Senin 31 Desember 2018, Khotbah Mazmur 103:8-18 (KEBAKTIAN TUTUP TAHUN)
Invocatio :
Kasih tidak berkesudahan; nubuat akan berakhir; bahasa roh akan berhenti ; pengetahuan akan lenyap. (1 Korintus 13:8)
Bacaan :
Roma 8:33-39 (Antiponal)
Tema :
Kasih Tuhan Yang Kekal
Pendahuluan
Beberapa jam lagi kita akanmeninggalkan tahun 2018, tahun yang sudah kita lewati bersma Tuhan dengan beranekaragam warna, suka-duka, gagal-berhasil, kadang kita kuat terkadang kita lemah, jalan berliku, dan musim yang silih berganti. Dan sebagai orang beriman kita harua mensyukuri semua itu, karena kita percaya “suka –duka “ Tuhan pakai mendatangkan kebaikan bagi yang mengasihinya (bd. Roma 8:28)
Memasuki tahun 2019, tahun yang penuh pengharapan, tetapi disisi lain tahun misteri bagi kita, entah jalan yang bagaimana yang harus kita lewati, tetapi dengan keyakinan pada “kasih Tuhan Yang Kekal” kita percaya di tahun yang baru kita akan dilimpahi dengan berkat-berkat Tuhan.
Belajar dari masa lalu kita perbaiki semua jalan hidup kita untuk menyongsong masa depan yang baik. Sehingga segala sesuatunya indahpada waktunya.
ISI
Kitab Mazmur , sebagai doa dan pujian yang diilhamkan oleh Roh Kudus , untuk mengungkapkan perasaan yang mendalam isi hati sanubari dalam hubungan dengan Tuhan.
Ay. 8-10“Tuhan Maha Baik”
Tidak perlu diperdebatkan dan dibuktikan lagi, bahwa Allah itu Maha baik. Sekilas kita merenungkan kehidupan Daud, disana kita akan menemukan sifat Allah yang maha baik. Mulai dari pengangkatannya dari seorang tukang gembala, menjadi seorang raja. Dari keberdosaannya membangun strategi untuk mendapatkan Betsyeba, mengirim Uria kepala pasukan tentaranya yang paling setia. Tampil sebagai pahlawan tetapi sesungguhnya perampok berdarah dingin (2 Samuel 12:1-7). Dosa Daud bukan saja karena terlibat dalam strategi pembunuhan Uria, dan merebut istri panglimanya, tetapi “dosa pembohongan publik”, karena ketika Daud mengambil Betsyeba menjadi istrinya, dianggap sebagai penghargaan atas kematian penglimanya, seorang raja menikahi janda, di tengah-tengah begitu banyak wanita-wanita cantik dan putri-putri raja lain bisa dia nikahi sungguh dianggap “raja yang berhati mulia” tetapi dibalik semuanya itu Daud lakukan hanya untuk memuaskan hasrat laki-lakinya.
Tetapi Tuhan tidak memberikan hukuman mati bagi Daud, tetapi ketika dia menyesal setelah di tegur oleh Tuhan melalui nabi natan. Inilah ungkapan hati Daud bahwa Tuhan itu penyayang dan pengasih, panjang sabar dan melimpah kasih setia. Tidak selalu menuntut, dan mendendam. Sebagaimana vonis yang diberikan Daud sendiri ketika merespons apa yang dikatakan nabi natan :”orang seperti itu layak dihukum mati, dan domba betina itu harus diganti 4 kali lipat (bdk. 2 Sam. 12:5-6),itulah keadialan pada waktu itu “hutang nyawa di ganti nyawa”.
Ay.11-13 Kasih Allah Setinggi Langit dan Bumi
Pemasmur mencoba melukiskan bagaimana besarnya kasih Allah, mungkin pemasmur tidak mendapat ukuran yang lebih tinggi yang melebihi tingginya langit dan bumi, sehingga pemasmur memakai “gambaran ini untuk melukiskan kasih Allah”. Orang yang sudah melakukan kejahatan saja masih diampuni dan dikasihi oleh Tuhan, apalagi orang yang takut kepda-Nya. Sebagaimana Daud Melukiskan kebaikan Tuhan itu, panjang sabar (8), tidak mendendam (9), tidak memberikan hukuman setimpal dengan dosa dan kesalahan (10) ini melukiskan bahwa semua pelanggaran itu tidak diingat oleh Tuhan sudah di lemparkan jauh-jauh , sejauh Timur ke Barat. Semunya ini dilakukan Tuhan semata-mata karena “kebaikan-Nya).
Untuk memehami Kasih Allah, pemasmur memberikan contoh “seperti bapa sayang pada anaknya , demikian Tuhan sayang kepada orang yang takut akan Dia. Secara umum hati seorang bapa pasti ingin melihat anaknya jauh melebihi dirinya dalam segala hal, tidak ada bapa yang ingin anaknya mengalami kegagalan dan penderitaan. Walaupun di dunia ini ada juga “bapa-bapa” yang tidak bertanggung jawab. Dalam Lukas 11:13, Yesus berkata : “jika kamu yang jahat tahu memberi yang terbaik kepada anak-anakmu apalagi Bapamu yang disurga”. Tapi jadi menarik jika Daud mengangkat gambaran kaswih Allah itu seperti kasih seorang bapa kepada anaknya, tentu hal ini juga lahir dari pengalaman Daud itu sendiri bagaimana ia mengasihi anaknya. Kisah pemberontakan anaknya Absalom (2 Samuel 15), yang mengharuskan Daud mengungsi meninggalkan istana. Coba kita bayangkan dasi segi apa yang membuat takut kepada anaknya Absalom, pengalaman perang ? jumlah pasukan ? kesetian pasukan perang? Sebenarnya kalau Daud mau melawan Absalom terlalu mudah baginya, tetapi yang membuat dia harus mengungsi meninggalkan istana hanya satu yaitu kasihnya pada anaknya. Bak memakan buah si mala kama, dilawan binasalah anaknya, tidak dilawan dia harus mengungsi . Karena dia mengasihi anaknya dia mengambil keputusan untuk meninggalkan istana.
Hal yang sama dilakukan oleh Tuhan untuk mengasihi umat manusia “Dia” mengungsi dari surga turun ke dunia untuk meyelamatkan manusia (bd.Flp 2:5-11) meninggalkan kemuliaan-Nya agar penghukuman dan penyiksaan tidak dialami oleh manusia yang terus melakukan pemberontakan (dosa).
Ay. 14-16 Manusia Makhluk Yang Rapuh
Sering kali manusia lupa darimana dia dijadikan, sehingga banyak kesombongan, keangkuhan dan kecongkakan dan tidak segan-segan melawan Tuhan sang pemberi kehidupan kepadanya. Kita lupa bahwa “hidup ini adalah anugerah” bukan milik kita.
Tuhan mengasihi manusia , karena Tuhan tahu dan mengingat bahwa manusia itu berasal dari tanah, yang melambangkan kerendahan, kelemahan dan kerapuhan. Perlu perlindungan dan perhatian pada barang yang rapuh gampang pecah, biasanya kalau naik pesawat pun tempat barang pecah belah biasanya dihususkan, mengangkatnya juga harus hati-hati. Artinya kita dikasihi Tuhan bukan karena “kuat dan gagah kita, kebaikan kita” tetapi karena Tuhan “memahami siapa kita yaitu makhluk yang lemah dan rapuh,yang kadang kala tidak disentuh pun pun pecah”.
Manusia itu di lukiskan seperti rumput , seperti bunga di padang, berbunga dan ketika ditiup angin maka tidak ada lagi bahkan tempatnya pun tidak mengenalnya lagi. Tidak ada yang bisa dimegahkan, disombongkan dalam kehidupan ini, selain kasih karunia Tuhan yang kekal . Tidak ada yang bisa membawa sukacita selain mensyukuri “Kasih Allah Yang Kekal”, yang sudah memperlakukan kita secara istimewa.
Ay. 17-18 Kasih Allah Yang Kekal
Bukan Allah namanya kalau membalas kejahatan dengan kejahatan (sifat binatang), bukan Allah namanya kalau hanya mengasihi orang yang mengasihinya (manusiawi), bukan Allah namanya kalau membalas kebaikan dengan kejahatan (Setan), tapi yang namanya Allah adalah membalas kejahatan dengan kebaikan. Ini yang kita sebut dengan Kasih Agape, mengasihi bukan berdasarkan “kelayakan yang dikasihi, tetapi mengasihi karena memang sifatNya (karakternya, dan hidup-Nya) adalah kasih.
Kasih Allah akan diberikan kepada orang yang takut akan Dia, bagi orang yang berpegang pada janji-Nya, dan yang melakukan titah-Nya. Teologia Perjanjian Lama sangat kontras “Benar, taat diberkati, berdosa dan menyimpang di hukum”, sering kali kita katakan itu kan Perjanjian Lama, sedangkan dalam perjanjian baru yang ada adalah hukum kasih. Bahkan Paulus mengatakan semakin banyak dosa semakin banyak anugerah (Roma 5:20), mungkin pengajaran seperti ini kalau kita salah mengerti membuat “kekristenan” kita tidak pernah bertumbuh dan melahirkan kehidupan yang benar dan saleh. Karena hanya orang yang berjuang menjaga kekudusannya dan setia pada Tuhan sampai akhir hidupnya yang akan diselamatkan.
Pointer Aplikasi
1. Allah itu maha kasih, dan kasihnya kekal sampai selama-lamanya, utnuk itu sebagai anak-anak Allah kita harus hidup dalam kasih dan menghidupi kasih dalam pikiran, perkataan dan perbuatan kita.
2. Nubuat akan berakhir; bahasa roh akan berhenti ; pengetahuan akan lenyap tetapi yang bertahan adalah kasih. Marilah kita mengejar yang kekal jangan mengejar yang fana.Tidak ada yang perlu kita sombongkan dalam hidup ini.
3. Marilah kita menyambut dan memasuki tahun yang baru, berdasarkan kasih Kristus, dan memohon kekuatan dari Tuhan agar di tahun yang baru kita hidup di dalam kasih Tuhan yang kekal.
4. Liku-liku kehidupan di tahun yang baru, suka duka, sukses dan gagal, sehat atau sakit, jangan sempat membuat kita terpisah dari “kristus”, bahkan maut sekalipun sebenarnya tidak bisa memisahkan kita dari Tuhan (Bacaan) , mari kita jalani tahun yang baru bergandengan tangan dengan Tuhan (seperti salam Yahudi), saling mengasihi dengan sesama, yakinlah sukacita akan terus mengiringi langkah kehidupan kita, selamat menyongsong tahun yang baru Tuhan Yesus memberkati.
Pdt. SAUL GINTING, S.Th. M.Div-GBKP Rg. BEKASI
MINGGU 30 DESEMBER 2018, KHOTBAH LUKAS 2:27-35
Invocatio :
“Pada waktu itu TUHAN akan melindungi
penduduk Yerusalem, dan orang yang tersandung di antara mereka pada waktu itu akan menjadi seperti Daud, dan keluarga Daud akan menjadi seperti Allah, seperti Malaikat TUHAN, yang mengepalai mereka” (Zakaria 12:8)
Epistel :
Yesaya 52:7-10 (Responsoria)
Tema :
Yesus Kristus Penolong Untuk Semua Orang
Ada sebuah cerita tentang seorang wanita tua yang oleh dokternya dikatakan bahwa dia mungkin tidak akan dapat hidup lebih lama lagi. Kemudian, wanita tua itu memanggil keluarganya dan mendiskusikan apa yg harus dilakukan, dimana dia akan dikuburkan, peti jenazahnya akan seperti apa, dsb. Ketika diskusi berlangsung, wanita itu berkata, “Ada satu hal yang sangat penting, saya ingin dikuburkan dengan garpu di tangan kanan saya.” Anak-anaknya bingung mendengar pernyataannya, dan salah seorang di antara mereka tidak sanggup menyimpan rasa penasarannya bertanya: “Apa yang mama maksudkan?” Jawab wanita tua itu: “Aku teringat waktu makan dengan keluargaku ketika aku masih gadis. Setiap kami harus membantu membereskan piring-piring, sendok, dll setelah makan. Ketika nenekmu berkata simpan garpumu, itu artinya akan ada makanan lezat yang akan segera dihidangkan. Maka saya ingin dikuburkan dengan garpu di tangan kanan, karena akan ada hal baik yang datang!”
Ilustrasi ini menceritakan tentang sebuah "pengharapan". Ketika kita menunggu bis, kita pasti berharap bis segera datang. Pengharapan kita dibangun karena menantikan sesuatu yang akan datang. Itulah makna yang indah akan kehidupan Kristen: berbalik dari cara hidup yang lama, menjadi melayani Tuhan dan menantikan kedatangan Yesus yang kedua kali. Kita mempunyai pengharapan karena kita menantikan seseorang. Dia akan memberikan kepada kita sesuatu yang indah, kehidupan yang tidak ada penderitaan dan kesedihan. Kita memiliki pengharapan karena kita tahu hal yang baik akan segera datang. Kita berpengharapan karena itu dengan sabar kita menunggu, menunggu kedatangan kembali Tuhan kita.
Kitab Lukas mencatat ada seorang laki-laki tua yang benar dan saleh bernama Simeon, yang sabar menantikan penghiburan bagi Israel (Luk 2:25). Dengan penuh pengharapan dia menantikan kehadiran Mesias. Ia adalah representasi dari ‘sisa Israel’ yang dengan rindu menantikan penggenapan janji penyelamatan dari Allah. Kelahiran Yesus yang telah dinubuatkan ratusan tahun sebelumnya, membuat Simeon yang penuh dengan hikmat Allah mewakili para nabi terdahulu bertemu dengan Mesias yang telah dijanjikan. Sikap Simeon saat dia melihat bayi Yesus yang dibawa oleh Maria dan Yusuf ke Bait Allah mengungkapkan isi hatinya yang digenangi oleh perasaan syukur tak terkira, langsung mengenali bahwa bayi yang dibawa Maria dan Yusuf, adalah bayi yang ditunggu-tunggu kelahiranNya.
Penantian dari generasi ke generasi akan janji yang kudus itu, Simeon yang berhati tulus dan saleh hidupnya, bisa melihat bahwa kelahiran bayi Yesus tidak hanya membawa keselamatan bagi bangsa Yahudi tapi juga menjadi kemuliaan bagi bangsa Israel. Kebanyakan orang Yahudi ketika memikirkan Mesias, mereka pikir Dia datang hanya untuk mereka dan untuk menghancurkan bangsa-bangsa lain di bawah kaki-Nya saja. Berbeda dengan Simeon, dia memahami dari Firman Allah apa yang kebanyakan orang Yahudi pada zaman itu telah lewatkan (kehilangan). Dia mengerti bahwa Yesus datang untuk menjadi terang bagi bangsa-bangsa lain, untuk membawa keselamatan bagi bangsa-bangsa lain, untuk mengungkapkan diri-Nya kepada bangsa-bangsa lain. Dan bahwa Dia akan melakukan hal ini melalui penderitaan sebagai seorang hamba, mati di kayu salib, dan kemudian bangkit dari antara orang mati. Ia justru membawa kebangkitan bagi banyak orang Israel untuk menerima keselamatan. Firman Tuhan yang disaksikan oleh Nabi Yesaya telah digenapi (Epistel, Yes. 52:7-10). Sebuah proklamasi keselamatan untuk bangsa Israel, dan seluruh bangsa. Firman ini mengingatkan akan sebuah pengharapan luar biasa, yang diberitakan Nabi Yesaya kepada umat Tuhan: Betapa indahnya kelihatan dari puncak bukit-bukit keda-tangan pembawa berita, yang mengabarkan berita damai dan memberitakan kabar baik, yang mengabarkan berita selamat dan berkata kepada Sion:Allahmu itu Raja!Simeon memiliki kesempatan untuk menyaksikan berita keselamatan itu.
Digerakkan oleh Tuhan sendiri Simeon menanti di Bait Suci, dan meyambut Yesus yang dibawa masuk oleh kedua orang tuanya. Simeon berkata demikian: “Sekarang, Tuhan, biarkanlah hamba-Mu ini pergi dalam damai sejahtera, sesuai dengan firman-Mu, sebab mataku telah melihat keselamatan yang dari pada-Mu, yang telah Engkau sediakan di hadapan segala bangsa, yaitu terang yang menjadi penyataan bagi bangsa-bangsa lain dan menjadi kemuliaan bagi umat-Mu, Israel” (Luk. 2:29-32). Firman Tuhan yang disampaikan melalui Simeon ini memberitahukan kepada orang tua Yesus, dan juga kepada kita, bahwa Yesus akan menjadi keselamatan bagi segala bangsa. Sayangnya tidak semua bisa melihat apa yang dilihat Simeon tetapi karena karya Roh Kudus yang tidak pernah berhenti, kita dibawa ke dalam pengertian satu ke pemahaman lainnya sehingga kita sampai pada pengenalan akan kasih Tuhan yang menyelamatkan.
Puji syukur kita naikkan kehadirat Kristus Sang Kepala Gereja, Tuhan yang Maha Kuasa sang pencipta langit bumi dan segala isinya, karena oleh Kuasa dan KasihNya kita sudah diantar sampai pada penghujung tahun ini. Mari sejenak merenungkan perjalanan kehidupan kita, mungkin ketika mengawali tahun 2018 ini ada banyak tekad yang kemarin mau kita kerjakan, kita sudah menetapkan resolusi dari setiap persoalan yang kita hadapi di tahun 2018, dan saat ini kita mau mengevaluasi seberapa efisien resolusi yang sudah kita lakukan, seberapa banyak tekad kita yang terrealisasi di tahun 2018 ini. Ketika menjalani tahun 2018 ini kehidupan kita mungkin tidak mulus, banyak masalah, suka, duka silih berganti. Perlu kita mengevaluasi semua perjalanan kehidupan kita apakah semua berjalan seperti yang kita “rencanakan?” kalau iya puji Tuhan, tapi kalau tidak, coba kita renungkan apakah lebih baik atau lebih buruk dari yang kita bayangkan. Tetapi, kepala kita terlalu kecil untuk memikirkan semuanya itu, semua harus kita respons dengan iman, bahwa rancangan Tuhan bukan rancangan kecelakaan tetapi rancangan damai sejahtera, suka dan duka Tuhan pakai mendatangkan kebaikan bagi kita yang mengasihiNya.
Perayaan Natal mula-mula berbeda dengan perayaan Natal sekarang (yang baru saja kita lakukan). Apa yang dahulu masih sebagai pengharapan, kini sudah menjadi kenyataan. Apa yang dahulu masih terbentang jauh di depan, sekarang sudah menjadi pengalaman. Jika sebuah pengharapan saja sudah cukup bagi Simoen untuk bersukacita dan memuji Allah, apalagi sekarang. Kita seharusnya jauh lebih bersukaria, karena kita telah melihat penggenapan dari pengharapan tersebut. Jika Simeon yang hanya memandang cicipan keselamatan bisa memuji Allah, apalagi kita yang sudah melihat penggenapan keselamatan Allah yang jauh lebih besar. Jika dengan berbekal pengharapan Simeon sudah puas dengan hidupnya, apalagi kita yang sudah melihat dan menikmati realisasi dari pengharapan itu. Tidak ada alasan untuk takut dan kuatir. Selalu ada alasan untuk memuji dan bersyukur. Selamat memasuki Tahun Baru 2019. Soli Deo Gloria.
Pdt. Melda br Tarigan
GBKP RUNGGUN PONTIANAK
Minggu 23 Desember 2018, Khotbah Yesaya 30:18-26
Invocatio :
Tetapi Engkau, ya Tuhan, Allah penyayang dan pengasih, panjang sabar dan berlimpah kasih dan setia. (Masmur 86 : 15)
Bacaan :
Yudas 1 : 17 - 21
Tema :
“Tuhan Menyembuhkan Luka-Luka Kita”
(“Tuhan Pepalem Luka-Lukanta”)
PENDAHULUAN
Kita semua memiliki pengetahuan tentang Allah; bahwa Allah itu mahakuasa, mahabaik, maha pengampun dan maha-maha lainnya. Namun, sekedar “tahu” tidak cukup. Sama dengan orang yang tahu bahwa olahraga itu menyehatkan, tidak serta merta ia suka berolahraga. Sekedar “tahu” tentang Allah juga begitu, tidak banyak berarti. Karena itu kita juga perlu mengalami Allah; sungguh-sungguh merasakan Allah sebagaimana yang kita ketahui.
Misalnya, kita tahu Allah pengasih dan penyayang. Itu baik. Tetapi, apakah kita juga sungguh-sungguh merasakan kasih sayang Allah dalam hidup kita? Sehingga dalam pergumulan dan pencobaan seberat apa pun kita tetap tegar dan tabah; tidak kehilangan pengharapan, juga tidak kekurangan rasa syukur.
I S I
Di Minggu Advent IV ini, diperlihatkan bagaimana Allah kita Allah yang mahakasih. Jelas diperlihatkan dalam Invocatio : “Tetapi Engkau, ya Tuhan, Allah penyayang dan pengasih, panjang sabar dan berlimpah kasih dan setia”, yang diambil dari Masmur 86 : 15.
Kasih Allah itu diperlihatkan dalam bahan khotbah kita yang diambil dari kitab Yesaya pasal 30 : 8 – 26. Yesaya 30 berisi tentang teguran Allah terhadap Yerusalem karena memilih jalannya sendiri. Yesaya 30 ini dapat dibagi menjadi tiga bagian, yaitu :
a. Yesaya 30 : 1 – 17 : memperlihatkan bahwa bukan Mesir tetapi Tuhan yang memberi pertolongan
b. Yesaya 30 : 18 – 26 : Janji keselamatan bagi Sion
c. Yesaya 30 : 27 – 33 : Hukuman Allah atas Asyur
Sebagaimana kita ketahui, pada masa itu, muncul adi kuasa baru yang datang dari Timur Laut, yaitu Asyur yang berambisi besar mengadakan ekspansi ke Barat. Ini berarti bahwa Negara-negara Aram, Fenisia, Israel dan Yehuda bahkan Mesir terancam keselamatannya. Kemudian Israel bersama Aram bersekutu melawan Asyur. Oleh karena, Yehuda menolak bergabung, maka Israel dan Aram mengepung Yerusalem untuk meyisihkan Raja Ahas dari Yehuda. Raja Ahas lalu minta bantuan dari Asyur, walaupun nabi Yesaya menegornya. Pada tahun, 721sM, kota Samaria jatuh dan diduduki Asyur. Negara Yehuda sementara itu masih dapat bertahan oleh karena bersikap mengalah terhadap Asyur. Akan tetapi, lama-kelamaan timbul keinginan memberontak terhadap Asyur dengan mendapat dukungan dari Mesir. Hal ini ditentang oleh nabi Yesaya. Yesaya menasihatkan agar Yehuda tetap bersandar kepada Tuhan saja, dan bukan kepada Negara-negara besar. Pada satu pihak Asyur dipandang sebagai alat di tangan Tuhan yang menghukum kejahatan dan kemurtadan Yehuda (lih.10:5 dst). Akan tetapi, pada pihak lain Asyur sendiri, oleh karena kesombongannya, tidak aakn luput dari hukuman Tuhan (Lih.10:7-19, 25-27, 14:24-27; 30:30-33 dst)
Di Yesaya 30:1-5, disebutkan bagaimana murka Tuhan atas koalisi yang dibangun Yehuda dengan bangsa Mesir. Koalisi tersebut sama dengan pemberontakan terhadap Allah. Dengan meminta pertolongan kerajaan Mesir, sama dengan bangsa Yehuda meragukan kuasa Allah untuk dapat menolong mereka. Mereka tidak mendengar nabi Yesaya.
Meskipun Allah sangat murka terhadap perbuatan umat-Nya dan menghukumnya, namun Allah tetap membuka diri. Dia masih memberikan kesempatan kepada umat-Nya untuk bertobat. Hal ini dapat kita lihat di ayat 18 : “Sebab itu TUHAN menanti-nantikan saatnya hendak menunjukkan kasih-Nya kepada kamu; sebab itu IA bangkit hendak menyayangi kamu. Sebab TUHAN adalah Allah yang adil; berbahagialah semua orang yang menanti-nantikan Dia”
Menanti-nantikan Tuhan bukanlah duduk diam dan tidak melakukan apa-apa. Akar kata yang dipakai untuk menanti-nantikan Tuhan adalah qavah yang memiliki arti terikat atau dijadikan satu dengna cara dililit. Itu sama seperti kita menyambung dua kabel menjadi satu dengan cara kita putar supaya saling terkait dengan erat. Menanti-nantikan Tuhan berarti menjadi terikat dengan Tuhan.
Ketika kita terikat dengan Tuhan, disitulah kita akan menyadari dosa-dosa kita dan kembali kepada Allah. Sebagaimana ditulis dalam ayat 19, bahwa Tuhan akan mengasihi umat-Nya, apabila umat-Nya kembali (1) berseru kepadanya [ayat 29], (2) terus melihat dia [ayat 20], (3) mengikuti jalannya [ayat 21], (4) menganggap najis berhala-berhala dalam bentuk apapun [ayat 22].
Bila hal itu yang dilakukan umat-Nya, maka Tuhan akan menunjukkan kasih setia-Nya, membalut luka-luka umat-Nya dan menyembuhkan bekas pukulan.
APLIKASI
Tuhan sungguh mengasihi kita. Walaupun Tuhan terkadang mengijinkan kita untuk mengalami persoalan, itu semata-mata untuk membuat kita sadar bahwa sebagai manusia kita tidak akan berdaya jika hanya bergantung pada kekuatan diri kita sendiri saja. Tuhan ingin mengajarkan kita untuk mau bergantung kepada-Nya, sehingga Tuhan bisa menunjukkan kasih dan sayang-Nya pada kita. Melalui persoalan hidup kitalah, kita dapat mengalami Allah, asal kita mau terikat dengan Allah. Mau menyediakan diri untuk sejenak tenang melembutkan hati, membuka pikiran; mempersilahkan Allah menyapa melalui segala apa yang kita lihat, kita dengar, dan kita alami. Membangun diri dan memelihara diri dalam kasih Allah sambil menantikan rahmat Tuhan kita, Yesus Kristus, untuk hidup yang kekal. (Yunus 1 : 20-21)
Pdt. Asnila Br Tarigan
Rg.Cijantung