MINGGU 20 NOVEMBER 2022, KHOTBAH I KORINTUS 15:50-58 (AKHIR TAHUN GEREJAWI)

Invocatio         : Karena kita telah beroleh bagian di dalam Kristus, asal saja kita teguh berpegang sampai kepada akhirnya pada keyakinan iman kita yang semula (Ibrani 3:14).

Bacaan            : Pengkhotbah 8:9-17

Tema               : Maut telah ditelan dalam Kemenangan


I. PENGANTAR

Manusia pada dasarnya tidak menyukai hal-hal yang tidak bisa diprediksi dan tidak pasti, karena hal itu membuatnya merasa tidak berdaya, cemas, dan takut. Khusus menyangkut kematian dan bagaimana atau kemana perginya orang mati, ada perbedaan kejelasan antara zaman Perjanjian Lama dan zaman Perjanjian Baru.

Manusia zaman Perjanjian Lama memahami kematian adalah musuh manusia yang terbesar. Sebab dengan datangnya kematian semua menjadisia-sia, menjadi nol. Pemahaman ini dapat kita mengerti karena di zaman Perjanjian Lama, orang yang mati dipahami pergi ke dunia orang mati (syeol). Tentang sorga tidak banyak disebutkan. Berbeda dengan Perjanjian Baru, kehadiran Kristus dan karya-Nya membuat pemahaman dan harapan akan sorga semakin jelas dan pasti.

Hal ini dapat kita dalami melalui Firman Tuhan yang menjadi bahan invocatio, bacaan dan khotbah kita hari ini.

II. TAFSIRAN

A. Bacaan Pengkhotbah 8:9-17

Firman Tuhan dalam bacaan kita ini memperlihatkan bahwa pekerjaan Allah tidak dapat diselami manusia. Perbuatan manusia tidak dapat mempengaruhi apalagi menetapkan langkah-langkah yang harus ditempuh oleh Allah. Allah adalah berdaulat, merdeka.

Dengan memakai kapasitas hikmatnya sebagai manusia, Pengkhotbah berusaha untuk melihat, menganalisa, dan menemukan pola atau petunjuk tertentu untuk memahami segala pekerjaan Allah di tengah dunia ini. Lalu, bagaimana hasilnya ? Pengkhotbah merupakan seorang yang sangat berhikmat. Namun bagaimanapun juga ia mencoba, ia menemukan dirinya begitu terbatas, dan tidak dapat menyelami segala pekerjaan yang Allah lakukan di tengah dunia ini karena antara Allah dan manusia ada jarak dan kesenjangan yang sangat jauh, Allah ada di sorga, manusia ada di bumi (bdk 5:1). Namun satu hal yang pasti adalah Allah tidaklah jahat, Allah tahu apa yang kerjakan-Nya. Allah memiliki hikmat, pertimbangan, rencana, serta pengetahuan yang jauh melampaui hikmat, pertimbangan, dan pengetahuan manusia. Untuk lebih mengenal dan mempercayai Allah, manusia perlu mengakui keterbatasan dirinya dan jangan cemburu apabila melihat orang jahat hidup lama dan “diberkati”. Yang pasti takutlah akan Allah, sebab orang takut akan Allah yang akan beroleh kebahagiaan (ay 12). Lalu, kebahagiaan yang bagaimanakah dan kebahagiaan dimanakah yang dimaksud? Penghkotbah memang tidak menjelaskannya, apakah kebahagiaan di bumi atau setelah tidak di bumi? Mengenai hal ini kita tertolong dengan apa yang ditulis oleh Pdt Emanuel G Singging dalam bukunya “Hidup di bawah Bayang-Bayang Maut”. Beliau menuliskan, “ Kehidupan disini ( bumi) tidaklah terpisah dengan kehidupan disana (setelah meninggalkan bumi). Jika hidup disini anda bersama Allah, maka hidup disana pun anda akan bersama Allah. Hal “sorga” itu bukan soal nanti dan disana, tetapi soal kini dan disini”.

B. Khotbah I Korintus 15: 50-58

Bagian ini merupakan penghujung dari pembahasan Paulus tentang kebangkitan orang-orang mati. Sebagian jemaat di Korintus menolak kebangkitan orang mati atau kebangkitan tubuh (15:12) karena mereka terpengaruh dengan pemikiran duniawi (15:32-33). Dari perspektif dualisme Yunani yang menganggap tubuh (materi) sebagai elemen yang buruk, kebangkitan tubuh memang sukar untuk dipahami, apalagi diterima. Mengapa sesuatu yang “buruk” kelak perlu dikembalikan lagi? Bagaimana tubuh seperti sekarang bisa cocok dengan dunia roh kelak?

Jawaban Paulus terhadap persoalan ini cukup panjang (dari 15:1). Jawaban yang lebih spesifik dan konkrit mulai diberikan di ayat 35 Tetapi mungkin ada orang yang bertanya: “Bagaimanakah orang mati dibangkitkan? Dan dengan tubuh apakah mereka akan datang kembali?”). Realitas sehari-hari menunjukkan bahwa perubahan wujud (“tubuh”) sangat dimungkinkan (15:37-38). Allah sudah menyediakan tubuh yang khusus untuk keberadaan yang khusus pula, termasuk kemuliaan yang khusus bagi masing-masing tubuh (15:39-41). Hal yang sama berlaku pada tubuh kita. Dari Adam, kita mewarisi tubuh alamiah yang bisa binasa; di dalam Kristus, kita akan mendapatkan tubuh rohaniah yang kekal (15:42-49).

Teks khotbah ini membawa uraian Paulus lebih maju selangkah. Ada pemikiran baru yang ditambahkan. Paulus menyadari kesulitan yang dihadapi oleh jemaat Korintus seputar kebangkitan tubuh. Memang sukar untuk membayangkan bahwa tubuh yang sekarang ini akan tetap ada sampai kita kelak berada di surga dengan dimensi rohaninya. Paulus “mengamini” pandangan mereka dengan berkata: “daging dan darah tidak mendapat bagian dalam Kerajaan Allah dan bahwa yang binasa tidak mendapat bagian dalam apa yang tidak binasa” (ayat 50).

Ayat ini berbentuk paralelisme sinonim. Frasa “daging dan darah” sejajar dengan “yang binasa”, sedangkan “Kerajaan Allah” sama dengan “yang tidak binasa”. Yang ingin disampaikan adalah ini: tubuh kita yang sekarang, entah kita berada dalam keadaan hidup atau mati, memang tidak cocok untuk Kerajaan Allah. Tidak masuk akal apabila sesuatu yang dapat binasa bisa berada dan bertahan dalam suatu realitas yang tidak dapat binasa.

Kalau demikian, bagaimana tubuh kebangkitan dapat dimungkinkan? Di mata Paulus, kunci untuk persoalan ini merupakan sebuah rahasia (ayat 51) yang merujuk pada sesuatu yang dahulu masih tersembunyi tetapi di kemudian hari dibukakan. Pembukaan rahasia ini terletak pada karya Kristus (ayat 45-49). Tanpa Kristus, misteri ini tidak akan terbuka dan dipahami. Melalui kebangkitan Kristus, kita bisa mendapatkan gambaran yang lebih jelas tentang perbedaan antara tubuh lama dan baru. Ada kesinambungan dengan yang lama, namun tidak mungkin persis sama.  

Bagaimana dan kapan perubahan tubuh terjadi? Transformasi ini ditandai dengan beberapa karakteristik, yakni:

  1. Terjadi melalui kuasa ilahi (ayat 51, 52). Bentuk pasif yang tanpa subjek eksplisit menyiratkan suatu pekerjaan ilahi.
  2. Terjadi dalam sekejap ( ayat 52). Kata ini merujuk pada sesuatu yang tidak bisa dipecahkan lagi, berarti waktu tersingkat yang dapat dibayangkan. Dalam ungkapan modern biasa disebut “dalam sekejap mata”.
  3. Terjadi pada saat kedatangan Kristus yang kedua kali (ayat 52). Nafiri terakhir biasanya berkaitan dengan tradisi eskhatologis.
  4. Keempat, ada kesinambungan antara tubuh lama dan tubuh baru (ayat 53). Ayat ini menyediakan gambaran yang agak konkrit tentang transformasi tubuh. Tubuh yang lama tidak dimusnahkan, hanya diberi “pakaian yang baru” (lihat kata “mengenakan” ).
  5. Perubahan ini pasti terjadi (ayat 54-55). Apa yang akan terjadi sebenarnya sudah lama direncanakan oleh Allah. Momen itu akan menggenapi (ayat 54b). Pertanyaan retoris “Hai maut, di manakah kemenanganmu, hai maut di manakah sengatmu?” berasal dari Hosea 13:14. Dalam konteks asli, dunia orang mati (Sheol) dan kematian (maut) berkaitan dengan penghukuman bagi kejahatan Efraim. Dari perspektif kebangkitan Kristus, kejahatan dan maut telah dikalahkan. Apa yang sebelumnya merupakan berita penghukuman bagi umat Tuhan, sekarang justru berubah menjadi ejekan bagi maut sendiri.

Kristus sang Terang, menerangi kegelapan. Di dalam Kristus dan karyaNya yang sempurna membuat apa yang masih tersamar dalam Perjanjian Baru menjadi terang-benderang, termasuk tentang kematian dan segala yang berhubungan dengan kematian. Kristus adalah Raja Penguasa Bumi dan Sorga, Awal dan Akhir. Kematian tidak memadamkan cahaya terang. Kematian hanyalah mematikan lampu, karena fajar telah tiba.

C. Invocatio Ibrani 3:14

Bagian ini merupakan seruan bagi penerima surat yang sedang mengalami penderitaan karena sebagai pengikut Kristus untuk tetap setia kepada Kristus. Bagian yang telah diberi Kristus tidak akan hilang jika berpegang selamanya.                   

III. APLIKASI

Minggu akhir tahun gerejawi biasanya dipakai sebagai momen untuk mengenang saudara/saudari (jemaat) yang meninggal dalam satu tahun terakhir. Hal ini dilakukan untuk mengingatkan bahwa kita yang masih hidup juga pada saatnya akan mengalami hal itu.

Melalui khotbah kita hari ini, kita diingatkan untuk:

  1. Tetap takut akan Allah walaupun kadang cara kerja Allah tidak dapat kita mengerti.
  2. Kristus membuat keselamatan menjadi terang
  3. Apa yang telah dilakukan Kristus diresponi dengan tetap setia kepadaNya ( I Kor 15:58, Ibrani 3:14).

Pdt Pribadi S Meliala- Runggun Tambun

MINGGU 13 NOVEMBER 2022, KHOTBAH ULANGAN 7:12-15 (MINGGU KELUARGA)

Invocatio : Setiap orang diantara kamu haruslah menyegani ibunya dan ayahnya dan memelihara hari-hari sabat-Ku, Akulah TUHAN, Allahmu (Imamat 19:3)

Bacaan   : Efesus 6:1-4 (Tunggal)

Tema     : Mengikut Tuhan Dengan Sungguh-Sungguh (Tutus Ngikutken Tuhan)


Saudara-saudari yang dikasihi Tuhan…

Ada suatu kisah tentang Burung Beo Yang Batuk, yang menceritakan bahwa ada seorang pelaut tua berhenti merokok ketika burung beo kesayangannya menderita batuk menahun. Ia kuatir jangan-jangan asap pipa yang seringkali memenuhi kamarnya merusak kesehatan burung beo itu. Kemudian, pelaut itu memanggil seorang dokter hewan untuk memeriksa burung itu. Sesudah pemeriksaan yang teliti, dokter itu menyimpulkan bahwa burung itu tidak menderita psitakosis ataupun pneumonia. Burung itu hanta menirukan batuk tuannya si pengisap pipa itu.

Saudara-saudari yang dikasihi Tuhan…

Hal ini mengingatkan kita bahwa meniru merupakan suatu hal yang mudah dilakukan. Terlebih di tengah-tengah keluarga, anak-anak akan lebih mudah meniru apa yang dilakukan oleh orangtuanya daripada mendengarkan apa yang disampaikan oleh orangtuanya. Karena itu, peran orangtua di tengah-tengah keluarga sangatlah penting yaitu sebagai pengajar yang pertama bagi anak-anak.

Dalam teks bacaan : Efesus 6:1-4, disampaikan tentang bagaimana peran orangtua dalam mendidik anak-anak di tengah keluarga. Peranan orangtua untuk anaknya tidak hanya sekedar menginginkan anaknya cerdas, jenius, mendapatkan prestasi yang baik. Tetapi yang terutama adalah bagaimana orangtua menyadari bahwa peranan orangtua dalam pertumbuhan moral serta pertumbuhan iman bagi anak-anaknya sangatlah penting, sehingga anak-anak menjadi anak-anak yang sungguh-sungguh mengikut Kristus.

  1. Mengajar anak untuk taat kepada orangtua (Efesus 6:1)

Orang tua mendapat otoritas penuh dari Allah untuk mendidik anak. Paulus menasehatkan kepada orang tua bahwa mereka mempunyai tanggung jawab untuk mendidik anak. Yang dimaksudkan anak bukan hanya anak kecil melainkan sudah dewasa sekalipun harus mentaati orang tua. Dalam konteks ini Paulus memberikan nasihat kepada anak supaya senantiasa mentaati orang tua, karena itu merupakan perintah dari Tuhan. Seharusnya anak tidak melalaikan didikan dari ayah serta ajaran dari ibunya karena hal itu adalah kewajiban sebagai seorang anak.

  1. Mengajar anak untuk mentaati perintah Tuhan (Efesus 6:2-3)

Dalam keluaran 20:12, dikatakan dengan jelas tentang hubungan antara anak terhadap orang tua “hormatilah ayahmu dan ibumu.” Hal yang sama ditulis lagi dalam Ulangan 5:16, “hormatilah ayahmu dan ibumu. Dalam Perjanjian Baru, Paulus juga mengajarkan agar anak-anak menghormati orang tua, maka penting sekali orang tua harus mengajarkan kepada anak untuk menghormati. Menghormati orang tua merupakan perintah Tuhan kepada anak-anak yang harus ditaati. Dalam konteks ini, Paulus memberikan pengajaran kepada anak dan kembali mengutip, hormatilah ayahmu dan ibumu, karena perintah ini sejak anak masih kecil sudah diberikan bahwa harus menghormati orang tua.

Ada berkat yang terkadung di dalam perintah tersebut, jika anak menghormati orang tua yaitu supaya panjang umur. Tentu saja sikap hormat dalam konteks ini, Paulus nasehatkan kepada keluarga yang berada di Efesus, supaya orang tua mengajarkan anak untuk hormat kepada orang tua. Pengajaran yang dilakukan tentu lebih efektif jikalau disertai dengan teladan yang diberikan orangtua kepada anak-anak. Tujuannya adalah supaya anak anak hidup bahagia dan panjang umur.

  1. Mendidik anak tanpa kekerasan (ay. 4)

Orangtua jangan sampai membangkitkan amarah anak atau menimbulkan pertengkaran dengan sang anak. Dalam setiap perkataan orangtua jangan sampai menimbulkan luka atau kebencian dalam hati sang anak.

Saudara-saudari yang dikasihi Tuhan…..

Bagi orang-orang yang mengikut Tuhan dengan sungguh-sungguh, Allah menjanjikan berkatNya. Seperti yang disampaikan melalui teks kotbah kita, yaitu Ulangan 7:12-15. Sebelum bangsa Israel memasuki Tanah Kanaan, Musa menyampaikan pesan dari Tuhan kepada umat Israel. Ia menyampaikan nasehat dan mengarahkan bangsa Israel untuk senantiasa menyerahkan diri kepada Tuhan, beriman dan taat, hidup dalam kehendak Tuhan serta berpegang kepada perintah Tuhan, yakni ketetapan dan peraturan yang disampaikan Tuhan kepada umatNya. Jikalau umat Israel dengan setia melakukan perintah Tuhan, maka Tuhan memberikan janji berkatNya kepada semua umat pilihanNya.

Hal inilah yang disampaikan dalam teks kotbah minggu kita, dari kitab Ulangan 7 : 12-15 merupakan bagian dari perikop yang diberi judul oleh LAI “Janji Berkat” adalah sebuah janji dari Allah tentang berkat yang akan dianugerahkan Allah kepada umat Israel apabila mereka melaksanakan perintah Allah dengan setia. Berkat apakah yang Tuhan janjikan ? Mari bersama-sama kita melihatnya dari bahan kotbah ini.

Pertama, secara teknis dan rinci dalam ayat 13 jenis berkat itu disebutkan meliputi jumlah warga bangsa yang banyak, buah kandungan, hasil bumi, ternak.

Kedua, dalam ayat 14 hal itu lebih ditegaskan lagi bahwa umat akan diberkati lebih dari pada segala bangsa bahkan ada semacam jaminan ‘tidak akan ada laki-laki atau perempuan yang mandul diantaramu’ atau diantara hewanmu. Ini janji berkat yang amat spektakuler dari Allah, tak ada duanya dan tak ada bandingnya. Allah ingin agar umat pilihanNya amat special dan berkualitas, sehingga bangsa-bangsa disekitarnya tertarik dan percaya kepada Allah.

Ketiga, dalam ayat ke 15, Tuhan menyampaikan janji berkatNya bahwa IA akan menjauhkan segala penyakit dan tidak ada satu dari wabah celaka yang dikenal di Mesir ditimpakanNya kepada umatNya, tetapi Tuhan akan mendatangkannya kepada semua orang yang membenci umatNya.

Saudara-saudari yang dikasihi Tuhan…

Minggu ini kita peringati sebagai Minggu Keluarga di tengah-tengah pelayanan gereja kita. Keluarga merupakan sarana pendidikan yang pertama dan utama bagi anak-anak, telebih dalam mendidik anak-anak menjadi seorang yang sungguh-sungguh mengikut Tuhan. Pengajaran dan teladan yang disampaikan orangtua kepada anak-anak menjadi hal yang sangat efektif dilakukan untuk mendidik anak-anak. Anak-anak harus taat dan hormat kepada orangtua dan juga menjadi orang-orang yang setia memelihara hari Sabat Tuhan (Invocatio : Imamat 19:3)

Di tengah situasi zaman yang sudah mengalami banyak perubahan, kecanggihan teknologi lebih banyak menarik perhatian anak-anak sekarang daripada hal-hal yang rohaniah, menyadarkan orangtua betapa pentingnya membekali anak-anak dengan pengajaran Firman Tuhan, karena hanya Firman Tuhan yang dapat menuntun setiap orang untuk hidup dalam kebenaran. Bagi orang-orang yang percaya kepada Tuhan, yang mengikut Tuhan dengan sungguh-sungguh, IA menyampaikan berkat-berkatNya : umur yang panjang, warga bangsa yang banyak, buah kandungan, hasil bumi, ternak, dan lain sebagainya.

Sebagai orangtua dalam mendidik kerohanian anak-anaknya, orangtua harus memahami apa yang menjadi tanggungjawabnya sebagai orangtua yaitu berperan dalam perkembangan anak-anaknya. Tanpa keteladanan, pengajaran orangtua tidak akan bisa diserap oleh anak-anak. Orangtua tidak bisa berkata dan memberi perintah supaya anak-anak rajin berdoa, rajin membaca firman Tuhan, rajin ke gereja sementara orangtua tidak pernah melakukannya semua yang diperintahkan kepada anaknya, jika anak tidak melihat keteladanan dari orangtuanya, maka anak tersebut dapat mencemooh orangtuanya.

Setiap orangtua bukan hanya mengajarkan firman Tuhan melainkan melakukannya, maka niscaya anak-anakpun ikut melakukan perbuatan yang dilakukan orangtuanya. Anak-anak menjadi orang percaya yang sungguh-sungguh mengikut Tuhan. Tuhan Yesus memberkati. Amin.

 Pdt. Crismori V. Br Ginting-Runggun Sitelusada

MINGGU 06 NOVEMBER 2022, KHOTBAH KELUARAN 16:13-21 (MINGGU SETELAH TRINITATIS)

Invocatio        : Amsal 14:30

Epistel/Ogen   : Ayub 2:7-10 ( Tunggal)

Khotbah         : Keluaran 16:13-21

Tema              : Ambilah seperlunya (buat asa perluna)


 

Pengantar

Ada pepatah mengatakan di dalam tubuh yang sehat terdapat jiwa yang sehat pula. Dari arti pepatah ini mengingatkan kita akan pentingnya menjaga kesehatan tubuh jasmani dan rohani. Di minggu kesehatan ini, kita kembali diingatkan bagaimana harusnya menjaga keseimbangan dalam hidup. Seperti ungkapan bijak mengatakan: masih muda cari harta korbankan kesehatan, setelah tua korbankan harta mencari kesehatan, bukankah ini namanya hal yang sia-sia. Untuk itu mari belajar bersama, merenungkan kembali akan tujuan Allah menciptakan kita untuk satu tujuan yang sangat indah agar kita menerima anugerah yang sempurna.

Pendalaman Nats Khotbah Keluaran[1] 16:13-21, Epistel Ayub 2:7-10 dan Invocatio Amsal 14:30

Keluaran 16:13-21, Dalam cerita mengenai manna dan burung puyuh dalam kitab ini terpelihara beberapa unsur dari tradisi Yahwist walaupun seluruh tradisi ini secara menyeluruh berasal dari tradisi para imam. Hal ini dapat kita lihat dari aturan yang sangat ketat mengenai pemungutan manna yang harus sesuai dengan hukum hari sabat. Kenyataan bahwa manna dan burung puyuh dalam cerita ini dibicarakan bersama-sama menimbulkan persoalan. Sebab manna dihasilkan oleh sejenis serangga yang hidup atas sejenis semak tamaris dan hanya terdapat didaerah tengah semenanjung Sinai. Manna itu dikumpulkan selama bulan-bulan Mei-Juni.[2] Sebaliknya disekitar bulan September burung puyuh yang terbawa oleh angin dari sebelah barat dan kecapaian karena perjalanannya kembali dari eropa melalui laut tengah dalam jumlah besar mendarat di daerah pantai sebelah utara semenanjung Sinai (bnd. Bil. 11:31). Kemungkinan perbedaan ini dapat terjadi (pasal 16), barangkali menggabungkan tradisi-tradisi yang masing-masing berasal dari dua kelompok orang Israel yang meninggalkan negeri Mesir pada waktu yang berbeda dan yang menempuh jalan yang berbeda pula.[3] Seperti yang dituturkan Wismoady Wahono, semua peristiwa yang adiceritakan dalam kitab Keluaran, Imamat, Bilangan dan Ulangan adalah peristiwa-peristiwa yang terjadi pada masa lampau. Bagi bangsa Israel di Kanaan, semuanya itu sudah lewat. Mereka hanya menerima cerita tentang semua hal itu dan tidak pernah mengalaminya sendiri. Cerita itu disampaikan turun-temurun dan dihidupkan kembali melalui ibadah-ibadah keluarga dan persekutuan. Cerita-cerita tersebut menuturkan kembali karya-karya kuasa Allah yang ajaib bagi bangsa Israel.[4] Berdasarkan ceirta ini kita dapat melihat maka Allah tetap mengatur kehidupan bangsa-Nya dengan sempurna. Hal ini dapat kita lihat di ayat 21, setiap pagi Allah memerintahkan mereka untuk mengambil cukup untuk setiap hari supaya mengajar umat itu bahwa keberadaan mereka sehari-hari sepenuhnya bergantung pada karunia-Nya.[5] Walaupun demikian bangsa ini tetap saja bersungut-sungut. Apa yang diperintahkan untuk mengambil seperlunya saja, mengingatkan akan keyakinan kita akan pemeliharaan Allah dalam hidup kita, terkadang kita takut bahwa hari esok tidak lagi memberikan kesejahteraan bagi kita, sehingga kita menghabiskan pikiran, tenaga kita untuk hari esok. Sadar atau tidak sadar apa yang dialami oleh bangsa Israel dalam nats ini mengajarkan bahwa sumber penyakit bisa terjadi karena rasa takut akan apa yang kita dapat dan apa yang akan kita makan, sehingga yang terjadi adalah kerakusan dan mementingkan diri sendiri. Yang akhirnya membawa penderitaan yang bersumber dari penyakit yang timbul dari pikiran, makanan, dan perselisihan.

 Ayub 2:7-10, dalam nats ini kita dapat melihat bagaimana luarbiasanya penderitaan Ayub. Mulai dari kehilangan harta benda,anak-anak, sekujur tubuhnya kena penyakit yang menjijikan dan ditinggal oleh istrinya. Kesetian Ayub melampaui penderitaannya yang dasyat. Ayub mengungkapkan kesetiannya dalam kata-kata yang sungguh indah. Apakah kita mau menerima yang baik dari Allah , tetapi tidak mau menerima yang buruk. Ditengah penderitaannya, ia menyerahkan hidupnya kepada Tuhan, dia tetap beriman kepada Allah.

Dan di dalam invocatio Amsal 14:30 kita dapat melihat perbandingan orang yang pintar dan bodoh. Terlebih bagaimana menjaga diri melaui pikiran yang sehat.

Hubungan antara ketiganya, baik khotbah, epistel dan invocatio

Orang yang pintar tentu mengetahui apa yang menjadi tujuan hidupnya, memang penderitaan tak akan luput dari hadapannya tetapi pemeliharaan Allah pada umatNya akan membawa sucakita. Yang menjadi pertanyaan Bagaimana kita menghargainya ? bagaimana kita menjaga agar tetap terjadi keseimbangan antara jasmani dan rohani kita? Dan jangan kuatir akan hari besok.

Pointer khotbah/kesimpulan

  • Mengingat maka tanggal 12 Nopember kita memperingati hari kesehatan nasional dan secara internasional kita memperingatinya pada tanggal 7 Nopember.
  • Melihat cara pandang Allah dalam memelihara kita, artinya Tuhan tahu apa yang kita perlukan, seperti firmanNya dalam Matius 6:34, “sebab itu janganlah kamu kuatir akan hari besok karena hari besok mempunyai kesusahannya sendiri”.
  • Ambilah seperlunya (buat asa perluna) adalah tema yang sangat manis untuk di perbicangkan mengingat, akan situasi bagaimana mencukupkan diri terlebih dalam mempersiapkan diri di masa krisis energi, kesehatan dan pangan saat ini. Tidak banyak orang yang mampu untuk menjaga keinginan dan hawa nafsu dunia.
  • Mengingat perkataan Johanes Calvin, hidup kita harus berlandaskan hidup berhemat dan menabung dalam rangka memperkaryakan rahmat Allah di dunia. Karena hidup kita adalah teaterium dei atau panggung kesaksian.

Pdt. Walder Mazmur Ginting,M.Th-Runggun Karawang

 

[1] Kata keluaran adalah terjemahan dari bahasa Yunani exodus keluar (kel.19:1), nama yang diberikan kepada kitab itu dalam septuaginta. Kitab ini berpusatkan pada dua peristiwa penting, yaitu pembebasan orang Israel dari perbudakan di Mesir melalui karya penyelamatan allah yang penuh kuasa di laut teberau dan pengukuhan diri-Nya sebagai Tuhan mereka melalui perjanjian di gunung Sinai. Lih. Lasor, Pengantar perjanjian Lama 1, hal.190.

[2] Bodenheimer, 1981,hal.76-80)

[3] Andrew E Hill & John H Walton, Survei Perjanjian Lama,Gandum Mas,2008,168.

[4] Wismoady wahono,S, Disini kutemukan, BPK-GM,2000,100-101

[5] Alkitab Penuntun, Gandum mas, Malang, hal.122

Info Kontak

GBKP Klasis Bekasi - Denpasar
Jl. Jatiwaringin raya No. 45/88
Pondok Gede - Bekasi
Indonesia

Phone:
(021-9898xxxxx)

Mediate

GBKP-KBD