Minggu 04 Agustus 2019, Khotbah Ezra 8:24-30
Invocatio :
Jiwaku hancur karena merindukan pelataran-pelataran TUHAN ; hatiku dan dagingku bersorak-sorai kepada Allah yang hidup (Mazmur 84:2)
Ogen :
Lukas 19:45-48
Thema :
Jagalah Perkakas Rumah Pertoton
I. Pendahuluan
Dalam sebuah artikel (www.republika.co.id per 18 Juni 2019) kami membaca bahwa Jepang yang sempat dikenal sebagai salah satu negara produsen elektronik terbesar di dunia ternyata saat ini mengalami pukulan keras dan kemunduran atas perusahaan-perusahaan yang selama ini dianggap mapan dan besar. Dalam artikel tersebut dinyatakan bahwa perusahaan elektronik Jepang tersebut kini telah kalah pamor dan kalah profit dari perusahaan-perusahaan elektronik asal Korea Selatan yang masih terbilang muda dan baru dalam industri tersebut. Mengapa kemapanan yang demikian dapat terganggu sedemikian rupa dan bahkan membuat perusahaan yang dulu digdaya terancam merugi bahkan ditutup?
Artikel tersebut dan juga referensi lain menyatakan bahwa hal itu terjadi dikarenakan Perusahaan Jepang yang terlambat dalam membaca perubahan pasar, terlena dengan kemapanan mereka sebagai bangsa yang besar, bahkan tidak menjalankan pembaruan sistem dalam tubuh perusahaan mereka. Tampaknya mereka lupa untuk memetakan kelemahan dan peluang yang sangat mungkin terjadi di dunia yang setiap hari mengalami perubahan ini. Sungguh sebuah kelalaian yang sangat disayangkan sebab mendatangkan dampak yang buruk bagi bangsa dan Negara. Belajar dari peristiwa yang dialami oleh perusahaan di Jepang ini, kita dapat menarik sebuah hikmah, bahwa kesuksesan, keberlangsungan maupun perubahan yang membawa kebaikan ditentukan oleh ketepatan dalam memetakan segala sesuatu yang dibutuhkan, kesetiaan untuk terus belajar yang membuat kita tidak terlena dalam kenyamanan, bahkan kesediaan untuk terus bekerja dengan baik sesuai dengan situasi dan kondisi yang ada.
Gereja dalam hal ini tentu bukanlah (dan tidak dapat dibandingkan dengan) sebuah perusahaan. Bila kita belajar dari sejarah gereja terutama kelahiran gereja perdana, gereja membutuhkan organisasi dan pengelolaan yang baik dalam penatalayanannya sehingga gereja dapat melayani sesuai dengan tugas panggilannya di tengah-tengah dunia ini. Demikian juga tetap berlaku dan diperlukan hingga saat ini bahwa gereja dalam organisasinya harus memiliki struktur, sistem dan manajemen yang menunjang penatalayanan gereja (termasuk di dalamnya inventarisasi barang-barang gereja). Apabila kita melihat dalam Kel. 27:20-21 diperlihatkan gambaran bahwa Allah kita adalah Allah yang teratur sehingga dalam keteraturan para hambaNya melayani Allah dapat dijumpai dan dirasakan kehadiranNya. Dengan demikian bila tidak ada keteraturan dan pengelolaan yang baik, gereja “gagal” melaksanakan tugas dan fungsinya bagi umat dan bagi dunia.
II. Pendalaman Nats
A. Ezra 8: 24-30
1. Ezra sebagai pemimpin bangsa melakukan pengaturan dengan jeli. Dia memperhitungkan dan menginventarisir kekuatan yang ia miliki di tengah bangsa-bangsa yang pulang bersama-sama dari Tanah Babel. Setiap suku didaftarkan dengan jelas (bdk. Ezra 8:1-20). Bukan saja menginventarisir jumlah, nama dan asal suku, pekerjaan dan latar belakang orang-orang tersebut juga didaftarkan dengan jelas. Dari daftar tersebut didapati dengan jelas, hal-hal apa yang menjadi kekurangan mereka (bdk Ezra 8: 15 dimana orang-orang dari bani Lewi yang memegang peranan penting tidak diketemukan dalam kelompok tersebut).
2. Ezra sebagai pemimpin bangsa merendahkan dirinya di hadapan Tuhan (bdk. Ezra 8: 21-22). Dia menyadari bahwa selama perjalanan yang ditempuh tentu banyak rintangan yang menghadang langkah mereka yang rindu untuk pulang ke Yerusalem. Salah satunya adalah faktor keamanan, sangat mungkin mereka dihadang oleh perampok apalagi mereka membawa barang-barang berharga bersama dengan mereka. Karena itu Ezra mengajak bangsa Israel untuk menetapkan hati bahwa hanya dengan berdoa dan berpuasa dengan penuh kerendahan hati di hadapan Tuhan bangsa Israel dapat mencapai tujuan mereka yaitu tanah leluhur, tanah perjanjian Tuhan bagi mereka. Dapat kita lihat kelanjutan perjalanan mereka pada pasal-pasal berikutnya, betapa akhirnya dalam penyertaan Tuhan yang mendengar doa mereka, bangsa Israel akhirnya benar-benar tiba di Yerusalem dengan bersorak-sorai.
3. Sikap keteladanan ditunjukkan oleh Ezra sebagai pemimpin bangsa yakni dia dengan tepat membagi tugas dan tanggung jawab diantara bangsa Israel sesuai dengan porsinya masing-masing. Hal ini diperlihatkan dari perintahnya untuk menimbang dengan tepat segala barang berharga yang dipersembahkan guna Tuhan (bdk. Ezra 8:24-27). Dengan demikian tugas-tugas penting dapat dieksekusi dengan efektif dan efisien. Hal ini juga sejalan dengan Maz. 84:2 sebagai Invocatio kita, bahwa yang memampukan Ezra dan bangsa Israel mengatur segalanya sedemikian rupa karena rasa sukacita dan cinta akan rumah Tuhan yang melebihi segala-galanya.
4. Yang menjadi landasan penting dari segala sikap dan keputusan-keputusan Ezra adalah pemahaman bahwa Allah kita merupakan Allah yang kudus. Oleh sebab itu, segala sesuatu yang dipersembahkan untuk Tuhan dan Rumah Tuhan juga merupakan hal-hal yang kudus dan dikhususkan sehingga harus dijaga, dikelola dan dipergunakan dengan jujur, benar-benar hanya demi memuliakan Allah yang kudus (bdk. Ezra 8: 28-30). Dalam penjagaan dan penggunaan yang baik tercermin sebuah spiritualitas yang memuliakan Tuhan dan menguduskan rumah Tuhan.
B. Lukas 19: 45-48
Bagian dalam Firman Tuhan ini menunjukkan betapa orang-orang yang datang ke Rumah Tuhan “merusak” fungsi dan kekudusan Rumah Tuhan dengan perilaku yang sungguh tidak terpuji dan mencari keuntungan sendiri. Karenanya Yesus marah kepada mereka dan mengatakan: “Ada tertulis: Rumah-Ku adalah rumah doa. Tetapi kamu menjadikannya sarang penyamun.” Rumah Tuhan bukanlah tempat/ ajang bisnis dan transaksi ekonomi. Rumah Tuhan adalah tempat yang suci dimana kita beribadah, berdoa dan merasakan hadirat Tuhan. Karena itu hendaknya kemegahan Rumah Ibadah, ketersediaan sarana maupun prasarananya sinkron dengan perilaku umat dan pengelolanya. Kita disadarkan oleh perkataan Yesus ini untuk tetap menjaga bahkan mengembalikan rumah Tuhan pada fungsinya yaitu tempat perjumpaan dengan Tuhan bagi semua orang.
Aplikasi.
1. Mengenali potensi gereja dengan tepat akan sangat menolong untuk menentukan hal-hal apa, ataupun inventaris seperti apa yang dapat menolong gereja mencapai sasaran dengan baik, dan juga jemaat dapat terlayani dengan baik. Dengan demikian setiap inventaris yang diadakan akan tepat sasaran.
2. Kita perlu mengingat bahwa Allah kita adalah Allah yang menyenangi keteraturan. Pengelolaan dan pemeliharaan Inventaris gereja sendiri mencerminkan kita juga adalah umat yang teratur yang dengan kesungguhan hati menyembah Allah yang teratur. Keteraturan adalah sebuah spiritualitas yang dapat mengantar kita berjumpa dengan Allah. Dalam keteraturan baik dalam pelayanan, dalam inventarisasi/administrasi terlihat kejujuran dan kesungguhan kita melayani Tuhan.
3. Dalam rangka menjaga rumah Tuhan dan pelayanan yang berlangsung di dalamnya, penting untuk dilakukan secara bersama-sama baik pemimpin maupun jemaat. Belajar dari firman Tuhan dalam kitab Ezra, bukan hanya pemimpin melainkan semua komponen bangsa Israel yang pulang bersama-sama turut ambil bagian dalam keberhasilan mereka tiba di Yerusalem. Karena itu perawatan inventaris yang ada menjadi tanggung jawab bersama seluruh anggota komunitas jemaat yang terhisab di dalamnya. Kebersihan yang terjaga, ketertiban dan ketenangan dalam ibadah, pemakaian fasilitas gereja dengan bertanggung jawab menjadi sebuah iklim pelayanan yang menunjukkan gereja adalah rumah Tuhan bagi semua orang.
Pdt. Eden P. Funu-Tarigan, S.si (Teol)
GBKP Perpulungen Kupang