• WhatsApp Image 2022 02 11 at 11.07.57

  • 20170204 143352
  • 1 peresmian rumah dinas surabaya
  • WhatsApp Image 2022 02 11 at 11.07.58
  • pencanangan tahun gereja bks dps
  • WhatsApp Image 2022 02 11 at 11.07.57 1
  • BPMK GBKP KLASIS BEKASI DENPASAR PERIODE 2020-2025
  • PERESMIAN RUMAH PKPW GBKP RUNGGUN SURABAYA

Jadwal Kegiatan

Kunjungan Moderamen GBKP ke GBKP Klasis Bekasi-Denpasar

Minggu 14 Mei 2017:

1. GBKP Runggun Bandung Pusat

2. GBKP Runggun Bandung Timur

3. GBKP Runggun Bandung Barat

4. GBKP Runggun Bekasi

5. GBKP Runggun Sitelusada

SABTU 30 MARET 2024, KHOTBAH MAZMUR 31:1-6 (SABTU PENGHARAPAN)

Invocatio  :

Masmur 71:5

Ogen :

Roma 6:1-14 (Tunggal)

Tema :

Kundesken Geluhku Bas Tan Tuhan/Kuserahkan Hidupku Dalam Tangan Tuhan

 

I. Pendahuluan

Sabtu Sunyi: Hari Sabtu diantara Jumat Agung dan Paska disebut dengan Sabtu Sunyi, karena pada hari Sabtu Sunyi ini jemaat diajak merenungan sesuatu yang amat penting : pengharapan. Bayangkan pada hari inilah murid Yesus merasa gundah dan kehilangan harapan, sebab Yesus yang mereka yakini sebagai Mesias yang akan membawa kebenaran, justru mati mengenaskan. Sabtu Sunyi/Suci adalah masa transisi antara KEMATIAN dan KEBANGKITAN, antara DUKA dan HARAPAN. Keduanya dilabuhkan dalam sikap iman seraya merenungkan makna kefanaan manusia dalam kematian Yesus. Penghayatan itu dilakukan dengan keheningan dan sikap meditatif di hadapan Allah. Apa yang dapat kita renungkan? Kita diajak untuk belajar menerima bahwa penantian sebagai suatu bentuk beriman dan berharap yang penting. Tentu tidak ada kepastian dalam kehidupan, tapi justru di sanalah kita belajar beriman. Beriman dalam ketidakpastian, dalam penantian. Kita bisa menghayati keheningan dan kesunyian yang pedih dan menyakitkan di kehidupan ini sebagai sebuah kesempatan kita menghayati iman dalam Tuhan. Melalui keheningan Sabtu Sunyi, kita dapat memperoleh pencerahan hidup, sehingga mampu mengubah setiap kedukaan, kepahitan, dan penderitaan menjadi sumber kekuatan, semangat, dan daya juang untuk memaknai kehidupan dalam perspektif iman.

 II. Isi

Masmur 31:1-6

Ketika menulis mazmur ini, Daud dikejar-kejar oleh Saul untuk dibunuh. Kondisinya waktu itu sangat genting karena hampir tidak ada celah bagi Daud untuk mempertahankan atau menyelamatkan dirinya (1Sam. 23:13). Apa yang ia lakukan? la segera berdoa dengan sungguh-sungguh kepada Allah, sebelum melakukan apa pun (2-6). Tidak ada hal yang terlalu genting bagi Daud sehingga doa harus ditunda atau dilewatkan. Bagi Daud doa tetap harus dinomorsatukan dalam situasi dan kondisi apa pun. Doa sudah menjadi gerakan refleks baginya. Daud, dalam kesengsaraannya, sangat bersungguh-sungguh dalam doanya kepada Allah untuk memohon pertolongan dan kelegaan Dia berdoa, Supaya Allah meluputkan dia (ay. 2), bahwa hidupnya terlindung dari niat jahat musuh-musuhnya, dan supaya mereka berhenti mengejarnya. Ia berdoa supaya bukan saja karena belas kasihan-Nya, namun juga karena keadilan-Nya, Allah mau membebaskan dia, bertindak sebagai Hakim yang adil di antara dia dan para pengejarnya yang fasik. Ia meminta agar Allah berkenan menyendengkan telinga-Nya kepada permohonannya, pada seruannya, dan membebaskan dia (ay. 3), setidaknya Dia mau melindungi dan menjaganya di tengah pergumulannya itu. “Jadilah bagiku gunung batu, yang tidak tergoyahkan, tidak terkalahkan, seperti tempat perlindungan yang kokoh yang terbentuk oleh alam, dan kubu pertahananku, benteng yang dibangun oleh rancangan ahli, semuanya untuk menyelamatkan aku!” Karena itu, kita dapat berdoa agar pemeliharaan Allah menjaga hidup kita serta menghibur kita, dan oleh anugerah-Nya kita dimampukan untuk percaya bahwa kita aman di dalam Dia (Ams. 18:10). Bahwa walaupun begitu sukar permasalahannya, baik dalam hal tugas maupun dalam membuat keputusan, ia tetap bisa mendapatkan tuntunan ilahi, “Tuhan, tuntun dan bimbinglah aku (ay. 4), karena itu tetapkan langkahku, pimpinlah rohku, agar aku tidak akan pernah melakukan perbuatan yang terlarang dan yang tidak dapat dibenarkan – yang bertentangan dengan hati nuraniku, ataupun perbuatan yang tidak bijaksana dan gegabah – yang bertentangan dengan kepentinganku.” Hendaklah orang-orang yang memutuskan untuk mengikuti tuntunan Allah berdoa dengan iman agar memperoleh tuntunan-Nya. Bahwa karena para musuhnya begitu licik dan penuh kedengkian, maka Allah mau menggagalkan dan mengacaukan rancangan mereka terhadapnya. Ini juga yang harus menjadi keyakinan kita, saat kita menghadapi persoalan dan masalah yang sangat sukar, berserahlah kepada Tuhan Yesus dan kita harus yakin Tuhan Yesus akan menuntun kita dan membimbing kita supaya menang dan keluar dari setiap masalah dan problema kita yang kita hadapi. (ay. 5): “Engkau akan mengeluarkan aku dari jaring yang dipasang orang terhadap aku, dan jauhkanlah aku dari dosa, kesulitan dan maut yang mereka rancang untuk menjebak aku.” Dengan yakin Tuhan akan menggagalkan setiap rancangan jahat atau niat jahat yang dipasang orang orang yang membencinya, karena Tuhan tempat perlindungan baginya. Secara sungguh sungguh Daud menyerahkan nyawanya kepada Tuhan yang sanggup melindungi dan memberikan keamanan dalam seluruh hidupnya. “Ke dalam tangan-Mulah aku serahkan nyawaku,” Mazmur ini menjadi istimewa dan sakral khususnya ayat.6 Yang diucapkan Yesus ketika Ia berada di kayu salib. Dalam hidupnya pemazmur tidak mengandalkan kekuatannya sendiri atau bergantung kepada kekuatan manusia; pemazmur hanya percaya dan bergantung sepenuhnya kepada Tuhan tempat perlindungan yang aman. Biarlah Pengakuan akan keyakinan perlindungan di dalam Tuhan dari pemazmur, juga menjadi keyakinan kita sebagai orang orang yang sudah percaya kepada Tuhan Yesus.

Roma 6:1-14

Surat Roma ini merupakan surat Paulus yang paling panjang, paling teologis, dan paling berpengaruh. Mungkin karena alasan-alasan itulah surat ini diletakkan di depan ketiga belas suratnya yang lain. Paulus menulis surat ini dalam rangka pelayanan rasulinya kepada dunia bukan Yahudi. Paulus menulis surat ini untuk mempersiapkan jalan bagi pelayanannya di Roma serta rencana pelayanan ke Spanyol. Tujuannya karena jemaat Roma rupanya mendengar kabar angin yang diputarbalikkan mengenai berita dan ajaran Paulus (mis. Rm 3:8; 6:1-2,15), Paulus merasa perlu untuk menulis Injil yang telah diberitakannya selama dua puluh lima tahun dan juga berusaha untuk memperbaiki beberapa persoalan yang terjadi di dalam gereja karena sikap salah orang Yahudi terhadap mereka yang bukan Yahudi (mis. Rm 2:1-29; 3:1,9 dan orang bukan Yahudi terhadap orang Yahudi (mis. Rm. 11:11-36).

Dalam pasal Roma 6:1-14 Paulus mempersoalkan anggapan salah bahwa orang percaya boleh berbuat dosa terus dan tetap aman dari hukuman karena kasih karunia Allah dalam Kristus. Paulus menanggapi penyimpangan antinomianis dari ajaran kasih karunia dengan menekankan satu kebenaran dasar: orang percaya sejati dikenal sebagai "dalam Kristus" oleh karena dibaptis dalam Kristus dan kematian mereka terhadap dosa “Jika demikian, apakah yang hendak kita katakan? (ay. 1). Bagaimana kita bisa memanfaatkan ajaran yang indah dan menghibur ini?” Akankah kita berbuat jahat, supaya yang baik timbul daripadanya, seperti yang disarankan sebagian orang? (Rm. 3:8). Bolehkah kita bertekun dalam dosa, supaya semakin bertambah kasih karunia itu? Akankah dari sini kita terdorong untuk berdosa dengan jauh lebih berani lagi, sebab semakin besar dosa yang kita perbuat semakin besar kasih karunia Allah akan dimuliakan dalam pengampunan kita? Beginikah kita memanfaatkan ajaran ini? Tentunya Tidak, itu namanya penyalahgunaan, juga sesat. Ketika kita telah dibenarkan oleh Tuhan, maka hidup kita menjadi baru dan dosa sudah lenyap (2, 11). Semua ini terjadi karena kita ikut di dalam kematian dan kebangkitan Yesus (5). Paulus mengajarkan salah satu arti baptisan yaitu mati dan bangkit bersama Yesus (3-4). Ketika kita ikut dalam kematian Yesus berarti semua dosa telah kita tanggalkan dan matikan di salib Kristus (6-7) untuk menuju kepada satu kehidupan yang baru di dalam Dia, yaitu hidup kekal melalui kebangkitan-Nya (8-11). Kristus mati satu kali untuk mematikan dosa selama-lamanya sehingga Ia hidup selama-lamanya juga bagi Allah. Itu berarti kemenangan tuntas atas dosa dan maut. Kita yang percaya Yesus, sudah dibebaskan dari dosa dan hukumannya, dan sudah memiliki hidup kekal untuk melayani Allah. Hal ini berarti juga bahwa baptisan yang kita terima cukup satu kali dan tidak perlu diulang lagi.

Tugas kita sekarang adalah bagaimana mengelola kasih karunia Allah itu dalam hidup kita. Paulus memberi nasehat bagi kita agar, memberi diri sepenuhnya kepada Allah. Artinya kita menyerahkan hidup kita, waktu, tenaga, pikiran, talenta, dan tubuh kita sepenuhnya untuk melakukan hal-hal yang menyenangkan Dia saja (13b). Kita harus tidak lagi menyerahkan angggota tubuh kita untuk dikendalikan dan dipakai oleh iblis, dibujuk dan ditipu oleh dunia ini, dan dikuasai dan dikontrol oleh keinginan daging kita sebagai alat kejahatan (13a). Kita hanya boleh punya satu tuan atau majikan, yaitu Allah yang sudah menebus kita yang memiliki hidup kita sepenuhnya baik itu tubuh jiwa dan roh dan bukan iblis yang sudah kalah!

Masmur 71:5

Daud adalah seorang yang berkenan di hati Allah. Di dalam berbagai kesempatan, entahkah itu pada saat baik atau tidak baik, Daud selalu memuji dan menyembah TUHAN. Kita pun patut mengalaminya dan bisa belajar dari kehidupan Daud ini. Dalam berbagai persoalan yang dialami, Daud selalu menjadikan Tuhan sebagai benteng dan batu perlindungan. Bagi Daud tak seorang pun di dunia ini yang dapat menjadi jaminan keselamatan bagi jiwanya. Itulah sebabnya ia berkata, “… Engkaulah harapanku, ya Tuhan, kepercayaanku sejak masa muda, ya Allah. Namun untuk mendapatkan pemeliharaan Tuhan yang indah ini kita harus tetap setia sampai akhir hayat kita. Jangan sekali-kali tinggalkan Tuhan, apalagi samai bercabang hati dengan mengharapkan ilah lain atau manusia. Jangan coba-coba !!

III. Refleksi

Karya keselamatan Allah di dalam Kristus merangkum seluruh sejarah dan kehidupan kita manusia. Dengan demikian dalam keheningan Sabtu Pengharapan, kita merayakan karya keselamatan Allah di dalam Kristus yang menembus dimensi waktu dan sejarah kehidupan umat manusia. Keheningan Sabtu Pengharapan mengandung keyakinan dan kepastian keselamatan Allah yang berkarya melampaui akal dan pengertian manusia, sehingga karya penebusan Kristus merangkum seluruh eksistensi kita manusia sepanjang abad tanpa terkecuali.

Jika secara tidak sengaja kita menyentuh bara api, maka secara refleks tangan kita akan bergerak menjauhi bara api itu. Itulah gerakan refleks yang dikaruniakan Allah kepada setiap manusia dalam menghadapi bahaya maupun serangan atas dirinya. Menjalani kehidupan di dalam masyarakat kita akhir-akhir ini, Kristen harus memperlengkapi diri dengan gerakan refleks yang lain, bukan sekadar menghindar dari bara api yang akan menyengat tangan namun juga mempertahankan diri agar tidak hangus terbakar api pergolakan zaman. Sebagai Kristen doa harus merupakan tindakan refleks untuk mempertahankan dan menyelamatkan keberadaan kita mengandalkan tangan Tuhan yang menolong.

Kintsukuroi adalah seni memperbaiki bejana/vas yang rusak dengan pernis dan bubuk emas. Kesenian ini berasal dari Jepang dan berawal ketika seorang penjunan melihat banyak vas yang bagus, tetapi pecah sehingga dianggap tidak berharga dan dibuang. Melihat hal itu, si penjunan mengumpulkan pecahan-pecahan tersebut dan diperbaikinya dengan menyatukan pecahannya. Menariknya, ia tidak menutupi kerusakannya. Ia justru menyatukannya dengan pernis dan bubuk emas sehingga menonjolkan bagian yang rusak dengan emas dan membuat bejana itu lebih indah dari sebelumnya.

Dari nats renungan ketiganya kita dapat melihat karya tangan Tuhan dalam memelihara orang yang mengandalkan Tuhan dalam hidupnya. Layaknya vas bunga yang pecah memiliki nilai yang berharga bila berada di tangan orang yang tepat. Manusia yang merupakan ciptaan Allah itu sendiri mengapa meragukan pekerjaan tangan Tuhan. Tuhan yang akan selalu menolong dan membawa kita tetap aman dan nyaman oleh karena kasihnya yang tak berkesudahan karena dia tau apa yang terbaik untuk hidupmu.

Apalagi yang kau inginkan ? Renungkanla dalam kesunyian sabtu pengharapan ini!!

JUMAT 29 MARET 2024, KHOTBAH MATIUS 27:45-56 (JUMAT AGUNG)

Invocatio :

“Yang walaupun dalam rupa Allah, tidak menganggap kesetaraan dengan Allah itu sebagai   milik yang harus dipertahankan (Filipi 2:6) “.

Bacaan :

Mazmur 22:12-22 ( Responsoria)

Tema :

Yesus Berseru lalu Menyerahkan Nyawa-Nya

 

 

I. Pendahuluan

Jumat Agung adalah sebuah peristiwa besar yang pernah terjadi di tengah-tengah dunia ini. Peristiwa Jumat Agung adalah peristiwa kematian Yesus kristus. Seorang teolog GW. Obermen mengatakan “Jumat Agung” disebut agung karena ada rahasia yang besar dalam penderitaan dan kematian Yesus sehubungan dengan kejahatan manusia. Dengan kata lain peristiwa Golgota adalah salah satu rahasia yang besar karena Anugerah Tuhan, keadilan Tuhan, kasih Tuhan, kekudusan Tuhan, kesetianNya dan hukuman Tuhan diperlihatkan kepada kita. Rahasia Tuhan tersembunyi melalui peristiwa Jumat Agung dan ini tidak bisa dilogikakan secara manusia, peristiwa kematian Yesus di kayu salib dianggap dunia sebagai kebodohan, tapi sebernarnya adalah hikmat Tuhan untuk menyelamatkan manusia yang percaya kepada Yesus (1 Korintus. 1:18, 21).

II. Isi

Kisah tentang penyaliban Yesus jika kita membacanya, sepintas terlihat sangat singkat. Tetapi sebenarnya jika kita membaca dalam injil synopsis sangat panjang. Khususnya dalam kitab Markus 15:25, diceritakan bahwa Yesus di paku di Kayu salib dimulai jam 9 pada pagi hari, lalu menyerahkan nyawaNya jam 3 sore. Jadi lamanya Yesus di atas kayu salib sampai ia meninggal ada 6 jam lamanya. Dan pada jam tiga berserulah Yesus dengan suara nyaring: “Eloi-Eloi lama Sabakhtani? artinya: Allahku, Allahku mengapa Engkau meninggalkan Aku? Apa maksud perkataan Yesus ini? Yesus tidak kecewa ditinggalkan oleh orang Israel dan tidak kecewa ditinggalkan murid-muridNya di puncak penderitaanNya. Tapi yang sangat dirasakan oleh Yesus ketika merasakan kemanusiaNya seperti ditinggalkan oleh Bapa-Nya. Kenapa, dan apa dasarnya ditinggalkan dan dibiarkan oleh Allah AnakNya sehingga merasakan kesengsaraan dan kesakitan? Dasarnya adalah, Yesus dipakukan di kayu salib untuk menebus dosa manusia. Dosa-dosa kita dibayar dengan penderitaan dan darahnya sampai mati. Yesus harus merasakan hukumanNya untuk menggantikan manusia yang seharusnya menjalaninya.

Dengan suara nyaring Yesus berseru: “Eli, Eli, lama sabakhtani”, Allahku…AllahKu mengapa Engkau meninggalkan Aku? Ini adalah kutipan dalam Mazmur 22 yang dengan sengaja dikutip oleh Yesus. Mazmur 22 berisi sebuah ratapan tentang seorang yang tidak bersalah namun mengalami penderitaan (ay.1-20). Orang yang berteriak, “Allahku, Allahku, megnapa Engkau meninggalkan Aku?” bukanlah orang yg ditinggalkan Allah karena dosanya atau menjadi musuh Allah. Mengutip Mazmur ini, Yesus sedang menempatkan diri sebgai pihak yang tidak bersalah namun menderita.

Seruan dalam Mazmur ini juga merupakan sebuah ungkapan hati dari orang yang menantikan Tuhan namun yang dinantikan tidak kunjung tiba, dan inilah yang dirasakan oleh Yesus; merasakan keterpisahan dengan BapaNya karena Yesus mengambil posisi orang berdosa di kayu salib (2 kor.5:21), Ia menggantikan posisi manusia berdosa sehingga Ia harus pengalami penghukuman.

Setelah Yesus berseru, seorang prajurit mengambil bunga karang, mencelupkannya ke dalam anggur asam, lalu mencucukkannya pada sebatang buluh dan memberi Yesus minum. Anggur asam ini biasanya berguna untuk mengurangi rasa sakit. Dan sekali lagi Yesus berseru, menurut Lukas 23:46 Yesus berkata: “O Bapa, ke dalam tanganMu kuserahkan Nyawaku”. Dan sesudah berkata demikian Ia menyerahkan nyawaNya. Dalam Yohanes 19:30 sebelum Yesus menyerahkan nyawaNya, Yesus berkata: “Sudah selesai”. Dalam bahasa Yunani: “Tetelestai”, satu kata seruan yg memperlihatkan kemenangan, seruan yg mengatakan maka tugasNya sudah digenapi setelah semua dilaluiNya dengan penuh pergumulan. Dengan kematian (secara manusia) sudah digenapiNya/diselesaikanNya pekerjaanNya untuk menebus dosa manusia.

Dan seketika itu juga, Tabir bait Suci terbelah dua dari atas sampai ke bawah artinya tidak ada tembok pembatas antara ruang yg maha kudus dengan ruang kudus. Tempat mempersembahkan persembahan yg biasa dilakukan setahun sekali untuk mempersembahkan persembahan sudah terbuka untuk semua orang. Tidak perlu lagi ada perantara oleh imam-imam tapi semua orang bisa datang menyembah berdasarkan iman kepada Yesus Kristus (Bdk.Ibr. 9:1-10:25). Dan Korban persembahan tidak lagi diperlukan sebab korban persembahan sejati adalah Yesus Kristus yang sudah jadi korban yang sempurna untuk selamanya. Demikian juga anak-anak Tuhan yang ingin berdoa tidak perlu lagi perantara imam tapi bisa berdoa sendiri langsng kepada Tuhan.

Dan selanjutnya setelah Yesus menyerahkan nyawaNya, terjadilah gempa bumi, bukit-bukit batu terbelah dan dan kuburan-kuburan terbuka dan banyak orang kudus yang telah meninggal bangkit. Artinya melalui peristiwa ini terlihat ada kuasa yang terjadi dari kematian Yesus kristus.

Perwira dan prajurit-prajurit Romawi yang menjaga Yesus menjadi sangat takut ketika melihat peristiwa itu, lalu mereka berkata, sungguh, Ia ini adalah Anak Allah. Tentunya ini sebuah pengakuan yang bertolak belakang dimana sebelumnya para perwira dan prajurit menghujat, mengolok-ngolok-olok dan membenci Yesus serta tidak percaya kepada Yesus tapi saat kematian Yesus, kebencian dan olok-olokan berubah menjadi pujian dan rasa kagum atas kuasa dari Yesus.

Ayat 55-57 banyak perempuan-perempuan yang menyaksikan peristiwa penyaliban Yesus artinya peristiwa itu memang benar-benar terjadi karena terdapat saksi yang menyaksikan kebenaran peristiwa tersebut.

Bacaan 1, Mazmur 22:12-22 mencerminkan refleksi umat atas pernyataan Allah di tengah-tengah kehidupan secara pribadi (ay.3). Mazmur ratapan berfungsi mengatasi konflik iman secara terkontrol agar tidak terjadi penyimpangan (ay.4). ketika kita membaca Mazmur 22 ini secara keseluruhan lebih cermat, maka kita akan menemukan penderitaan pemazmur yang kehilangan martabatnya sebagai manusia. Ia menderita secara batin dan fisik, ia mendapatkan sindiran dan merasakan ketakutan sebab merasa sudah berada diambang maut, akan menjadi mangsa yang tidak berdaya bagi lawan-lawannya (ay.12). pada situasi ini pemasmur menyampaikan doa permohonan yang dimulai dengan “Allahku, Allahku, mengapa Engkau meninggalkan aku?”. Pemasmur sedang menghadapi konflik antara penderitaannya dengan imannya kepada Tuhan, ia selalu berseru-sru kepada Tuhan siang dan malam tetapi Allah tidak kunjung menjawab. Ia membandingkan dirinya dengan nenek moyang mereka yang berseru dan Allah menjawab dan melepaskan mereka (ay.4-6). Namun demikian ia tetap percaya kepada Allah walaupun ia merasa ditinggalkan oleh Allah. Bagaimanapun beratnya penderitaannya tetap hanyalah Allah satu-satunya yang menajdi kekuatannya (ay.20b), bahwa imannya kepada Allah sedang menghadapi perjuangan.

Setelah menghadapi perjuangan iman yang berat, akhirnya Allah mendengarkan doanya. Imannya mengalahkan penderitaan yang berat itu. Ia membayar nazarnya dan mengundang orang-orang yang takut akan Allah untuk memuji Allah. Karya keselamatan yang dikerjakan oleh Allah itu akan terus dikabarkan dari generasi ke generasi, bahkan seluruh bangsa-bangsa akan sujud menyembah dihadapanNya. Mazmur ini disebut juga “Mazmur salib” karena melukiskan beratnya penderitaan kristus. Beberapa kutipan ayat dalam Mazmur ini yang menggambarkan penderitaan kristus: “Allahku, Allahku, mengapa Engkau meniggalkan aku?” Mereka menusuk tangan dan kakiku, mereka membagi-bagikan pakaianku…membuang jubahku (ay.19)”.

Melalui Masmur ini kita melihat Allah berdaulat dan berkuasa penuh atas kehidupan ini. Walaupun awalnnya pemasmur mempertanyakan kehadiran Allah dalam penderitaannya yang berat itu, namun imannya tidak goyah diterjang beratnya penderitaan. Ia berjuang dengan iman sehingga tetap memiliki pengaharapan bukan keputusasaan. Iman yang teguh itu diperhitungkan Allah untuk dibernarkan. Dengan iman seperti itu, membentuk dan memelihara relasi yang intim dengan Allah yang memiliki kuasa yang membesarkan. Masmur 22 ini termasuk Mazmur yang ditulis pada masa pembuangan dan lenbih tepatnya pada masa kerajaan, sesuai dengan gambaran yang mengarah pada raja Daud sendiri (ay.2). Dalam pembagian dan kelompok Masmur, maka Mazmur 22 ini termasuk dalam kelompok Mazmur ratapan pribadi (ay.3), ratapan raja Daud untuk dirinya sendiri dan mewakili umat (ay.8)

Invocatio, Rasul Paulus menjelaskan bahwa Tuhan Yesus memiliki status sebagai Allah, tetapi justru merendahkan dirinya dan menjadi manusia. Ia meninggalkan kemulianNya di surga itulah bukti kerendahan hatiNya. Kerendahan hati memerlukan pengorbanan yaitu bagaimana Ia rela untuk mengosongkan diriNya. Tuhan Yesus bersedia merendahkan diriNya sedemikian rupa, meninggalkan semuanya mengambil status sebagai seorang manusia agar Ia dapat bersama-sama dengan mereka dan kemudian meninggikan mereka. Inilah kerendahan hati yang dapat mengubah hidup seseorang. Selain itu, teladan Yesus memberikan sebuah pengajaran berharga, yaitu kerendahan hati harus diikuti dengan ketaatan dan kepatuhan kepada kehendak Bapa.

III. Penutup

Tema Jumat Agung: “Yesus berseru lalu Menyerahkan nyawa-Nya”. Beberapa hal yang menjadi perenungan bagi kita:

  1. Kesengsaraan dan kematian Yesus memperlihatkan bahwa apa yang harus dirasakan manusia berdosa tapi semuanya telah digantikan oleh Tuhan Yesus tujuanya adalah supaya semua orang yang percaya kepadaNya mendapatkan keselamatan.
  2. Kematian Yesus adalah bukti kasihNya untuk memperdamaikan hidup kita dengan Allah sehingga kita memperoleh jalan perdamaian.
  3. Keselamatan yang sudah diberikan Yesus Kristus kepada kita melalui kematian Yesus Kristus perlu kita syukuri dan harus diperlihatkan melalui kehidupan sehari-hari dengan hidup menjadi teladan seperti kehidupan Yesus sebagai hamba yang tekun menanggung semua penderitaan, mau berkorban dan patuh kepada Bapa sampai mati, sehingga mendapatkan kemulian dari Allah.
  4. Kesengsaraan dan penderitaan Yesus menjadi motivasi bagi kita untuk melewati semua pergumulan dalam kehidupan dan bila kita berserah maka Tuhan menjadi penolong bagi kita.

KAMIS 28 MARET 2024, KHOTBAH ROMA 13:8-14 (KAMIS SI BADIA)

Invocatio : Kuan-kuanen 22:4

Ogen : 1 Samuel 25 : 39-42

Thema :

Ncidahken Biak Jesus Kristus I Bas Nggeluh/Menunjukan Karakter Yesus Kristus dalam hidup

 

I. Pendahuluan

Kamis Putih dalam bahasa Karo adalah Kamis Si Badia. Dimana kita ketahui bersama bahwa Kamis Si Badia ini adalah peristiwa yang memiliki banyak makna yang sangat memberikan arti tentang pelayanan yang hidup dalam tingkah laku pelayan. Kamis Putih secara tradisional dan menyejarah dapat mengenangkan kita pada peristiwa-peristiwa di mana Yesus mendekati masa-masa kematian-Nya. Peristiwa-peristiwa yang sangat kaya makna dan penting. Ini adalah pengenangan pada perempuan yang meminyaki Yesus dengan parfum dari buli-buli dan mengusapnya dengan rambutnya. Ini juga pengenangan akan perjamuan malam yang dilakukan Yesus, dimana untuk terakhir kalinya Yesus berbagi roti Paskah dengan para murid. Ini adalah tanda dari keteladanan Yesus yang mereka semua pengikutnya menyebutnya "pelayan". dan ini juga pengenangan akan pengkianatan yang dilakukan Petrus dan juga Yudas.

Disamping itu semua yang sangat terkenang dan kita juga di GBKP sudah ramai melakukannya di Kamis Putuh adalah “Pembasuhan Kaki” ini adalah tindakan Yesus yang merupakan tindakan simbolis yang menyimbolkan penyerahan diri, pembersihan, pengampunan, pembaharuan, kemuridan dan ibadah. Penyerahan diri yang dimaksudkan adalah penyerahan diri Yesus dalam kematian untuk "menebus dosa"/"membersihkan" orang lain. Pembasuhan kaki yang Yesus lakukan juga menyimbolkan kerendahan hati dan keinginan untuk menjadi "hamba" yang mau melayani orang yang hina sekalipun.

Sehingga bisa kita lihat pembasuhan kaki ini dilakukan oleh Yesus yang adalah Guru kepada murid-muridnya. Yesus melakukan pekerjaan yang seharusnya tidak layak dilakukan oleh seorang Guru. Membasuh kaki ini menyimbolkan suatu teladan untuk merendahkan diri dan melayani. Yesus melakukan pekerjaan yang seharusnya tidak dilakukan oleh seorang Guru kepada murid-Nya. Membasuh kaki ini menyimbolkan suatu teladan untuk merendahkan diri dan melayani.

Pembasuhan kaki terdapat dalam Injil Yohanes dan tidak terdapat dalam Injil sinoptik (MatiusMarkus, dan Lukas) lainnya. Kaki adalah bagian yang kotor dalam tubuh manusia. Kaki manusia menginjak debu tanah. Kegiatan membasuh kaki adalah hal yang sudah biasa dilakukan oleh orang Yahudi pada zaman Yesus. Proses pembasuhan kaki itu biasanya dilakukan oleh bawahan terhadap atasan. Dalam dunia Yunani, pembasuhan kaki adalah hal yang hina, yang biasa dilakukan oleh budak.

Teladan ini yang diberikan Yesus untuk kita orang percaya agar dunia bisa melihat bahwa pengikut Kristus memiliki sikap mau berkorban dan mampu memartabatkan manusia. Sehingga ketika orang lain melihat kita mereka juga melihat bagaimana Karakter Kristus yang ada dalam diri kita. Dan untuk memahami bagaimana cara kita untuk bisa menunjukan karakter Kristus dalam kehidupan kita mari kita gali bersama kebenaran firman Tuhan.

II. Isi

Roma 13:8-14 secara garis besar menegaskan bagaimana kita sebagai orang percaya harus meneladani Kristus yang selalu mengutamakan Kasih, dan melakukan segala sesutu dengan kasih yang tulus, sehingga kita sebagai orang percaya sangat terkenal dengan Kasih yang sudah seharusnya itu jadi fasihion kita. Paulus dalam suratnya menekankan bahwa janganlah kamu berhutang kepada siapapun maksutnya ialah jika kita sudah mampu membayarnya jangan dilama-lamakan, dan kita harus memberikan apa yang menjadi hak orang lain.

Paulus menyuarakan bahwa sebagai orang percaya harus saling mengasihi, dan kegiatan ini sebaiknya selalu ada dalam hati kita, bahkan harus selalu dibayar, walupun sudah di bayar tetap saja kita selalu punya utang kasih kepada siapa, untuk memberikan kasih tanpa batas. Karena kasih adalah utang, kasih diperintahkan kepada kita sebagai asas dan intisari dari semua kewajiban yang membuat kita berhutang satu dengan yang lain. Kasih memenuhi hukum taurat karena dalam kasih terdapat semua kewajiban dari loh batu. Kasih adalah keindahan dan keselarasan, karena mengasihi dan dikasihi merupakan segenap kesenangan, sukacita, dan kebahagiaan mahkluk yang berakal. Allah adalah kasih dan Kasih adalah gambaranNya di dalam jiwa. Dan kasih adalah dasar untuk melakukan pelayanan/pekerjaan yang mulia.

Orang yang sudah menerima kasih Kristus tentu padanya ada hakikat kasih persaudaraan, maka ia akan digerakkan dan dipimpin oleh asas kasih sehingga ia tidak akan berbuat jahat, bahkan merencanakanpun tidak pernah, karena kasih bertentangan dengan perbuatan merugikan, menyingung, atau menyakiti siapapun, dan tindakan kasih mencakup isi hukum taurat. Sehingga ditekankan paulus untuk jemaat Roma ketika kita mengasihi harus seperti untuk diri kita sendiri. Kasih tidak mementingkan dirinya sendiri, tetapi memperdulikan orang lain, kasih juga menjaga hubungan manusia dengan Tuhan dan sesamanya sehingga bisa dikatakan ketika kita mengasihi maka kita sudah mendemonstrasikan kekudusan sebagai lawan dari kejahatan.

Paulus menekankan hanya ada dua kemungkinan hidup: malam dan siang atau kegelapan atau terang. Orang yang sudah hidup dalam kasih Allah maka wajib meninggalkan prilaku malam yaitu: Kemabukan, pesta pora, dosa seksual, perselisihan, iri hati, dan kedagingan lainya. Kita harus mengenakan Yesus, hidup dalam terang, yaitu: Hidup sopan dan kudus. Ini mengacu kepada penegasan pengikut Kristus tidak bisa setengah-setengah/abu-abu, Pengikut Kristus harus menangalkan kegelapan dan hidup dalam terang karena orang Kristen sudah hidup dalam suasana baru dimana Kristus yang memerintah kita, semua atribut kegelapan dilepaskan dan kita mengadopsi karakter dan nilai-nilai-Nya, karena dengan kita mengenakan-Nya kita mampu untuk menolak keinginan daging dari kehidupan lama kita. Sehingga orang bisa melihat bahwa Kristus yang ada dalam kita.

Karakter yang digambarkan melalui bahan khotbah kita mengacu kepada orang yang takut akan Tuhan yang terlihat dari kerendahan hatinya dalam menjalani kehidupannya, sehingga Tuhan juga akan bertindak pada hidupnya, orang yang setia, patuh dan memberikan hidupnya pada Tuhan maka kekayaan, kehormatan, dan kehidupan akan di berikan Tuhan padanya (Invocatio). orang yang takut akan Tuhan akan mengutamakan kasih dan melakukan segala sesuatunya dengan kerendahan hati yang tulus.

Demikian halnya bisa kita belajar dari bacaan kita hari ini Abigael yang baru saja mengelami kedukaan karena ditingalakan oleh suaminya, karena Daud mengingat bagaimana kasih kebaikannya, ketika Daud berniat untuk mencari keadilan padanya dengan bermaksut adanya pertumpahan darah tetapi untuk melindungi Nabal, dan mencegah kerusuhan, maka Abigail dengan bijak bisa berkata-kata dan meredakan amarah Daud, sehingga tidak terjadi pertumpahan darah.

Sehingga ketika Daud mendengar pristiwa kematian Nabal, maka ia membalas kasih yang sudah diberikan Abigai, yaitu : ”mengingatkan Daut dengan bersujud tidak berbuat jahat dan menghakimi sepihak (32-33)” sehingga ia menyuruh orang untuk membawa Abiagel untuk menjadi istrinya, dan Abigael dengan kerendahan hati ayat 41 menerima permintaan tersebut.

III. Refleksi Teologis  

Kasih adalah dasar dari segala sesuatunya, dan buah dari iman kita. karena kasih sehingga Allah memberikan anakNya untuk kita, karena kasih kita sudah kembali berdamai kepada Dia sang Khalik. Kamis Si Badia juga kembali mengingatkan akan apa arti kasih yang tulus dimana seorang Guru/Teladan/Panutan/Pengajar/Bapa mau merendahkan hati bahkan dirinya untuk membasuh kaki muritnya, orang yang lebih kecil darinya menurut duniawi ini, ini dilakukanya untuk kita teladani yang menekankan kepada kita bahwa kasih itu lebih besar daripada harga diri dan kasih itu mampu memecahkan tradisi yang mungkin sulit untuk diterimasa secara duniawi, tetapi itulah kasih Allah diluar kemampuan pikiran manusia. Oleh sebab itu hiduplah dalam kasih jangan selalu kekeh akan tradisi adat yang mungkin melunturkan esensi dari kasih Kristus yang seharusnya kita tunjukan dalam laku kita.

Kasih dalam bahan khotbah kita sebagai gaya hidup orang Kristen dimana kita diminta untuk selalu menebar kasih, dikarenakan sudah menjadi hutang kita sebagai orang percaya untuk selalu mengasihi dan melakukan kebaikan, karena kita sudah menggalkan kehidupan lama dan sudah di baharui oleh kehidupan yang baru, yang dalamnya sudah tidak ada lagi kedagingan tetapi Kristus yang menguasai, yang tentunya bisa terjadi karena kita sudah menerima Kristus sebagai Tuhan dan menerima kasih-Nya yang luar biasa atas kehidupan kita.

Tandanya kita menerima IA makan kita sudah sewajibnya bersikap takut, dan patuh kepada Dia sehingga Dia yang selalu memberikan kekuatan untuk kita mampu menunjukan karakter Kristus dalam kehidupan kita, setiap harinya.

Dalam bacaan kita, jika kita membaca nats tersebut secara keseluruhan kita bisa banyak belajar mengenai kasih :

  1. Kasih itu tidak egois dan mau berbagi, hal ini yang tidak dilakukan oleh Nabal dan dampaknya untuk dirinya pada waktunya. Dimana Daud menyuruh utusannya untuk meminta bagian dari apa yang sudah di miliki Nabal untuk dibagi-bagikan, tetapi Nabal tidak mengindahkannya, padahal selama ini ia selalu dilindungi, sudah seharusnya ia memberikan tetapi ia tidak mau memberikannya, sehingga timbul amarah pada Daud dan merencanakan yang tidak baik.
  2. Kasih itu Berhikmat dan mau berkorban, ini dapat kita lihat dari sikap Abigail yang memiliki pemikiran cerdas Karena dia sudah tahu akan apa yang ingin dilakukan oleh Daud untuk suaminya Nabal, sehingga ia dengan cekatan mengumpulkan 200 roti, 2 buyung anggur, lima domba yang sudah di olah, 5 sakut bertih gandum, 100 buah kue kismis, 200 kue ara, dumuatnya di atas keledai. Dan dia pun menemui Daud di perjalanan Ia langsung bersujud dan meminta agar ia yang dihukum, dan banyak memberikan pertimbangan yang ia berikan, sehingga Daud pun sadar bahwa bukan haknya untuk membalaskan kejahatan dan bertindak sendiri dalam mencari keadilan, karena kasih yang tulus kita diarahkan ke arah ketenangan dan mengambil keputusan yang tepat.
  3. Kasih mengajarkan kepada kita bahwa kita tidak memiliki hak untuk menghakimi dan bertindak sendiri. Untuk apapun dalam kehidupan kita harus kita utamakan kasih, dan untuk menimbang segalanya gunakan kasih yang benar, jika masih bisa selesaikan dengan baik, tanpa ada amarah, lihat Yesus ketika dihadapkan dengan masalah apapun, Ia selalu tenang dan damai.
  4. Kasih menghantarkan kita kepada kedamaiaan, jika kita melakukan sesuatu hal dengan ketulusan, mungkin bukan lagsung pada saat itu kita mendapat balasannya, tetapi ada waktunya pasti akan kita rasakan, seperti Abigail karena kasih tulusnya ia diangkat untuk bergabung dalam kehidupan Daud.

“Lakukanlah kasih, walaupun yang kau kasihi selalu membalas dengan kepahitan, lakukanlah terus sampai ia merasa bosan untuk membalaskan kasihmu itu dengan kepahitan. Karena orang yang selalu menabur kasih adalah orang yang sudah siap terluka dan ia sudah punya banyak stok cinta kasih karena jika anda tidak punya stok cinta dari Kristus, anda akan susah untuk mengasihi”.

Selamat menunjukan Karakter Kasih Kristus di dalam kehudupan kita.

 

Vic. Stevent Brakasipa Brahmana S.Th

Info Kontak

GBKP Klasis Bekasi - Denpasar
Jl. Jatiwaringin raya No. 45/88
Pondok Gede - Bekasi
Indonesia

Phone:
(021-9898xxxxx)

Mediate

GBKP-KBD