MINGGU 26 FEBRUARI 2023, KHOTBAH LUKLAS 9:43b-45

(MINGGU INVOCAVIT: Berserulah kepadaKu/Erlebuh ia ku Aku)

Invocatio : “Dan barang siapa yang berseru kepada nama Tuhan akan diselamatkan, sebab di gunung Sion dan di Yerusalem akan ada keselamatan, seperti yang telah difirmankan Tuhan; dan setiap orang yang dipanggil Tuhan akan termasuk orang-orang yang terlepas” (Yoel 2:32)

Bacaan : 2 Raja-Raja 20:1-6

Khotbah : Lukas 9:43b-45

Tema : “Yesus Memberitahukan Tentang KematianNya/Ituriken Jesus Kerna KematenNa”

 

 

 

I. PENDAHULUAN

Kita akan memasuki minggu sengsara II (Passion II) yang dinamai dengan Minggu Invocavit. Invocavit artinya “Berserulah kepadaKu” diambil dari Mazmur 91:15a “Bila ia berseru kepadaKu, Aku akan menjawab”. Tuhan setia mendengar seruan kita, Tuhan tidak pernah menutup telingaNya terhadap doa-doa kita. Ketika kita merenungkan derita dan sengsara Kristus, patutlah kita menyadari betapa berdosanya kita dan betapa besarnya kasih Tuhan bagi kita.

Bila kita memanggil Dia ketika kita mengalami kesesakan maka Dia akan menyertai kita, dan Dia akan meluputkan kita dari kesesakan itu. Dengan nama Invocavit diperlihatkan betapa Tuhan mengasihi umat yang percaya kepadaNya. Minggu Invocavit mengingatkan bahwa Tuhan pasti mendengar seruan orang yang meminta pertolonganNya. Dengan perkataan lain, nama minggu ini mengingatkan supaya kita percaya menyampaikan masalah kita kepadaNya, karena Dia pasti menjawab. Tuhan adalah sahabat yang senantiasa siap menemani kita ketika kita dihadang masalah dan penderitaan berat. Seberat apapun masalah yang kita hadapi, Dia mampu menolong kita.

Dalam keadaan menderita atau mengalami pergumulan berat manusia cenderung melupakan Allah dan menyalahkan Allah sebagai bentuk kekecewaannya. Tuhan mengijinkan semua itu terjadi karena Tuhan ingin mendidik kita menjadi pribadi yang kuat dan bertumbuh dalam iman karena sesungguhnya dalam kelemahanlah kuasa Allah menjadi nyata. Karena permasalahan yang kita alami seringkali kita lupa akan kebaikan dan berkat serta kasih yang Tuhan curahkan kepada kita. Kita hanya sibuk dengan pemikiran egois kita yang tidak beralasan. Kita terus mengeluh namun kita tidak mau menyerahkannya kepada Tuhan. Padahal saat kita berseru kepadaNya Tuhan pasti akan mendengar dan menjawab seruan kita.

 II. RENUNGAN

Nas khotbah kita ini menceritakan ketika Yesus yang sedang berbicara kepada para murid-Nya mengenai keadaan hidup-Nya yang akan terjadi. Yesus dengan jelas menegaskan bahwa: “Dengarlah dan camkanlah segala perkataan-Ku ini: Anak Manusia akan diserahkan ke dalam tangan manusia”. Dari perkataan-Nya tersebut, Yesus bermaksud untuk menjelaskan bahwa diri-Nya sebagai anak manusia akan diserahkan ke dalam tangan manusia. Ia akan mengalami penderitaan sebagai bentuk ketaatan-Nya pada Bapa. Namun nampaknya, para murid tidak paham akan maksud dari perkataan Yesus sendiri.

Yesus Juruselamat kita adalah Allah yang telah menjadi manusia, di dalam Filipi 2:7 disebutkan bahwa Yesus telah mengosongkan diriNya sendiri dan mengambil rupa seorang hamba dan menjadi sama dengan manusia. Yesus adalah Allah tetapi juga manusia, namun Yesus bukanlah pribadi setengah Allah dan setengah manusia. Yesus benar-benar Allah: 100 % Allah sekaligus 100 % manusia. Kristologi Yesus sebagai Allah dan manusia hanya dapat dipahami dengan iman dan bukan logika. Dalam kesaksian kitab-kitab injil, Yesus sendiri menyebut diriNya ‘Anak Manusia’.

Dalam Lukas 9:44b dikatakan “Anak manusia akan diserahkan ke dalam tangan manusia”, untuk kedua kalinya Yesus memberitahukan tentang tujuan kedatanganNya sebagai manusia bahwa Ia akan mengalami penderitaan bahkan dibunuh namun akan dibangkitkan pada hari ketiga. Yesus menyebut dirinya sebagai Anak manusia, Dia menghubungkan identitasNya sebagai Anak manusia dengan misi penebusanNya yang digenapi melalui penderitaan. Yesus mengalami sengsara dan derita yang sangat menyakitkan secara manusia. “Anak manusia akan diserahkan ke dalam tangan manusia”, pernyataan Yesus ini menunjukkan bahwa Yesus tahu bahwa apa yang akan terjadi dan Ia sendiri rela untuk menghadapi kematianNya. Yesus bisa saja menolak penyaliban dengan kekuatan dan kuasaNya, namun Ia taat sampai mati sebab Ia adalah Anak manusia yang menanggung dosa umat manusia.

Lantas apa respon para murid atas pemberitahuan Yesus tentang penderitaanNya ini? Dalam kesaksian Lukas, para murid tidak mengerti dan mereka tidak berani mananyakan arti perkataan Yesus. Sedangkan menurut kesaksian Matius, hati para murid menjadi sedih sekali. Setelah sekian lama bersama Yesus ternyata tidak menjadi jaminan bahwa para murid memiliki iman yang bertumbuh. Para murid memang selalu mendengar pengajaran Yesus, mereka sering menyaksikan mujizat yang dilakukan Yesus. Tapi mereka belum beroleh pengertian dan pemahaman mengenai misi Yesus di tengah dunia.

Mereka tidak mengerti karena bagi mereka Yesus adalah Raja yang penuh kuasa karena mampu melakukan banyak mukjizat. Para murid mungkin berpikiran bahwa Yesus adalah calon raja penguasa Israel yang akan mengembalikan masa keemasan Israel seperti pada zaman Daud. Jadi, menurut mereka, tidak mungkin Yesus akan diserahkan ke dalam tangan manusia. Yesus tahu isi hati murid-Nya. Ia pun membangunkan mereka dari mimpi tentang kerajaan duniawi. Harapan akan kerajaan duniawi membuat mereka tidak memahami maksud perkataan Yesus. Pengharapan yang salah itulah yang membutakan pikiran mereka. Pengharapan sejati pengikut Yesus adalah kehidupan kekal di surga. Untuk itu, mari kita terus belajar memahami maksud Tuhan dengan mendengarkan firman-Nya. Firman inilah yang akan membentuk pengharapan sehingga kita tidak lagi salah menilai tentang maksud dan tujuan Tuhan bagi kita.

Dalam hidup ini, kita pun juga seringkali dihadapkan dengan situasi seperti para murid. Kita bisa bilang dan berkata bahwa kita adalah pengikut Kristus, tapi kita seringkali tidak paham akan apa yang menjadi rencana dan kehendak-Nya. Apa yang menjadi maksud Tuhan seringkali kurang kita tanggapi dan tangkap dengan sungguh. Di sini, kita juga bisa melihat bahwa untuk sampai pada sebuah pemahaman dan pengertian yang dalam itu tidak serta merta mudah terlaksana. Ini juga menandakan bahwa hidup itu merupakan sebuah misteri, sulit untuk dimengerti dengan nalar kita. Misteri ini nyata hadir, melalui dan dialami Yesus. Bapa memiliki rencana keselamatan yang tertuang semua dalam diri Kristus yang akhirnya mati di salib dan bangkit.

Untuk itu mari kita pupuk iman dan pemahaman yang mendalam akan Yesus dalam hidup, agar kita semakin mantap dan menerima segala yang ada dalam hidup dengan sungguh. Yesus yang merupakan anak manusia diserahkan ke dalam tangan manusia melalui penderitaan dan bangkit. Maka, mari kita setia ikuti-Nya dengan sungguh-sungguh agar semakin dalam pula mengenal-Nya.

Dalam bacaan pertama kita yang diambil dari 2 Raja-raja 20:1-6, disampaikan mengenai Raja Hizkia. Ketika Hizkia mendengar dari Yesaya bahwa ia tidak akan sembuh dan akan meninggal, maka "menagislah Hizkia" (3). Mendengar doa dan tangisan Hizkia, Tuhan pun berbelas kasihan dan memperpanjang usia Hizkia 15 tahun lagi (6). Lebih dari itu, Tuhan akan melepaskan Hizkia dari tangan raja Asyur (6), yang dikisahkan pada pasal 19. Dengan demikian, kita melihat bahwa Hizkia yang setia dan percaya penuh kepada Tuhan mendapatkan berkat-Nya.

Hal ini dapat kita lihat jelas dalam kehidupan Hizkia, yang mana Tuhan memperpanjang umurnya 15 tahun lagi. Padahal sebelumnya Tuhan telah menetapkan bahwa Hizkia tidak akan sembuh lagi dan akan mati. Namun seruan doanya dan air mata yang tumpah karena kesedihannya mendengar berita itu melalui Yesaya di dengar oleh Tuhan. Maka sesuai dengan kehendakNya Tuhan mengubah rencanaNya atas hidup Hizkia.

Kita harus pahami, bahwa seruan dan doa Hizkia bukanlah seruan dan doa yang asal-asalan yang terucap. Namun ini adalah seruan dan doa yang tulus sebagaimana dirinya hidup di hadapan Tuhan. Antara hidup yang dijalani dengan seruan dan doa yang disampaikan kepada Tuhan itulah adanya. Tidak ada yang bertolak belakang antara seruan dan doa dengan kenyataan hidupnya. Disini kita dapat melihat bagaimana Tuhan begitu menghargai kesungguhan dari seruan orang yang tulus hidup dalam firman Tuhan. Di ayat 5b dikatakan, ‘telah Kudengar doamu dan telah Kulihat air matamu’. Semua ini tidak berarti bahwa air mata dalam doa mempunyai khasiat yang menyebabkan doa didengar atau membuat doa lebih manjur. Tetapi air mata, selama itu bukan air mata buaya atau air mata yang dibuat-buat, menunjukkan adanya pertobatan dari dosa dan kesungguhan dalam doa.

Kitab Yoel 2:32 yang menjadi Invocatio kita mengatakan “Dan barang siapa yang berseru kepada nama Tuhan akan diselamatkan, sebab di gunung Sion dan di Yerusalem akan ada keselamatan, seperti yang telah difirmankan Tuhan; dan setiap orang yang dipanggil Tuhan akan termasuk orang-orang yang terlepas”. Tuhan tahu jika kita mengalami masalah dan Ia pasti bertindak pada waktu yang sesuai dengan kehendakNya. Ketika kita berdoa dan berseru, itu bukanlah dengan maksud untuk mengubah kehendak Tuhan, karena kehendak Tuhan harus terjadi. Tetapi, doa dan seruan kita adalah penyerahan diri kita kepada bimbinganNya, dan menyelaraskan kehendak kita dengan kehendakNya. Jika kita berseru meminta tolong kepada Tuhan, Ia sebenarnya sudah siap menolong kita. Tetapi dengan berseru kepada Tuhan, kita akan mendengar suaraNya dan kita akan mengerti apa maksud Tuhan dalam hidup kita.

III. APLIKASI

Sering kali kita tidak mengerti apa yang dikehendaki Tuhan atas hidup kita. Pertanyaan “mengapa Tuhan?” mungkin sudah sering kali terlontar dalam doa-doa kita ketika mengalami situasi sulit. Banyak peristiwa yang terkadang tidak kita inginkan, tetapi justru terjadi. Sering kali pula ketika jawaban yang diharapkan tidak juga kunjung ditemukan, kita justru marah dan berpaling dari Tuhan. Dalam khotbah kita hari ini, para murid juga tidak begitu saja mengerti mengenai Kristus yang harus menderita. Sebagai seorang pemimpin besar, konsep bahwa Yesus harus menderita dan menyerahkan diri tidak ada dalam pikiran para murid. Mereka mengira bahwa Yesus seharusnya dipermuliakan sebagai utusan Tuhan, bukan menderita. Oleh sebab itu, kenyataan bahwa Yesus harus menderita dan wafat justru tidak dihiraukan dan ditolak. Dalam hidup ini, kita ingin segala sesuatu berjalan sesuai yang kita inginkan. Ketika ada peristiwa yang tidak kita inginkan, kerap kali kita tidak bisa menerimanya. Hal ini sama dengan yang dialami oleh para murid. Mereka tidak bisa menerima kenyataan pahit akan nasib Sang Guru. Akan tetapi, justru di balik semua peristiwa pahit yang kita alami, ada kemuliaan Tuhan yang menunggu untuk dianugerahkan.

Tuhan tidaklah tuli, Ia pasti akan mendengarkan seruan umatNya. Ketika kita mengalami persoalan hidup, kita selalu berkata “why me God?” tanpa kita merenungkannya terlebih dahulu. Seharusnya terlebih dahulu kita renungkan apa yang sebenarnya Tuhan inginkan lewat berbagai persoalan yang kita alami. Tidak jarang kita merasa tidak ada jalan keluar dari permasalahan yang sedang kita hadapi. Ketika itu terjadi, yang bisa kita lakukan yaitu datang menghampiri Dia, berseru dan berdoa. Melalui seruan dan doa, kita dapat berbicara denganNya serta meluapkan segala perasaan yang ada dalam hati dan pikiran kita. Kadangkala kita tidak mengerti jalan Tuhan. Namun, hal yang perlu kita imani adalah Tuhan tidak pernah meninggalkan kita. Artinya, dalam kegelapan bahkan badai sekalipun, Tuhan menguatkan dan menyertai kita sehingga kita dapat bertahan.

Ketika kita berseru kepada Tuhan, berarti kita percaya bahwa Tuhan masih mau mendengarkan seruan kita. Kita juga tahu bahwa sesungguhnya Allah menyimak apa yang terjadi dalam kehidupan kita. Ketika kita berdoa, berarti kita juga melihat masih ada harapan ketika kita berserah kepadaNya dan masih ada suara Tuhan yang menghibur dan menjawab setiap kata dari seruan kita. Sampai kapanpun kita tidak dapat melepaskan Tuhan. Ketika kita berserah kepadaNya, berarti kita siap dan sabar untuk menantikan apa yang ingin Tuhan perbuat kepada kita. Kita harus sabar karena waktu dan caraNyalah yang terbaik untuk kita. Mari kita berbicara dan berseru kepadaNya agar kita beroleh ketenangan. Tuhan Yesus memberkati.

Akhir Januari penuh harapan

Pdt Irwanta Brahmana-Ketua BPMK GBKP Klasis Bekasi Denpasar

MINGGU,17 FEBRUARI 2023, KHOTBAH JESAYA 50:4-6

Minggu Passion I/ Estomihi: Jadilah Man Bangku Lingling Kecion

Invocatio :

“Namun panahnya tetap kokoh dan lengan tangannya tinggal liat, oleh pertolongan Yang Mahakuat pelindung Yakub, oleh sebab gembalanya Gunung Batu Israel” (Kej. 49:24)

Bacaan :

Matius 16 : 21 - 24 (Responsoria)

Khotbah :

Jesaya 50 : 4 – 6 (Tunggal)

Tema :

“Tuhan Memberikan Pengertian Dalam Penderitaan”

 

Pendahuluan

Jemaat yang dikasihi Tuhan, berbicara tentang penderitaan adalah sesuatu yang tidak populer, tidak menarik dan enak. Namun demikian, penderitaan dan kesengsaraan tidak pernah benar-benar hilang dari kehidupan manusia. Dimana saja, kapan saja dan siapa saja masih ditemukan, mengalami dan pernah merasakan yang namanya penderitaan. “Tidak ada kehidupan tanpa persoalan, dan tidak ada kedewasaan tanpa rintangan dan penderitaan.” Firman Tuhan dalam Alkitab begitu banyak berbicara penderitaan. Bahkan jalan keselamatan yang tempuh Tuhan kita Jesus Kristus adalah Via Dolorosa atau jalan penderitaan/ kesengsaraan. Karena itu, sekalipun topik penderitaan bukanlah isu yang seksi tetapi ternyata tema inti dalam iman Kristiani. Mari kita melihat dan semakin mendalami dan memahaminya melalui renungan Minggu Passion I ini.

     ISI

Tuhan Allah telah memberi lidah dan telinga kepada hamba TUHAN (ayat 4, 5a)

Nats khotbah kita ini disebut dengan nyanyian hamba TUHAN. Firman Tuhan dalam deutero Yesaya ini menunjukkan perbedaan mencolok (kontras) antara bangsa Yehuda dan sang hamba TUHAN. Bangsa Israel tidak mau taat kepada Allah, sementara sang hamba TUHAN sangat taat kepadaNya. Sang hamba TUHAN tahu bahwa TUHAN telah memberikan lidah seorang murid kepadanya. Dengan lidah itu ia diminta Tuhan untuk memberi semangat baru kepada orang yang letih lesu (ayat 4a). Si hamba TUHAN menyadari bahwa setiap pagi Ia mempertajam pendengarannya (telinga) untuk mendengar seperti seorang murid. Hamba TUHAN mengaku bahwa Dia telah membuka telinganya (ayat 4b, 5a).    

Mari menyadari bahwa semua yang ada pada kita adalah pemberitan Allah bagi kita. Termasuk organ-organ tubuh kita seperti lidah dan telinga. Ingatlah bahwa setiap pemberianNya (organ tubuh dan kemampun/ talenta kita), Tuhan mau kita pakai sesuai maksud dan tujuanNya. Karena itu gunakanlah setiap pemberianNya sesuai dengan maksud dan tujuanNya. Lidah untuk berkata baik dan benar. Secara khusus memberi semangat baru bagi orang yang letih lesu, bimbang dan hilang pengharapan. Apakah lidah kita lebih banyak berkata benar, baik, mencerahkan, menyejukkan, menentramkan, menyemangati dan memberi harapan? Atau lidah kita justru lebih sering bohong, hoax, kasar, menyakiti, mengecilkan hati, merendahkan dan mematahkan semangat? Allah memberi kita telinga yang tajam untuk mendengar kehendakNya dan isi hatiNya. Pendengaran yang tajam akan suara Tuhan memampukan kita menyampaikan dan berbagi firman dengan baik untuk tumbuh bersama. Hati-hati dengan telinga/ pendengaran kita. Biarlah pendengaran kita tajam mendengar suara Tuhan, bukan sebaliknya kepada suara kedagingan kita, nafsu atau syahwat kita sendiri. Jangan kiranya pendengaran kita cepat dan tajam kepada suara iblis, sebaliknya lamban dan tumpul kepada suara Tuhan.

     Hamba TUHAN taat dan memberi diri (ayat 5b - 6)

Berbeda dengan bangsa Israel yang suka melawan dan memberontak, sebaliknya si hamba TUHAN hidup taat walau menderita dan dihina. Dia tidak memberontak dan tidak berpaling ke belakang. Hal ini ia tunjukkan dengan memberi punggungnya kepada yang memukulnya ( mengalami penderitaan). Ia memberi pipinya kepada orang yang mencabut janggutnya (lambang penghinaan). Ia tidak menyembunyikan mukanya ketika dinodai dan diludahi. Si hamba TUHAN tetap taat dan berserah kepada Allah sekalipun mengalami penderitaan dan penghinaan. Apa yang dinubuatkan dalam nyanyian hamba TUHAN ini nyata sekali dalam diri Kristus Yesus. Yesus dengan terus terang mengatakan bahwa Ia harus menanggung banyak penderitaan, dibunuh dan dibangkitkan pada hari yang ketiga. Dia memberi diriNya menderita dan dihina, disiksa dengan kejam dan bengis bahkan sampai mati di kayu salib. Yesus taat melakukan kehendak Allah Bapa untuk menyelamatkan dunia. Ia yang kudus rela memberi diri secara total untuk mengalami semua penderitaan untuk menebus dosa manusia. Yesus memberitahu syarat-syarat menjadi pengikut dan muridNya yaitu: harus menyangkal diri, memikul salib dan mengikut Dia (Matius 16:21-24). Yesus memakai kata ‘harus’ dalam menyangkal diri dan memikul salib dama mengikut Dia. Harus artinya mutlak, tidak bisa tidak, tidak ada jalan lain.          

Sudahkah kita menjadi pribadi yang taat kepada Tuhan Yesus? Taat dan setia di saat semua baik, lancar dan seperti yang kita harapkan semua kita bisa. Tetapi apakah kita tetap taat dan berserah kepada Kristus ketika keadaan susah, payah, tidak sesuai bayangan dan harapan kita? Apakah kita mampu tetap taat dan setia kala menghadapi dan mengalami penderitaan dan penghinaan? Jangan-jangan sebelum orang lain menjahati dan menghina kita, kita sudah lebih dulu menyakiti dan menghina orang lain. Kita mencari pembenaran dengan mengatakan, ‘Daripada disakiti dan dihina, lebih baik menyakiti dan mengina.’ Untuk menjadi murid Tuhan Yesus yang benar kita harus menyangkal diri, harus memikul salib dan mengikutNya. Mengikut Yesus berarti mengikuti apa yang telah Dia lakukan yang merupakan contoh dan teladan bangi kita. Mengikut Yesus berarti memikul salib. Ingat, tidak ada salib yang bergagang. Sesungguhnya salib bukanlah aksesoris belaka. Salib adalah lambang penderitaan dan penghinaan. Ketika kita melihat atau memakai salib, kita diingatkan untuk sedia menyangkal diri, rela menderita bahkan dihina karena iman dan kesetiaan mengikut Tuhan Yesus.    

Tema: “Tuhan Memberikan Pengertian Dalam Penderitaan”

Melalui Minggu Passion I ini kita diajar untuk melihat penderitaan dengan mata baru atau perspektif baru. Penderitaan tidak selamanya negatif, buruk dan merugikan. Penderitaan punya sisi positif, terang dan baik. Tema kita mengatakan bahwa Tuhan memberikan pengertian dalam penderitaan. Jikalau kita mau taat dan berserah kepada Tuhan Yesus, setia mengikut Dia, kita diajari dan diberi pengertian baru melalui penderitaan. Yesus Kristus telah lebih dahulu menunjukkannya. Kristus taat sampai puncak penderitaan yaitu mati di kayu salib, maka Allah sangat meninggikan Dia dan mengaruniakan kepadaNya nama di atas segala nama (Flp. 2:9). Demikian kita orang percaya para pengikutNya. Orang Karo bilang, “Kiniseran kite-kita ku si jore.” Ungkapan ini sejalan dengan kata mutiara, “No pain no gain; no gain without pain.” Kalau mau jore (sukses, berhasil) kita harus sedia menderita. Tanpa kesusahan dan penderitaan tidak akan kemuliaan dan kesuksesan. Ada banyak sekali pengertian yang Tuhan berikan dalam penderitaan. Melalui penderitaan, Tuhan mengajar kita bahwa kita adalah manusia, bukan Tuhan. Kita terbatas dan tidak sempurna karena itu kita perlu Tuhan. Melalui penderitaan kita dimatangkan dan didewasakan Tuhan. Otot-otot rohani kita dikuatkan dan dikokohkan seperti Yusuf yang mengalami banyak penderitaan (Kej. 49:24). Melalui penderitaan, kita bisa naik kelas/ level, berprestasi dan meraih kesuksesan. Orang yang pernah menderitalah yang akan mengalami kemenangan dan kejayaan. Leo Messi gagal juara dan menderita 5 kali final, dimana dia pernah menyatakan pensiun sebelum mengubah keputusannya. Kesempatan ke 6 kali baru juara. Penderitaan mengajari kita menyadari dan menghargai arti kehidupan. Melalui penderitaan, Tuhan memberi kita ‘Blessing in Disguise’ (berkat tersembunyi).    

Penutup

Kita tidak mencari dan meminta agar hidup menderita. Tetapi penderitaan pasti datang dan terjadi. Jangan sangkal, jangan abaikan, jangan lari dan mengindar, tetapi hadapi dan tanganilah dengan iman. Tuhan tidak membiarkan dan meninggalkan kita. Tuhan menjadi Estomihi (gunung batu tempat perlindungan kita). Selain tempat perlindungan, Tuhan juga memberi pengertian baru bagi kita melalui penderitaan. Dengan pengertian yang diberikan, kita dimampukan untuk tetap taat, setia dan berserah diri kepadaNya. Bukan keadaan tenang dan senang yang memberi pelajaran dan pengertian hidup bagi kita. Tetapi acap kali keadaan susah, banyak masalah, penderitaanlah yang memberi pelajaran hidup yang bagi kita. Tetaplah tegar dan mekar dimasa sukar. Nantikan dan dapatkanlah pelajaran dan pengertian melalui penderitaan kita. Selamat menderita karena iman kepada Kristus Yesus. amin.

Pdt. Juris Tarigan, MTh-GBKP RG Bogor

MINGGU, 12 FEBRUARI 2023, YOHANES 10:22-42

MINGGU SEXAGESIMA/KE-ENAMPULUH

(Minggu Yesus sungguh-sungguh siap memasuki masa-masa penderitaanNya)

Invocatio  :

Mazmur 142:6

Bacaan 1  :

Mazmur 69:5-9 (Tunggal)

Khotbah :

Yohanes 10:22-42 (Tunggal)

Tema :

Yesus kuat menghadapi penderitaan

 

I. Pendahuluan

Dua orang yang sepakat menurunkan berat badan dengan zumba (sejenis olah raga tari salsa yg dipadukan dengan aerobik), sekalipun menggunakan video tutorial yang sama, sangat mungkin kedua orang itu memiliki hasil yang berbeda. Mengapa demikian?

Kembali ke konsistensi, kesungguhan hati, dan keseriusan kedua orang itu melakukan setiap gerakan.

Setiap kita memiliki Alkitab yang sama, namun pasti memiliki pertumbuhan iman yang berbeda. Ini kembali ke konsistensi membaca dan melakukan firman Tuhan serta seberapa serius kita percaya bahwa setiap janji firman Tuhan adalah benar dan akan digenapi dalam hidup kita.

Jika hasil zumba bisa dilihat dari tubuh yang sehat dan bugar, maka hasil kita membaca dan melakukan firman Tuhan akan kelihatan dari kehidupan kita sehari-hari.

Jika kita mengaku percaya bahwa Kristus adalah Tuhan tetapi tidak menjadi teladan dalam kata dan perbuatan kita, sangat mungkin kita hanya membaca, tetapi tidak melakukan firman Tuhan.

II. Penjelasen Teks Khotbah

Melalui bacaan khotbah di Minggu Sexagesima ini, kita belajar tentang dua respons manusia yang melihat Yesus dan apa yang telah dilakukanNya selama pelayananNya.

Ada banyak kesaksian dalam Alkitab yang menjelaskan kepada kita bahwa sekalipun beberapa orang melihat dan mengalami mukjizat yang dilakukan oleh Yesus ternyata tidak dapat menjadi dasar bagi mereka pada waktu itu untuk percaya bahwa Yesus adalah Tuhan. Ini terlihat pada dua kelompok orang dalam bacaan kita hari ini.

Ayat 22-24, Kelompok pertama yakni orang-orang Yahudi yang berada di Bait

Allah di Yerusalem, saat hari raya Pentahbisan Bait Allah (22-24).

Apa yang terjadi dengan mereka ini? Mereka mempertanyakan ke-Mesias-an Yesus karena selama ini mereka masih merasa bimbang, apakah benar Yesus adalah Mesias yang ditunggu-tunggu. Mengapa mereka masih bimbang? Bukankah mereka selama ini sudah melihat pelayanan Yesus dan berbagai mujizat yang dilakukan Yesus?

Ayat 25-29, Yesus merespons kebimbangan mereka dengan mengatakan bahwa permasalahannya bukan pada apa yang telah mereka lihat dan alami melainkan terletak pada diri mereka sendiri, yaitu karena mereka tidak percaya kepada Yesus (ayat 25), bukan karena Yesus tidak mampu menyatakan identitas-Nya yang nyata melalui karya-karya-Nya yang sudah dilihat dan dialami banyak orang. Ketidakpercayaan mereka juga diakibatkan karena mereka ternyata tidak termasuk domba-domba yang diberikan Bapa kepada-Nya (26-29). Bagi Yesus kebenaran sejati itu dipercayai atau tidak dipercayai adalah tetap kebenaran, tidak berubah dan tidak dapat diubah. Merekalah yang harus berubah, bukan Yesus yang harus berubah.

Ayat 30-33, Melalui penjelasan tentang domba-domba itu, Yesus juga menyatakan bahwa Ia dan Bapa adalah satu (ayat 30). Pernyataan terus terang Tuhan Yesus bahwa Dia dan Allah Bapa adalah satu (ayat 30) membuat orang-orang Yahudi tetap saja tidak mau mengerti dan menjadi berang dan malah hendak melempari Tuhan Yesus dengan batu (ayat 31). Bagi mereka perkataan Yesus jelas menghujat Allah karena Dia menganggap diri-Nya setara dengan Allah (ayat 33).

Ayat 34-39, Untuk memahami bagian ini, Tuhan Yesus memberikan dua argumentasi yang membela klaim keilahian-Nya.

Pertama, Ia mengutip Mazmur 82:6 yang berkata, " Aku sendiri telah berfirman: ”Kamu adalah allah, dan anak-anak Yang Mahatinggi kamu sekalian” (ayat 34).

Menurut pemazmur, Allah sendiri menyapa umat Tuhan yang menerima firman-Nya dengan menyebut mereka sebagai anak-anak Allah. Kalau penerima firman Allah dilayakkan untuk disapa sebagai anak Allah (ayat 35), betapa lebih layak lagi Dia yang diutus Allah ke dunia, yaitu Firman yang berinkarnasi itu disapa sebagai Allah (ayat 36). Jadi, dari segi bahasa menyebut Yesus sebagai Anak Allah atau Allah tidaklah salah.

Kedua, Yesus membuktikan diriNya sebagai Anak Allah melalui pekerjaan yang dilakukan-Nya. Karya Kristus adalah melakukan pekerjaan BapaNya yang mengutus DIA (ayat 37). Perbuatan-perbuatan Yesus yang mengandung sifat ajaib dan moral terpuji selama hidup dan pelayananNya (ayat 32a) menyatakan kesatuan kehendak dan kesatuan misi-Nya dengan kehendak dan misi Bapa (ayat 38). Itulah sebabnya, Yesus menanyakan kepada mereka, kesalahan apa yang telah Dia kerjakan sehingga mereka ingin merajam Dia (ayat 32).

Salah satu karya agung Tuhan Yesus Kristus adalah kematian-Nya di atas kayu salib untuk menggenapkan misi penyelamatan Allah bagi dunia ini. Kita yang percaya kepada Tuhan Yesus adalah hasil karya-Nya. Hidup kita yang sudah dimerdekakan dari perbudakan dosa diberi mandat menjadi saksi akan keilahian Tuhan Yesus. Dengan hidup kudus, menjunjung tinggi kebenaran, dan menegakkan keadilan kita sedang menyaksikan bahwa Tuhan Yesus adalah Allah. Meskipun Yesus masih menambahi pemaparannya mengenai istilah allah yang dipakai pada Mazmur 82:6 (32-38), tetap saja mereka tidak mau mengerti. Bahkan mereka ingin menangkap Dia (39).

 Ayat 40-42, kelompok kedua ialah orang-orang yang berada di seberang sungai Yordan, tempat Yohanes membaptis dahulu (40). Yesus, yang akan ditangkap dan dilempari dengan batu di Yerusalem, pergi ke Betania yang merupakan tempat bersejarah bagi-Nya dan Yohanes Pembaptis. Di sanalah Yohanes menyerukan bahwa Yesus adalah Mesias, Anak Allah yang akan menghapus dosa dan tidak melakukan mukjizat (41). Namun Ketika Yesus kembali ke Betania, ada banyak orang yang menjadi percaya kepada-Nya. Kehadiran Yesus di Betania memberikan dampak yang tidak terkira. Apa yang diberitakan oleh Yohanes Pembaptis menghasilkan buah pada waktunya. Tanda-tanda mukjizat yang dilakukan oleh Yesus membuktikan bahwa apa yang dikatakan oleh Yohanes Pembaptis bukanlah omong kosong belaka, karena semua mukjizat dan pengajaran yang dilakukan Yesus Kristus telah mengonfirmasi pemberitaan Yohanes Pembaptis. Dengan itulah mereka diyakinkan dan pada akhirnya menjadi percaya. (42).

Perbandingan di antara kedua kelompok (ayat 22-24 dan ayat 40-42) ini jelas: yang satu tidak mau percaya meski sudah melihat mukjizat Yesus, sementara yang lain mau percaya walau hanya mendengar pengajaran dari Yohanes.

  • Pokok -pokok Khotbah
  1. Tentukan sikap kita: percaya dan mengasihi Dia atau menolak dan akhirnya membenci Dia. Dalam hal ini mari kita hindari sikap seperti orang-orang Yahudi yang masih meragukan Yesus sebagai Tuhan dan Juruselamat (Mesias yang dinanti-nantikan). Tetap teguh menjaga iman kita kepada Yesus Kristus. Sekali percaya tetap percaya dan setia kepadaNya.
  2. Percaya kepada Yesus Kristus dapat terjadi tanpa harus ada mukjizat sebagai bukti. Hal ini dibuktikan oleh Yohanes Pembaptis yang tidak pernah melakukan mukjizat apa pun, namun banyak yang percaya bahwa Yesus adalah Anak Allah. Ini membuktikan bahwa iman tidak tergantung pada penglihatan. Bukankah Yesus pernah menegur Tomas karena tidak percaya pada kebangkitan-Nya sebelum melihat tanda? Sungguh berbahagia bila kita dengan iman meyakini bahwa Yesus adalah Tuhan dan Juru Selamat sekalipun kita tidak melihat-Nya secara fisik. Kedewasaan iman terjadi saat kita memiliki keyakinan yang teguh sekalipun tidak pernah melihat tanda. Tetap pegang teguh firman-Nya dan taat sepenuhnya.
  3. Tidak semua orang memiliki karunia untuk mengadakan mukjizat, oleh karena itu, yang penting harus kita gencarkan adalah ajarkanlah kebenaran tentang identitas dan kuasa Yesus.
  4. Sebagaimana Yesus Kristus yang tetap kuat menghadapi perlawanan orang-orang Yahudi yang hendak mencelakai hidupNya, Dia merasa aman Bersama BapaNya, karena IA dan Bapa satu adanya.
  5. Di dalam dunia kita menyaksikan dan mengalami sendiri berbagai penderitaan. Ada penderitaan yang terjadi karena seseorang melakukan kesalahan dan dosa, namun ada pula orang yang menderita justru karena membela dan melakukan kebenaran. Di mana kebenaran ditegakkan, di situ pula kejahatan menghadang.

Pengalaman seperti itu dialami oleh pemazmur (dalam bacaan kita yang pertama). Ia menyatakan bahwa karena Allah ia telah menanggung cela (ayat 8a), dan cintanya bagi rumah Allah menghanguskan dirinya (ayat 10a). Kesesakan yang menyerbu hidup pemazmur digambarkan dengan sangat dahsyat, bak orang yang tenggelam ke dalam sheol (dunia orang mati). Ia terasing dari hidupnya sendiri dan berada dalam ketidakberdayaan ketika marabahaya melingkupinya (ayat 1-3). Ada juga orang-orang yang begitu membenci dia tanpa alasan dan ingin menghabisi nyawanya (ayat 5), dan ia pun "mati" secara sosial karena dikucilkan dari masyarakat serta keluarganya sendiri (ayat 9-13).

  1. Tema kita Minggu ini: Yesus Kuat menghadapi Penderitaan

Tema ini mengajak kita supaya belajar dari pergumulan Yesus yang ditolak keMesiasanNya ditengah-tengah kehidupan orang-orang yahudi yang meragukan Dia. Yesus tetap tenang, sabar dan kuat menghadapi tantangan dari lawan-lawanNya. Yesus yakin bahwa BapaNya pasti akan berpihak kepadaNya. Ketika kita menengok ke dalam kehidupan pemazmur, ini merupakan kekuatan bagi kita yang rela menderita bagi Allah, namun perlu kita sadari bahwa mencintai Allah adalah sebuah perjuangan yang berat. Untuk itu, marilah kita meminta kepada Tuhan agar Ia memberikan keberanian bagi kita menjadi saksi kebenaran. Mari kita juga memohon kepada Dia agar menolong kita menjadi orang-orang yang senantiasa beriman dan berpengharapan karena kasih setia-Nya.

  1. Bagi orang-orang yang menantikan Tuhan, mencari Tuhan, mengasihi Tuhan dan menderita bagi Tuhan, harus mengakui ketidakberdayaan dirinya dalam menghadapi penderitaan karena mencintai Tuhan dan mengingat rahmat Tuhan yang senantiasa memberikan penebusan bagi mereka yang dalam kesesakan.
  2. Sebagaimana Kristus Kuat menghadapi Penderitaan, Kitapun diberi kekuatan oleh Tuhan menghadapi berbagai penderitaan. Tuhan Yesus memberkati kita. Amin.

Pdt Philipus Tarigan-GBKP Runggun Cililitan

Info Kontak

GBKP Klasis Bekasi - Denpasar
Jl. Jatiwaringin raya No. 45/88
Pondok Gede - Bekasi
Indonesia

Phone:
(021-9898xxxxx)

Mediate

GBKP-KBD