SUPLEMEN PEKAN DOA GBKP TAHUN 2025, HARI 1

Invocatio :

Kejadian 12:3

Nats :

Filemon 1:1-6

Tema :

Ertoto Guna Kiniersadaan           

 

Pendahuluan

Realitanya di dalam kehidupan, walaupun kita sering mengklaim diri sebagai orang yang percaya dan beriman, tatkala kita juga sering diperhadapkan pada konflik yang pada akhirnya kita pun bisa saja tidak dewasa di dalam penyelesaiannya. Selalu ada celah kita untuk menunjukkan eksistensi kita, baik dalam segi emosional maupun ego kita. Saya teringat apa yang dikatakan Pak Joas Adi Prasetya, dalam Vulnerability Theology (Teologi kerapuhan). Ungkapan itu berasal dari dunia kemiliteran, yang dimana pada periode tertentu dari satu pihak untuk dengan mudah diserang oleh militer lawan. Itu yang dinamakan the window of vulnerability (jendela kerapuhan). Bagi saya semua itu adalah proses di dalam kehidupan, secara khusus kita sebagai orang beriman. Bahan Pekan doa kita dengan tema umum “ertoto kerna persadaan”, tentu adalah pengkaitan dari tema umum pelayanan GBKP tahun 2025 tentang “dewasa menerima perbedaan”, yang dimana salah satu indikatornya adalah kita bisa menyelesaikan konflik dan mewujudkannya di dalam persatuan. Kita sama-sama belajar dari cerita antara Paulus, Filemon Onesimus, dan bagaimana kita menerapkan di dalam kehidupan kita.

Isi

Surat Filemon adalah surat pribadi Paulus yang dikirimkan kepada Filemon, seorang pemimpin jemaat di Kolose. Fokus utamanya adalah rekonsiliasi antara Filemon dan Onesimus, budaknya yang telah melarikan diri namun kini telah bertobat. Memang surat ini tidak secara jelas mengungkapkan pelanggaran apa yang dilakukan Onesimus, ntah misalnya selain melarikan diri dia juga mencuri untuk perbekalan atau sesuatu yang menyebabkan kerugian terhadap Filemon. Tetapi pada ayat 18 memberikan petunjuk demikian; “Dan kalau dia sudah merugikan engkau ataupun berhutang padamu, tanggungkanlah semuanya itu kepadaku”. Secara sosial sesuai dengan konteks Romawi, memang budak (status sosial yang masih berlaku pada masa itu) yang melarikan diri akan mendapat hukuman berat dan kemungkinan akan dieksekusi. Status Onesimus sebagai yang “melarikan diri”, membuatnya menjadi fugitivus atau dalam bahasa Indonesia “pelarian/buronan”. Kemudian pertanyaannya adalah bagaimana Onesimus bisa bertemu dengan Paulus yang pada saat itu sedang dalam penjara Roma karena memberitakan Injil (bdk Fil.1:1). Ada dua kemungkinan bagaimana Onesimus bertemu Paulus:

  • Kemungkinan pertama: Onesimus memang mencari Paulus dengan sengaja, karena tahu bahwa tuannya, Filemon, adalah sahabat Paulus dan anggota jemaat yang dipengaruhi oleh pelayanan Paulus di Kolose. Biasanya ini dinamakan “intercessio” di mana budak melarikan diri ke seorang perantara berpengaruh (biasanya teman atau sahabat tuan mereka) untuk meminta rekonsiliasi atau pengampunan.
  • Kemungkinan kedua: Pertemuan ini terjadi secara “tidak sengaja”, tetapi dalam pemeliharaan Allah. Bisa jadi, Onesimus mengalami kesulitan di kota besar Roma, ditangkap, atau menghadapi krisis hidup yang membuatnya bersinggungan dengan komunitas Kristen di bawah penggembalaan Paulus. Memang pada Filemon 1:10 dikatakan Paulus bahwa Onesimus adalah “anakku yang kudapat selagi aku di dalam penjara” atau dalam ayat 12 “dia adalah buah hatiku”.

Paulus membuka surat ini dengan doa yang menunjukkan kedekatan rohani dan pujian atas kasih Filemon kepada semua orang kudus. Ia mendoakan agar iman Filemon menjadi efektif dalam pengakuan akan segala hal baik yang kita miliki dalam Kristus (ayat 6). Di dalam ayat 6 juga ada dikatakan “persekutuanmu” yang di dalam terjemahan asli dikatakan “koinonia”. Banyak penafsir mengatakan bahwa koinonia yang dimaksudkan Paulus bukan hanya sebagai gagasan, tetapi juga tentang sesuatu yang kita lakukan di dalam hubungan antar sesama (koinonia di dalam tindakan).

Doa Paulus ini bukan sekadar doa umum, melainkan doa yang menyiapkan hati Filemon untuk tindakan konkret dalam menyambut Onesimus kembali, yang pada ayat 16 dikatakan bukan lagi sebagai budak, tetapi sebagai saudara seiman. Dari sini pun kita bisa melihat bagaimana Paulus dengan non-konfrontatif terhadap sistem perbudakan. Paulus tidak secara eksplisit untuk memerintahkan Filemon membebaskan Onesimus, tetapi Paulus memberikan dorongan moral yang kuat dan persuasif. Apa yang disampaikan Paulus juga sebagai “transormasi sosial di dalam Kristus”. Walaupun Filemon adalah majikan dan Onesimus adalah budak, mereka memiliki kesamaan status antara orang yang beriman atau sebagai manusia baru. Secara tersirat juga bisa kita tafsirkan dorongan moral Paulus terhadap ketidaksetujuannya dengan sistem perbudakan pada masa itu. Tetapi Paulus menggunakan kekuatan Injil sebagai hal yang mentransformasi. Apa yang di tulis Paulus kepada Filemon adalah teladan yang konkrit tentang rekonsiliasi. Paulus mempraktikkan Injil bukan hanya sebagai hal yang doktrinal, tetapi juga relasi yang nyata. Dia mempertemukan kembali yang terpisah.

Invocatio Kej.12:3

Ayat ini adalah bagian dari panggilan Allah kepada Abraham, yang menegaskan bahwa melalui keturunan Abraham (yang pada akhirnya digenapi dalam Kristus), semua bangsa akan diberkati. Ini menjadi dasar teologis bagi kita bahwa salah satu perwujudan dari panggilan Allah itu yaitu persatuan, yang kita perjuangkan bukan hanya untuk internal Gereja, tetapi menjadi kesaksian kepada dunia, Gereja yang membawa berkat.

Aplikasi

  1. Paulus mengajarkan bahwa sebelum bertindak untuk memulihkan relasi, hendaknya kita memulainya dengan doa. Doa (keterlibatan surgawi) menyiapkan hati kita untuk mengampuni, memahami, dan merangkul orang lain dalam kasih Kristus. Doa yang benar akan menghasilkan perubahan karakter dan keberanian membangun jembatan di tengah perbedaan.
  2. Perdamaian dan persatuan tidak akan terjadi tanpa kerelaan pribadi untuk diproses oleh Roh Kudus dalam relasi dengan sesama. Relasi yang pernah rusak tetap bisa dipulihkan asalkan kita bersedia mengampuni. Lepaskan kepahitan dan buka ruang rekonsiliasi.
  3. Kita belajar tidak dikontrol oleh keterbatasan orang lain. Fokus pada hal yang bisa kita kendalikan, yaitu diri kita sendiri. Orang yang kuat bas cakap karo “mbujuk” tapi orang yang lemah “mberjut”. Belajar memahami, bukan selalu harus dipahami. Punya sudut pandang pada orientasi yang benar, yaitu Allah pun mengampuni kita bukan karena kelayakan kita, tapi kita dilayakkan oleh Allah yang melihat kita dengan benar dengan cinta dan kasih. Bukan mudah memang, tapi kita mau belajar. Bas cakap karo, ula kari babahta ngenca seh ku surga.
  4. Persatuan bukan sekadar situasi tanpa konflik, melainkan situasi di mana perbedaan diterima dalam kasih. Paulus memodelkan kedewasaan rohani dengan cara memfasilitasi rekonsiliasi antara Filemon dan Onesimus, memperlihatkan bahwa pertumbuhan rohani yang sejati terwujud dalam relasi yang sehat dan harmonis. Gereja yang dewasa secara rohani adalah gereja yang tidak menghindari perbedaan, tetapi menyelesaikan konflik dalam terang Injil Kristus.
  5. Jadilah agen persatuan seperti Paulus, pribadi yang membawa damai, bukan yang membawa perpecahan.

Penutup

Persatuan bukanlah tujuan yang sekali tercapai lalu selesai, melainkan panggilan yang harus terus dihidupi. Melalui surat Paulus kepada Filemon, kita belajar bahwa doa menjadi fondasi kuat untuk memulai dan memelihara persatuan sejati. Di tengah perbedaan yang ada, kedewasaan kita sebagai umat percaya diuji bukan dalam keseragaman, tetapi dalam keberanian untuk menyelesaikan konflik dan merangkul sesama dalam kasih Kristus. Kiranya Pekan Doa ini, khususnya hari ke-4 ini, menjadi momen kita memperbaharui komitmen untuk menjadi pembawa damai dan agen persatuan di tengah dunia yang penuh perbedaan. Amin.

Vik. Aditrama Sinulingga, S.Th

(Pos PI Sintang, GBKP Runggun Pontianak)

SUPLEMEN PEKAN PENATALAYANEN GBKP TAHUN 2025 WARI VII, MATIUS 5:9

HARI KE 7

“Erbahan Perdamen”

Matius 5:9

 

Pengantar

Pada kesempatan ini, kita akan merenungkan kata-kata Yesus yang terdapat dalam Matius 5:9, "Berbahagialah orang yang membawa damai, karena mereka akan disebut anak-anak Allah." Ayat ini adalah bagian dari ajaran Yesus yang sangat penting dalam Khotbah di Bukit, di mana Yesus tidak hanya mengajarkan mengenai berkat bagi mereka yang membawa damai, tetapi juga mengungkapkan identitas dan panggilan kita sebagai anak-anak Allah yang hidup dalam dan membawa damai. Dalam kehidupan sehari-hari, kita mungkin sering dihadapkan dengan ketegangan, konflik, dan perpecahan, baik dalam hubungan pribadi maupun dalam masyarakat. Oleh karena itu, mari kita bersama-sama merenungkan dengan lebih dalam bagaimana kita dapat hidup sebagai pembawa damai, mulai dari memahami Allah sebagai sumber damai kita, hingga mengupayakan perdamaian dalam diri kita sendiri, dan akhirnya menjadi agen perdamaian yang aktif di dunia ini.

Isi Kotbah

1. Allah adalah sumber damai kita yang sejati

Ketika Yesus mengatakan, "Berbahagialah orang yang membawa damai," kita diingatkan bahwa damai sejati hanya dapat ditemukan dalam Allah, yang adalah sumber dari segala kedamaian. Dalam banyak bagian Alkitab, Allah disebut sebagai "Allah yang mendamaikan" (2Korintus 5:19) dan Yesus sendiri disebut sebagai "Prinsip Damai" (Efesus 2:14). Dalam kehidupan kita, damai bukanlah sesuatu yang bisa kita ciptakan dengan usaha atau kekuatan sendiri, damai sejati adalah pemberian Allah melalui karya keselamatan-Nya dalam Yesus Kristus. Damai ini bukan hanya sebuah ketenangan sementara, tetapi sebuah keadaan yang melampaui segala pengertian manusiawi, damai yang hadir di dalam hati kita karena kita berdamai dengan Allah melalui pengampunan-Nya yang diberikan kepada kita melalui salib Kristus.

Sebagai umat yang telah diperdamaikan dengan Allah melalui karya salib Kristus, kita dipanggil untuk menjadi anak-anak Allah yang mencerminkan damai tersebut dalam setiap aspek kehidupan kita. Dalam hal ini, menjadi anak Allah bukan hanya berarti memperoleh status sebagai anak Tuhan, tetapi juga berarti kita dipanggil untuk meneladani sifat-sifat Allah yang penuh kasih, pengampunan, dan kedamaian. Ketika kita mengalami damai Allah yang melampaui segala akal ini dalam hidup kita, kita pun diberi kuasa untuk membawa damai itu ke dalam hubungan kita dengan sesama, menciptakan keharmonisan di tengah dunia yang penuh dengan ketegangan dan perpecahan.

  • Menjadi pembawa damai

Berarti kita tidak hanya menerima damai tersebut untuk diri kita sendiri, tetapi juga menjadi saluran damai Allah untuk disampaikan kepada orang lain. Kita sebagai orang percaya harus menjadi cerminan untuk orang sekitar kita, peperti halnya Kristus yang membawa damai melalui pengorbanan-Nya di kayu salib, kita dipanggil untuk membawa damai dalam kehidupan kita sehari-hari, baik dalam hubungan pribadi maupun dalam komunitas yang lebih luas.

2. Berdamai dengan Diri Sendiri

  • Mengalami damai dalam diri kita sendiri

Sebelum kita dapat membawa damai kepada orang lain, kita harus terlebih dahulu berdamai dengan diri kita sendiri. Dalam banyak aspek kehidupan kita, baik itu terkait dengan masa lalu, kegagalan, ataupun konflik batin, sering kali kita mengalami kesulitan untuk merasakan kedamaian. Kita mungkin terbelenggu oleh rasa bersalah, amarah, atau kekecewaan yang membelenggu hati dan pikiran kita. Untuk itu, kita perlu mengalami kedamaian dengan diri kita sendiri, yang hanya dapat datang melalui pengampunan dan rekonsiliasi dengan Allah.

Berdamai dengan diri sendiri berarti kita menerima kenyataan bahwa kita adalah manusia yang tidak sempurna, tetapi dalam kasih karunia Tuhan kita diselamatkan dan diperdamaikan. Pengampunan Allah yang kita terima dalam Kristus memungkinkan kita untuk melepaskan rasa bersalah, mengampuni diri sendiri, dan menerima damai yang datang dari-Nya. Ketika kita berdamai dengan diri kita sendiri, kita tidak lagi dibebani oleh masa lalu atau ketakutan akan masa depan, melainkan hidup dalam damai sejahtera yang diberikan oleh Allah. Dalam hal ini, perdamaian batin yang kita alami menjadi landasan yang kuat untuk dapat membawa damai kepada orang lain.

Damai dengan diri sendiri adalah hasil dari pemulihan yang Allah lakukan dalam hidup kita. Ketika kita berakar dalam pengampunan Kristus dan menerima damai-Nya, kita akan mengalami kebebasan dari segala kecemasan dan ketegangan dalam hidup kita. Hanya dengan berdamai dengan diri kita sendiri kita dapat menjadi pembawa damai yang sejati bagi orang lain.

3. Menjadi Agen Perdamaian: Mewujudkan Damai di Dunia yang Rusak

  • Panggilan untuk menjadi agen perdamaian di dunia ini

Sebagai anak-anak Allah yang telah menerima damai-Nya, kita tidak hanya dipanggil untuk hidup dalam damai, tetapi juga untuk menjadi agen perdamaian di dunia ini. Dunia kita penuh dengan konflik, ketegangan, dan ketidakadilan. Namun, Yesus menantang kita untuk tidak terjebak dalam kekerasan, kebencian, atau balas dendam, melainkan untuk menjadi pembawa damai yang aktif. Yesus sendiri memberikan teladan dengan cara hidup-Nya yang penuh dengan pengampunan dan rekonsiliasi, bahkan ketika Dia dihina dan dianiaya.

Dalam Roma 12:18, Rasul Paulus menasihati kita, "Sedapat-dapatnya, jika itu bergantung padamu, hiduplah dalam perdamaian dengan semua orang." Panggilan kita sebagai orang Kristen adalah untuk membawa damai di tempat-tempat yang terpecah, di antara orang-orang yang saling bermusuhan, dan dalam segala aspek kehidupan kita. Menjadi agen perdamaian berarti kita tidak hanya menghindari konflik, tetapi juga aktif menciptakan dan memulihkan kedamaian. Ini mungkin berarti kita harus menjadi orang yang pertama untuk mengampuni, menjadi pendamai antara yang bertikai, atau mengedepankan kebenaran dan keadilan yang membawa kedamaian bagi semua pihak.

  • Agen perdamaian

Juga berarti kita bekerja untuk menciptakan keadilan sosial dan kedamaian di dunia ini, memperjuangkan hak-hak mereka yang tertindas, dan mengusahakan rekonsiliasi di antara kelompok-kelompok yang terpecah. Hal ini adalah panggilan kita sebagai warga kerajaan Allah untuk membawa nilai-nilai kerajaan Allah, yang adalah kerajaan damai, ke dalam dunia ini. Kita dipanggil untuk menjadi terang dan garam, untuk mewujudkan kedamaian Allah di tengah dunia yang hancur ini.

Isi Invocatio

Yesaya 52:7a

Matius 5:9 mengatakan, "Berbahagialah orang yang membawa damai, karena mereka akan disebut anak-anak Allah," yang menegaskan panggilan kita sebagai pembawa damai di dunia ini. Yesaya 52:7a, di sisi lain, berkata, "Betapa indahnya kelapangan mereka yang membawa berita baik, yang memberitakan keselamatan," yang mengacu pada orang yang menyampaikan kabar keselamatan dan damai dari Tuhan.

Kaitannya adalah bahwa kedamaian yang dimaksud dalam Matius 5:9 adalah damai yang berasal dari keselamatan Allah yang diumumkan dalam Yesaya 52:7a. Mereka yang membawa damai adalah mereka yang mengabarkan berita baik bahwa Allah telah datang untuk menyelamatkan umat-Nya dan memerintah sebagai Raja. Sebagai anak-anak Allah, kita dipanggil untuk menyampaikan damai ini melalui Kristus—damai yang tidak hanya mengakhiri pertentangan manusia, tetapi mendamaikan kita dengan Allah dan satu sama lain. Dengan demikian, membawa damai berarti menjadi pembawa kabar keselamatan, seperti yang digambarkan dalam Yesaya 52:7a, dan kita disebut anak-anak Allah karena kita mewartakan damai yang membawa keselamatan dan pengharapan kepada dunia. Sebagai pembawa damai, kita tidak hanya mencari kedamaian pribadi, tetapi juga berperan aktif dalam membawa rekonsiliasi dan damai yang datang dari Tuhan ke dunia yang penuh konflik. Singkatnya, Yesaya 52:7a dan Matius 5:9 bersama-sama menekankan peran kita sebagai pembawa damai, yang mengabarkan keselamatan Allah dan menghidupi damai-Nya dalam setiap aspek hidup kita.

Kesimpulan

Sering kali kita hanya mengejar damai duniawi, tanpa memikirkan damai yang sebenarnya datang dari Allah sendiri. Harta, tahta, jabatan yang menjadi poin-poin kedamaian dikehidupan kita bukan bersifat permanen, semuanya akan kita tinggalkan, tapi kedamaian yang dari padaNya bersifat kekal.

Panggilan Yesus dalam Matius 5:9 untuk menjadi pembawa damai bukanlah panggilan yang mudah, tetapi juga merupakan panggilan yang sangat mulia. Sebagai anak-anak Allah, kita dipanggil untuk mengalami damai yang sejati yang berasal dari Allah sendiri, dan untuk menjadi saluran damai itu dalam setiap hubungan kita. Namun, untuk menjadi pembawa damai yang sejati, kita harus terlebih dahulu berdamai dengan diri kita sendiri, menerima pengampunan dan kedamaian yang Allah berikan kepada kita. Dari kedamaian yang kita alami, kita dipanggil untuk menjadi agen perdamaian yang aktif di dunia ini di tengah konflik, ketegangan, dan ketidakadilan, kita menjadi pembawa damai yang mewartakan kerajaan Allah.

Mari kita berdoa agar Tuhan memberi kita hati yang penuh damai, dan memberikan keberanian serta hikmat untuk membawa damai dalam setiap aspek hidup kita. Semoga kita, sebagai anak-anak Allah, dapat membawa damai sejati ke tengah dunia ini yang sangat membutuhkan-Nya. God Bless.

                                                                                                           

Vic. Brima Suryono Purba

SUPLEMEN PEKAN PENATALAYANEN GBKP TAHUN 2025 WARI VI, ROMA 15:14-21

HARI KE-6

Invocatio      : “IberekenNa perukuren si bujur man kalak si dahinna ngerunggui, janah kinimbisanNa man kalak si ertugas engkawali pintu-pintu gerbang kuta i bas serangen kalak nari” (Jesaya 28:6).

Ogen : 1 Kronika 13 : 1 – 4

Khotbah : Roma 15 : 14 – 21

Tema : “Mehuli, Erpemeteh, Dingen Ngasup Siajar-Ajaren”

 

Kata Perlebe

Shalom ras mejuahjuah man banta kerina. Puji Tuhan dingen si kataken bujur man Dibata Bapa si nggo naruhken kita seh ku wari peenemken Pekan Penatalayanenta tahun enda. Tema umum Kebaktin Pekan Penatalayanenta eme “Erbahan Perdamen.” Tema enda nggo si pelajari ras si pegejapken bas wari pemena. Perdamen la banci terjeng cakap ras sura-sura ngenca. Perdamen labo mungkin terjadi ras inanami adi terjeng ranan ngenca. Perdamen terjadi adi ilakoken, iciptaken ras iperjuangken. Kalak si erbahan perdamen eme kalak si dewasa perukuren ras kinitekenna. Kalak si dewasa nge si ngasup rukur, ngukuri ras erbahan perdamen. Kalak si medanak perukurenna labo ngasup erbahan perdamen. Emaka seh kal ndeherna hubungen perdamen ras kedewasan. Perdamen erkawiten kal ras kedewasan. Bas wari peenemken enda si ukuri ras si siksiki tole uga gelah kita ngasup erbahan perdamen.

Isi/ Penjelasen

Arah Kata Dibata si jadi khotbahta Roma 15:14-21, ibukaken alu tangkas kerna kepribadian rasul Paulus. La lit si jumpai bas nats si deban si lebih jelas ras tangkas kerna kepribadian Paulus asangken bas perikop enda. Bas nats khotbah ngerana kerna kepentaren kedewasaan Paulus. Kedewasan Paulus teridah ibas erbage-bage dampar. Pemena, Paulus pentar makeken kata-kata si payo ras pas. Aminna tangkas iidah Paulus kelepaken si lit bas perpulungen Roma, tapi Paulus labo menegur apai ka nalahi ras ngerawai. Paulus la ndaram-ndarami kesalahen perpulungen. Justru isapana perpulungen e alu kata ‘O senina-seninaku.’ Jenari isingetken Paulus maka igejapkenna melala kal si mehuli ibas perpulungen. Perpulungen Roma dem ibas erbage-bage pemeteh. Pemeteh e ngasup mabai kalak si tek siajar-ajaren (ayat 15). Paulus ngidah kalak banci lebih bertumbuh ras berkembang ku si terulin. Alu kata si deban, Paulus ngidah kalak secara positif. Peduaken, Kedewasaan Paulus teridah arah ia meteruk ukur. Paulus la mujiken ras mpermuliaken bana. Sada-sadana si iakui Paulus si jadi kemulianna eme bahwa ia jadi pejabat (Indonesia: pelayan) Kristus Jesus. Si enda pe jadi erkiteken lias ate Dibata si nggo ibereken Dibata man bana (ayat 15-16). Peteluken, Paulus ngidah dirina sebage sada alat ibas tan Kristus. Kemegahen Paulus labo pendahin ras pencapaianna tapi kinisersadanna ras Kristus erkiteken pendahinna guna Dibata. Paulus la nggit ras ngerana kerna kai si nggo banci ibahanna man kalak si labo Jahudi. Tapi kai si nggo ibahan Kristus arah ia bas mberitaken Berita Si Meriah man kalak e ngenca i pang nuratkensa man perpulungen Roma. Kristus nge si erdahin ibas ia subuk arah kata, perbahanen, tanda-tanda sengget si mbelin bagepe arah gegeh Kesah Si Badia bas niari kerina daerah lako mpeseh Berita Si Meriah kerna Jesus alu serser (ayat 17-19). Sipeempatken, sura-sura Paulus si mbelinna eme jadi perintis (pelopor). Paulus mberitaken Berita Si Meriah ku ingan ija lenga pernah kalak megi gelar Jesus Kristus. Alu kata si deban, Paulus lawes erberita ku ingan si lenga pernah seh perberita si meriah si deban ku je. Si enda guna nggenepi nubuat Kata Dibata bas Jesaya 52:15 (ayat 20-21).      

Arah ogenta 1 Kronika 13:1-4 ituriken uga raja Daud runggu ras kerina pempimpin 100 ras pemimpin 100 i Israel. Ulih runggu e imomokenna man kerina bangsa Israel gelah adi payo akapna kerina dingen ersada kerina arihna gelah ilegi perpadanen i Kiryat Jearim nari gelah ibaba ku Jerusalem. Payo iakap bangsa e janah ersada arihna kerina emaka ilegi me Peti e. Teridah i jenda kedewasan ras kepentaren Daud. Daud la bahanina saja kai si akapna mehuli ras kai sura-surana. Daud la erdalan si sada. Daud pe la muat keputusen sisada tapi irunggukenna dingen iarihkenna ras-ras. Keputusen bas runggu ras arih me si idalankenna. Arah invocatio, icidahken sada nubuat maka ibas sada paksa reh me TUHAN lako mereken perukuren si bujur man kalak si dahinna ngerunggui. Tole TUHAN mereken kinimbisanNa man kalak si ertugas engkawali pintu-pintu gerbang kuta. Dibata mereken man sesekalak sue ras dahin ntah pe tugasna (Jesaya 28:6).

Pengkenaina ras Kata Penutup

  • Sasaren pelayanen gerejata GBKP Tahun 2025 eme “DEWASA MENERIMA PERBEDAAN.” Si eteh maka kinierbagen e la terpersoken. Kinierbagen e kinata kegeluhen. La lit kalak si tuhu-tuhu seri/ bali 100%. Kalak si rindu (kembar) kin pe labo seri, apai ka lain nande lain bapa, lain kuta, beru/ merga, suku, ras si debanna. Kita sada ras si debanna pelain-lain ibas perukuren, pemeteh, pengkebet/ pendahin, sekolah, talenta, kiniliten, kengasupen ras seterusna. Sada ibas keseragaman metahat, tapi sada ras ersada ibas kinierbagen e la metahat. Guna si perlu kal kedewasaan. Kedewasanta erbahanca maka ngasup kita ngaloken, berdampingan ras ersada ibas kinierbagen.
  • Tema: “Mehuli, Erpemeteh, Dingen Ngasup Siajar-ajaren.” Ola kita meter puas nangdangi biak ras karakterta si lit. Ola ngadi bertumbuh, tapi teruslah kita bertumbuh ku bas biak ras orat nggeluh si terulin. Si usihlah perukuren Kristus Jesus; si ukuri kai si mereken kiniulin man kalak si deban (Pilipi 2:5; Roma 15:2, 3). Ertambah-tambahnalah kiniulinta, pemetehta ras kengasupenta lako siajar-ajaren. Teluna biak enda perlu ras penting lit ibas kita. Payo ras tuhu maka mehuli (integritas) perlu ras penting. Tapi mehuli saja la kap bias. Perlu si tambahken ku bas biak mehuli e pemeteh (pengetahun, ilmu) eme pemeteh kerna Kata Dibata, pemeteh si mehuli ras si ngena ate Dibata dingen manusia. Jenari pemeteh enda mabai ras mpengasup kita siajar-ajaren (bersinergi) sada ras si debanna (bdk. 2 Petrus 1:5-9).  
  • Biak mehuli, erpemeteh, dingen ngasup siajar-ajaren si lit bas kita si mpengasup kita ngidah kalak si deban alu mehuli. Kalak si la mehuli labo ngasup kita kalak si deban mehuli. Kalak si la mehuli labo ngasup ngidah ras ngakui kiniulin kalak si deban. Nina Maxwell, “Kita tidak melihat orang lain apa adanya, tetapi berdasarkan apa yang kita lihat dengan diri kita.” Emaka adi ateta gelah ngasup kita ngidah kalak si deban mehuli, ngakui kiniulin kalak, dirita lebe si pekena, dirita lebe si pehuli. Kalak si ngidah kerina alu perukuren negatif, uga banci ngidah kalak positif. Alu perukuren positif me maka ngasup kita ngidah kalak si deban pe positif.
  • Pedauhlah biak meganjang ukur ras sombong. Kiniganjangen ukur ras kesombongen erbahanca kita siakap si beluhta/ si jabona. Minter kita meremehken/ menyepeleken kalak si deban. Enda me erbahanca la kita ngasup si ajar-ajaren, kita saja ateta ngerana, ngajar ras ngajari. Sebeluh-beluhna sesekalak, pasti perlu ia ajaren, masuken, sharing ras kalak si deban.
  • Agenda si ndeherna bas runggunta eme Musyawarah Warga Sidi Runggun (MWSR). Kenca si e seh kita ku agenda sinodal eme Sidang Majelis Sinode (SMS). Si idahlah bahwa dahin enda dahinta ras, labo dahin serayan Tuhan saja. Kalak si dewasa nge si ngasup ngidah dahin-dahin Tuhan e sebage tanggung jawabna. Kalak si dewasa nge si ngasup ngidah dahin-dahin e baginna. Kalak si dewasa lit ibas ia rasa memiliki (sense of belonging,& sense of responsibility). Sebalikna kalak si medanak, la ia erdiate ras lepas tan ia nangdangi dahin-dahin si lit bas Gereja.

Pdt. Juris Tarigan, MTh;

GBKP Rg Bogor

Info Kontak

GBKP Klasis Bekasi - Denpasar
Jl. Jatiwaringin raya No. 45/88
Pondok Gede - Bekasi
Indonesia

Phone:
(021-9898xxxxx)

Mediate

GBKP-KBD