• WhatsApp Image 2022 02 11 at 11.07.57

  • 20170204 143352
  • 1 peresmian rumah dinas surabaya
  • WhatsApp Image 2022 02 11 at 11.07.58
  • pencanangan tahun gereja bks dps
  • WhatsApp Image 2022 02 11 at 11.07.57 1
  • BPMK GBKP KLASIS BEKASI DENPASAR PERIODE 2020-2025
  • PERESMIAN RUMAH PKPW GBKP RUNGGUN SURABAYA

Jadwal Kegiatan

Kunjungan Moderamen GBKP ke GBKP Klasis Bekasi-Denpasar

Minggu 14 Mei 2017:

1. GBKP Runggun Bandung Pusat

2. GBKP Runggun Bandung Timur

3. GBKP Runggun Bandung Barat

4. GBKP Runggun Bekasi

5. GBKP Runggun Sitelusada

MINGGU 24 MARET 2024, KHOTBAH MARKUS 11:1-11 (MINGGU PASSION VII)

Invocatio :

“Kemudian dari pada itu aku melihat: sesungguhnya, suatu kumpulan besar orang banyak yang tidak dapat terhitung banyaknya, dari segala bangsa dan suku dan kaum dan bahasa, berdiri di hadapan tahta dan di hadapan Anak Domba, memakai jubah putih dan memegang daun-daun palem di tangan mereka” (Wahyu 7 : 9).

Bacaan :

Yehezkiel 44 : 1 – 3 (Responsoria)

Tema :

“Sorak-Sorak Meriah Menyambut Yesus” (Surak-surak si Meriah Ngalo-ngalo Jesus)

 

Pendahuluan

Saudara-saudari yang terkasih, kerap dan acap bagi kita melihat serta mendengar sorak-sorai gembira, tempik sorak membahana orang banyak. Hal itu kita dapati dan temui saat ada kunjungan pejabat, orang terhormat, atlit hebat, para artis, selebritis, influencer dan yang lainnya. Atau saat ada pesta meriah seperti kerja tahun, konser musik, pertandingan olahraga, kampanye PEMILU baru-baru ini, sosialisasi, seminar dll. Tuhan Yesus pernah mendapatkan sambutan hebat dan sorak-sorak gembira yang luar biasa. Hal itu terjadi dalam perjalanan Yesus menuju Yerusalem. Orang banyak menyambutNya dengan sorak-sorai bergembira terlepas apakah motivasi mereka tepat atau keliru. Di Minggu Passion VII/ terakhir ini, mari kita menyambut Tuhan Yesus dengan sorak-sorai gembira yang benar. Bagaimanakah menyambut Tuhan Yesus dengan sorak-sorai gembira yang benar?

ISI

Yesus memasuki Yerusalem dan orang banyak mengikuti dan menyambut-Nya dengan sangat meriah (Markus 11:1-11)

Dalam ketaatan-Nya kepada Bapa-Nya di sorga, Yesus pergi menuju Yerusalem tempat Dia akan ditangkap, divonis mati lalu disalipkan. Dia tetap pergi kesana sekalipun maut menanti. Yesus datang kesana dengan mengendarai keledai muda yang adalah lambang kerendahan hati. Ia datang dengan kesederhaan dengan menunggang keledai. Ia tidak menunggang kuda lambang kekuatan dan kekuasaan. Orang banyak mengikuti Yesus menuju Yerusalem. Mereka menyambut Yesus yang datang dengan sorak-sorai dan sangat meriah. Hal itu terlihat dengan membuka pakaian mereka dan meletakkannya di jalan yang dilalui Yesus. Ada juga yang meletakkan ranting-ranting hijau di jalanan. Ada banyak orang di belakang Yesus dan di depan-Nya. Mereka berseru dan berkata, “Hosana! Diberkatilah Dia yang datang dalam nama Tuhan, diberkatilah Kerajaan yang datang, Kerajaan bapak kita Daud, hosanna di tempat yang maha tinggi!” Ucapan dan seruan ‘hosana’ ini diambil dari Mazmur 118:25, 26 yang isinya meminta TUHAN agar menyelamatkan mereka dan memberikan kemenangan. Kita tahu saat itu orang atau bangsa Yahudi sedang dijajah kerajaan Romawi. Mereka sangat mengharapkan agar bisa bebas dan lepas dari Romawi. Terlebih lagi kedatangan Yesus ke Yerusalem menjelang hari raya Paskah Yahudi. Saat-saat peringatan dan perayaan Paskah, kerinduan orang Yahudi mendapatkan kelepasan dan kemerdekaan dari penjajah lebih terasa dan menggelora. Ternyata motivasi mereka menyambut dan mengikut Yesus mau menjadikan mereka sebagai mesias politik. Supaya Yesus melepaskan mereka dari penjajahan kerajaan Romawi. Mereka tidak bisa menangkap simbol yang dipakai Yesus dengan menunggang keledai.        

Mengikut Yesus haruslah dengan motivasi yang benar. Motivasi kita perlu dimurnikan dalam mengikut Yesus. Bukan untuk hidup duniawi saja tetapi terlebih untuk jiwani dan rohani kita. Bukan untuk hidup sekarang saja, tetapi terlebih untuk hidup yang akan datang, setelah meniggalkan dunia ini. Mengikut Yesus untuk mengubah hati dan pikiran kita. Mengikut Yesus supaya hidup kita berkenan bagi Allah dan sesama.

Penglihatan nabi Yehezkiel dan rasul Yohanes (Yehezkiel 44:1-3; Wahyu 7:9)

Dalam bacaan dan invocation kita menjumpai 2 penglihatan. Pertama, penglihatan Yehezkiel. Yehezkiel 44:1-3 ada dalam bagian Yehezkiel 40-48 prihal penglihatan tentang akhir zaman. Nabi Yehezkiel menerima penglihatan pertamanya pada usia 30 tahun, ketika ia akan memulai pelayanan keimamannya sebelum pembuangan (1:1). Sekarang 20 tahun kemudian atau pada usia ke 50 tahun di pembuangan Babel, Yehezkiel mendapatkan penglihatan terakhirnya prihal kembalinya bangsa Israel dari pembuangen serta pemulihan mereka secara penuh. Dalam penglihatannya, Yehezkiel melihat pintu-pintu gerbang dan pelataran-pelataran Bait Suci yang baru. Khusus Yeh. 44:1-3, dia melihat pintu gerbang timur yang tertutup. Dalam penglihatannya, penuntun Yehezkiel membawanya kembali ke pintu gerbang luar Bait yang menghadap ke timur. Pintu gerbang timur ini ditutup setelah kemuliaan YHWH masuk ke Bait Allah melalui pintu timur ini. Pintu ini harus tetap tertutup oleh karena TUHAN sudah masuk. Tidak boleh seorangpun masuk setelah TUHAN, Allah Israel masuk melaluinya (ayat 1-2). Sebuah tempat yang telah dijamah oleh YHWH menjadi teramat suci bagi kaki manusia biasa. Hanya raja saja yang boleh datang mendekat ke pintu gerbang timur tetapi tidak boleh melaluinya sebab raja disebut TUHAN sebagai “hambaKu Daud (34:23-24). Raja boleh duduk dan makan di depan pintu gerbang itu pada hari-hari raya (ayat 3). Kedua, penglihatan Rasul Yohanes yang dibuang ke pulau Patmos. Yohanes melihat kumpulan besar orang yang tidak dapat terhitung banyaknya. Mereka itu datang dari segala bangsa, suku, kaum dan bahasa. Orang-orang dari seluruh pelosok dan penjuru dunia datang menyembah, memuja serta memuji Allah dan Tuhan Yesus. Walau tidak terhitung banyaknya, tetapi Yohanes dapat mengenali keberagaman mereka. Ini mengatakan bahwa di dalam Kerajaan Allah, manusia tidaklah kehilangan kualitas khas/ tertentu mereka. Gereja universal memelihara kesatuan, saat yang bersamaan juga memelihara keanekaragaman yang besar yang ada. Kumpulan persekutuan gereja itu berdiri di hadapan tahta dan di hadapan Yesus, Sang Anak Domba. Ini mengingatkan bahwa Gereja harus fokus kepada Allah dan kepada Yesus Juruselamat. Orang percaya yang setia itu memakai jubah putih artinya hidup kudus, mereka memegang daun-daun palm. Melambaikan daun palm artinya menyatakan kemenangan dan sukacita baik di budaya Romawi, Yunani juga Yahudi (Im. 2340; Maz. 92:12; Yoh. 12:13). Orang Kristen secara bersama-sama juga bersorak pujian kepada Allah dan Yesus Kristus, bersyukur atas keselamatan yang telah dianugerahkan. Allah yang berkehendak agar manusia diselamatkan lalu mengadakan keselamatan itu; dan Kristus sebagai Anak Domba sang korban adalah keselamatan itu sendiri. Kristus yang melepaskan manusia dari dosa, bahaya, penganiayaan dan kematian.      

Penglihatan Yezehkiel dan Yohanes sudah jelas dan terang benderang bagi kita Gerja saat ini. Kemuliaan Allah yang juga disebut sebagai kehadiranNya telah nyata di dalam dan melalui Tuhan Yesus Kristus. Yesus Kristus sudah datang dan membawa kita memasuki persekutuanbaru denganNya. Segala bangsa, suku, ras dan bahasa di muka bumi ini telah datang ke tahta kasih karunia dengan mengaku serta menerima Yesus Kristus sebagai Tuhan dan Juruselamatnya. Milyaran manusia dari semua mata angin telah berdiri dan mengikut Tuhan Yesus. Biarlah Gereja yang kudus, satu dan Am ini tetap hidup murni dan suci, hidup berkenan di hadapan Allah dan Kristus. Biarlah semua orang percaya tetap dan terus bersorak-sorak dengan gembira sambil memegang dan melambaikan daun palm menyatakan kemenangan iman serta sukacitanya di dalam kasih dan anugerah Allah dan Tuhan Yesus.  

Tema: “Sorak-Sorai Meriah Menyambut Yesus”

Sudah sepatutnya kita semua orang percaya bersukacita, bergembira dan bersorak-sorai meriah di Minggu passion terakhir atau Minggu Palmarum ini. Minggu Passion bukanlah harus dimaknai dengan kesedihan. Merenungkan penderitaan Kristus serta memaknainya bagi kita ya; bersedih dan meratapinya, tentu tidak. Sekalipun kita mengenang penderitaan Kristus tetapi kita bisa bersukacita. Kita bersukacita bukan karena Yesus menderita. Kita bukan bersukacita di atas derita Kristus, tetapi kita bersukacita karena penderitaanNya dalam rangka kasihNya, penebusanNya dan penyelamatanNya bagi kita manusia yang berdosa. Karenanya tidak aneh dan heran bila gereja dihias dengan daun-daun palm dan hal lainnya dalam rangka memeriahkan Minggu Palmarum.        

Kita menyambut Yesus dengan sorak-sorai meriah dengan mengimani bahwa Yesus adalah Tuhan, Mesias Juruselamat rohani kita. Kita menyambut Dia dengan sorak-sorai meriah bukan karena hal-hal duniawi saja. “Jikalau kita hanya dalam hidup ini saja menaruh pengharapan pada Kristus, maka kita adalah orang-orang paling malang dari semua manusia” (1 Kor. 15:19). Kita menyambut dan menempatkan Kristus sebagaimana mestinya, bahwa Dialah empunya kerajaan, dan kuasa dan kemuliaan kekal selama-lamanya. Dia yang adalah Tuhan, Allah yang perkasa dan maha kuasa, tetapi Dia telah datang dengan keserhanaan dan kerendahan hati. Karena itulah sudah seyogianya kita menyambut Dia dengan sorak-sorai meriah.    

Penutup/ kesimpulan

  • Kita telah sampai ke Minggu Passion VII terakhir disebut juga Minggu Palmarum. Selanjutnya kita akan memasuki rangkaian ibadah pra Paskah yang dimulai dengan Kamis Putih, Jumat Agung, Sabtu Pengharapan dan Paskah. Seperti Tuhan Yesus taat dan setia sampai akhir marilah kita tetap taat dan setia mengikut Tuhan Yesus.
  • Marilah kita menyambut Tuhan Yesus dengan sorak-sorai meriah dengan pikiran, perkataan dan perbuatan kita yang benar dan tulus (yang dilambangkan dengan pakaian putih). Sorak-sorai meriah kita bukan rutinitas saja, bukan formalitas belaka, juga bukan seremonial saja. Sorak-sorai meriah kita melebihi tim sorak. Sorak-sorai meriah kita lahir dan timbul dari dalam hati yang percaya dan mengasihi Yesus.
  • Kita sorak-sorai meriah menyambut Yesus Kristus juga dengan hidup sederhana/ ugahari serta rendah hati. Sorak sorai meriah tidak harus dengan wah, hah yang justru menunjukkan tinggi hati dan sombong. Sorak-sorai meriah terutama dengan hati tulus dan motivasi yang benar. Sorak-sorai meriah yang salah terlihat pada orang Yahudi pada umumnya. Mereka yang bersorak, “hosanna”, tetapi kemudian mereka juga yang kemudian berseru, “Salibkan Dia.” Sorak-sorai meriah yang benar ditujukkan oleh orang-orang yang beriman dan setia dalam penglihatan Yohanes (Why. 7:10).

Pdt. Juris Tarigan, MTh; GBKP RG Bogor

MINGGU 17 MARET 2024, KHOTBAH IBRANI 5:7-10 (MINGGU PASSION VI)

Invocatio :

Ulangan 32:36

Ogen :

Mikha 7:7-9

T e m a :

Erpengendes Man Dibata Ibas Kiniseran/Berserah Kepada Allah dalam Penderitaan

 

I. Teks Invocatio: Ulangan 32:36

Sebab TUHAN akan memberi keadilan kepada umat-Nya, dan akan merasa sayang kepada hamba-hamba-Nya; apabila dilihat-Nya, bahwa kekuatan mereka sudah lenyap, dan baik hamba maupun orang merdeka sudah tiada.

I.1. Penjelasan teks Invocatio:

Allah akan menjatuhkan musuh-musuh Israel dan mengasihi umat-Nya sendiri, meskipun Israel telah membangkitkan murka-Nya, TUHAN akan memberi keadilan kepada umat-Nya. Artinya, Tuhan akan memberi keadilan kepada mereka melawan musuh-musuh mereka, membela perkara mereka, dan mematahkan kuk penindasan yang di bawahnya mereka sudah lama mengerang, sebab Ia merasa sayang kepada hamba-hamba-Nya. Ia tidak mengubah pikiran-Nya, tetapi mengubah jalan-Nya, dan berperang bagi mereka, sama seperti Ia telah berperang melawan mereka, apabila dilihat-Nya, bahwa kekuatan mereka sudah lenyap.

I.2. Ide Sentral Teks (IST) Invocatio:

Allah akan menyatakan kemurahan hatiNya karena kelemahan umatNya. IA memelihara Israel, umat kesayanganNya.

 

II. Teks Ogen : Mikha 7:7-9

Pengharapan baru bagi Sion

7:7 Tetapi aku ini akan menunggu-nunggu TUHAN, akan mengharapkan Allah yang menyelamatkan aku; Allahku akan mendengarkan aku!

7:8 Janganlah bersukacita atas aku, hai musuhku! Sekalipun aku jatuh, aku akan bangun pula, sekalipun aku duduk dalam gelap, TUHAN akan menjadi terangku.

7:9 Aku akan memikul kemarahan TUHAN, sebab aku telah berdosa kepada-Nya, sampai Ia memperjuangkan perkaraku dan memberi keadilan kepadaku, membawa aku ke dalam terang,  sehingga aku mengalami keadilan-Nya.

II.1. Penjelasan Teks Ogen:

Konteks Kitab Mikha, Israel berada dalam kondisi kemerosotan akhlak yang sangat parah.

1). Orang benar sulit ditemukan ditengah-tengah Israel.

Begitu sulit menemukan orang benar sampai diumpamakan seperti sulitnya mencari buah saat musim panen sudah berlalu (ayat 1).

Kebohongan dan tipu daya sudah menjadi gaya hidup umat Allah, orang yang memiliki integritas dan hati yang tulus hampir musnah (ayat 2).

2). Kejahatan merajalela di mana-mana.

Para penegak hukum, penguasa, dan hakim bekerja sama untuk keuntungan pribadi (ayat 3).

Rakyat yang mengalami kejahatan tidak lagi mempunyai harapan untuk mendapatkan keadilan dan keamanan.

3). Teman dekat tidak lagi dapat dipercaya, bahkan istri atau suami sendiri pun tidak bisa saling percaya lagi (ayat 5). Hubungan keluarga rusak, penuh kebencian dan permusuhan di antara anggota keluarga (ayat 6).

Dalam kondisi yang demikian parah, Mikha menjadi teladan yang luar biasa dalam iman.

Mikha tidak mengeluh dan putus asa. Mikha tidak pesimis dan kehilangan pengharapan dalam hidup. Mikha justru berseru kepada Allah. Dia percaya dan berharap penuh kepada Allah (ayat 7).

Kaum sisa yang benar di Yehuda sedang menghadapi hari-hari gelap karena hukuman Allah atas dosa-dosa bangsa itu; akan tetapi, Mikha tetap memberitakan kata-kata pengharapan yang membangkitkan iman bagi mereka dan memandang lebih jauh dari kemenangan sementara musuh-musuh mereka kepada hari pemulihan mereka yang mulia oleh Allah.

Kalimat: "Aku akan bangun pula" adalah suatu pernyataan iman yang setaraf dengan pernyataan iman Ayub (Ayat 8)

Ada 2 macam orang berdosa. Pertama, orang yang berdosa namun tidak mau menyadari keberdosaannya dan tidak mau berbalik kepada Allah. Kedua, orang berdosa yang menyadari keberdosaannya dan mau berbalik kepada Allah. Bangsa Israel adalah orang berdosa jenis pertama, sedangkan Mikha adalah orang berdosa jenis yang kedua. Mikha sadar bahwa ia patut menerima kemarahan Tuhan (Ayat 9)

II.2. Ide Sentral Teks (IST) Ogen:

Allah adalah Penyelamat dan terang yang memberi keadilan.

III. Teks Khotbah  : Ibrani 5:7-10

5:7 Dalam hidup-Nya sebagai manusia, Ia telah mempersembahkan doa dan permohonan dengan ratap tangis dan keluhan kepada Dia, yang sanggup menyelamatkan-Nya dari maut, dan karena kesalehan-Nya Ia telah didengarkan.

5:8 Dan sekalipun Ia adalah Anak, Ia telah belajar menjadi taat dari apa yang telah diderita-Nya,  5:9 dan sesudah Ia mencapai kesempurnaan-Nya, Ia menjadi pokok keselamatan yang abadi bagi semua orang yang taat kepada-Nya,

5:10 dan Ia dipanggil menjadi Imam Besar oleh Allah, menurut peraturan Melkisedek.

III.1. Penjelasan teks Khotbah:

Penulis kitab Ibrani menjelaskan bahwa Kristus adalah Imam Besar kita untuk selamanya, yang senantiasa menjadi Pengantara kita di hadapan takhta Allah (7:25). Sebagai Allah yang menjelma menjadi manusia, hanya Dia yang dapat menggantikan tempat kita dan mempersembahkan diri-Nya sebagai kurban untuk menghapus dosa "satu kali untuk selama-lamanya" (10:10). Tak seorang pun dapat mengambil "kehormatan itu bagi dirinya sendiri" (5:4).

Yesus mendisiplinkan diri-Nya untuk belajar taat selama hidup di bumi. Sekalipun status-Nya "Anak Allah" (5:8) dan Bapa-Nya sanggup menyelamatkan-Nya dari maut (5:7), semua hak istimewa itu Dia lupakan. Dia menolak diperlakukan khusus. Bukannya menempuh jalan aman dan nyaman, Dia justru memilih jalan penderitaan, bahkan disalibkan. Meskipun hanya manusia terhina yang pernah menempuh jalan itu. Di jalan salib, Yesus mengalami begitu banyak rasa sakit, godaan, dan pencobaan. Namun, setelah misi-Nya menyelamatkan manusia tercapai, Dia sendiri bisa menjadi Imam Besar yang berempati. Dia mengerti pergumulan kita (Ibrani 4:15), karena Dia pernah mengalami segala derita yang kita alami.

Ayat 7, Ayat ini mungkin menunjuk kepada kehebatan doa Yesus di Taman Getsemani. Doa Yesus "didengarkan" bukan dalam pengertian bahwa Allah menyingkirkan semua hal yang berhubungan dengan kematian, tetapi dalam pengertian bahwa Ia menerima pertolongan Allah untuk mengalami segala penderitaan yang sudah ditetapkan bagi-Nya.

Ayat 8, Kristus belajar dari pengalaman segala penderitaan dan pengorbanan yang sering kali merupakan akibat dari ketaatan yang setia kepada Allah di dalam dunia yang bejat ini (bd. Ibr 12:2; Yes 50:4-6; Fili 2:8). Ia menjadi Juruselamat dan Imam Besar yang sempurna karena penderitaan dan kematian-Nya dijalani tanpa dosa. Oleh karena itu, Kristus memenuhi syarat dalam segala hal (ayat Ibr 5:1-6) untuk menyediakan keselamatan kekal bagi kita (ayat Ibr 5:9;

Ayat 9,  Keselamatan abadi yang diperoleh melalui penderitaan Yesus (ayat Ibr 5:8) tersedia hanya bagi mereka yang taat kepada-Nya melalui iman. Iman yang menyelamatkan adalah iman yang taat (Yoh 8:31; Rom 1:5; 16:26; Yak 2:17-26).

Ayat 10, Melkisedek adalah tokoh PL yang misterius. Ia muncul dalam Kej 14:1-24 sebagai imam Allah dari Salem (mungkin Yerusalem, Ibr 7:1; Kej 14:18; Mazm 110:1-4) sebelum zaman keimaman Lewi. Keimaman Kristus sejenis dengan keimaman Melkisedek.

III.2. Ide Sentral Teks (IST) Khotbah:

Yesus Kristus adalah Imam Besar yang menjadi pokok keselamatan yang abadi bagi semua orang yang taat kepada-Nya; IA menjadi pengantara kita dihadapan takhta Allah.

VI. KHOTBAH

Saudara-saudara,…

Ketika kita berada dalam kesulitan yang membuat kita menderita, reaksi spontan yang muncul dari kita ialah mengeluh, marah dan putus asa. Di sisi lain, ketika kita diperhadapkan dengan pilihan: percaya kepada Allah dalam kesuksesan atau kesukaran, mungkin sebagian kita berkata lebih mudah mempercayai Allah saat kita sehat, sukse sdan berkelimpahan. Hal inilah yang mengakibatkan banyak orang yang mengingkari imannya ketika mengalami penderitaan.

Pada Minggu Passion yang ke enam ini, kita diajak untuk memahami bagaimana keadilan Allah. Kebenaran dan keadilan Allah memang sangat bertolak belakang dengan pikiran dan logika manusia. Realita kehidupan manusia sering terpatri kepada pemahaman “menang” atau “kalah”. Tetapi kebenaran dan keadilan bukan sebatas siapa yang menang dan siapa yang kalah.

Saudara-saudara,..

Jika kita melihat bagaimana Kondisi yang kita alami pada masa sekarang ini. Ada beberapa contoh yang perlu kita renungkan kembali bagaimana tingkah polah manusia yang selalu berupaya untuk melakukan sesuatu yang jahat bagi orang lain untuk kepentingan dirinya sendiri.

Beberapa contoh misalnya:

  • - Ketika kita membeli sesuatu berupa barang di toko, kita dapat tertipu dengan mudah apabila kita tidak tahu harga pasaran.
  • - Kita tidak lagi merasa aman di tempat umum atau di jalan karena banyaknya aksi kejahatan (copet, jambret, begal dsb).
  • - Dalam beberapa kasus kita melihat betapa lemahnya penegakan hukum di negeri ini (“tumpul keatas namun tajam kebawah”)
  • - Tingkat kejahatan KKN saat ini diperkirakan lebih tinggi dibandingkan zaman orde baru (sudah tidak ada lagi urat malunya melakukan KKN, sudah dianggap biasa dan lumrah)
  • - Hukum justru dimanfaatkan oleh para penegak hukum untuk menambah penghasilan (Lagu Maju Tak Gentar di plesetkan, Maju tak gentaaaar, membela yang bayaaar)…
  • - Berbagai kasus pembunuhan: anak membunuh ibunya sendiri, Orangtua membunuh anaknya, pembantu membunuh majikannya dan jug sebaliknya dan banyak lagi lainnya.

Melihat situasi yang terjadi diatas, mari kita bertanya kepada diri kita sendiri, apakah di tengah kesulitan hidup yang kita alami saat ini, kita dapat memulai hari dengan harapan yang teguh pada Allah yang menyelamatkan kita? Sebagaimana firman Tuhan yang menjadi bacaan kita yang pertama dari kitab Mikha 7:7-9,  Allah adalah Penyelamat dan terang yang memberi keadilan.

Meskipun saat ini sangat sulit menemukan orang benar, kejahatan semakin merajalela dimana-mana, bahkan teman sendiri tidak dapat lagi dipercaya, kita perlu belajar dari Nabi Mikha yang sadar bahwa ia manusia yang tidak luput dari kesalahan dan patut menerima kemarahan Tuhan, tetapi disisi lain dia berserah kepada Tuhan dan percaya akan keadilan Tuhan pasti dia peroleh pada waktunya, Tuhan akan membela perkaranya dan menyelamatkannya. Tuhan akan menolong setiap orang yang berharap padaNya.

Saudara-saudara,…

Dalam bacaan teks Khotbah, kita belajar banyak tentang penderitaan dan makna penderitaan itu bagi kita. Jalan penderitaan ternyata banyak gunanya. Melaluinya kita bisa belajar bersikap taat, menjadi lebih peka, dan mengerti pergumulan orang lain.

Adakalanya ketika kita menghadapi berbagai pencobaan dan doa kita yang sungguh-sungguh tampaknya tidak didengar. Pada saat-saat semacam itu, kita harus ingat bahwa Yesus telah diuji dengan cara yang sama dan bahwa Allah akan memberikan kasih karunia yang cukup kepada kita untuk mengalami penderitaan yang diizinkan-Nya dalam kehidupan kita

Sebab itu, apabila kita harus menghadapi penderitaan, mari kita mohon kekuatan Allah untuk tidak menolaknya, menghindarinya, atau meminta perlakuan khusus. Imam Besar kita memerhatikan dan menemani kita untuk melaluinya. Imam Besar kita yakni Yesus Kristus, yang menjadi pengantara kita dihadapan Allah, Dialah Pokok Keselamatan yang abadi bagi semua orang.

Kita perlu meneladani Yesus Kristus, yang mendisiplinkan diri-Nya untuk belajar taat selama hidup di bumi. Sekalipun status-Nya "Anak Allah", dan Bapa-Nya sanggup menyelamatkan-Nya dari maut, tetapi semua hak istimewa itu Dia lupakan. Dia menolak diperlakukan khusus. Yesus Bukannya menempuh jalan aman dan nyaman, Dia justru memilih jalan penderitaan, bahkan disalibkan. Meskipun hanya manusia terhina yang pernah menempuh jalan itu. Di jalan salib, Yesus mengalami begitu banyak rasa sakit, godaan, dan pencobaan. Namun, setelah misi-Nya menyelamatkan manusia tercapai, Dia sendiri bisa menjadi Imam Besar yang berempati. Dia mengerti pergumulan kita, karena Dia pernah mengalami segala derita yang kita alami. Tidak seorang pun dapat menjadi hamba Tuhan tanpa melalui jalan ketaatan

Tema kita di Minggu Passion ke enam ini, ialah Berserah kepada Allah Dalam penderitaan…

Tema ini membimbing kita supaya seberat apapun pergumulan yang harus kita hadapi, bagaimanapun keadaan sekeliling kita, apapun respons mereka terhadap kita, berserahlah kepada Tuhan, tumpahkan segala keluh kesah kita kepadaNya, belajar setia seperti Yesus yang telah setia kepada BapaNya. Dengan demikian apa yang hendak di sampaikan dalam teks invocatio, menjelaskan kepada kita bahwa Allah akan menyatakan kemurahan hatiNya, kepedulianNya terhadap umatNya oleh karena kelemahan umatNya. IA memelihara kita semua umat kesayanganNya. Pada akhirnya keadilanNya akan dinyatakan bagi kita (Minggu Yudika). Terpujilah nama Tuhan. A m I n.

Pdt Philipus Tarigan-GBKP Rg Cililitan

KHOTBAH MINGGU 10 MARET 2024, KHOTBAH YOHANES 16:25-33 (PASSION V)

Invocatio :

Yesaya 66:10

Ogen    :

Mazmur 73:21-28 (Tunggal)

Tema :

MALEM ATE GIA JUMPA KINISERAN (Tetap bersukacita di tengah penderitaan)

 

Pengantar

Mungkin kita pernah mendengar istilah NDE (near death experience) atau pengalaman mendekati kematian. Bagi orang-orang yang pernah mengalami pengalaman mendekati kematian mungkin merasakan hidupnya saat ini merupakan second chance atau kesempatan kedua. Banyak kasus near death experience disebabkan oleh kecelakaan atau penyakit fase terminal, di mana secara medis seseorang itu dinyatakan akan mati, bahkan sudah mati, tetapi ternyata masih hidup.

Dalam beberapa kasus mungkin orang yang mengalami pengalaman mendekati kematian akan merasakan trauma, diserang kekhawatiran dan ketakutan. Namun tidak sedikit orang yang justru malah bersyukur karena masih diberikan kesempatan kedua. Berbahagialah kita yang pernah mengalami pengalaman mendekati kematian dan justru bersyukur. Karena pastilah kita adalah orang-orang yang telah berubah, atau mengalami turning point dalam hidup. Kita merasa bahwa hidup ini sangatlah berharga, sehingga dengan kesempatan kedua yang diberikan oleh Tuhan, kita memanfaatkannya semaksimal mungkin dan mengisinya dengan versi terbaik diri kita.

Dalam bahan khotbah kita pada kesempatan ini, murid-murid Yesus juga akan mengalami pengalaman mendekati kematian. Namun bedanya dengan kita saat ini, pengalaman mendekati kematian itu sudah terlebih dahulu diberitahukan Tuhan Yesus, walaupun banyak di antara murid Yesus yang tidak mengerti yang Tuhan Yesus katakan.

Uraian Bahan Khotbah

Yoh. 16:25-33, berdasarkan tafsiran LAI, termasuk ke dalam bagian kedua amanat perpisahan Yesus kepada murid-muridNya, dimulai dari pasal 15:1 - 16:33. Bagian ini dibagi ke dalam 4 bagian. Pertama, pasal 15:1-17 Yesus mengajarkan tentang pokok anggur yang benar. Kedua, dimulai dari pasal 15:18-25, Tuhan Yesus memberitakan tentang penganiayaan yang akan dialami oleh orang-orang percaya. Ketiga, dimulai dari pasal 15:26-16:15, Yesus memberitakan tentang pekerjaan Roh Penghibur yang menguatkan orang-orang percaya. Keempat, pasal 16:16-33, Yesus memberitakan tentang kemenanganNya atas kuasa dunia.

Alkitab TB-LAI memberikan judul perikop Yoh. 16:16-33, “Dukacita yang mendahului kemenangan.” Sedangkan Alkitab BIMK membagi perikop ini menjadi dua bagian dengan judul, “Kesusahan dan kegembiraan” (ay. 16-24) dan “Kemenangan atas dunia” (ay. 25-33). Dari judul perikop tersirat bahwa apa yang Yesus amanatkan kepada murid-muridNya mengandung dua unsur kehidupan yang bertolak belakang, kesusahan (dukacita) dan kegembiraan (kemenangan). Dalam perikop ini Yesus mengatakan kepada murid-muridNya bahwa diriNya tidak akan lama lagi berada di antara mereka. Sesaat lagi Yesus akan mengalami penderitaan dan kematian. Pada saat itu murid-murid Yesus akan tercerai-berai karena ketakutan (ay. 32). Orang-orang percaya akan mengalami dukacita. Pada ay. 20, orang-orang percaya akan menangis dan meratap di tengah-tengah kegembiraan dunia ini. Ini mengekspresikan beban penderitaan berat yang akan dialami murid-muridNya karena mengalami penganiayaan. Penderitaan berat ini lebih jelas digambarkan seperti seorang perempuan yang melahirkan. Near death experience dialami setiap ibu yang melahirkan anak-anaknya.

Penderitaan berat di sini, tidak hanya dialami murid-murid sesaat setelah peristiwa penangkapan, penyiksaan, penyaliban, dan kematian Yesus, tetapi juga dialami oleh orang-orang percaya sepanjang sejarah, di mana para pengikut Yesus dianiaya karena iman percayanya.

Namun setelah kesusahan, dukacita, ratapan dan tangisan, akan ada sukacita, kegembiraan, dan damai sejahtera. Keadaan ini dipastikan terjadi karena Yesus telah bangkit dari kematian dan naik ke sorga. Yesus mengalahkan kuasa kematian, dengan demikian penderitaan seberat apapun tidak akan mampu mengalahkan kuasa keselamatan dari Allah di dalam Yesus Kristus. Pada ay. 33, Yesus memberikan penguatan kepada murid-muridNya, jangan melarikan diri dari aniaya. Hadapilah penderitaan dengan ketabahan. Percayalah bahwa Tuhan pasti akan memberikan kebahagiaan sejati, karena orang-orang percaya sudah bersatu dengan Kristus dan Kristus sudah mengalahkan kuasa dunia ini.

Bacaan Alkitab Pertama (Ogen)

Pemazmur mengingatkan kita untuk tetap hidup berintegritas, jangan pernah cemburu dengan keberadaan orang fasik. Judul Mazmur 73 “Pergumulan orang yang tulus hati,” menggambarkan bagaimana Pemazmur sangat mengenal Allah yang ia sembah. Bahwa Allah itu baik terhadap orang yang tulus hatinya dan bersih hatinya. Tetapi nyaris saja, pemahamannya itu terganggu (ay. 2, “hampir saja kakiku terpelest, nyaris aku tergelincir”), ketika ia melihat orang-orang fasik yang mengalami kemakmuran, tidak mengalami kesakitan dan kesusahan. Pemazmur cemburu. Untunglah Pemazmur sadar. Dalam kesusahan hatinya, ia mendekatkan diri kepada Tuhan (ay. 16, ada kesempatan merenung; ay. 17, masuk ke dalam tempat kudus Allah) untuk memperhatikan kesudahan orang fasik. Kuasa Tuhan menghancurkan mereka (ay. 18).

Pelajaran menarik yang bisa kita teladani dari Pemazmur, ketika ia mengalami penderitaan, banyak hal yang ia tidak mengerti akan hidup ini (ay. 20-21), Pemazmur tetap ada di dekat Tuhan. Ia merasakan pertolongan Tuhan. Tuhan memegang dan menuntun tangannya. Pengertian yang baru kembali diberikan Tuhan kepadanya. Sebab sesungguhnya siapa yang jauh dari Tuhan, yang tidak setia kepada Tuhan akan binasa. Belajarlah untuk setia kepada Tuhan dan melakukan perbuatan yang menyenangkan hatiNya.

Refleksi

Tema pada Minggu Passion ke-5 ini adalah, “Tetap bersukacita di tengah penderitaan.” Tema ini sesuai dengan Minggu Letare yang artinya “bersukacitalah!” (Invocatio : “Bersukacitalah, bersorak-sorailah, bergiranglah” -Yesaya 66:10). Mengapa kita harus tetap bersukacita di tengah penderitaan? Pertama-tama, firman Tuhan pada kesempatan ini mengajak kita untuk tetap mengimani apa yang Yesus katakan bahwa kuasa-kuasa dunia ini telah dikalahkan oleh kuasa Yesus dalam kebangkitan dan kenaikanNya ke sorga. Kedua, penderitaan yang kita alami saat ini masih belum bisa dikatakan sebagai near death experience. Dalam hal ini kita patut bersyukur tetapi harus tetap waspada karena pengalaman mendekati kematian dapat sewaktu-waktu terjadi. Bukankah, penderitaan adalah konsekuensi logis dari pilihan beriman kepada Kristus? Ketiga, melalui penderitaan iman kita teruji, iman kita semakin kuat, semakin dimurnikan (band. 1 Petrus 1:6-7). Sebagaimana peribahasa Karo, “Kiniseran kite-kite ku si jore,” atau padanannya, “Berakit-rakit ke hulu, berenang-renang ke tepian, bersakit-sakit dahulu bersenang-senang kemudian.” Hidup beriman di dalam Tuhan harus mau berproses, tidak bisa instan. Melalui berbagai macam penderitaan, pergumulan, tantangan, kita semakin merasakan kuasa Tuhan. Hingga akhirnya, kita mampu bersaksi tentang kasih setia Tuhan. Tetaplah bersukacita dalam penderitaan yang kita alami.

Oleh karena itu, ketika tema mengatakan “Tetap bersukacita di tengah penderitaan” bukan maksudnya kita tertawa-tawa (“cengil katawari paksa pe”), tetapi tetap mampu bersyukur, jangan tenggelam dalam kesusahan kita sendiri, tetap beraktivitas sehingga hidup kita tetap menjadi berkat bagi banyak orang.

Pdt. Larena br. Sinuhadji (Nd. ReyRapha Tarigan)-Runggun Cikarang

Info Kontak

GBKP Klasis Bekasi - Denpasar
Jl. Jatiwaringin raya No. 45/88
Pondok Gede - Bekasi
Indonesia

Phone:
(021-9898xxxxx)

Mediate

GBKP-KBD