MINGGU 28 AGUSTUS 2022, KHOTBAH 2 RAJA-RAJA 17:34-39 (MINGGU BUDAYA I)

Bacaan :

Yakobus 2:1-4

Khotbah  :

2 Raja-raja 17:34-39

Tema :

TETAP BERPEGANG PADA KETETAPAN-KETETAPAN TUHAN

 

PEMBUKAAN

Budaya atau kebudayaan berasal dari bahasa sansekerta yaitu buddhayah, yang merupakan bentuk jamak dari buddhi (budi atau akal), diartikan sebai hal-hal yang berkaitan dengan budi, dan akal manusia. Bentuk lain dari kata budaya adalah kultur, dalam bahasa Inggris budaya itu adalah Culture: Kesopanan, Kebudayaan dan pemeliharaan. Culture bisa juga berarti terpelajar, dalam bahasa latin cultura. 

Koentjaraningrat, seorang tokoh Antrotopologi Indonesia mengatakatan: Kebudayaan adalah sebagai keseluruhan sistem gagasan, tindakan dan hasil karya manusia dalam rangka kehidupan bermasyarakat yang dijadikan milik diri manusia dengan belajar. Sedangkan menurut Cicero, kebudayaan adalah hasil cipta, rasa dan karsa manusia dalam memenuhi kebutuhan hidupnya yang kompleks yang mencakup pengetahuan, keyakinan, seni, susila, hukum adat serta setiap kecakapan, dan kebiasaan. 

Dari penjelasan arti budaya secara etimologi dan uraian para tokoh di atas, maka dapat disimpulkan bahwa budaya atau kebudayaan adalah hasil dari pemikiran manusia untuk hidup dalam masyarakat dengan mampu menjalankan hukum adat atau kebiasaan serta norma yang berlaku dalam masyarakat.

Manusia berbudaya, yaitu manusia yang hidup dalam kebenaran dan kesucian hidup. Manusia yang berbudaya adalah manusia yang melestarikan budaya itu sendiri. Budaya yang dilestarikan adalah budaya yang tidak menyimpang dari kebenaran firman Tuhan. 

 ISI

Latar belakang teks ini ditulis 2 Raja-raja 17:5-6 Raja Asyur menyerbu seluruh negeri, berbaris melawan Samaria dan mengepungnya selama tiga tahun. Pada tahun kesembilan pemerintahan Hosea, raja Asyur merebut Samaria dan mengusir orang Israel ke Asyur. Dia menempatkan mereka di Halah, di Gozan di Sungai Habor dan di kota-kota Media.

  • Ini terjadi pada 722 SM dan mengakhiri Israel, Kerajaan Utara.(10 suku)
  • Penulis merefleksikan semua yang telah terjadi dan apa yang menyebabkan hari yang menentukan ini. Dari teks 2 Raja 17:7-23 kita memiliki ringkasan yang ditulis dengan baik tentang sejarah hubungan Israel dengan Tuhan (selama 200 tahun terakhir dan 20 Raja-raja). Penulis menyimpulkan semuanya tepat di awal dengan baris ini: “Semua ini terjadi karena Israel berdosa terhadap Allah …”
  • “Mereka menyembah dewa-dewa lain…” Tidak ada alasan lain. Mereka berpaling dari Tuhan. Mereka membawa penghakiman ke atas kepala mereka sendiri.

Tuhan menebus mereka dengan kasih karunia-Nya ketika Dia “membawa mereka keluar dari Mesir dari bawah kekuasaan Firaun, raja Mesir”. (17:7)

  • Tuhan menyatakan kehendak-Nya kepada mereka ketika Dia memberi mereka perintah, ketetapan dan hukum, dan menyatakan: "Dengarlah, hai Israel: TUHAN, Allah kita, TUHAN itu esa." (Ul 6:4), Ini adalah Perintah Allah, bukan ide pengetahuan saja yang dibuat-buat oleh manusia.
  • Tuhan adalah satu, dan satu-satunya untuk disembah

Sayangnya dan perlahan-lahan kita melihat Israel menolak Tuhan dan menyembah dewa-dewa lain. Mereka tidak hanya menyangkal Tuhan (seperti beberapa ateis atau agnostik); mereka menggantikan Dia!

  • “Mereka mengikuti berhala-berhala yang tidak berharga dan diri mereka sendiri menjadi tidak berharga.” (17:15b). Mereka membuang satu Tuhan yang benar untuk yang palsu dan buatan manusia.
  • 17:8 - mereka mengikuti kebiasaan bangsa-bangsa (dari luar) dan juga kebiasaan yang diperkenalkan oleh raja-raja mereka sendiri .
  • Mereka mendirikan batu, tiang Asyera, berhala, menyembah Baal, dua anak sapi, melakukan ramalan dan sihir, dan membakar anak-anak sebagai korban. Panggilan Israel adalah untuk menjadi umat Tuhan, dikhususkan untuk Tuhan, tetapi sejarahnya tidak mengikuti panggilannya.
  • Sebaliknya, mereka menyesuaikan diri dengan bangsa-bangsa luar dan berbaur dengan mereka.

Terlepas dari penyembahan berhala dan kemurtadan Israel, Tuhan hadir sepanjang sejarah mereka.

  • 17:13 “Tuhan memperingatkan Israel dan Yehuda melalui semua nabi: “Berbaliklah dari jalanmu yang jahat. Taatilah perintah-perintah-Ku dan ketetapan-ketetapan-Ku, sesuai dengan seluruh Hukum yang Aku perintahkan kepada nenek moyangmu untuk dipatuhi dan yang Aku sampaikan kepadamu melalui hamba-hamba-Ku para nabi.”

Namun mereka tidak mendengarnya.

  • Sekali lagi dalam 17:23 "... TUHAN menyingkirkan mereka dari hadirat-Nya, seperti yang telah diperingatkan-Nya melalui semua hamba-Nya para nabi."
  • Sejak Kerajaan itu terbagi dan Raja Yerobeam (Israel) memperkenalkan dua anak lembu emas, sekitar 200 tahun yang lalu, Tuhan terus berbicara dan memperingatkan. Tuhan yang menebus mereka, Tuhan yang memperingatkan mereka, akhirnya menghakimi mereka. Tuhan menyatakan diri-Nya sebagai TUHAN YANG MENGHAKIMI. Tuhan yang benar menghakimi.
  • “Maka Tuhan sangat murka terhadap Israel dan menjauhkan mereka dari hadirat-Nya” (17:18). Raja Asyur membawa orang asing dari seluruh penjuru.
  • Mereka mengusir tawanan dari tanah air mereka dan mengirim mereka ke mana-mana, sehingga mereka tidak memiliki kesempatan untuk mendapatkan tanah kembali.
  • Ada kejadian dimana singa dikeluarkan dan membunuh orang-orang Israel. Raja diberitahu bahwa alasannya karena para pemukim baru ini “tidak tahu apa yang diminta oleh dewa negara” (17:26).

17:32-33 “32 Mereka menyembah TUHAN, mengangkat imam mereka sendiri juga menyembah allah-allah mereka sendiri menurut kebiasaan bangsa-bangsa dari mana mereka berasal. Mereka memiliki campuran dewa. Mereka melupakan perjanjian yang dibuat Allah dengan Israel, Perjanjian yang dibuat Allah, sepanjang perjalanan kembali ke waktu Keluaran Yaitu: Hanya ada satu Tuhan. Dia mengungkapkan diri-Nya. Sembahlah Tuhan Allahmu. Allah yang Esa.

  • Dalam teks ini menekankan agar bangsa Israel, 3 hal ini:
  1. “Jangan menyembah allah lain” (ay.35),
  2. “Jangan menyembah allah lain” (ay.37),
  3. "Jangan menyembah allah lain" (ay.38).

Penyembahan kepada Tuhan Allah membuat iman orang Israel unik di dunia kuno. Israel memiliki panggilan unik – untuk mengarahkan bangsa-bangsa lain datang kepada Tuhan. Panggilan mereka gagal karena mereka tidak mau mendengarkan Allah sebaliknya mereka menyembah dewa-dewa dan patung-patung buatan mereka sendiri. Sehingga Allah Murka dan membiarkan mereka ditaklukkan Asyur dan hidup menderita.

 PENUTUP

Manusia dicipakan Allah berbudaya (memiliki akal, pengetahuan dan adat istiadat agar hidupnya teratur dan saling menghormati. Karena manusia pada dasarnya mahluk sosial. Individu hidup bersama manusia lain dalam struktur masyarakat. Demikian juga kita suku Karo memiliki tradisi, budaya dan adat istiadat yang harus dilakukan sebagai cirikhas dan membentuk karakter kita. Namun dalam hal ini kita tidak hanya hidup melestarikan budaya Karo kita namun tentunya juga melakukan ketetapan dan hukum-hukum Allah yang kita lakukan dalam kehidupan sehari-hari kita. Tentunya dalam hal ini dibangun peraturan/perangkat hukum atau undang undang baik dalam kaitan Kekristenan maupun adat dibuat bertujuan agar ada keteraturan, ada keadilan di dalam masyarakat. Iman dan adat Karo tidak dipertentangkan namun bagaimana iman kita menerangi adat istiadat yang kita lakukan setiap hari. Tetapi terkadang manusia cenderung melanggar aturan dan imannya, hanya karena tidak mampu mengendalikan diri ataupun mengikuti kemauan/ego. Sehingga tidak jarang berhadapan dengan hukum itu sendiri. Bahkan ada istilah “peraturan itu dibuat untuk dilanggar”. Seperti orang Samaria/Israel Utara yang tidak mau mendengarkan suara Tuhan melalui NabiNya maka Tuhan Murka dan Tuhan mengijinkan Israel jatuh ketangan Asyur. Israel menderita ditekan, di jajah dan di perlakukan secara kejam dan semena-mena. Bangsa diusir keluar dari tanah mereka. Hak mereka telah dirampas bangsa asing.

Namun demikian, Allah sangat mengasihi manusia dan tidak dibiarkanNya kita hidup di bawah hukuman dan dosa sehingga Dia dalam rupa manusia (Yesus Kristus) turun kedalam dunia dan menebus dosa manusia. Yesus datang agar manusia dibenarkan dan hidup dalam kebenaran dan firmanNya. Manusia hidup dalam penebusan dan iman kepada Allah yang transendence hadir dalam hati manusia dan firman Tuhan sebagai acuan dalam menjalankan kehidupan. Manusia yang sudah dikasihi Allah juga harus mengasihi dan menjadikan Allah sebagai satu-satunya Tuhan untuk disembah dan dimuliakan dengan cara berpegang pada segala ketetapan-Nya haruslah menjadi “budaya/gaya hidup” yang tampak dalam kehidupan orang percaya. Jika kita melihat, ada orang yang mengaku percaya namun kehidupannya tidak menampakkan hidup orang-orang yang taat, maka pada hakekatnya kepercayaannya kepada Allah masih diragukan. Karena kepercayaan seseorang kepada Tuhan diimbangi dengan ketaatannya dalam melakukan segala ketetapan dan perintah Tuhan. Ketaatan yang dilakukan hendaknya didasarkan pada hati yang benar-benar tulus, dengan segenap hati, jiwa dan kekuatan.

Karena itu sebagai orang percaya yang telah menerima keselamatan dari Tuhan Yesus Kristus, tentunya ketaatan dan membudayakan kebenaran firman Tuhan menjadi ciri/identitas diri kita. Ketaatan akan kebenaran Firman Tuhan akan memberi kita kekuatan untuk dapat menghadapi kehidupan yang semakin tak menentu akhir-akhir ini, dan percayalah ketaatan kita akan kebenaran Firman Tuhan akan membuat kita melihat dan menerima janji-janji Allah yang mengagumkan.

Sebagai contoh dalam Markus 7:7 Percuma mereka beribadah kepada-Ku, sedangkan ajaran yang mereka ajarkan ialah perintah manusia

Dan Yakobus 2:1-4 kita yang sudah hidup dalam iman akan Yesus Kristus jangan lagi memandang muka / lahiriah saja (Tidak gampang jatuh kepada penghakiman dengan melihat tampilan fisik) namun kita melihat kedalaman hati. Memperlakukan orang lain seperti kita melihat wajah Yesus di wajahnya. Dengan demikian kita sebagai anak Tuhan menampakkan firman Allah/Ketetapan Allah dalam hidup kita secara menyeluruh (Hati, pikiran, perbuatan) memperlihatkan jelas karakter dan ciri anak-anak Tuhan. Beribadah dan perintah Tuhan yang kita lakukan.

Haruslah engkau mengasihi TUHAN, Allahmu, dan melakukan dengan setia kewajibanmu terhadap Dia dengan senantiasa berpegang pada segala ketetapan-Nya, peraturan-Nya dan perintah-Nya (Ulangan 11:1)

 Kolose 3:17 “Dan segala sesuatu yang kamu lakukan dengan perkataan atau perbuatan, lakukanlah semuanya itu dalam nama Tuhan Yesus, sambil mengucap syukur oleh Dia kepada Allah, Bapa kita”

 

Pdt. Rosliana br Sinulingga-Runggun Bumi Anggrek

MINGGU 21 AGUSTUS 2022, KHOTBAH MAZMUR 128:1-6 (MINGGU MAMRE)

Invocatio    :

“Orang benar yang bersih kelakuannya, berbahagialah keturunannya” (Amsal 20:7).

Bacaan  :

Ibrani 12:5-8 (Tunggal)

Tema  :

BAPA YANG TAKUT AKAN TUHAN (BAPA SI MALANG MAN TUHAN)

 

I. KATA PENGANTAR

Jemaat Tuhan yang dikasihi Tuhan, sebuah sumber mengatakan bahwa bapa adalah pahlawan bagi anak-anaknya, sehingga secara umum Ketika anak-anak berkelahi maka mereka akan mengatakan, “Aku bilang sama ayahku”. Sebuah sumber mengatakan bahwa ketika seorang anak kehilangan ayahnya apakah melalui kematian atau perceraian, maka anak-anak akan merasa bahwa mereka kehilangan pahlawannya. Dalam Alkitab juga dikatakan bahwa Yusuf merebahkan dirinya mendekap muka ayahnya serta menangisi dan mencium ayahnya yang sudah mati.

Bahkan bagi orang Israel para anak laki-laki ada di bawah bimbingan sang ayah yang memagangkan mereka dalam pertanian, penggembalaan, dan keahlian umum. Dengan mendampingi sang ayah dalam aktivitas seperti pepeprangan dan perburuan, para anak laki-laki belajar bagaimana menangani persenjataan, panah, pengali-ngali dan pedang.

Tentunya melalui hal ini dapat kita bayangkan jika sosok ayah yang mengajari anak-anaknya adalah ayah yang tidak takut akan Tuhan dan hidup dalam dosa, maka anak-anaknya juga akan hidup mengikuti apa yang diajarkan oleh ayahnya yakni hidup di dalam dosa. Sedemikian pentingnya seorang ayah bagi keluarga sehingga melalui firman Tuhan dalam ibadah kita hari ini kita akan belajar bagaimana sesungguhnya peran seorang dalam keluarga untuk mendapatkan kebahagiaan.

II. PENDALAMAN TEKS

Mazmur 128 ini menekankan sikap "takut akan Tuhan" (1, 4) sebagai dasar berkat dalam keluarga. Mazmur ini dikategorikan mazmur hikmat (band. Ams. 1:7). Ada banyak penafsir yang percaya bahwa mazmur ini juga dipakai sebagai doa bagi pasangan baru dalam acara pernikahan tradisi Israel. Bagian pertama dari mazmur ini (ay. 1-4) berbicara mengenai akibat hidup takut akan Tuhan. Mereka yang takut akan Tuhan dan bekerja keras akan diberkati (1-2). Iman seseorang kepada pemeliharaan Allah, dan ketekunannya dalam berusaha mendatangkan berkat yang berkecukupan. Keluarga pun ikut diberkati (3) dengan kebahagiaan yang bersumber dari Tuhan sendiri (5a; dari Sion, tempat kediaman Allah). Bagian kedua dari mazmur ini (ay. 5-6) memberikan nuansa yang meluas karena berkat bagi mereka yang takut akan Tuhan bukan hanya dirasakan dalam lingkup rumah tangga, tetapi juga dalam masyarakat dan bangsa. Keluarga yang takut akan Tuhan merupakan pilar-pilar pembentuk bangsa yang kokoh (5) dan membawa kesejahteraan bagi generasi yang akan datang (6). Pemasmur mengatakan bahwa berkat atas rumah tangga dimulai dari kehidupan pribadi yang benar di hadapan Tuhan yaitu hidup takut akan Tuhan dan hidup menurut jalan yang ditunjukkan-Nya (cara hidup yang ditunjuk Tuhan melalui hukum-hukumNya (bdk Maz 119). Sikap hidup seperti ini harus dimulai dari masing-masing pribadi anggota keluarga, sehingga keluarganya bahagia.

Pemazmur mengatakan bahwa berbahagialah setiap orang yang takut akan Tuhan. Pemazmur mengawali dengan pernyataan bahwa kebahagiaan adalah bagian atau nasib orang yang mengerti takut akan Tuhan dan hidup menurut jalan-jalan-Nya, karena orang tersebut akan baik keadaannya, sebab dia makan dari hasil jerih payahnya sendiri, tidak kehilangan hasil-hasil itu pada masa kekeringan atau membaginya dengan tuan-tuan tanah yang menindas. Seorang suami sebagai kepala keluarga mengambil peran pemimpin rohani bagi keluarganya. Secara pribadi, seharusnya ia memiliki kehidupan yang berkenan kepada Tuhan, sehingga dapat mengarahkan keluarganya kepada jalan-Nya. Di sini digambarkan seorang suami yang hidup benar di hadapan Tuhan dan memenuhi tanggungjawabnya sebagai kepala keluarga. Ia memiliki istri dan keturunan yang membahagiakan keluarganya. Istrinya akan menjadi seorang wanita yang menyenangkan hati suami dan anak-anaknya, sehingga suasana rumah damai dan nyaman. Demikian pula dengan anak-anaknya, kelak akan menjadi pewaris keluarga yang berguna.

Pemazmur bukan mengatakan bahwa orang yang takut akan Tuhan dan berjalan di jalan Tuhan maka mereka akan hidup dengan mudah, tanpa kekhawatiran atau penderitaan, tetapi, mereka akan memakan hasil jerih payah tangan mereka. Isteri mereka akan menjadi seperti pohon anggur yang subur di dalam rumahnya. Artinya istrinya akan seperti pohon anggur yang tidak hanya melebar sebagai hiasan, tetapi juga yang berbuah dan yang dengan buahnya baik Allah maupun manusia disenangkan (Hak. 9:13). Pohon anggur adalah tanaman yang lemah dan lembut, perlu disokong dan dirawat, tetapi ia merupakan tanaman yang sangat berharga.

Anak-anaknya akan menjadi seperti tunas pohon zaitun. Artinya sungguh menyenangkan bagi orangtua untuk mempunyai meja yang dibentangkan, meskipun dengan makanan ala kadarnya, dan melihat anak-anak mereka duduk di sekelilingnya, untuk mempunyai banyak anak, cukup banyak untuk mengelilinginya. Dan mereka senang melihat anak-anak mereka hadir bersama mereka, tidak terpencar-pencar, atau terpaksa harus berpisah dari mereka. Ayub menjadikannya sebagai salah satu contoh dari kemakmurannya dulu bahwa anak-anaknya ada di sekelilingnya (Ayb. 29:5). Orangtua senang ditemani oleh anak-anak mereka di meja makan, menjaga suasana menyenangkan ketika bercakap-cakap di meja makan, melihat mereka sehat-sehat, mempunyai nafsu untuk makan dan bukan untuk minum obat, melihat mereka seperti tunas pohon zaitun, tegak dan hijau, menyerap getah dari pendidikan mereka yang baik, dan akan berguna pada waktunya nanti.

Oleh sebab itu dalam bahan khotbah kita ini dikatakan bahwa sumber kebahagiaan dalam hidup kita adalah hidup takut akan Tuhan dan hidup menurut jalan yang ditunjukkan-Nya. Sehingga dalam bacaan kita Ibrani 12:5-8 dikatakan bahwa sekalipun banyak tantangan atau penderitaan jangan pernah meninggalkan hidup takut akan Tuhan karena didikan Tuhan atas orang-orang percaya dan kesukaran serta penderitaan yang diizinkan-Nya terjadi dalam kehidupan kita merupakan:

  1. Tanda bahwa kita adalah anak-anak Allah (ayat Ibr 12:7-8).
  2. Jaminan kasih dan perhatian Allah kepada kita (ayat Ibr 12:6).
  3. Agar pada akhirnya kita tidak ikut dihukum bersama-sama dengan dunia (1Kor 11:31-32)
  4. Agar kita dapat mengambil bagian dalam kekudusan Allah dan tetap hidup di dalam kesucian karena tanpanya kita tidak mungkin melihat Allah (ayat Ibr 12:10-11,14).

III. APLIKASI

Tema kita, “BAPA YANG TAKUT AKAN TUHAN”. Pengertian takut dalam hal ini adalah:

  1. Kesadaran akan kekudusan, keadilan, dan kebenaran-Nya dan kesadaran bahwa Allah adalah Allah yang kudus, yang tabiat-Nya itu membuat Dia menghukum dosa.
  2. Memandang Dia dengan kekaguman dan penghormatan kudus serta menghormati-Nya sebagai Allah karena kemuliaan, kekudusan, keagungan, dan kuasa-Nya yang besar
  3. Menyebabkan orang percaya menaruh iman dan kepercayaan untuk beroleh selamat hanya kepada-Nya.
  4. Kesadaran bahwa Dialah Allah yang marah terhadap dosa dan berkuasa untuk menghukum mereka yang melanggar hukum-hukum-Nya yang adil, baik dengan segera maupun dalam kekekalan (bd. Mazm 76:8-9).

Dengan demikian tema ini mau mengajarkan kepada kita agar menjadi seorang bapa harus hidup dengan menjaga kekudusan dan hidup dengan cara hidup yang ditunjuk Tuhan melalui hukum-hukumNya. Dalam nas khutbah kita dikatakan bahwa jika seorang laki-laki hidup takut akan Tuhan dan berjalan di halan yang ditunjukkan Tuhan maka mereka akan dapat:

  1. Menikmati buah dari pekerjaan mereka
  2. Berbahagia
  3. Kehidupan yang baik
  4. Istri yang membahagiakan suami dan anak-anaknya
  5. Anak-anak yang membahagiakan orang tuanya
  6. Umur Panjang

Oleh sebab itu sebagai orang beriman hendaknyalah kita sebagai bapa sadar bahwa kebahagiaan hidup kita sesungguhnya bukan ditentukan oleh sesukses apa karier kita, sekaya apa kita, setinggi apa jabatan kita, seberapa banyak harta kita, melainkan sejauh mana sebagai seorang suami atau bapa memiliki kehidupan yang takut akan Tuhan dan sejauh mana kita berjalan di jalan yang ditujukkan oleh Tuhan. Sebuah sumber mengatakan tiga hal di dunia ini yang tidak akan pernah kita ketahui yaitu kapan kita lahir, kapan kita berumah tangga dan kapan kita mati. Kelahiran sudah jauh kita tinggalkan dan untuk bertemu dengan Tuhan maka kita pasti akan menghadapi kematian. Sudah kah kita siap meninggalkan bekal kita di dunia ini? Bekal yang mana yang akan kita tinggalkan. Apakah Ketika kita mati maka orang akan berkata, “Sungguh baik sekali anak itu. Maka orang akan menjawab, “bagaimana tidak baik karena ayah dan kakek neneknya semua baik.” Apakah yang akan kita tinggalkan, Ketika orang berkata, “Jahat sekali anak itu.” Maka orang akan menjawab. Bagaimana tidak jahat, ayah dan kakek neneknya saja lebih jahat dari itu.” Yang mana akan kita tinggalkan.

Oleh sebab itu sebagai ayah hendaknyalah kita senantiasa hidup takut akan Tuhan dan berjalan di jalan Tuhan agar kebahagiaan itu menjadi milik kita dan anak-anak kita juga dapat berbahagia karena memiliki seorang bapa yang hidup takut akan Tuhan. Seperti yang disampaikan dalam Invocatio kita bahwa Orang benar yang bersih kelakuannya, berbahagialah keturunannya” (Amsal 20:7).

 

Pdt. Jaya Abadi Tarigan-Runggun Bekasi

RABU 17 AGUSTUS 2022, KHOTBAH ROMA 8:21-25 (HUT KEMERDEKAAN RI KE 77)

Invocatio :

“Kembalilah pula, TUHAN, luputkanlah jiwaku,Selamatkanlah aku oleh karena kasih setia-Mu.

Bacaan I :

Kejadian 40:13-15 (Tunggal)

Tema :

Merdeka janah ngenanami kebebasen / Merdeka supaya mengalami kebebasan

 

Pengantar

Tanggal 17 Agustus akan selalu identik dengan kata “Kemerdekaan/Merdeka”. Untuk bisa mendapat kemerdekaan harus menempuh perjuangan yang sulit dan panjang bahkan di dalamnya pun ada penderitaan dan pengorbanan. Perjuangan yang tidak mudah itu membuat tidak semua orang bisa bertahan dan mendapatkan kemerdekaan. Bisa kita lihat juga dari perjuangan Bangsa Indonesia dalam meraih kemerdekaan. Dalam perjalanannya ada yang tidak bisa menanti kemerdekaan itu datang sehingga mereka meninggalkan Indonesia dan beralih bersama dengan penjajah. Namun, kita bersyukur masih banyak orang yang bisa bertahan dan memiliki pengharapan sehingga sampai saat ini kita sudah merasakan kemerdekaan selama 77 tahun. Selain kemerdekaan Indonesia, hari ini kita membahas kemerdekaan dari dosa. Sudahkah kita merdeka?

 

Isi

Tuhan Yesus sudah datang ke dunia dan menebus dosa kita di atas kayu Salib. Kita sudah dimerdekakan dari dosa. Tapi, hidup di dalam dunia berdosa, membuat kita setiap hari melihat perbuatan dosa di sekeliling kita. Kita masih bisa tergelincir ikut-ikutan berdosa. Sebagai orang yang sudah dimerdekakan dari dosa, kita harus bisa melawan dosa dan kesenangan dunia yang membuat kita kembali dikungkung oleh dosa. Menjauhi dosa tidak mudah, apalagi menjadi anak-anak Allah seperti yang ada dalam bacaan kita.

Banyak penderitaan yang kita alami saat kita hidup dalam ketaatan bersama Tuhan. Ketika Paulus menulis surat ini, sebagaian besar orang percaya di kota Roma, sedang atau akan mengalami penderitaan dahsyat. Rasul Paulus sendiri mengalami berbagai penderitaan setelah ia mengikut Tuhan. Paulus tidak menghadapu penderitaan dengan mengelakannya tetapi dihadapi dengan kebenaran firman.

Bagaimanakah orang seharusnya memandang penderitaan yang dialaminya saat ini? Penderitaan saat ini harus dipandang dalam kaitan dengan kemuliaan yang akan dinyatakan kepada kita. Di Roma 8:18 “Sebab aku yakin, bahwa penderitaan zaman sekarang ini tidak dapat dibandingkan dengan kemuliaan yang akan dinyatakan kepada kita.” Ilustrasi yang dipakai oleh Paulus ialah seorang perempuan yang sakit bersalin. Sembilan bulan menderita berbagai ketidaknyamanan, Mendapatkan sukacita yang tidak terhingga saat bayi lahir. Demikian juga hidup kita yang penuh dengan penderitaan sekarang ini, tidak sebanding dengan pengharapan Sorgawi yang dijanjikan Tuhan bagi setiap orang yang percaya kepada-Nya.

Dalam bacaan pertama kita mengingat kembali kisah Yusuf. Akibat memelihara integritas, Yusuf dipenjara. Statusnya dari budak menjadi penjahat karena tuduhan yang ia dapat. Penderitaan yang Yusuf alami tidak berkesudahan. Namun, ia tidak menyerah. Dalam penjara, Allah hadir dan bertindak memuwujudkan rencana-Nya bagi orang pilihan-Nya. Yusuf menjadi peka akan penderitaan orang. Di Kejadian 40:7 Yusuf bertanya kepada juru roti dan anggur di dalam penjara, “mengapakah hari ini mukamu semuran itu?”. Yusuf menaruh perhatian kepada penderitaan dan masalah orang lain. Itu bisa ia lakukan karena ia tahu bagaimana menderita dan ia mau membantu orang lain untuk tidak menederita. Dari situ juga kuasa Allah dinyatakan.

Penderitaan kini harus dihadapi dengan fakta kemuliaan kelak yang akan Tuhan nyatakan bagi anak-Nya. Penderitaan dapat menjadi alat Tuhan mengobarkan pengharapan iman yang kreatif. Menjalani kehidupan kita dengan membuka diri akan kehadiran Roh Kudus. Di tengah pergumulan dan penderitaan hidup, Roh Kudus menjadi jaminan akan berakt yang akan diterima oleh anak-anak Allah. Roh Kudus yang memberikan pengharapan karena Ia menjadi kemuliaan kekal yang kelak menanti kita.

Paulus sudah menjelaskan bahwa kita yang memiiki buah sulung Roh Allah menantikan pengangkatan sebagai anak, yaitu penebusan tubuh kita (ayat 23). Di ayat 25, “tetapi jika kita mengharapkan apa yang tidak kita lihat, kita menantikannya dengan tekun.” Tubuh yang ditebus akan merupakan tubuh yang dimuliakan, bebas dari segala dosa. Dengan pengharapan semacam ini, orang percaya menantikan penggenapannya dengan sabar dan tekun.

 Refleksi

Tanpa mengalami penderitaan bagaimana Yusuf memiliki kepekaan terhadap orang yang sedang susah. Tanpa dipakai Tuhan untuk menanggapi mimpi orang lain, bagaimana mungkin ia mengantisipasi mimpi dari Allah untuknya? Jika Rasul Paulus tidak menghadapi berbagai penderitaan bagaimana ia bisa memberikan nasihat kepada jemaatnya? Hadapilah setiap babak baru dalam hidup kita dengan semangat untuk melihat apa yang Allah ingin kita pelajari dan berikan. Selamat menjalani berbagai penderitaan dengan harapan pembebasan dari Allah dan selamat menjadi saksi Tuhan untuk bisa membantu mereka yang juga menderita memiliki pengharapan akan pembebasan dari Allah.

 

Detaser Essy br Sembiring-Perpulungen Makassar

Info Kontak

GBKP Klasis Bekasi - Denpasar
Jl. Jatiwaringin raya No. 45/88
Pondok Gede - Bekasi
Indonesia

Phone:
(021-9898xxxxx)

Mediate

GBKP-KBD