-sifat orang yang selamat yakni: 'percaya,' 'jangan takut,' 'kekuatan dan mazmurku.'

Ayat 3, 'Maka kamu akan menimba air dengan kegirangan dari mata air keselamatan'.

Air merupakan kiasan keselamatan yang indah bagi mereka yang hidup di tanah yang kering dan tandus seperti Palestina. Pada waktu Hari Raya Pondok Daun umat Allah akan berjalan dari kolam Siloam dan mengisi buyung emas dengan air. Ketika mereka berjalan balik ke bait suci, mereka menyanyikan ayat ini berulang-ulang. Mereka mencurahkan air itu di mezbah sebagai kiasan keselamatan mereka.

Ayat 4, berkata, 'beritahukanlah perbuatan-Nya di antara bangsa-bangsa.'

Dalam ayat ini, Nabi Yesaya menyanjung pekerjaan Tuhan yang menakjubkan atas nama Israel. Sebagaimana tugas tunggal tertinggi Israel, demikian juga tugas tunggal tertinggi gereja adalah membuat manusia memuji nama Tuhan atas apa yang IA sudah perbuat dan terus berbuat untuk kita. Yang 'ditinggikan' adalah 'nama-Nya, bukan nama kita.

Ayat 5, 'Perbuatan-Nya mulia; baiklah hal ini diketahui di seluruh bumi!' '

Ini merupakan isi bagi berita yang disampaikan oleh pengabar sukacita yang sejati yakni pelbagai perbuatan yang sangat berkuasa dari Allah. Siapakah pengabar sukacita itu? Umat Allah dan gereja pada masa kini.

Ayat 6, berkata, 'Berserulah dan bersorak-sorailah (karena sukacita), < sebab Yang Mahakudus, Allah Israel, agung di tengah-tengahmu!"

Umat manusia harus percaya kepada Allah 'Yang Kudus.' Ia tidak dapat dimanipulasi seperti berhala kaum penyembah berhala. Ia bukan kekuatan tanpa pribadi, yang tidak peduli terhadap pelbagai kenyataan kehidupan.

(Jadi, posisi orang yang mengalami sukacita yang diungkapkan lewat seruan dan sorak sorai lebih kecil dibandingkan dengan Allah Yang MahaKudus. Karena itu, hendaklah suka cita kita, kita persembahkan dengan benar demi hormat dan kemuliaan Tuhan)

Dari penjelasan di atas, Yesaya menegaskan empat respon orang yang mengalami keselamatan dari Allah.:

(1) Mereka akan bersyukur kepada Tuhan atas keselamatan mereka dari dosa,

(2) Mereka akan percaya kepada Dia,

(3) Mereka akan bersukacita di dalam Dia, dan

(4) Mereka akan memberitakan kepada bangsa-bangsa perbuatan-Nya yang luar biasa bagi keselamatan.

Khotbah :

Saudara-saudara yang terkasih dalam nama Tuhan Yesus Kristus,

Setiap kali ketika kita menerima Berita sukacita (good news), entah itu berupa kelahiran seorang bayi/cucu, hadiah ulang tahun, menang undian dari bank, bea siswa, atau sembuh dari sakit penyakit, lepas dari musibah dll, tidak mungkin kita simpan dalam hati dan nikmati sendiri. Melainkan kita akan meluapkannya dengan kegirangan, apakah melalui media sosial atau lewat perkataan dan perbuatan.

Sukacita itu akan menjadi luapan pujian dan syukur tak terbendung yang akan mendorong kita untuk menaikkan pujian kepada Tuhan.

Perasaan itulah yang sedang dialami oleh bangsa Israel.

Bangsa Israel melantunkan puji-pujian kemuliaan (doksologi) bagi Allah oleh karena Allah telah melakukan perbuatan yang besar bagi umatNya.

Doksologi ini dapat kita bagi kedalam tiga bagian.

Bagian pertama adalah sebuah pujian dan syukur yang lebih bersifat eksklusif, terbatas dalam kalangan umat Allah (ayat 1-3).

  • Puji-pujian dan syukur dinaikkan karena meskipun Allah telah menumpahkan murka-Nya, tetapi Allah juga adalah Allah yang menyelamatkan dan menghibur umat-Nya.

Murka Allah tidak dimaksudkan hanya untuk menghukum, melainkan untuk mendisiplinkan umatNya dalam kasih. Puji- pujian dan syukur dinaikkan meskipun hukuman tetap diberikan. (Ini adalah sebuah sikap yang indah ketika seseorang menyadari bahwa Allah tetap adalah Allah yang baik meskipun Ia memberikan hukuman yang seharusnya diberikan sebagai akibat dosa manusia)

Murka Allah tidak berlangsung untuk selamanya. Umat Allah dapat percaya dan berharap kepada-Nya serta menyerahkan segala rasa takut mereka.

  • Allah yang begitu baik telah mengundang umat-Nya untuk meminum air dari sumur keselamatan, Allah memberikan anugerah-Nya secara cuma-Cuma. Allah kini dilihat sebagai satu-satunya kekuatan, pengharapan dan keselamatan.

Bagian kedua adalah pujian dan syukur yang lebih inklusif, Nabi mengajak bangsa- bangsa lain untuk mengenal Tuhan yang begitu baik (ayat 4-5).

  • Ini adalah respons yang sangat wajar. Ketika seseorang memiliki Allah yang begitu baik, adil dan Maha Kuasa, dan telah menerima keselamatan secara cuma-cuma, maka tidak ada hal lain yang lebih alamiah daripada mengajak semua orang untuk mengenal Dia! Sehingga mereka pun beroleh kebaikan, keadilan dan keselamatan dari Tuhan.
  • Keselamatan total bagi orang percaya bukan hanya sebuah mimpi tanpa jaminan. Allah pasti akan mewujudkan janji-Nya.

Bagian Ketiga, pujian dan syukur bagi Allah yang transenden sekaligus imanen (6).

- Allah yang kita puji dan sembah adalah 'Allah yang Mahakudus' yang berada di Tahta Maha Kudus, sekaligus IA juga adalah Allah yang agung yang tinggal di tengah-tengah kehidupan umat-Nya. (Penggenapan nubuatan Sang Imanuel diwujudkan dalam diri Mesias Yesus Kristus). 

V. Aplikasi

1. Manusia ditengah-tengah kehidupannya akan terus berupaya agar kehidupannya senantiasa aman, nyaman, tenang, damai dan sukacita dan sesudah mati masuk surga.

Nggak ada yang salah dengan hal ini.

Akan tetapi dalam upaya mencapai semua itu, ternyata tidak cukup jika ukuran

yang kita pakai adalah ukuran dunia.

Keamanan, kenyamanan, ketenangan, kedamaian dan sukacita dan kelak masuk surga

harus berdasarkan rasa syukur kepada Tuhan atas karya keselamatan yang telah dan

sedang dikerjakanNya bagi kita, percaya kepadaNya, bersukacita di dalam Dia, dan

bersedia memberitakan kepada bangsa-bangsa perbuatan-Nya yang luar biasa bagi

keselamatan manusia. Sehingga apa yang dikatakan dalam invocation, Mazmur 67:5 tergenapi: “Kiranya suku-suku bangsa bersukacita dan bersorak-sorai, sebab Engkau memerintah bangsa-bangsa dengan adil, dan menuntun suku-suku bangsa di atas bumi.”

2. Belajar dari ungkapan pujian dan syukur Israel, pemberitaan kebaikan Tuhan justru dilakukan melalui hidup yang penuh kegembiraan. Namun, bukan berarti penderitaan tidak pernah mendera kita. Penderitaan dipakai Tuhan sebagai sarana untuk melatih kita sehingga semakin tahan uji (Ilustrasi: Perlunya simulasi kebakaran di sekolah. Dengan adanya simulasi memudahkan warga sekolah menghadapi jika kebakaran benar-benar terjadi: kemana harus berlari, meminta bantuan, mencari air untuk melakukan pemadaman dsb).

Sebaliknya di tengah derita yang dialami, kita masih mampu bergembira karena Tuhan menyertai dan mendatangkan kebaikan dan damai sejahtera-Nya dalam kehidupan umat-Nya. Segala sesuatu indah pada waktunya.

3. Bersyukurlah untuk kasih dan keadilan-Nya, perbuatan-Nya yang ajaib serta kekudusan dan penyertaan Allah dalam hidup kita. Berbahagialah kita yang telah menerima kemurahan Tuhan melalui karya keselamatan. Sebagaimana bacaan kita dari Kitab Filipi 2:12-18, berisi tentang seruan bagi orang percaya untuk tetap mengerjakan keselamatan yang Tuhan nyatakan bagi kita dengan takut dan gentar dan tetap berpegang pada firman kehidupan.

4. Tema kita Minggu ini: Bersorak dan Bernyanyilah (Ersurak ras Rendelah)

Tema ini mengajak kita agar kita terus mengumandangkan nyanyian dan sorak sorai bagi Tuhan (doxologi) atas segala sesuatu yang telah dilakukanNya bagi kebaikan kita umatNya.

Dengan bersorak dan bernyanyi, menjadikan kita pribadi yang bersyukur.

a. Bersyukur membuat kita melihat karya keselamatan yang telah dikerjakan Tuhan Yesus dalam hidup kita.

b. Bersyukur memampukan kita untuk menjalani hidup dengan kualitas iman yang selalu mengandalkan Tuhan Yesus karena kita percaya Dia ada bersama dengan kita di setiap musim kehidupan kita.

c. Bersyukur menjadikan kita tetap aktif menjalani hidup di tengah situasi, karena kita menyadari bahwa hidup yang kita jalani sampai saat ini adalah anugerah Tuhan Yesus yang kita terima dan bukan hasil usaha kita sebagai manusia yang terbatas sehingga kita menerimanya dan membagikan hidup itu bagi keluarga dan sesama kita.

5. Kesimpulan

  1. Jadikan Tuhan dan firmanNya sebagai kekuatan, penghiburan dan keselamatan bagi kita
  2. Penderitaan bagi orang percaya akan selalui ada, Jadikan Tuhan dan firmanNya sebagai air sejuk yang menghapus air mata.
  3. Pujian dan syukur atas kebaikan Tuhan akan menjadi kesaksian bagi segala bangsa.
  4. Bersorak dan bernyanyilah bagi Tuhan, sebab IA baik dalam segala keputusanNya.

Pdt Philipus Tarigan - GBKP Runggun Cililitan

MINGGU 04 DESEMBER 2022, KHOTBAH FILIPI 1:3-11

Invocatio         : “Jawab perempuan itu kepada-Nya: “Aku tahu, bahwa Mesias akan datang, yang disebut juga Kristus; apabila IA datang, IA akan memberitakan                                    segala sesuatu kepada kami.” (Yohanes 4: 25)

Bacaan            : Mazmur 24: 1-10 (R)

Tema               : Milih si Mehulina Sope Kristus Reh/ Memilih yang Baik Menjelang Hari Kristus


 

Pengantar

Minggu ini gereja memasuki Minggu Advent yang ke 2. Umumnya gereja sudah disibukkan dengan persiapan Natal supaya bisa memberi yang terbaik dalam peringatan kelahiran Kristus. Tetapi kita perlu berimbang dalam menghayati Advent yang juga merupakan masa penantian akan kedatangan Kristus kedua kali. Dalam Minggu-Minggu Advent gereja dapat memberi penekanan pada kesedian untuk mengevaluasi diri yang menghantarkan kepada pertobatan sebagai persiapan jalan bagi kedatangan Kristus.

Penjelasan Teks Filipi 1: 3-11

Ayat 3-6: Surat dari dalam penjara

Sekalipun dituliskan dalam situasi yang tidak nyaman dalam penjara, Paulus banyak mengucap syukur. Ia mengucap syukur pada Allah saat mengingat penerima suratnya ini, yang senantiasa ia doakan dengan sukacita. Paulus tahu bahwa jemaat setia dalam persekutuan sejak mereka menerima Berita Injil, terus terpelihara sampai saat penulisan surat. Saat terbelenggu secara fisik di dalam penjara, semangat Paulus tidak terbelenggu, ia terus berkarya lewat surat-suratnya kepada jemaat yang sangat ia kasihi. Ada alasan kuat dalam diri Paulus untuk melihat dan merasa lebih dari apa yang ada di depan mata. Situasi sulit tidak pernah menjadi penghalang baginya untuk mengucap syukur dan tetap berguna bagi banyak orang. Alasan itu adalah Kristus sendiri. Paulus yakin sepenuhnya bahwa Allah yang memulai pekerjaan baik akan meneruskan sampai pada akhirnya ketika Kristus Yesus datang, bukan hanya bagi jemaat Filipi tetapi juga bagi dirinya. Keyakinan akan penyertaan Tuhan memungkinkan kita untuk tetap bersyukur dalam segala situasi. Banyak pilihan respon tapi pilihlah mengucap syukur.

Ayat 7-9 Doa Paulus

Paulus mengenal Allah dan mengenal jemaat Filipi. Surat yang ia tuliskan bukanlah surat egosentris yang berisikan keluhan-keluhan dari dalam penjara, melainkan berfokus pada jemaat Filipi dalam pertumbuhan imannya. Kasihnya kepada jemaat diungkapkan dengan jujur dan tulus dalam suratnya (ayat 8). Doa yang umumnya dituliskan dalam surat-surat di masa itu adalah agar penerima surat menerima kesehatan, kemakmuran, kesuksesan. Tetapi Paulus berdoa agar jemaat Filipi berlimpah dalam kasih. Kasih yang semakin melimpah itulah yang akan membuat jemaat menjaga diri suci dan tak bercacat, penuh dengan buah kebenaran. Kasih dan pengetahuan perlu sejalan. Berbicara kasih kita berbicara di ranah afektif, tentang perasaan. Sedangkan pengetahuan cenderung bicara soal kognitif, menggunakan pikiran. Dalam mempertahankan iman percaya sampai kedatangan Yesus kelak, kita memerlukan keduanya. Sebab kasih tanpa pengetahuan adalah penipuan perasaan. Sedangkan pengetahuan tanpa kasih adalah pemupukan kesombongan.

Ayat 10-11 Tujuan Paulus

  1. Sehingga kamu dapat memilih apa yang baik. Ini berbicara tentang proses yang terjadi di dalam diri: menimbang dan menguji di dalam hati dan pikiran. Apa yang ada di dalam diri, kualitas filter seperti apa yang menyaring segala sesuatunya, tentu sangat mempengaruhi keputusan untuk melakukan/tidak melakukan suatu perbuatan. Kasih yang dibarengi dengan pengetahuan dan pengertian akan menolong dalam proses ini.
  2. Supaya kamu suci dan tak bercacat menjelang hari Kristus. Bagaimana proses di dalam diri, terlihat dari yang keluar dari perkataan dan perbuatan yang suci dan tak bercacat, agar siap kapanpun Kristus datang. Ini yang diharapkan oleh Paulus bagi jemaat Filipi. Tetapi siapakah yang bisa hidup suci dan tidak bercacat? Kesempurnaan itu sulit dicapai dengan upaya manusia, sekuat dan sehebat apapun berusaha, akan tetap ada yang kurang. Karena itu Paulus menambahkan poin ke 3.
  3. Penuh dengan buah kebenaran yang dikerjakan oleh Kristus. Buah adalah hasil dari sebuah proses. Jadi suci dan tak bercacat itu adalah pekerjaan Kristus dalam diri setiap orang yang mau dibentuk. Bukan usaha manusia semata-mata melainkan pekerjaan Kristus yang dilakukan dalam diri manusia, menghasilkan buah kebenaran. Pada akhirnya ini semua bertujuan untuk memuliakan dan memuji Allah. Melalui karya Roh Kudus, IA sendiri yang mempersiapkan dan membentuk manusia agar siap saat kedatangan Yesus kelak.

Hal ini senada dengan bacaan Mazmur 24, kita melihat ada syarat orang yang boleh naik ke atas gunung Tuhan dan berdiri di tempat-Nya yang kudus, yaitu orang yang bersih tangannya, murni hatinya, yang tidak menyerahkan dirinya kepada penipuan dan yang tidak bersumpah palsu. Menjadi layak dihadapan Tuhan berarti berjuang untuk hidup suci, tidak bercacat, bersih tangan, murni hati dan jujur. Inilah yang harusnya menjadi pilihan kita setiap hari, dari sekian banyak pilihan-pilihan yang diperhadapkan bagi kita. Berita baiknya adalah, kita tidak berusaha dengan kekuatan sendiri tetapi ada Kristus yang bekerja dalam diri setiap orang yang bersedia dipakai dan dibentuk oleh-Nya.

Pointer Aplikasi

  1. Belajar melihat dengan mata iman, bahwa Tuhan tidak meninggalkan kita di tengah-tengah perjalanan. Karena itu kita mampu bersyukur dalam berbagai situasi seperti Paulus. Melihat jauh ke depan, saat kedatangan Kristus ke dunia kelak. Allah memulai pekerjaan baik dan akan meneruskannya sampai pada akhirnya. Allah adalah setia, apakah kita juga setia?
  2. Tetap bertekun dalam doa, berkarya menurut yang Tuhan percayakan, baik atau tidak baik waktu dan situasinya. Ada tipe pelayan Tuhan yang menggebu-gebu saat situasi kehidupannya baik, tetapi mundur saat kehidupannya mulai diterpa badai hidup. Kemudian berjanji akan kembali saat persoalan hidup sudah selesai. Belajarlah dari Rasul Paulus, belenggu penjara sekalipun tidak bisa menghentikannya untuk melayani Tuhan.
  3. Minggu Advent mengingatkan kita untuk bersiap-siap, Firman Tuhan dari Surat Filipi dan Mazmur memberi kita gambaran apa yang harus kita kerjakan. Berusaha hidup benar, suci dan tidak bercacat kita lakukan sebagai tanda kita mengenal siapa Allah dan siapa diri kita. Kita orang-orang yang telah ditebus mahal dengan darah Kristus, kita telah dibenarkan dan disucikan, maka menjelang kedatangan Kristus kita menjaga diri sebagaimana Allah inginkan. Bukan supaya selamat, melainkan karena tahu kita sudah diselamatkan. Kita mengenal Dia yang akan datang dengan baik dan ingin memberi yang terbaik bagi-Nya, yaitu persembahan hidup yang tidak bercacat dan bercela.

Pdt Yohana Ginting-GBKP RUNGGUN CIBUBUR

MINGGU 27 NOVEMBER 2022, KHOTBAH YESAYA 11:1-10

Invocatio        : Matius 1:23

Bacaan           : Matius 3:1-12

Thema            : Raja Damai Yang Akan Datang


  I. Pendahuluan

Gereja mengawali kalender gerejawi pada hari Minggu Adven I, bukan pada tanggal 1 Januari (Tahun Baru). Dari perspektif Tahun Liturgi, perayaan tanggal 1 Januari dihayati sebagai perayaan Yesus diberi nama. Menurut Hukum Taurat, setiap anak laki-laki Israel harus disunat dalam usia 8 hari setelah lahir. Di saat itulah anak-anak Israel diberi nama (bnd. Kej. 17:2; Im. 12:3; Luk. 2:22-23). Jadi, perayaan Tahun Baru 1 Januari didasarkan pada perayaan Yesus diberi nama. Tahun liturgi justru dimulai pada minggu Adven yang menunjuk pada kedatangan Kristus yang kedua kali dalam kemuliaanNya. Oleh karena itu, istilah Adven berkaitan dengan Parousia, yaitu kedatangan Kristus sebagai Hakim dan Raja pada akhir zaman. Gereja dengan sengaja menempatkan awal tahun Liturgi dalam perspektif Parousia (kedatangan Kristus yang kedua) agar iman umat bergerak secara eskatologis. Dengan iman yang eskatologis, selaku umat percaya, kita mengarahkan seluruh pandangan dan mata rohani yang tertuju kepada Yesus (bnd. Ibr. 12:2). Iman kepada Allah di dalam Kristus tertuju secara progresif kepada Yesus yang akan datang dalam kemuliaanNya setelah kita diselamatkan dan diperdamaikan dengan karya penebusanNya di kayu salib.

Dalam kalender Tahun Liturgi, Adven merupakan “tahun baru” (new year), “waktu baru” (new time), dan “kehidupan baru” (new life). Perayaan Adven mengundang umat untuk bangun dari berbagai pergumulan dan harapan semu, sehingga dapat disegarkan dalam anugerah dan pengharapan yang baru dari Allah. Umat perjanjian baru merupakan kelanjutan dari umat perjanjian lama. Umat Kristen dan Israel memiliki pengharapan yang sama, yaitu dunia yang baru karena dipulihkan, diberkati, dan dipedulikan Allah. Melalui diri Kristus, setiap umat ditawari suatu keberadaan hidup yang baru.

II. Isi

Keyakinan iman Kristen terhadap Kristus sebagai satu-satunya jalan keselamatan bukanlah tanpa dasar teologis. Bahan bacaan Matius 3:1-12 menyaksikan bagaimana Yohanes Pembaptis menyampaikan firman Tuhan agar umat Israel bertobat. Teguran Yohanes Pembaptis tersebut juga ditujukan kepada orang Farisi dan Saduki yang menganggap dirinya sebagai pelayan-pelayan Allah yang telah memperoleh keselamatan. Inti dari seruan dan tegurannya adalah agar mereka membuktikan buah pertobatan daripada sekadar giat dalam ritual ibadah; juga agar mereka tidak menganggap keselamatan dari Allah diterima secara otomatis hanya karena mereka berasal dari keturunan Abraham. Karena siapa pun yang tidak menghasilkan buah pertobatan akan binasa (bnd. Mat. 3:10). Dalam konteks itulah, Yohanes membaptis mereka dengan air, yaitu agar mereka mengakui dosa dan bertobat, memperoleh pengampunan Allah. Namun yang sangat menarik, ia kemudian di hadapan orang banyak membuat suatu pernyataan “Aku membaptis kamu dengan air sebagai tanda pertobatan, tetapi Ia yang datang kemudian dari padaku lebih berkuasa dari padaku dan aku tidak layak melepaskan kasut-Nya. Ia akan membaptiskan kamu dengan Roh Kudus dan dengan api” (Mat. 3:11). Yohanes Pembaptis menyatakan bahwa akan segera muncul seorang yang lebih berkuasa daripadanya. Orang yang dimaksudkan oleh Yohanes Pembaptis sangatlah jelas, yaitu Yesus dari Nazaret, di Galilea.

Padahal tentang diri Yohanes Pembaptis, Tuhan Yesus menyebutnya sebagai seorang yang “lebih daripada nabi” (Mat. 11:9). Namun, di tepi Sungai Yordan, Yohanes Pembaptis malah menyebut Yesus sebagai “yang lebih berkuasa daripadaku” (Mat. 3:11). Perkataan Yohanes Pembaptis tentang Yesus ini menunjukkan kedudukan Tuhan Yesus yang jauh lebih tinggi daripada nabi, bahkan melebihi dirinya sendiri. Dia lebih berkuasa dari segala yang ada, sehingga Yohanes Pembaptis pun menyatakan bahwa ia tidak layak melepaskan kasut-Nya. Alasan teologis tentang sikapnya yang memuliakan Kristus, yaitu, “Ia (Yesus) akan membaptis kamu dengan Roh Kudus dan dengan api” sedangkan Yohanes Pembaptis sendiri hanya dapat membaptis mereka dengan air sebagai tanda pertobatan. Selain itu, hanya Kristus saja yang mampu menjadi Hakim yang ditentukan Allah untuk mengadili umat manusia. Itu sebabnya Yohanes Pembaptis berkata, “Alat penampi sudah di tangan-Nya. Ia akan membersihkan tempat pengirikan-Nya dan mengumpulkan gandum-Nya ke dalam lumbung, tetapi debu jerami itu akan dibakar-Nya dalam api yang tidak terpadamkan” (Mat. 3:12). Peran Kristus sebagai Hakim Allah di akhir zaman disaksikan secara figuratif, yaitu seperti seorang yang menampi bulir-bulir gandum dengan alat penampi agar Dia dapat memisahkan dan membuang kulit-kulit gandum. Lalu Dia akan mengumpulkan bulir-bulir gandum ke tempatnya, sedangkan sekam gandun itu akan dibakar-Nya. Demikian pula wewenang dan kuasa Kristus. Dia ditentukan oleh Allah sebagai penampi untuk memisahkan “yang benar” dengan “yang tidak benar”, “yang kudus” dengan “yang fasik”. Mereka yang benar di hadapan Allah akan dikaruniai keselamatan, sedangkan yang jahat dan fasik akan dibinasakan.

Pemberitaan Yohanes Pembaptis tentang Kristus yang memiliki segala kuasa dan memiliki wewenang untuk membaptis umat percaya dengan Roh Kudus dan api didasarkan pada nubuat Nabi Yesaya (bahan khotbah). Dalam Yesaya 11:1 ditegaskan bahwa identitas Mesias, orang yang diurapi Allah berasal dari keturunan Isai, ayah Raja Daud. Itulah sebabnya nubuat Nabi Yesaya tentang Mesias dimulai dengan pernyataan, “Suatu tunas akan keluar dari tunggul Isai, dan taruk yang akan tumbuh dari pangkalnya akan berbuah” (Yes. 11:1). Barulah setelah itu, Nabi Yesaya menguraikan karakter utama yang dimiliki Sang Mesias pada ayat berikutnya, yaitu: seluruh hidup-Nya dikuasai oleh Roh Tuhan, memiliki roh hikmat dan pengertian, roh nasihat dan keperkasaan, roh pengenalan, dan roh takut akan Tuhan. Dengan karakter tersebut, Dia akan mampu menghakimi seluruh umat manusia dengan penuh keadilan. Dia menjadi pembela orang lemah dan tertindas. Di sisi lain, Sang Mesias akan bersikap tegas kepada orang fasik, sehingga dengan kuasa firman-Nya, “ia akan menghajar bumi dengan perkataannya seperti dengan tongkat, dan dengan nafas mulutnya ia akan membunuh orang fasik” (Yes. 11:4).

Gambaran karakter Sang Mesias yang bernada “keras” tersebut perlu dipahami dalam peran utama-Nya sebagai Hakim Allah. Nubuat Nabi Yesaya tersebut tidak dimaksudkan bahwa Sang Mesias gemar menggunakan kekerasan sebagai pola kerja dan strategi pelayanan-Nya. Pemerintahan Sang Mesias sendiri pada akhirnya bermuara pada suatu kehidupan yang penuh syalom. Dalam Yesaya 11:6-9, digambarkan suatu keadaan yang tanpa permusuhan, dengan gambaran figuratif, “Serigala akan tinggal bersama domba, macan tutul akan berbaring di samping kambing, anak lembu dan anak singa akan makan rumput bersama, lembu dan beruang akan sama-sama makan rumput, sunga akan makan jerami seperti lembu, anak yang menyusu bermain dekat liang ular tedung”. Pada intinya, pemerintahan Kerajaan Sang Mesias bertujuan agar, “Tidak ada yang akan berbuat jahat atau yang berlaku busuk di seluruh gunung-Ku yang kudus, sebab seluruh bumi penuh dengan pengenalan akan Tuhan seperti air laut yang menutupi dasarnya” (Yes. 11:9).

III. Refleksi

Nubuat Nabi Yesaya tersebut secara khusus menunjuk kepada diri Tuhan Yesus. Dalam hal ini, Yohanes Pembaptis juga menegaskan bahwa hanya Mesias saja yang berhak dan memiliki wewenang untuk membaptis dengan Roh Kudus dan api. Ketika Yesus meminta Yohanes untuk membaptis-Nya, Yohanes Pembaptis menyatakan, “Akulah yang perlu dibaptis oleh-Mu” (Mat. 3:14). Jadi, Kristuslah yang telah ditentukan Allah menjadi Juruselamat, sekaligus Hakim-Nya yang akan mengadili umat manusia pada akhir zaman. Dalam khotbahnya, Yohanes Pembaptis berseru, “Bertobatlah, sebab Kerajaan Sorga sudah dekat” (Mat. 3:12). Kedatangan Kerajaan surga berarti suatu peristiwa erkatologis saat Kristus akan menghakimi umat manusia. Sebelum Kerajaan Surga tersebut datang, manusia harus segera bertobat dengan menanggalkan kehidupan lamanya.

Percaya kepada Kristus sebagai satu-satunya jalan keselamatan dan Hakim justru membuka ruang serta dimensi spiritualitas yang lebih luas bagi pemerintahan-Nya untuk menguasai kehidupan kita, sehingga sepenuhnya dikuasai oleh kasih dan keadilan-Nya. Makna iman kepada Kristus justru menjadi manifestasi dari spiritualitas umat percaya yang ditandai oleh sikap pertobatan, yaitu kesediaan untuk membuang segala bentuk superioritas diri, kesombongan rohani dan segala hawa nafsu duniawi. Dengan spiritualitas iman yang demikian kita dimampukan untuk berlaku adil terhadap kehadiran orang yang berbeda dengan kita.

Dalam masa Adven ini, kita dipanggil untuk makin membuka diri terhadap karya Kristus sehingga pemerintahan-Nya semakin menguasai dan mengendalikan seluruh kehidupan kita secara efektif. Melalui karya dan pemerintahan Kristus, kita dimampukan untuk menghadirkan syalom dalam setiap ruang kehidupan ini. Syalom Kristus tersebut akan menciptakan karya Allah yang membebaskan setiap tirani, belenggu dan kejahatan di atas muka bumi ini. Kita dipanggil untuk makin percaya bahwa Kristus adalah satu-satunya jalan keselamatan dan Hakim Allah yang akan mengadili setiap umat manusia. Selain itu, dengan sikap iman yang personal dan khusus kepada-Nya, kita juga dipanggil untuk menciptakan kerukunan dengan semua pihak tanpa pernah membedakan latar belakang budaya, agama, dan etnis. Melalui kehidupan kita, orang di sekitar kita, yaitu para anggota keluarga, sesama dalam pekerjaan dan pergaulan, anggota jemaat, dan masyarakat dapat melihat kehidupan kita sebagai cermin kehidupan Kristus. Kristus yang hadir bukan untuk menciptakan ancaman terhadap yang berbeda dengan diri-Nya sendiri, melainkan mendamaikan setiap sikap permusuhan dan menghadirkan jembatan kehidupan melalui pengurbanan nyawa-Nya di atas kayu salib.

Di sini, kita dapat melihat perbedaan Kristus dengan agama yang dilembagakan melalui agama Kristen. Hakikat Kristus selalu melampaui gereja-Nya. Tidak setiap gereja mengekspresikan kedirian Kristus secara tepat, karena itu mereka dipanggil untuk selalu berubah dan diubah oleh Kristus. Semakin kita berubah dan diubah oleh Kristus, semakin kita mampu bertindak penuh kasih dan adil. Kepastian keselamatan di dalam Kristus memastikan langkah hidup kita untuk menghadirkan keadilan dan damai sejahtera tanpa syarat. Jika demikian, apakah kita kini bersedia menjadi tangan Kristus untuk mengkomunikasikan kasih-Nya? Apakah kita bersedia menjadi mulut Kristus untuk memberitakan firman Allah dan membela keadilan bagi sesama yang tertindas? Apakah seluruh kehidupan kita tertuju hanya kepada-Nya? Di dalam Kristus, Allah telah menghadirkan Kerajaan-Nya yang adil dan penuh keselamatan. Kini melalui hidup kita, Allah memanggil kita untuk menghadirkan Kerajaan Kristus di tengah zaman yang merelatifkan kebenaran dan keadilan.

 

Pdt. Andreas Pranata Meliala-GBKP Rg. Cibinong

Info Kontak

GBKP Klasis Bekasi - Denpasar
Jl. Jatiwaringin raya No. 45/88
Pondok Gede - Bekasi
Indonesia

Phone:
(021-9898xxxxx)

Mediate

GBKP-KBD