• WhatsApp Image 2022 02 11 at 11.07.57

  • 20170204 143352
  • 1 peresmian rumah dinas surabaya
  • WhatsApp Image 2022 02 11 at 11.07.58
  • pencanangan tahun gereja bks dps
  • WhatsApp Image 2022 02 11 at 11.07.57 1
  • BPMK GBKP KLASIS BEKASI DENPASAR PERIODE 2020-2025
  • PERESMIAN RUMAH PKPW GBKP RUNGGUN SURABAYA

Jadwal Kegiatan

Kunjungan Moderamen GBKP ke GBKP Klasis Bekasi-Denpasar

Minggu 14 Mei 2017:

1. GBKP Runggun Bandung Pusat

2. GBKP Runggun Bandung Timur

3. GBKP Runggun Bandung Barat

4. GBKP Runggun Bekasi

5. GBKP Runggun Sitelusada

MINGGU 21 JULI 2024, KHOTBAH PILIPI 4:14-20

Invocatio :

Dan Paulus tinggal dua tahun penuh di rumah yang disewanya sendiri itu; ia menerima semua orang yang datang kepadanya (Kis 28:30)

Bacaan :

Yosua 4:19-24 (Antiphonal)

Khotbah :

Pilipi 4:14-20 (Tunggal)

Tema :

Jemaat yang mau menolong/ perpulungen si nggit nampati

 

PENDAHULUAN

Beberapa anggota komisi sebuah jemaat kecil menghadapi tantangan untuk dapat membantu sebuah gereja yang kena musibah kebakaran . Pengeluaran gereja untuk biaya perawatan tahun itu sangat besar dan saldo keuangan sangat mengkwatirkan. Anggota jemaat gereja tersebut adalah pensiun pedagang, pegawai bank, guru, ibu rumah tangga, pemilik usaha kecil dan agen asuransi. Selama lebih empat puluh lima menit mereka mendiskusikan berbagai pilihan. Haruskah mereka meminjam uang, menunda pembayaran-pembayaran, mengadakan persembahan ekstra pada hari minggu. Atau menjual barang bekas, menjual kue mengadakan acara makan malam untuk mengumpulkan uang tetapi tetap tidak ada jalan keluar. Setelah itu mereka meminta agar berdoa bersama-sama serta melihat apakah Allah menyiapkan jalan yang lain. Setelah hening beberapa saat, seorang dari antara mereka berkata”kita semua sadar bahwa setiap kita dapat menulis cek untuk membantu saudara kita yang kebakaran dan hal tersebut tidak akan membuat perbedaan besar dalam gaya hidup, kenyamanan atau keamanan finansial kita”. Setelah itu dia menulis cek sebagai bagiannya setelah itu ada beberapa orang lagi yang ikut menulis cek juga sehingga terkumpul $2695. Jemaat yang bersemangat, berbuah, dan tumbuh pesat karena kesediaan untuk berbagi, kerelaaan untuk berkorban, dan kesukaan jemaat dalam memberi lahir dari kasih kepada Allah dan sesama.

PEMBAHASAN TEKS

FILIPI 4:14-20

Surat Paulus kepada Jemaat Filipi merupakan salah satu surat yang dikirimkan Rasul Paulus kepada gereja Kristen di kota Filipi. Surat ini dikelompokkan bersama dengan surat Paulus kepada jemaat Efesus, Kolose, dan Filemon sebagai Surat Penjara. Pendahuluan mengatakan bahwa Paulus membantu rekannya Timotius mengirimkan surat kepada jemaat Filipi. Surat ini terutama ditujukan kepada semua orang percaya yang tinggal di Filipi bersama para penilik. Meski surat ini ditulis di penjara, Paulus bersyukur dan berdoa bagi gereja di Filipi karena ia tetap teguh pada iman gereja di sana. Hubungan Paulus dengan jemaat ini terjalin dengan baik bahkan jemaat Filipi menyatakan kesediaan mereka untuk memberikan dukungan finansial terhadap pelayanan Paulus melalui perantaraan Epafroditus. Namun, di dalam kehidupan berjemaat di Filipi rupanya ada sekelompok orang yang menentang Paulus

Surat Filipi ditulis oleh Paulus dan yang menjadi salah satu tujuannya adalah karena ia hendak berterimakasih atas perhatian dan dukungan jemaat Filipi saat ia dipenjarakan di Roma. Jemaat.Filipi mengutus Epafroditus untuk melayani Paulus di penjara dan juga mengirimkan bantuan dana mereka bagi Paulus. Ucapan trima kasih tersebut dijelaskan oleh Paulus dalam Fil 4:10-20,1 dan Paulus bahkan merasa perlu untuk melakukan dua hal: pertama, ia perlu berterimakasih atas pemberian dari jemaat Filipi. Kedua, ia juga merasa perlu untuk menekankan prinsip-prinsip rohani untuk menghadapi tantangan hidup dengan penekanan agar orang percaya bersandar kepada Tuhan lebih dari pada pertolongan manusia.

Sebelum Paulus berbicara tentang ucapan terima kasihnya kepada jemaat Filipi (14-20). Paulus lebih dahulu berbicara tentang kekuatan yang dia dapatkan dalam menghadapi kesulitan. Paulus kemudian menegaskan rahasia kemampuannya dalam mencukupkan diri dengan menyatakan”segala perkara dapat kutanggung di dalam Dia yang memberi kekuatan kepadaku” (ay 13) yang secara literal diterjemahkan Aku mampu melakukan segala sesuatu didalam Dia yang menguatkan aku (I can do all things in Him who give me stragth). Dalam konteks ini tidak berarti segala sesuatu atau all things. Kata ini harus dipahami sebagai semua situasi atau all situation yang disebutkan terdahulu yaitu kekurangan dan kelimpahan‖ yang memang dihadapi oleh Paulus dan setiap orang percaya dalam kehidupan mereka.

Dalam semuanya itu, Paulus mengatakan yang artinya aku dapat atau mampu melakukan dalam arti bahwa ia mampu menghadapi atau mengatasi segala keadaan. Kata secara literal berarti memiliki kuasa atau kekuatan (to have power‖) dan dengan memakai kata ini Paulus hendak mengatakan bahwa aku memiliki kuasa atau kemampuan untuk menghadapi semua kondisi kehidupan. Paulus tidak menyebutkan secara langsung siapa yang menguatkan dia, tetapi dari bagian terdahulu tentu kita dapat menyimpulkan bahwa hidupnya telah dimiliki oleh Kristus dan ia telah rela memberikan segala sesuatu bagi Kristus (Fil 1:21-22).

Sekalipun Paulus sangat menekankan prinsip-prinsip dasar dalam bersandar kepada Tuhan, Paulus juga ingin menegaskan bahwa dia menghargai kebaikan jemaat Filipi yang telah mendukung dia ditengah kesulitan yang dia hadapi. Paulus kemudian mengatakan bahwa pada saat pertama kali Paulus memberitakan Injil kepada jemaat Filipi dan kemudian Paulus melanjutkan perjalanannya dari Makedonia ke Tesalonika, jemaat Filipi adalah satu-satunya jemaat yang terus memberikan dukungan bagi pelayanan Paulus. Paulus melihat dukungan tersebut sebagai sebuah kerjasama (partnership) dimana Paulus memberitakan Injil bagi jemaat Filipi dan kini ia menerima dukungan finansial dari mereka.

Persembahan bagi orang percaya akan membawa berkat bukan hanya bagi yang menerimanya, tetapi juga bagi orang yang memberinya. Dalam menjelaskan hal ini, Paulus mengatakan bahwa persembahan mereka akan menambah barang milikmu atau menaikkan perbendaharaanmu (may be credited to their account). Semua yang kita miliki adalah anugerah Allah dan apa yang kita persembahkan kepada Tuhan dan yang kita berikan kepada sesama adalah wujud nyata dari kasih kita dan ucapan syukur kita kepada Allah.

Jemaat Filipi, dalam keterbatasannya telah berbagi dengan Paulus dan sebagai gantinya, Paulus memberikan janji dan jaminan bahwa Allah yang akan menyediakan apa yang menjadi kebutuhan mereka (ay 19). Dalam ayat ini dipakai kata “Allah-ku” yang merupakan kesaksian pribadi dan pengalaman iman Paulus, dimana ia mengalami bagaimana kuasa Allah telah memenuhi kebutuhan pribadi dia melalui Yesus Kristus.(14) “Allah-ku” yang telah memakai jemaat Filipi sebagai instrument dalam memenuhi kebutuhan Paulus, akan memenuhi semua kebutuhan jemaat Filipi. Dengan demikian Paulus hendak menegaskan bahwa bukan dia yang akan membalas kebaikan orang Filipi, tetapi Allah yang jadi sumber kekuatan Paulus dalam menghadapi segala situasi tersebut yang akan memenuhi keperluan mereka. Lebih lanjut, dengan memberikan bantuan atau berbagi dengan Paulus dalam keterbatasan mereka, maka jemaat Filipi pada akhirnya memiliki kebutuhan atau kekurangan. Paulus kemudian memberikan jaminan bahwa Allah yang menjadi sumber kekuatannya dalam menghadapi segala situasi dan Allah yang selama ini menyediakan kebutuhannya yang juga akan memperhatikan dan menyediakan apa yang menjadi kebutuhan mereka. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa apabila seseorang mau berbagi dengan orang lain karena kasih Allah dan khususnya dalam mengembangkan pekerjaan Allah, maka Allah akan memenuhi kekurangan mereka karena kemurahan hati mereka (Prov 11:25;19:17; Matt 5:7).

Penyediaan Allah atas kebutuhan jemaat Filipi bukan semata-mata mencukupi apa yang menjadi kebutuhan mereka tetapi juga kebutuhan dan keiinginan berdasarkan kekayaan dan kemuliaan Kristus. Dimana kita bukan hanya membutuhkan hal-hal yang bersifat materi saja. Di tengah kehidupan yang sulit ini, kita juga membutuhkan penghiburan, kekuatan dan damai sejahtera yang akan memampukan kita melewati masa-masa sulit ini. Allah tahu apa yang terbaik buat kita dan Ia akan berikan yang terbaik bagi kita. Pernyataan ini mengajak kita untuk berpikir tentang kemuliaan dan kekayaan yang saat ini dinikmati Kristus di Surga dan hal itulah yang menjadi sumber bagi segala berkat kita.

YOSUA 4:19-24

Yosua 4:1-24, Dalam kisah ini ketika Bangsa Israel akan memasuki tanah perjanjian dan merebutnya ada rintangan besar yang harus mereka jalani karena mereka harus menyeberangi Sungai Yordan. Setelah seluruh bangsa Israel menyebrangi sungai Yordan, Tuhan berfirman kepada Yosua agar memilih 12 orang dari umat Israel yang mewakili dari 12 suku dan memerintahkan mereka untuk mengambil 12 batu. Batu-batu itu dibawa bersama mereka dan akan diletakkan ditempat dimana mereka bermalam. Dan setelah mereka keluar dari sungai Yordan, mereka berkemah di Gilgal, sebelah timur Yerikho, dan mereka mendirikan 12 batu itu seperti yang diperintahkan Tuhan.benda-benda itu ditumpukkan disana sebagai sebuah tanda dimana Allah telah menunjukka kuasaNya untuk mengatasi hambatan apapun terhadap kehendakNya. Yosua berkata dalam 4:21 “Jika anak-anakmu bertanya kepada ayah mereka di masa yang akan datang, dengan mengatakan, 'Apakah arti batu-batu ini?', maka kamu harus memberitahukan kepada anak-anakmu, dengan mengatakan, 'Israel menyeberangi sungai Yordan ini di tanah yang kering.' Sebab TUHAN, Allahmu, mengeringkan air sungai Yordan di depanmu sampai kamu menyeberanginya… Supaya semua bangsa di bumi tahu, bahwa tangan TUHAN itu perkasa…”.

KISAH PARA RASUL 28:30

Kisah para rasul 28:30 Paulus sebagai tahanan menjadikan rumah tahanannya untuk menerima orang-orang yang datang kepadanya. Rasul Paulus dalam penderitaannya tetap semangat untuk terus memberitakan injil. Dua tahun menjalani tahanan rumah di Roma justru semakin membuat rasul Paulus menemukan kesempatan mengajar dengan leluasa.  

REFLEKSI

Praktek kesediaan untuk berbagi kepada sesama terkadang tidaklah mudah. Apalagi ketika kita punya prinsip hidup untuk diri sendiri dan kurang peduli dengan kemajuan Injil. Berhala harta telah menguasai hati kita sehingga kita tidak peka terhadap kemajuan injil. Pada hal pemberian bantuan untuk pelayanan merupakan bentuk partisipasi kita bagi kemajuan Injil (ayat 15-16). Tetapi bagi kita yang mau belajar berbagi dengan saudara-saudara kita, Allah memberikan janji dan jaminan-Nya bahwa Ia akan memenuhi keperluan kita sesuai dengan kekayaan dan kemuliaan-Nya. Rasul Paulus mengatakan kemampuan untuk berbagi karena anugerah Allah. Dalam segala keadaan hidup kita kiranya tidak menghalangi kita untuk berbagi seperti yang dilakukan rasul Paulus dalam invocatio kita.

Mengambil bagian untuk berbagi dan menolong orang lain adalah kasih yang diwujudkan dalam kehidupan setiap orang. Cinta tidak hanya dalam kata-kata tetapi juga diungkapkan menjadi isu mendasar dalam hubungan interpersonal. Kasih Tuhan bekerja dan dapat dilihat serta dirasakan dalam kehidupan seseorang berbentuk kabar baik dan tercermin dalam setiap kegiatan pengabdian. Lebih dari itu, kepedulian jemaat yang dinyatakan melalui aksi yang nyata. Hakikat belarasa dalam kehidupan orang percaya bukan hanya sebatas rasa simpati atau empati. Kehidupan iman perlu dinampakkan melalui kerelaan melakukan sesuatu yang dapat kita lakukan guna menolong gereja dan sesama tanpa memperhitungkan untung rugi. Berkat pemberian Tuhan untuk menyatakan kasih kepada sesama.Yang dipentingkan di sini adalah rasa empati yang diwujudkan melalui partisipasi sesuai porsi kita. Keikutsertaan kita sebagai jemaat dalam memberi diri dan berbagi akan membantu gereja menjadi mandiri. Gereja akan mandiri secara dana, daya dan teologia. Perbuatan-perbuatan kita ini akan menjadi suatu ingatan bagi generasi berikutnya bahwa Tuhan telah luar biasa membantu gerejanya (bdn bacaan firman pertama)

Tetapi ketika kita atau gereja kita di tengah situasi yang sulit ini, marilah kita belajar seperti Paulus yang melihat kehidupan ini sebagai kesempatan untuk belajar menyesuaikan diri dengan segala situasi baik itu kekurangan atau kelimpahan, kenyang atau lapar dan mudah atau sukar. Kalau kita bersedia belajar menghadapi hidup ini apa adanya, maka kita akan mampu menghadapi segala situasi tersebut. Dalam keadaan yang sulit kita terus belajar untuk hidup mandiri tidak bergantung kepada orang lain.

Pdt. Kristaloni br Sinulingga-Runggun Semarang

MINGGU 14 JULI 2024, KHOTBAH KEJADIN 47:18-24

Invocation :   

Pindolah udan man Tuhan tupung paksa merdang. Sabab Tuhan kap si mahanca embun erkilap, dingen IA si pesesursa udan, maka sinuan-sinuan meratah I juma man kerina manusia (Sak. 10:1)

Ogen :   

2 Korinti 9:10-12

Kotbah :   

Kejadin 47:18-24

Tema :   

Benih Guna Ierdangken (Benih Yang Harus Ditabur)

 

I. Pendahuluan

Saudara-saudari yang diberkati Tuhan dalam Yesus Kristus, Minggu pe-VII Kenca Trinitatis atau secara kontekstual adalah minggu Merdang (Menabur) yang pelaksanaan liturginya dalam ibadah minggu dilakukan setelah pelaksanaan Kerja Rani. Namun secara umum, mekanisme ketetapan Runggun-runggun lebih banyak kepada perubahan jadwal pelaksanaan kerja rani sehingga minggu Merdang menjadi tidak secara berdampingan dengan minggu kerja rani.

Kata “Merdang” identik dengan arti menabur benih, menanamkan bibit padi yang telah melewati proses peyemaian. Arti minggu merdang ini di pahami sebagai memberlakukan pola hidup ketaatan dan rasa Syukur kepada Tuhan dalam setiap kehidupan yang telah di jalani, yang sedang berjalan bahkan yang belum terjadi. Konteks pemikiran dan mindset manusia cenderung bahwa Berkat Tuhan yang patut disyukuri hanya soal UANG dan KEKAYAAN. Jake Barnett menyatakan bahwa: “rata-rata lima puluh persen dari hidup kita berhubungan dengan uang.”[1] Hal ini berarti bahwa, lima puluh persen dari waktu kita, perhatian kita, kekuatan mental kita, emosi kita, percakapan kita, keberhasilan kita, kegagalan kita, masalah kita berhubungan dengan uang. Yang seharusnya Allah menghendaki agar segala yang dimiliki oleh umatnya dipakai untuk kemuliaan Tuhan, sebab segala yang dimiliki oleh orang percaya adalah pemberian dari Tuhan, oleh Dia, dan kepada Dia, sehingga segala kemuliaan hanya bagi Dia saja sampai selama-lamanya (Roma 11:36).

Bahan khotbah kita pada minggu ini bercerita tentang Yusuf adalah anak Yakub yang kesebelas. Yusuf merupakan anak pertama Yakub dari Rahel, istri yang paling dikasihinya (Kej. 30:24; 35:24). Dalam teks Alkitab juga menunjukkan bahwa Yusuf adalah anak yang paling dikasihi Yakub (Kej. 37:3; 33:2, 7). Hal ini mungkin karena Yusuf dilahirkan pada usia tua Yakub. Arti nama Yusuf adalah Yahweh telah menambahkan lagi anak laki-laki (Kej. 30:24). Oleh karena ia adalah anak yang paling dikasihi ayahnya sehingga membuat cemburu saudara-saudaranya sehingga ia dijual sebagai budak di Mesir. Kitab Kejadian menggambarkan Yusuf sebagai sosok berintegritas (39:1-20), “cerdas dan bijaksana” tiada tandingnya (41:39). Di usia relatif muda 30 tahun (41:46), ia menjadi penguasa Mesir, negeri adidaya di Timur Tengah pada waktu itu. Jabatannya semacam perdana Menteri/wakil raja (42:6), orang nomor dua setelah firaun (41:40 “kuasa atas istanaku ... hanya takhta inilah kelebihanku dari padamu”).

II. ISI

Latar waktu narasi kita adalah suatu ketika dari masa tujuh tahun kelaparan, ketika rakyat “berteriak meminta roti kepada Firaun” dan mereka disuruh pergi kepada Yusuf” untuk membeli gandum (41:55). Dengan istana menguasai stok gandum secara nasional, semua uang hasil penjualan gandum masuk kas kerajaan (47:14). Setelah makanan dan uang rakyat habis, mereka datang kembali kepada Yusuf dan berkata, “Berilah makanan kepada kami! Mengapa kami harus mati di depanmu sebab tidak ada lagi uang?” (47:15). Yusuf menawarkan pembelian makanan dengan sistem barter: “Jika tidak ada lagi uang, berilah ternakmu ... aku akan memberi makanan kepadamu sebagai ganti ternakmu itu” (ay. 16). Harta bergerak paling berharga dalam masyarakat agraris adalah ternak (kuda, kambing domba, lembu sapi, keledai) yang bisa berfungsi antara lain untuk sarana transportasi, membawa beban, bertani, bahan makanan (dagingnya, susunya), bahan pakaian (kulitnya). Karena mustahil menampung semua ternak rakyat, hewan-hewan itu de facto masih dipakai rakyat tetapi de jure milik Firaun.

Bala kelaparan berlangsung lama sehingga persediaan makanan hasil barter hanya bertahan setahun. Hal ini diperlihatkan dalam pasal 47:18–19 berikut ini setelah lewat tahun itu, datanglah mereka kepadanya, pada tahun yang kedua, “Uang kami habis, ternak kami menjadi milik tuanku, tidaklah ada lagi yang tinggal yang dapat kami serahkan kepada tuanku. Pada konteks ini, makanan masih menjadi isu hidup dan mati, tetapi yang bakal mati kini bertambah: tanah yang tadinya subur akan jadi tandus, terbengkalai tak ditanami, karena yang mengurusnya mati kelaparan. Rakyat pun siap berbuat apa saja untuk bertahan hidup, dengan dua syarat. Pertama, istana menjamin ketersediaan benih tanaman demi kelangsungan pertanian rakyat. Kedua, mereka dipekerjakan di tanah yang tadinya milik mereka. Berbeda dari skema barter pertama, barter kedua berasal dari inisiatif rakyat, tanah dan tenaga mereka ditukar dengan makanan dan benih. Dengan menjual tanah kepada Firaun berarti mereka bukan lagi petani mandiri, menjadi hamba Firaun. Yusuf setuju dengan skema barter yang diinisiasi oleh rakyat, seperti yang terlihat di ayat 20, 23–24 berikut ini Yusuf membeli segala tanah orang Mesir. negeri itu menjadi milik Firaun ... Berkatalah Yusuf kepada rakyat itu, “Pada hari ini aku telah membeli kamu dan tanahmu untuk firaun; inilah benih bagimu supaya kamu dapat menabur di tanah itu. Mengenai hasilnya, kamu harus berikan seperlima bagian kepada firaun dan yang empat bagian ... menjadi benih untuk ladangmu ... makanan kamu dan ... yang ada di rumahmu”

Yusuf membeli semua tanah rakyat yang kini beralih menjadi tanah kerajaan (milik Firaun), tetapi makanan untuk penghidupan mereka dijamin oleh pemerintah, juga ketersediaan benih untuk produksi, dalam suatu skema bagi hasil (bdk. 41:34–36). Apabila panen berhasil, mereka menikmati empat perlima dari hasil dengan satu perlima untuk Firaun. Rakyat hanya memakai pengetahuan dan keterampilan kerja mereka, bermodal waktu dan tenaga; kalau panen gagal, kerugian materiel ditanggung pemerintah. Ini bukan pemajakan dalam arti modern, sebab di sini negara menjamin penghidupan rakyat dan modal kerja mereka untuk bertani. Demikian rakyat Mesir bertani di tanah negara (bukan petani mandiri)[2], sebagai penggarap, dengan sistem bagi hasil. Biasanya, bagian penggarap lebih sedikit daripada pemilik tanah, tetapi di sini bagian penggarap empat kali lebih besar daripada pemilik tanah.

Jadi penyertaan Tuhan menunjukkan kuasa dan kehadiran Tuhan yang tetap menyertai orang percaya dalam setiap fase kehidupan. Keadaan boleh berubah namun Tuhan tetap ada, hadir, dan menyertai. Penyertaan Tuhan merupakan kemahakuasaan Tuhan untuk menjaga, melindungi, dan memberkati umat-Nya dalam kondisi apapun, di mana saja, dalam waktu apapun, dan melalui siapa saja. Penyertaan Tuhan yang muncul di awal dan akhir kisah, menyiratkan bahwa penyertaan TUHAN-lah yang berperan penting dari awal sampai akhir (ayat 2, 23). Hal ini juga dipertegas lagi di Kisah Para Rasul 7:9-10 bahwa Allah menyertai Yusuf dan melepaskannya dari segala penindasan serta menganugerahkan kepadanya kasih karunia dan hikmat. Sehingga frase Tuhan menyertai Yusuf dalam bagian ini juga berkat yang diterimanya menunjukkan bahwa sebenarnya Tuhan, bukan Yusuf, yang adalah karakter utama dalam kisah ini.

Di akhir cerita secara keseluruhan Yusuf pun mengakui bahwa kedatangan dan keberhasilannya di negara Mesir adalah karena TUHAN yang menyuruh dia ke sana (45:5-8). Walaupun saudara-saudaranya mereka-rekakan yang jahat, tetapi Yusuf mengetahui bahwa TUHAN menggunakan semua itu untuk kebaikannya (50:20) Penyertaan Tuhan dalam kehidupan orang percaya pada akhirnya menunjukkan karakter Allah sendiri bahwa Ia adalah Allah yang berdaulat atas kehidupan umat-Nya. Ia adalah Allah yang setia dan menepati semua janji-janji-Nya. Janji-Nya kepada Abraham, Ishak, dan Yakub digenapinya melalui kehidupan Yusuf. Melalui Yusuf maka Tuhan menyatakan penyertaan-Nya sekalipun orang lain bermaksud yang jahat baginya namun justru hal itu menggenapi rencana Allah bagi umat-Nya. Sehingga sama seperti pengakuan Yusuf bahwa orang boleh merancangkan yang jahat namun Tuhan dapat merancangkan itu untuk kebaikan. Tidak seorang pun di antara mereka yang menyadari bahwa perbuatan mereka tersebut merupakan bagian dari rencana Allah untuk memelihara masa depan suatu bangsa yang besar yaitu Israel. Karakter Allah dinyatakan melalui penyertaan-Nya. Karena Tuhan mengetahui semuanya dan Dia berdaulat. Sehingga ini seharusnya membuat orang percaya untuk tidak khawatir dengan setiap masa kehidupannya melainkan justru menumbuhkan imannya di dalam Tuhan.

Begitu juga dengan bahan bacaan yang pertama yang diambil dari 2 Korintus 9:10-12 menegaskan bahwa, menabur sama dengan memberi. Dan memberi tidak akan kekurangan. Gene Getz mengungkapkan implikasi dari memberi berdasarkan 2 Korintus 9:11-13 sebagai berikut: “Paulus mengingatkan jemaat di Korintus bahwa pemberian mereka yang murah hati bukan hanya mencukupkan kebutuhan umat Allah, melainkan juga akan menyebabkan banyak orang memuji Allah. Orang-orang akan bersyukur kepada Allah karena berkat-berkat materi ini. (2 Kor. 9:11-13).” kita menilai bahwa ketika seseorang memberi untuk Tuhan, maka tindakan tersebut akan membuat orang-orang memuliakan Dia. Oleh sebab itu seharusnya setiap umat Tuhan terus meningkatkan kerinduan dan semangat mereka untuk memberi. William Barcley menjelaskan prinsip memberi dengan sukacita sebagai berikut: “Paulus menegaskan bahwa pemberi yang memberi dengan bersukacitalah yang Allah kasihi. Kitab Ulangan 15:7-11 memberi petunjuk tentang tanggung jawab untuk bermurah hati kepada saudara yang miskin, dan ayat 10 mengatakan, “Engkau harus memberi kepadanya dengan limpahnya dan janganlah hatimu berdukacita, apabila engkau memberi kepadanya, sebab oleh karena hal itulah Tuhan, Allahmu, akan memberkati engkau dalam segala pekerjaanmu dan dalam segala usahamu.”[3]

Jadi memberi untuk Tuhan adalah sebuah tindakan pemberian kepada Tuhan yang didasari oleh karakter yang terbentuk dalam diri seseorang dan dilakukan terus menerus, makin lama makin meningkat, yang akhirnya akan menjadi sebuah gaya hidup, dengan dilandasi sikap hati penuh sukacita, serta memiliki tujuan untuk memuliakan Tuhan, apalagi jika dilakukan di luar batas kemampuannya hal ini menjadi sangat luar biasa bagi Tuhan.

III. Kesimpulan

Menurut Rhenald Kasali, Yusuf merupakan tipe pribadi pengemudi (driver), bukan penumpang, (passenger).[4] Dia memiliki self driving yang kuat yang ditandai dengan mentalitas pemenang: tidak puas atau pasrah pada keadaannya, memecahkan masalah, belajar hal-hal yang baru, berani menghadapi risiko, tidak mengeluh, tidak banyak komplain dan menyalahkan orang lain, dan sabar menghadapi segala kesulitan. Tuhan menyertai Yusuf telah mengubah Yusuf yang lama (seorang anak kesayangan dengan perlakuan istimewa dari keluarga dan hidup dalam zona kenyamanan) menjadi Yusuf yang baru yang memiliki mentalitas sebagai pemenang, mudah bagi Yusuf karena dia tidak lagi hidup di zona nyaman. Kita sebagai umat Tuhan juga akan memperoleh kebaikan Tuhan jika kita juga mampu untuk menaburkan benih kebaikan bagi orang lain tanpa harus melihat sesuatu yang kita jadikan keuntungan dari orang tersebut. Kita sebagai pelaku kebaikan dalam segala aspek dalam kehidupan kita.

Terjadi perubahan besar pada diri Yusuf. Yusuf berhasil menunjukkan bahwa dia memiliki kemampuan atau kompetensi untuk hidup di negeri asing. Selain kemampuan untuk hidup di luar zona nyaman, penyertaan Allah tidak lepas dari upaya Yusuf yang mengerjakan segala sesuatu dengan berhasil. Penyertaan Allah tidak menghilangkan upaya manusia, sehingga Tuhan membuat berhasil segala upaya tersebut. Campur tangan Allah menjadi nyata pada orang yang bekerja keras. Penyertaan Tuhan tentu menjadi faktor yang memberikan pengaruh kuat. Lloyd Reeb mengatakan, bahwa Yusuf menikmati keberhasilan sebab dia mengikuti bimbingan Allah dalam kehidupannya.[5] Penyertaan Tuhan menjadi sebuah faktor sehingga ia menjadi orang yang berhikmat.[6] Kemampuan yang tidak tertandingi oleh orang Mesir adalah sebuah dampak kompetensi intelektual yang dimiliki Yusuf karena penyertaan Roh Allah padanya. Sebagai umat Tuhan, diri kita sebagai alat Allah untuk menjadi berkat bagi orang lain yang tentunya dengan karya kita sehingga sangat berguna bagi orang lain

Pdt. Anton Keliat-Runggun Bandung Timur

                 

 

[1] Jake Barnett. Harta dan Hikmat (Bandung: Kalam Hidup, 1983), 20.

[2] Dalam sistem agraria di dunia Timur Tengah Kuno, para raja bak tuan tanah negeri. Tanah bisa langsung dikelola istana atau disewakan, bisa juga dipinjamkan kepada para abdi raja untuk digarap dan dipetik hasilnya sebagai ganti gaji mereka (Ing. fief; bdk. tanah bengkok). Ada catatan-catatan dari semua periode di Mesopotamia tentang tanah di seluruh negeri sebagai kepunyaan raja dan praktik sejenis tanah bengkok. Karena raja Mesir adalah titisan dewa, secara teoritis pemilik segala sesuatu di wilayah kerajaannya (penguasa absolut), tetapi dalam praktiknya rakyat juga bisa memiliki tanah pribadi dalam semua periode kuno. Hanya kuil-kuil di Mesir dikecualikan.

[3] William Barclay, Pemahaman Alkitab Setiap Hari: Surat 1&2 Korintus, terj. Pipi Agus Dhali dan Yusak Tridarmanto (Jakarta: PT. BPK Gunung Mulia, 2009), 411.

[4] Rhenald Kasali, Self Driving: Menjadi Driver Atau Passenger? (Jakarta: Mizan, 2014), 41-44.

[5] Lloyd Reeb, Sukses Saja Tidak Cukup (Jakarta: Metanoia, 2007), 23

[6] Harls Evan Rianto Siahaan, Hikmat Sebagai Implikasi Pendidikan Kristiani Dalam Keluarga: Refleksi 1 Raja-Raja 3:1-15, DUNAMIS (Jurnal Teologi dan Pendidikan Kristiani) 1, no. 1 (2016): 15–30, www.sttintheos.ac.id/ejournal/index.php/dunamis

MINGGU 07 JULI 2024, KHOTBAH 2 KORINTI 8:10-15

Invocatio :

“Hari raya Tujuh Minggu, yakni hari raya buah bungaran dari penuaian gandum, haruslah kau rayakan, juga hari raya pengumpulan hasil pada pergantian tahun” (Kel. 34:22)

Ogen :

Bilangan 28:26-31 (Tunggal)

Kotbah :

2 Korintus 8:10-15 (Anthiponal)

Tema :

Mere Alu Ukur Ersuruh (Memberi Dengan Hati Yang Tulus)

 

 

I. Pendahuluan

Kita sering mendengar atau bahkan mengucapkan kalimat “memberi lebih baik daripada menerima”. Kalimat tersebut kita tafsirkan sebagai tanda bahwa kita sebagai manusia pada umumnya ingin menjadi berkat bagi orang yang membutuhkan. Bahkan kalimat tersebut adalah harapan dan perintah dari Yesus kepada semua orang yang sudah mendapatkan berkat dari Dia (Kis. 20:35b). Tapi pada kenyataannya apakah memang benar seperti itu? Atau jangan-jangan kalimat tersebut menandakan bahwa kita hanya ingin memiliki lebih banyak segala sesuatunya daripada orang lain?. Karena belum tentu semua orang yang memiliki lebih banyak, akan siap untuk memberi kepada orang yang membutuhkan. Bagaimana lagi dengan orang yang pas-pas’an. Pada renungan kali ini, kita tidak hanya membahas tentang bagaimana memberi dalam kelimpahan, tetapi bagaimana kita bisa berkontribusi baik dengan apa yang kita punya kepada semua orang yang membutuhkan termasuk gereja.

II. Isi

  • Khotbah: 2 Korintus 8:10-15

Surat 2 Korintus 8:10-15 memberikan kita pandangan yang mendalam tentang sikap dan prinsip dalam memberi, terutama melalui teladan jemaat Makedonia. Latar belakangnya adalah ketika jemaat di Korintus dipanggil untuk memberikan bantuan bagi saudara-saudara mereka di Yerusalem yang sedang mengalami kesulitan.Paulus menyampaikan suratnya kepada jemaat Korintus agar meneladani iman dalam bentuk pelayanan kasih yang dilakukan jemaat-jemaat di Makedonia untuk membantu jemaat di Yerusalem. Paulus memberikan dorongan dan bimbingan kepada jemaat di Korintus terkait komitmen mereka untuk memberikan sumbangan bagi orang-orang kudus di Yerusalem yang sedang mengalami kesulitan. Jemaat Yerusalem diketahui sedang mengalami kesusahan hidup oleh karena terdampak bencana kelaparan yang terjadi disaat itu. Bencana ini sudah dinubuatkan oleh nabi bernama Agabus (Kis.11:27-28, Luk. 10:1). Surat ini ditulis dalam konteks upaya kolektif gereja-gereja di seluruh wilayah untuk membantu sesama saudara seiman yang membutuhkan. Paulus, sebagai pemimpin dan pendiri gereja-gereja ini, berusaha menggalang dukungan dan solidaritas di antara jemaat-jemaat yang tersebar. Karena itu Rasul Paulus terbeban untuk mengumpulkan bantuan dari jemaat-jemaat yang ia kunjungi dalam misi penginjilannya untuk membantu jemaat Yerusalem. Dan saat Paulus di Makedonia dia dibuat kagum oleh kerelaan hati jemaat disana karena sekalipun dalam kekurangan mereka tetap bersedia untuk memberi bantuan bahkan sampai mendesak untuk melalukan hal itu walaupun mereka sangat miskin.

Mereka mampu melakukannya oleh karena kasih karunia yang telah dianugerahkan Tuhan bagi mereka. Sekalipun mereka miskin dan menderita, tetapi Paulus melihat mereka memiliki sukacita, kaya dalam kemurahan dan bahkan memberi lebih dari yang diharapkan. Oleh karena itu Paulus mengutus Titus kembali ke Korintus untuk mengumpulkan bantuan tersebut. Karna pengumpulan bantuan ke Korintus sudah dimulai sejak setahun yang lalu, tetapi jemaat Korintus bahkan mengabaikannya. Paulus mengajak jemaat Korintus untuk melihat jemaat Makedonia, karena jika dibandingkan dengan Makedonia, Korintus sangat jauh lebih kaya. Paulus juga menyoroti prinsip keadilan dan keseimbangan dalam pemberian. Dia menjelaskan bahwa tujuan dari sumbangan ini adalah untuk menciptakan keseimbangan dalam kebutuhan, bukan untuk membuat jemaat Korintus menderita demi membantu orang lain. Saat ini, jemaat Korintus memiliki kelimpahan yang dapat mereka gunakan untuk mencukupi kekurangan jemaat di Yerusalem. Paulus juga mengingatkan bahwa suatu saat nanti, keadaan bisa berbalik dan jemaat Korintus mungkin akan membutuhkan bantuan dari orang lain. Dengan mengutip Keluaran 16:18 tentang pengumpulan manna, Paulus menegaskan bahwa dalam komunitas Kristen, tidak ada yang berlebihan atau kekurangan karena Tuhan menyediakan cukup bagi semua orang. Korintus juga sudah mengalami kasih karunia dari Kristus oleh karena itu Paulus menekankan supaya jemaat di Korintus harus meresponnya dengan ucapan syukur yang diwujudnyatakan dalam pelayanan kasih.

  • Ogen : Bilangan 28:26-31

Kitab Bilangan 28:26-31 memberikan instruksi kepada bangsa Israel tentang bagaimana mereka harus mempersembahkan korban-korban pada Hari Raya Pentakosta atau Shavuot (Ibrani). Dirayakan pada hari kelima puluh sesudah Hari Raya Paskah bertepatan waktunya dengan hari raya tuaian; pada hari itu, sehabis "tujuh minggu" (inilah kira-kira waktu penuaian) dipersembahkan "hasil pertama bumi; inilah pesta "buah-buah pertama", atau disebut hari raya ketujuh minggu. Dimana mereka mengumpulkan hasil panen pertama dari tanah yang baru mereka tanami. Ini adalah momen penting dalam siklus pertanian di mana mereka memberikan persembahan kepada Tuhan sebagai ungkapan syukur atas berkat-berkat yang mereka terima. Persembahan yang diberikan bukan hanya sekadar tugas rutin atau kewajiban, melainkan adalah ekspresi nyata dari syukur dan pengakuan akan kemurahan Tuhan atas segala berkat yang telah diberikan kepada umat-Nya. Dengan memberikan hasil panen pertama kepada Tuhan, umat Israel menegaskan bahwa segala yang mereka miliki berasal dari-Nya dan bahwa mereka bersedia memberikan yang terbaik sebagai ungkapan penghargaan tertinggi kepada Sang Pemberi. Kemudian, hari itu dikenal sebagai Hari Raya Pentakosta karena dirayakan pada hari ke-50 dihitung dari hari sabat permulaan Hari Raya Paskah. Hari ini ditandai dengan perkumpulan kudus dan mempersembahkan korban-korban. Ini adalah salah satu dari beberapa perayaan yang diatur oleh hukum Taurat, yang memiliki signifikansi spiritual dan sejarah yang besar bagi bangsa Israel.

Pada Hari Raya Tujuh Minggu, bangsa Israel diingatkan untuk mempersembahkan persembahan-persembahan khusus kepada Tuhan sebagai tanda syukur atas berkat-berkat yang mereka terima dan juga untuk mengingatkan umat Israel akan berkat-berkat Tuhan dan memperkuat hubungan mereka dengan-Nya. Ayat-ayat ini secara rinci menjelaskan jenis persembahan yang harus mereka bawa : dua ekor domba jantan yang berumur setahun, tanpa cacat, yang akan disembelih sebagai korban bakaran bagi Tuhan. Korban bakaran ini adalah simbol dari penyerahan total kepada Tuhan. Api yang membakar seluruh tubuh hewan melambangkan persembahan total tanpa sisa kepada Tuhan, sebagai tanda kesetiaan dan pengabdian penuh. Mereka juga diminta untuk membawa sajian tepung yang diolah dengan minyak zaitun, sebagai persembahan makanan yang harum bagi Tuhan, serta minuman anggur sebagai hidangan pembakaran yang menyenangkan bagi-Nya. Tepung dan minyak melambangkan hasil bumi dan kerja manusia yang dipersembahkan kembali kepada Tuhan sebagai tanda syukur dan pengakuan bahwa segala sesuatu berasal dari-Nya. Seekor kambing jantan dipersembahkan sebagai korban penghapus dosa. Ini adalah tindakan pendamaian, yang menunjukkan pengakuan bangsa Israel akan dosa-dosa mereka dan kebutuhan mereka akan pengampunan. Pentingnya Hari Raya Tujuh Minggu bukan hanya dalam hal persembahan, tetapi juga dalam merayakan kesetiaan dan berkat-berkat Tuhan. Pada hari yang sama, bangsa Israel diingatkan untuk mengadakan perhimpunan suci, di mana mereka berkumpul bersama-sama di hadapan Tuhan untuk merayakan dan menghormati-Nya. Ini adalah momen yang diharapkan untuk bersyukur kepada Tuhan atas segala yang Dia berikan dan mengingat perjanjian mereka dengan-Nya.

  • Invocatio : Keluaran 34:22

Keluaran 34:22 adalah perintah Allah kepada bangsa Israel untuk merayakan dua peristiwa penting dalam tahun pertanian mereka: Pesta Tujuh Mingguan dan Pesta Pengutipan pada akhir tahun. Dalam konteks agama dan kehidupan sosial masyarakat Israel kuno, perayaan ini memiliki makna yang mendalam. Pesta Tujuh Mingguan, atau Pesta Pengumpulan, adalah waktu bagi umat Israel untuk merayakan hasil panen gandum. Panen gandum adalah momen krusial dalam siklus pertanian tahunan, dan ketersediaannya sangat memengaruhi kehidupan mereka. Merayakan hasil panen merupakan ungkapan syukur kepada Allah atas berkat-Nya yang melimpah. Lebih dari sekadar perayaan sosial, Pesta Tujuh Mingguan adalah wujud pengakuan bahwa Allah adalah sumber segala berkat dan memberikan makanan yang diperlukan untuk kelangsungan hidup (bdk.Bil. 28:26-31/khotbah). Sementara itu, Pesta Pengutipan pada akhir tahun adalah momen terakhir dalam siklus pertanian. Pada saat ini, hasil panen yang tersisa di ladang dikumpulkan. Ini adalah kesempatan terakhir dalam tahun itu untuk mengumpulkan segala yang telah diberikan Allah. Pesta ini bukan hanya tentang menyelesaikan siklus pertanian, tetapi juga tentang refleksi atas kerja keras dan berkat-berkat yang diberikan Allah sepanjang tahun tersebut. Dengan merayakan Pesta Tujuh Mingguan dan Pesta Pengutipan, bangsa Israel mengakui bahwa mereka adalah umat yang diberkati dan dilindungi oleh Allah. Mereka belajar untuk tidak hanya bergantung pada hasil kerja mereka sendiri, tetapi juga pada penyediaan dan perlindungan Ilahi. Ini adalah bagian dari identitas mereka sebagai umat yang dipilih oleh Allah, yang memerintahkan mereka untuk menghormati-Nya dan mengikuti ketetapan-ketetapan-Nya.

III. Refleksi

  1. Memberi Bukan Sekadar Kewajiban, Tetapi Ekspresi Cinta: jemaat di Makedonia tidak memiliki alasan lain dalam hal memberi kecuali karena ekspresi cinta mereka terhadap kasih karunia yang telah mereka dapatkan dari Tuhan, yang tidak ternilai batasnya. Mereka tidak hanya menunjukkan meteri sebagai sumbangan mereka, tetapi sekaligus menunjukkan bahwa mereka adalah orang-orang yang mengalami kasih karunia Tuhan dalam hidupnya. Jadi itu merupakan sebuah ekspresi cinta mereka atas dasar cinta Tuhan yang telah mereka dapatkan terlebih dahulu. Terkadang kita cenderung melihat memberi sebagai kewajiban atau tindakan yang harus kita lakukan. Namun, ketika kita memahami bahwa memberi adalah ekspresi dari cinta dan kesetiaan kita kepada Tuhan dan sesama, itu akan menjadi tindakan yang alami dan bermakna.
  2. Memberi dalam Keterbatasan Memperkaya Kita : Persembahan kita kepada Tuhan dan sumbangan kita kepada sesama tidak selalu harus dalam jumlah besar. Bahkan dalam keterbatasan, kita masih dapat memberi dengan sukacita dan murah hati. Ini mengajarkan kita untuk tidak menunggu sampai kita memiliki kelebihan untuk memberi, tetapi memberi apa yang kita bisa dengan apa yang kita miliki saat ini.
  3. Memberi sebagai Sarana untuk Mendamaikan Hubungan: Memberi dengan tulus bukan hanya mengubah kehidupan individu, tetapi juga memperbaiki hubungan antarmanusia dan hubungan denganTuhan. Saat bangsa israel memberikan persembahan kepada Tuhan sebagai bukti berkat yang selalu mereka dapatkan dari Tuhan, itu juga menunjukan bahwa mereka selalu ingin membuat hubungan yang baik dengan Tuhan yang telah memberikan berkat tersebut kepada mereka. Saat kita memberi dengan hati yang tulus, kita merajut kembali ikatan kasih kepada Tuhan dan juga kedamaian dalam komunitas kita.
  4. Memberi Mencerminkan Karakter Kristus: Pada akhirnya, memberi dengan tulus adalah mencerminkan karakter Kristus. Kristus adalah teladan pemberian yang paling sempurna, dan ketika kita memberi dengan hati yang tulus, kita menjadi saksi hidup akan kasih dan kemurahan hati-Nya. Termasuk saat kita memberikan persembahan yang terbaik untuk membantu GBKP dalam persembahan Kerja Rani (hari raya Tujuh Minggu). Itu adalah sebuah cerminan karakter Kristus yang bisa kita tunjukkan sebagai tanda kasih kita kepada GBKP. Karena dalam menjalankan setiap aksi pelayanan, maka dibutuhkan dana untuk menopang kegiatan tersebut. Dari sini kita bisa menunjukkan bukti tanggungjawab kita sebagai anak-anak Tuhan. Karena persembahan Kerja Rani merupakan salah satu dari tiga (persepuluhan, persembahan kebaktian Minggu) sumber keuangan yang paling banyak untuk menunjang kegiatan pelayanan. Oleh karena itu dengan adanya kontribusi kita, maka kegiatan pelayanan juga berjalan dengan baik.

Vic. Elpita Lorena Br Barus, S.Th-Perpulungen Purwakarta

Info Kontak

GBKP Klasis Bekasi - Denpasar
Jl. Jatiwaringin raya No. 45/88
Pondok Gede - Bekasi
Indonesia

Phone:
(021-9898xxxxx)

Mediate

GBKP-KBD