• WhatsApp Image 2022 02 11 at 11.07.57

  • 20170204 143352
  • 1 peresmian rumah dinas surabaya
  • WhatsApp Image 2022 02 11 at 11.07.58
  • pencanangan tahun gereja bks dps
  • WhatsApp Image 2022 02 11 at 11.07.57 1
  • BPMK GBKP KLASIS BEKASI DENPASAR PERIODE 2020-2025
  • PERESMIAN RUMAH PKPW GBKP RUNGGUN SURABAYA

Jadwal Kegiatan

Kunjungan Moderamen GBKP ke GBKP Klasis Bekasi-Denpasar

Minggu 14 Mei 2017:

1. GBKP Runggun Bandung Pusat

2. GBKP Runggun Bandung Timur

3. GBKP Runggun Bandung Barat

4. GBKP Runggun Bekasi

5. GBKP Runggun Sitelusada

MINGGU 09 JUNI 2024, KHOTBAH 2 TESALONIKA 3:1-5

Invocatio 

: Berdoalah terus untuk kami, sebab kami yakin bahwa hati nurani kami adalah baik, karena di dalam segala hal kami menginginkan suatu hidup yang baik (Ibrani 13:18)

Ogen :

Keluaran 17:8-16 (Tunggal)

Khotbah :

2 Tesalonika 3:1-5 (Tunggal)

Tema : Ertoto Guna Serayan Dibata (Berdoa Untuk Hamba Tuhan)

  

I. Pendahuluan

Seperti ungkapan Rohani mengatakan “Tidak ada kata yang lebih indah selain Doa”. Ada beberapa kata doa dalam Perjanjian Lama untuk menunjukkan berdoa Tepilah artinya doa atau permohonan (Yun 2:7), inilah yang sering dipakai untuk kata doa. Palal artinya berdoa (1 Raj 18:28) dan paga artinya bersekutu dengan Allah (Yeh 7:16, Yes 53:12, 59:16). Disamping itu juga ada istilah zaaq artinya doa teriakan dan tangisan (Yun 1:5), halal yaitu doa pujian (Mzm 117:1, Kel 32;11) dan qara artinya doa seruan. Di dalam Perjanjian Baru beberapa istilah yang dipergunakan untuk menjelaskan tentang doa yaitu: prosekumai artinya doa pribadi (Bdk Mat. 7:7, 14:7, 27:20, Luk. 23:23, Kis. 9:2) inilah yang sering dipakai dalam kata doa. ganupeto yaitu doa meminta pertolongan (Kis. 8:22. 21:39, 26:3, Luk. 21:36), proskuneo yaitu doa penyembahan, doa bersama dalam ibadah umum (Kis. 10:28, Mat. 14:33). Dalam Perjanjian Lama berdoa adalah perbuatan yang penting dalam hubungan antara umat dengan Allah. Pada jaman bapa leluhur doa cenderung dipahami sebagai simbol hubungan yang erat antara Allah dengan para leluhur (Kej 12:1-3, 15:2, 26:25, 28:20-22). Doa di dalam Perjanjian Baru dibangun menurut teladan yang telah dilakukan oleh Yesus di dalam Doa Bapa Kami (Mat. 6:9-14).

Kata hamba dalam Perjanjian Lama yaitu “eved” atau “ebed”, yaitu budak, hamba, pelayan. Artinya, seseorang bekerja untuk keperluan orang lain, untuk melaksanakan kehendak orang lain atau ia adalah pekerja milik tuannya. Sedangkan kata Hamba dalam Bahasa Yunani adalah “Doulos” adalah budak, dahulu kala hamba itu diperjualbelikan, maka hidup seorang hamba ditentukan oleh tuannya, bahkan Ketika sesorang itu mendaftarkan kekayaannya seperti domba, lembu dan juga didaftarkan jumlah budak yang dia miliki. Dalam hidup keagamaan Israel kata itu dipakai untuk menunjukkan kerendahan diri seseorang dihadapan Tuhan. Jadi hamba Tuhan berarti orang yang menjadi milik Tuhan, berbakti dan melakukan pekerjaan-pekerjaan sebagai panggilan hidupnya serta mengabaikan kepentingan sendiri.

Pelayan Tuhan (Servant Of God) disebut juga Hamba Tuhan atau Hamba Allah adalah gelar yang diberikan kepada seorang individu dalam berbagai agama. Hamba adalah orang sepenuhnya taat kepada tuannya karena hidupnya sidah dibeli dan dirinya sepenuhnya bukan lagi haknya. Sehingga jika ingin lepas dari perhambaan harus ada penebusan. Tugas hamba Tuhan memiliki peran yang sangat penting dalam pertumbuhan iman jemaat. Tugas hamba Tuhan itu adalah sebagai Imam, sebagai gembala dan sebagai pemimpin. Di sisi lain berkaitan dengan tugas dan panggilannya bahwa gereja diutus ke dunia dan berada di Tengah-tengah dunia untuk melakukan Missio Dei, dunia yang Allah kasihi dan demi dunia inilah orang Kristen dipanggil untuk menjadi garam dan terang (Yohanes 3:16 dan Matius 5:13). Inilah yang seharusnya menjadi motivasi dari setiap orang Kristen Ketika menjalankan tugas dan fungsinya.

Firman Tuhan dalam 2 Tesalonika 3:1-5 yang diberi tema “Bekerja dan Berdoa” merupakan surat Rasul Paulus yang dialamatkan kepada jemaat yang ada di Tesalonika yang mengandung penguatan dan teguran untuk mendorong orang percaya untuk setia ditengah-tengah penganiayaan yang dialami. Meskipun demikian Rasul Paulus memuji jemaat yang memiliki iman yang teguh. Rasul Paulus menasihati supaya berdoa dan bekerja (Ora et Labora) menjadi bagian dalam hidup jemaat. Bekerja bagi Paulus adalah sebuah keharusan dan bekerja adalah wujud ketaatan kepada Tuhan yang telah menganugerahkan sebagai pekerja. Paulus terus mendorong jemaat agar jemaat termotivasi melakukan pekerjaan dan dengan demikian mereka makan dari hasil pekerjaannya sendiri dan tidak bergantung pada orang lain. Khusus dalam bahan kita kali ini membahasa bagaimana kaitan doa dengan hamba Tuhan dalam tugas pelayanannya.

Pelayan Tuhan (Servant of God), disebut juga Hamba Tuhan atau Hamba Allah,

adalah gelar yang diberikan kepada seorang individu dalam berbagai agama; dan secara

Pelayan Tuhan (Servant of God), disebut juga Hamba Tuhan atau Hamba Allah,

adalah gelar yang diberikan kepada seorang individu dalam berbagai agama; dan secara

Pelayan Tuhan (Servant of God), disebut juga Hamba Tuhan atau Hamba Allah,

adalah gelar yang diberikan kepada seorang individu dalam berbagai agama; dan secara

Pelayan Tuhan (Servant of God), disebut juga Hamba Tuhan atau Hamba Allah,

adalah gelar yang diberikan kepada seorang individu dalam berbagai agama; dan secara

Pelayan Tuhan (Servant of God), disebut juga Hamba Tuhan atau Hamba Allah,

adalah gelar yang diberikan kepada seorang individu dalam berbagai agama; dan secara

Pelayan Tuhan (Servant of God), disebut juga Hamba Tuhan atau Hamba Allah,

adalah gelar yang diberikan kepada seorang individu dalam berbagai agama; dan secara

Pelayan Tuhan (Servant of God), disebut juga Hamba Tuhan atau Hamba Allah,

adalah gelar yang diberikan kepada seorang individu dalam berbagai agama; dan secara

Pelayan Tuhan (Servant of God), disebut juga Hamba Tuhan atau Hamba Allah,

adalah gelar yang diberikan kepada seorang individu dalam berbagai agama; dan secara

Pelayan Tuhan (Servant of God), disebut juga Hamba Tuhan atau Hamba Allah,

adalah gelar yang diberikan kepada seorang individu dalam berbagai agama; dan secara

II. Isi

Kotbah: 2 Tesalonika 3:1-5

Ayat 1-2 “Selanjutnya, saudara-saudara, berdoalah untuk kami, supaya firman Tuhan beroleh kemajuan dan dimuliakan, sama seperti yang telah terjadi di antara kamu dan supaya kami terlepas dari para pengacau dan orang-orang jahat, sebab bukan semua orang beroleh iman”. Paulus mendorong jemaat agar berdoalah untuk kami (Paulus, Silas dan Timotius) supaya pemberitaan firman Tuhan yang dilakukan beroleh kemajuan dan dimuliakan. Kemajuan yang dimaksud supaya orang-orang menjadi percaya kepada-Nya dan memuliakan-Nya. Juga dengan berdoa terhindar dari setiap rancangan orang-orang jahat. Berdoa adalah cara orang percaya untuk berkomunikasi dengan Tuhan. Berdoa adalah sebuah aktivitas yang dilakukan untuk memohon atau meminta sesuatu kepada-Nya, dengan harapan bahwa apa yang didoakan didengar dan dijawab oleh Tuhan. Doa adalah nafas hidup bagi orang percaya, jadi jika kita tidak berdoa maka kehidupan rohani akan mati. Doa merupakan bangunan iman dan kekuatan dari orang percaya dalam menjalani kehidupan spiritual juga dalam menghadapi tantangan. Dengan berdoa kita sadar bahwa orang percaya tidak bisa berbuat apa-apa dan ia hanya bergantung sepenuhnya kepada Tuhan. Walaupun saat ini banyak orang yang tidak lagi berdoa karena ia hanya mengandalkan kekuatan dan kecerdasannya.

Paulus menekankan bagaimana pentingnya berdoa, agar firman Tuhan beroleh kemajuan dan dimuliakan. Dengan kata lain agar pemberitaan Injil yang dilakukannya beroleh kemajuan dan berkembang dengan pesat. Kemajuan yang dimaksud agar semakin banyak orang menjadi percaya kepada Yesus Kristus. Kedua, agar ia terhindar dari para pengacau dan orang-orang jahat. Pengacau yang dimaksud yaitu orang-orang yang mengajarkan ajaran sesat. Mereka yang memusuhi pemberitaan Injil dan yang menganiaya orang percaya. Orang-orang jahat adalah mereka yang melakukan perbuatan yang dilarang Tuhan, melawan aturan dan hukum, mereka itulah orang-orang yang belum percaya.

Ayat 3-5 “Tetapi Tuhan adalah setia. Ia akan menguatkan hatimu dan memelihara kamu terhadap yang jahat”. Dalam ayat ini selanjutnya Paulus menunjukkan keyakinannya bahwa Tuhan akan menguatkan/meneguhkan hati mereka dan memelihara jemaat dari segala hal jahat. Bagi Paulus, Tuhan itu setia terhadap janji-janji-Nya. Ia percaya pada Tuhan, Dialah yang akan memampukan jemaat agar tetap konsisten dalam keyakinan iman, tetap berpegang teguh pada apa yang telah diajarkan oleh Paulus dan melakukannya. Paulus memiliki keyakinan yang besar bahwa jemaat Tesalonika akan terus melakukan apa yang mereka inginkan di masa depan, bahwa mereka akan terus melakukan apa yang kami perintahkan, hal ini dikarenakan jemaat Tesalonika telah mempercayai kabar baik dan firman-Nya, bahwa berjalan dalam ketaatan pada perintah Tuhan adalah jalan untuk mengalami kepuasan terbesar dalam hidup, serta hal ini sangat membutuhkan iman untuk meyakini dan melakukannya. Selanjutnya Paulus menegaskan bagaimana kepercayaannya kepada Tuhan dalam ayat 4 “Dan kami percaya dalam Tuhan” selama ini dalam pemberitaan Firman dari satu tempat ke tempat lain kekuatan Paulus tidak lain adalah Percaya dalam Tuhan. Dan ia memohon pada Tuhan agar jemaat memiliki hati untuk tetap mengasihi Allah dan meneladani ketabahan Kristus dalam menjalani penderitaan, inilah yang ditekankan Paulus dalam ayat 5 “Kiranya Tuhan tetap menujukan hatimu kepada kasih Allah dan kepada ketabahan Kristus” Ketabahan Kristus adalah berjalan dalam ketaatan kepada Bapa-Nya, percaya bahwa perintah-perintah Bapa-Nya adalah demi kebaikan-Nya, dan bahwa upah yang Bapa berikan sepadan dengan penderitaan yang mereka tanggung (Filipi 2:5-10). Inilah salah satu tema besar surat Tesalonika ini, yaitu bahwa dengan kasih mereka bertumbuh dalam iman, namun mereka juga harus memiliki ketabahan untuk menahan serangan dunia yang menimpa mereka. Dan kasih serta ketabahan ini berasal dari Tuhan kita.

Ogen: Keluaran 17:8-16

Dalam pembacaan kita dalam Kitab Keluaran 17:8-16 ini menunjukkan bagaimana kesatuan hati sebagai hamba-hamba Tuhan. Kesatuan hati itu terlihat dalam kerja sama Musa, Harun, Hur dan Yosua sebagai pemimpin bangsa Israel untuk melawan bangsa Amalek. Tugas Yosua adalah meminpin bangsa Israel untuk berperang, serta yang perlu dilihat disini khusus dalam ayat 10 “Lalu Yosua melakukan seperti yang dikatakan Musa kepadanya…Tetapi Musa, Harun dan Hur telah naik ke puncak bukit” dalam ayat ini sangat jelas bahwasanya dalam kerja sama itu jangan ada yang merasa lebih kuat atau merasa superior sehingga tidak lagi menghiraukan arahan dari pemimpin atau tidak menghiraukan rencana-rencana yang telah dibuat, hal ini akan membuat kegagalan bahkan kekalahan dalam peperangan. Sedangkan tugas Harun dan Hur menopang tangan Musa untuk dapat mengangkat tangannya ke atas selama peperangan berlangsung, karena Ketika tangan Musa turun maka bangasa Israel kalah berperang tetapi jika tangan Tuhan tetap terangkat ke atas maka bangsa Israel menang berperang. Tangan Musa ke atas ini memiliki arti Berdoa dan tetap meminta pertolongan kepada Tuhan, berarti dalam hal ini dapat kita katakan kebersamaan dan Kerjasama mereka merupakan Doa bersama atau saling mendukung dalam doa.

 Invocatio: Heber 13:18

“Berdoalah terus untuk kami, sebab kami yakin bahwa hati nurani kami adalah baik, karena di dalam segala hal kami menginginkan suatu hidup yang baik” Dalam invocation ini diingatkan bagaimana pentingnya berdoa, dukungan doa ternyata sangat dibutuhkan sekali dalam kehidupan begitu juga dalam pelayanan, sehingga dikatakan “Berdoalah terus untuk kami”. Dalam pengertian berdoa itu tidak ada hentinya atau dengan kata lain selama kita hidup. Berdoalah apa yang akan dikerjakan dan dilakukan supaya kita diteguhkan dan tekun dalam menjalaninya. Doakan juga apa yang dicari dan diminta dalam nama-Nya, dengan meminta rahmat yang dijanjikan, kita harus bersyukur kepada Sang Pemberi Kehidupan dan mengakui kebergantungan kita kepada-Nya.

Kesimpulan

1. Bekerja dan berdoa adalah dua hal yang tak dapat dipisahkan satu dengan yang lain. Orang percaya tidak mungkin bekerja hanya mengandalkan kekuatan sendiri tanpa mengharapkan pertolongan Tuhan. Sebaliknya tidak mungkin pula hanya berdoa saja tanpa berusaha/bekerja. Antara berdoa dan bekerja harus berjalan seiring, tidak boleh yang satu diutamakan dan yang lain diabaikan. Jadi berdoalah untuk apa yang akan dikerjakan dan kerjakanlah apa yang telah didoakan, hanya dengan demikian orang percaya akan sukses menjalani kehidupan.

2. Martin Luther mengatakan doa adalah napas bagi orang percaya (kristen). Paulus mengatakan, “Tetaplah berdoa (I Tes. 5:17). Ada nyanyian yang syairnya berkata bahwa jarak antara Tuhan dan manusia hanyalah sejauh doa. Di dalam doa, selain kita bersyukur di dalamnya kita memohon dan meminta kepada Tuhan yang kita percayai. Tuhan senantiasa menantikan setiap orang percaya yang datang kepada-Nya, dengan memohon dan meminta dalam doa. “Dan apapun yang kamu minta dalam doa dengan penuh kepercayaan, kamu akan menerimanya” (Mat. 21:22).

3. Paulus sadar bahwa ia hanyalah alat Tuhan yang tidak bisa berbuat apa-apa tanpa pertolongan-Nya. Ia hanya mengandalkan kekuatan Tuhan semata-mata untuk mengerjakan tugas pelayanan dan dalam menghadapi segala tantangan, sehingga doa itu sangat penting dan utama bagi dia. Begitu juga ia memohon kepada jemaat untuk mendoakannya agar pelayanan yang dilakukannya beroleh kemajuan, bertumbuh dengan pesat seperti yang terjadi di Tesalonika, dimana semakin banyak orang menjadi percaya kepada Yesus Kristus sebagai Tuhan dan Juruselamat. Sekaligus ia berharap agar melalui saling mendoakan mereka dalam pelayanan terhindar dari setiap rancangan orang-orang jahat. Hanya dengan kekuatan doa dapat memampukan dia untuk mengerjakan segala sesuatu yang dipercayakan oleh Tuhan. demikianlah dalam bahan kotbah, ogen serta invocation ketiganya berorientasi dan menekankan tentang doa dan Kerjasama.

4. Hamba Tuhan harus berpusat pada Allah atau God Center, betapa pun kita mencintai suatu jemaat atau pelayanan yang telah Tuhan percayakan, bagian kita tetaplah pelayan. Arti sederhana dari pelayan adalah siap ketika sang tuan memberi perintah dan melakukan tugas yang baru walaupun menggangu zona kenyamanan kita. Sehingga Pelayanan itu harus berorientasi jiwa atau Man Oriented bukan program oriented atau sekedar berorientasi menjalankan program. Pernyataan tersebut baru bisa benar apabila orang yang melayani bergaul akrab dengan orang yang dilayani sehingga Pelayan itu harus melayani dengan kerendahan hati dan kasih (Matius 20:27-28). Begitu mulia tugas dan tanggung jawab seorang Hamba Tuhan, hendaklah jemaat juga mengambil bagian untuk mendukungnya dengan cara mendoakannya setiap saat, begitu juga antar Hamba Tuhan juga harus saling mendukung dalam doa.

Pdt Julianus Barus-Runggun Bandung Pusat

MINGGU 02 JUNI 2024, KHOTBAH LUKAS 24:44-49

Invocatio :

“Tetapi penghibur, yaitu Roh Kudus, yang akan diutus oleh Bapa dalam namaKu, Dialah yang akan mengajarkan segala sesuatu kepadamu dan akan mengingatkan kamu akan semua yang telah Kukatakan kepadamu” (Yoh. 14 : 26).

Bacaan :

Daniel 4 : 34 - 37

Khotbah :

Lukas 24 : 44 – 49

Tema :

Saksi Injil (Saksi Berita Si Meriah)

 

I. Pendahuluan

Bersaksi atau memberikan kesaksian merupakan tindakan untuk meyakinkan orang lain dengan memberikan penjelasan. Namun bersaksi tidak mudah ketika berita yang disampaikan sulit dipahami karena cara bicara si pemberi penjelasan. Ketidakmudahan ini karena mungkin si pemberi berita bukanlah orang yang fasih dalam menyampaikan pesan; atau si pemberi pesan diragukan kredibilitasnya dalam menyampaikan kebenaran. Dengan kata lain, keberhasilan dalam bersaksi adalah isi kesaksian dan cara penyampaian kesaksian itu sendiri.

 

II. Isi/ Tafsiran

Invocatio : Yohanes 14 : 26

Ini adalah teks pertama dalam Injil Yohanes yang mengutip perkataan Yesus yang menyebutkan identitas Sang penolong yang dijanjikanNya kepada para murid, yaitu Roh Kudus (Yunani “parakletos” yang artinya penolong dan penghibur). Roh Kudus akan meneruskan misi pengajaran dan pelayanan Yesus di dunia dengan membukakan pengetian para murid tentang Yesus dan karyaNya. Roh Kudus yang akan memampukan para murid memahami dan mengerti segala sesuatu dengan benar dan penuh tentang pekerjaan Allah bagi manusia. Pekerjaan Roh Kudus akan menghasilkan keberanian, ketaatan dan damai sejahtera bagi para murid dalam melaksanakan tugas panggilan pelayanannya sekalipun mereka akan menghadapi berbagai penderitaan, penolakan dan ancaman.

Bacaan : Daniel 4 : 34 – 37

Tuhan sudah dua kali menyatakan teguranNya kepada raja Nebukadnezar melalui mimpinya, tetapi mimpinya yang kedua yang melalui Daniel arti mimpi itu disingkapkan juga tidak membuatnya bertobat secara utuh, hanya satu tahun lamanya ia berubah. Namun sewaktu Babel selesai dibangun, dalam kesombongan dan keangkuhannya ia kembali meninggikan diri dengan mengatakan bahwa semua itu adalah oleh karena kekuatan dan kuasanya (ay. 30). Sukase membuat orang sombong dan kesombongan membuat orang meninggikan diri sehingga lupa bahwa segala sesuatu yang boleh ia raih merupakan pemberian Tuhan. Oleh karena itu Tuhan menyatakan kuasaNya, memberi teguran keras dan langsung kepada Nebukadnezar. Mimpinya jadi kenyataan, pikiran dan kesadarannya hilang, ia hidup seperti binatang (ay. 32 - 33) dan hal itu dialaminya selama tujuh tahun. Sampai akhirnya teguran keras itu melahirkan kesadaran akan dosa oleh karena kesombongan diri dan pengakuan akan kemahakuasaan Allah, yang merendahkan orang-orang yang congkak dan tinggi hati. Nebukadnezar menyatakan pengakuan dan penyembahannya kepada Allah, raja Sorga oleh karena segala perbuatan, kebenaran dan keadilanNya.

Khotbah : Lukas 24 : 44 – 49

Setelah Yesus bangkit pada hari yang ketiga menaklukkan maut dan kematian sesuai dengan apa yang telah dinubuatkan para Nabi dan juga dikatakan oleh Yesus semasa hidupNya, IA menampakkan diriNya kepada beberapa muridNya beberapa kali, misalnya: kepada Maria Magdalena (Yoh. 20 : 11 – 18), kepada para Perempuan yang pagi-pagi sekali datang ke kubur Yesus (Mat. 28 : 1 – 10), kepada dua orang murid yang dalam perjalanan ke Emaus (Mark. 24 : 13 – 35) dan kepada para murid yang diceritakan dalam teks khotbah kita. Ketika para murid sedang berkumpul di suatu tempat dengan pintu yang tertutup rapat oleh karena mereka takut kepada orang-orang Yahudi, Yesus menampakkan diriNya bagi mereka. Dimana sementara para murid berkumpul dan mempercakapkan tentang berita kebangkitan Yesus yang telah dipersaksikanNya kepada beberapa orang, Yesus tiba-tiba berdiri ditengah-tengah mereka dan memberi salam : “Damai Sejahtera bagi kamu” (ay. 36). Kehadiran dan ucapan Yesus yang seharusnya memberi ketenangan dan kedamaian bagi para murid ternyata membuat mereka menjadi ketakutan karena mereka menyangka melihat hantu. Bukan hanya rasa takut, tetapi Yesus juga mengetahui bahwa kahadiran Yesus membuat para murid terkejut dan hati mereka dipenuhi keragu-raguan. Yesus sangat mengenal kelemahan dan keterbatasan para murid dalam memahami setiap perkataan yang telah Yesus ucapkan (bukan hanya sekali atau dua kali tetapi berkali-kali). Ketakutan mereka dan juga kesedihan oleh karena kematian Yesus membuat mereka tidak mampu mengenali Yesus dan menerima bahwa yang mereka lihat itu adalah Yesus. Dan mungkin saja apa yang di lihat oleh para murid, mereka anggap sesuatu yang mustahil terjadi . Oleh karena itu Yesus kembali meyakinkan para murid bahwa yang mereka lihat itu adalah pribadi Yesus, IA juga memperlihatkan kaki dan tanganNya kepada mereka untuk menghilangkan keragu-raguan dalam hati mereka (ay. 39 – 40). Dan untuk lebih meyakinkan mereka lagi, Yesus meminta makanan kepada para murid dan Yesus memakannya di depan mereka. Semua itu dilakukan Yesus untuk menyatakan bahwa IA sungguh-sungguh bangkit sesuai dengan yang diperkatakan Firman Tuhan.

Dalam ayat. 44 – 47, Yesus kembali mengingatkan para murid tentang firman Allah yang telah mereka baca dan telah diperdengarkan bagi mereka Ketika Yesus masih bersama-sama dengan mereka bahwa Anak Manusia yang diutus oleh Allah akan mengalami penderitaan sampai mati di kayu salib untuk menebus dosa manusia sesuai yang dinubuatkan kitab Taurat, kitab nabi-nabi dan Mazmur tetapi akan dibangkitkan pada hari yang ketiga sebagai bentuk kemenanganNya akan dosa yang membawa maut dan kematian. Dalam keterbatasan dan kelemahan para murid, Yesus membuka pikiran mereka untuk dapat mengerti dan memahami firman Tuhan. IA membuat para murid mengerti maksud dan makna yang sesungguhnya dari nubuatan para nabi mengenai Kristus, yang membuat mereka mampu melihat dan menerima bagaimana semuanya itu digenapi dalam diri Yesus Kristus. Setelah Yesus membuka pikiran mereka, IA memberikan mandat sebagai panggilan dan tanggungjawab mereka sebagai saksi dari karya penyelamatan Allah dalam diri Yesus Kristus bagi dunia ini (ay. 48). Segala yang telah dinyatakan Allah dalam Yesus Kristus harus mereka sampaikan ke seluruh penjuru dunia sehingga dunia menerima kabar sukacita tentang keselamatan di dalam Yesus. Dalam menjalankan tugas panggilan untuk mewartakan Injil ke seluruh dunia itu, Yesus memantapkan hati dan komitmen para murid dengan menjanjikan penyertaan sesuai janji Bapa tetapi mereka harus tetap tinggal di dalam kota sampai mereka diperlengkapi dengan kuasa yang berasal dari tempat tinggi (ay. 49).

III. Refleksi/ Aplikasi

Temanta kita adalan menjadi Saksi Injil (Saksi Berita Si Meriah). Menjadi saksi bukanlah perkara mudah, apalagi menjadi Saksi Injil, saksi tentang kabar sukacita tentang keselamatan di dalam Yesus Kristus. kita sebagai anak-anak Allah yang telah menerima dan mengalami anugerah Allah dalam kehidupan kita, harus berani mempersaksikan segalah kasih dan karya Allah dalam segala aspek dan keberadaan hidup kita. Kapan saja dan dimana saja kita mengemban tanggungjawab untuk nyampaikan dan menyatakan kasih Allah didalam dan melalui Yesus Kristus kepada dunia ini. Hal ini bisa kita lakukan melalui perkataan dan perbuatan kita. dan untuk itu sebagai seorang Saksi Kristus, kita harus :

  • Mengimani dan mengamini apa yang kita persaksikan tentang Allah, karya dan nkasihNya dalam Yesus Kristus karena dalam kenyataannya banyak orang bersaksi tentang apa yang ia sendiri tidak alami dan tidak imani. Seorang saksi Kristus harus memiliki integritas, kesepadanan antara kesaksian dan kenyataan hidup yang ia alami dan praktekkan dalam kesehariannya.
  • Saksi harus memiliki ketetapan hati, tidak boleh berubah-ubah sesuai keadaan. Karena itu seorang saksi harus siap dengan segala resiko yang akan ia terima termasuk dibenci oleh dunia ini apalagi yang kita saksikan adalan tentang Allah dan kebenaranNya.

Bukan hal yang mudah untuk menjadi saksi Kristus dalam kehidupan ini, seperti para murid yang memiliki keterbatasan, kita juga pasti punya keterbatasan apalagi dalam memahami segala perbuatan Tuhan dan firmanNya. Oleh karena itu kita tidak boleh hanya mengandalkan diri dan kemampuan kita, kita harus mengakui keterbatasan kita, merendahkan hati dan memberi diri untuk di tuntun dan dikuasai oleh Roh Kudus untuk menolong dan memperlengkapi kita memahami kebenaran Allah serta mewartakannya bagi orang lain. Selain itu, akan sangat banyak pergumulan, tantangan, penolakan bahkan ancaman yang akan datang kepada kita, Namun tetaplah menjadi saksi Kristus karena Allah akan memperlengkapi anak-anakNya untuk menjadi saksiNya; Allah akan memberi kekuatan, hikmat, sukacita untuk menanggung segala sesuatunya dalam iman dan pengharapan yang teguh; IA akan menyertai bahkan sampai akhir zaman (Mat. 28 : 20b). Dan kita harus tetap mengingat bahwa sejauh apapun pencapaian kita dalam segala pelayanan yang kita kerjakan sebagai bentuk kesaksian kita jangan sekali-kali mencuri kemuliaan Tuhan. Kecongkakan hanya akan mendatangkan kehancuran. Kita ada dengan segala pencapaian kita, itu hanya oleh karena anugerah Allah semata.

[Salah satu keterlibatan kita GBKP dalam menjadi saksi Kristus adalah keikutsertaan kita menjadi anggota UEM, dimana GBKP Bersama dengan gereja-gereja yang menjadi anggota UEM berkomitmen untuk bersama-sama dalam mewartakan Injil dan menatalayankan kasih Allah bagi seluruh dunia. GBKP tidak hanya hadir bagi dirinya saja tetapi mampu memberi diri dalam pelayanan bagi orang lain, GBKP juga tidak hanya menjadi gereja yang mampu menikmati kasih dan berkat Tuhan tetapi menjadi gereja yang mampu mengalirkan dan menyatakan kasih Allah itu bagi orang lain/ bangsa lain. Karena itu di minggu UEM ini kita juga akan mengumpulkan kolekte ektra untuk UEM, sebagai bentuk peran aktif kita mendukung pelayanan UEM. Marilah kita bersama-sama dengan sukacita ikut ambil bagian mendukung pelayanan UEM dan GBKP].

 

Pdt. Elba P. Barus-Runggun Sitelusada

MINGGU 26 MEI 2024, KHOTBAH JOHANES 14:15-21

Invocatio :

“ Jawab Yesus kepadanya: "Kasihilah Tuhan, Allahmu, dengan segenap hatimu dan dengan segenap jiwamu dan dengan segenap akal budimu.(Mat.22:37)

Ogen :

Masmur 86:8-17 (Responsoria)

Kotbah :

Johanes 14:15-21 (Tunggal)

Tema :

Mengenal dan mengasihi Allah

 

I. Latarbelakang

Allah yang benar adalah Allah yang tidak terbatas, Allah yang melampaui segala sesuatu, Allah yang Esa, Allah yang tidak ada bandingnya, yaitu Allah yang menyatakan diri sebagai Allah yang Tritunggal. Kita hanya dapat mengenal Allah sepanjang Ia menyatakan diri-Nya.[1]

Tritunggal atau Trinitas adalah doktrin ImanKristenyang mengakuiSatu Allah Yang Esa, namun hadir  dalam Tiga Pribadi: Allah BapadanPutradanRoh Kudus,di mana ketiganya adalah sama esensinya, sama kedudukannnya, sama kuasanya, dan sama kemuliaannya.[2] Trinitas bukanlah satu istilah tetapi satu konsep iman dan pada minggu ini kita akan belajar untuk mengenal Dia dan mengasihi Dia melalui cara hidup kita yang berguna dan berkarya serta mengasihi semua orang dan menjaga keutuhan ciptaan.

Pengenalan akan Allah Tritunggal akan membawa kita kepada kasihNya yang melampaui segala sesuatu, dan bagaimana kita dipanggil untuk mengasihi Dia dalam kebenaran dan kesaksian hidup yang berkemenangan agar kita dapat terus berkarya dan berguna bagi dunia ini. Mewujudkan kasih bukanlah hal yang mudah. Karena itu, dibutuhkan penolong. Kata Penolong (Yoh. 14: 16) dan Penghibur (Yoh. 14:26). Penolong itu (Roh Kudus) tidak diberikan kepada sembarang orang. Ia hanya akan menyertai orang-orang yang mengenal dan percaya kepada Allah. Itu sebabnya khotbah minggu ini mengajarkan kita akan arti ketaatan kepada Yesus, terwujud melalui hidup dalam kasih.

II. isi.

2.1. Latarbelakang

1.Sejarah Doktrin Trinitas/Tritunggal (minggu Trinitas)

Pada tahun 325, di Nicea diadakan suatu konsili[3] di bawah pemerintahan Kaisar Konstantin untuk menyelesaikan perdebatan yang berlarut-larut mengenai penafsiran tentang Tritunggal. Pada waktu itu ada dua pihak dengan dua pandangan yang sangat bertentangan, yaitu pandangan Arius (Arianisme) dan dengan pandangan Athanasius.[4]Kaisar berpikir jika ada perselisihan maka persoalan ini pasti akan berdambak terhadap pemerintahannya, maka perselisihan ini harus segera diselesaikan maka dipanggil dalam konsili oikumenis. Tujuan dari konsili itu supaya semua memiliki pandangan yang sama, iman yang sama dan siapapun yang bertanya jawabannya sama, dan dari sinilah muncul konsili Nicea dengan keputusannya. Keputusan ini ada dua kelemahan yang pertama di dalamnya belum mencakup Roh Kudus, jadi kemungkinan masih ada opini liar. Kedua, kelompok Arian sulit menerima, jika Allah dan Yesus sehakikat. Menurut mereka Yesus itu ada karena dibuat ada. Atas dasar pemikiran ini, maka kaisar merasa masih perlu merumuskan pemahaman yang sama dalam konsili Konstantinopel yang sifatnya menambahkan yang belum termuat didalamnya seperti menambahkan Roh Kudus.

Istilah Tritunggal itu sendiri sebenarnya berasal dari Tertullianus. Dialah orang pertama yang mencetuskan istilah Tritunggal ini. Ia mengatakan, maka Kristus lebih rendah dari pada Bapa, Roh Kudus tidak lebih rendah dari pada Kristus dan tidak lebih rendah dari pada Bapa. Sebagaimana Bapa adalah Allah yang sejati, demikian juga Anak adalah Allah yang sejati dan juga Roh Kudus adalah juga Allah yang sejati. Sebelum Tertullianus, Origen dari Aleksandria mengatakan, “Dari Bapa keluar Anak; Anak keluar dari Bapa atau dilahirkan oleh Bapa menurut kedaulatan Bapa, sehingga kedudukan Anak lebih rendah (subordinasi) dari pada Bapa. Jadi Origen berpendapat bahwa Kristus lebih rendah sedikit dari pada Bapa. Tertullianus memberikan penjelasan yang jauh lebih sehat di dalam sejarah Gereja, bahwa Kristus tidak subordinasi di bawah Bapa. Menurutnya, Kristus dilahirkan Bapa di dalam kekekalan.[5] Pertikaian itu, akhirnya diselesaikan tahun 325 melalui suatu konsili yang mengambil keputusan besar. Sayangnya keputusan itu dianggap tergesa-gesa, diman Kaisar memihak kepada Athanasius, dan kedua pihak yang bertentangan itu merasa kurang puas, setelah beberapa puluh tahun kemudian,barulah gereja bisa menerima doktrin Tritunggal ini dengan baik.[6]

Pandangan bapa reformasi

Martin Luther, menurutnya hanya ada satu hakekat ilahi yaitu Allah. Dalam hakekat Allah yang Esa tidak terpisah dan terbagi-bagi tiga pribadi. Dalam pandangannya baik Bapa, Anak dan Roh Kudus adalah Allah yang sejati, namun hanya ada Allah yang satu. Bagi nya Trinitas ini adalah misteri Allah yang tidak terpahami oleh akal pikiran manusia.[7] Calvin, Allah itu adalah Esa. Dalam menjelaskan Trinitas, Calvin memakai rumusan persona (topeng, peranan, pribadi) ialah subtistentia in Dei essentia, yaitu sesuatu yang sesungguhnya berada di dalam Zat Allah. Menurut Calvin pembedaan ketiganya bukanlah pembagian, tetapi ditanggapi dengan rasa hormat. Calvin memusatkan perhatian kepada urutan ketiganya yang diterangkan dlam Alkitab, Bapa sesudahnya Anak, yang berasal dari Bapa dan Roh Kudus berasal dari keduanya.

Saat ini juga kita sering mendengar Allah yang dianalogikan untuk menggambarkan keesaannya. Salah satu ajaran sesat tentang Tuhan adalah apa yang disebut sebagai modalisme.[8] Pandangan ini menjelaskan hanya ada satu Tuhan yang muncul kepada kita dengan berbagai cara pada waktu-waktu yang berbeda. Terkadang sang Bapa muncul sebagai Anak, dan pada saat lain Dia muncul sebagai Roh Kudus. Di dalam modalisme ketiganya tidak berbeda satu sama lain. Bapa, Anak dan Roh Kudus hanya peran yang Tuhan mainkan pada waktu yang berbeda-beda. Tanpa disadari modalisme mendasari analogi populer tentang Trinitas yang banyak dipakai para pengkhotbah ketika mereka membandingkan Tuhan dengan diri mereka dan berkata, “saya seorang ayah, tetapi saya juga seorang anak, dan saya memiliki roh.” Kesalahan yang sama terjadi ketika Trinitas dibandingkan dengan tiga wujud air: padat, cair dan gas.[9] Ada juga yang memakai analogi bunga (Bentuk, bau, dan warna bunga), matahari sinar dan panasnya, tubuh, jiwa dan Roh manusia,ayah ,sopir dan direktur.[10]

Pandangan Alkitab tentang Trinitas

Kata Trinitas memang tidak muncul dalam Alkitab, tetapi kebenaran doktrin ini dapat kita akui ada di dalammya.[11] “Akulah Tuhan, Allahmu yang membawa engkau keluar dari tanah Mesir, dari tempat perbudakan. Jangan ada padamu Allah lain dihadapan-Ku,”adalah awal dan tidri sepuluh perintah Tuhan (Keluaran 20:2-3). Pesan itu sederhana: hanya Tuhanitu sendirilah Allah, dan tidak ada Allah lain. Dari awal sampai akhir, inilah pesan dari Perjanjian Lama. Ulangan 6:4 menyatakan, “Dengarlah, hai Israel: Tuhan itu Allah kita, Tuhan itu Esa!”

Perjanjian Baru menggemakan kembali pesan kitab-kitab yang ditulis sebelumnya. Yakobus menegur orang-orang yang berpikir bahwa menyakini fakta-fakta tentang Tuhan itu sudah cukup, ketika ia menulis, “Engkau percaya bahwa hanya ada satu Allah saja? Itu baik! Tetapi setan-setanpun percaya akan hal itu dan gemetar”(Yakobus 2:19). Paulus juga menyatakan keesaan Tuhan ketika ia berkata kepada orang-orang Korintus, “Namun bagi kita hanya ada satu Allah saja, yaitu Bapa, yang dari Dia berasal segala sesuatu dan yang untuk Dia kita hidup, dan satu Tuhan saja, yaitu Yesus Kristus, yang melalui Dia segala sesuatu telah dijadikan dan yang karena Dia kita hidup” (1 Korintus 8:6). Yesus menyatakan keesaan Tuhan ketika Dia berkata pada orang-orang Farisi bahwa perintah yang pertama dan yang terutama ialah untuk “ mengasihi Tuhan, Allahmu, dengan segenap hatimu dan dengan segenap jiwamu dan dengan segenap akal budimu” (Matius 22:37).

Alkitab juga menunjukkan Yesus sebagai Tuhan. Pengakuan iman Israel kuno ialah, “Tuhan itu Allah,” tetapi pengakuan orang-orang percaya zaman Perjanjian Baru: kata kurios. Bagian-bagian laindalam Alkitab menerangi kata itu sehingga jelas artinya. Ibrani 1:3 mengatakan, “Dialah cahaya kemulian Allah dan gambar keberadaan Allah yang sesungguhnya dan menopang segala yang ada dengan firman-Nya yang penuh kekuasaan.” Alkitab juga menyebut Roh Kudus sebagai Roh Tuhan. Dia ada disana ketika Tuhan menciptakan segala sesuatu, melayang-layang di atas permukaan air (Kejadian 1:2). Disepanjang Perjanjian Lama, Dia disebut sebagai Roh Allah, dan Dia memampukan umat Tuhan untuk melakukan hal-hal yang istimewa. Berbagai petunjuk tentang keilahian Yesus dan Roh Kudus tidak bertentangan dengan kebenaran bahwa Tuhan itu Esa. Perjanjian Baru juga tidak mengajarkan bahwa ada tiga Allah. Pada saat kelahiran Yesus, kita mendapati bahwa Bapa mengirim Putra-Nya, yang dikandung oleh Roh Kudus. Kesatuan ketiganya dapat kita lihat, dalam perkataan Yesus yang terakhir yang kita kenal sebagai Amanat Agung (Matius 28:19). Jesus menjelaskan bahwa ketiganya ini, Bapa, Anak, dan Roh Kudus, adalah satu ketika Dia mengatakan kepada para pengikut-Nya untuk membatis di dalam tiga nama itu.[12]contoh lain dari kesatuan Bapa, Anak dan Roh Kudus banyak sekali terdapat di Perjanjian Baru, terutama di dalam Injil Yohanes. Yohanes 1:1 menyatakan, “ pada mulanya adalah Firman; Firman itu adalah Allah.” Beberapa ayat kemudian, penulis Injil tersebut mengacu dan kepada Yesus. Yesus menegaskan, “Aku dan Bapa adalah satu” (Yohanes 10:30) dan berkata kepada setiap orang yang telah melihat-Nya, telah melihat Bapa (Yohanes 14:9). Dia berkata bahwa Bapa akan mengirimkan Roh Kudus dalam nama-Nya, dan ketika Roh Kudus datang, Dia akan memuliakan-Nya (Yohanes 16:13-14).[13]

  1. Yohanes 14:15-21(khotbah)

Kasih adalah kata kunci dalam Injil Yohanes. Mewujudkan kasih bukanlah hal yang mudah. Karena itu, dibutuhkan penolong untuk mewujudkan kasih itu. Kata Penolong (ay.16) dan Penghibur (ay.26) berasal dari satu kata yang sama dalam bahasa Yunani, Parakletos, yang berarti seseorang yang dipanggil datang untuk menolong pada saat kesulitan. Arti khususnya terletak pada alasan mengapa ia dipanggil.

Orang Yunani menggunakan kata ini untuk menunjuk berbagai hal: seorang saksi yang dipanggil untuk membela tertuduh di pengadilan, seorang pengacara untuk membela tertuduh secara hukum, seorang ahli yang dipanggil untuk memberi nasihat pada situasi tertentu, seorang yang dipanggil untuk memberi semangat pada sekelompok serdadu yang patah semangat. Parakletos menolong manusia dalam kelemahannya dan memberi kemampuan untuk menghadapi hidup. Penolong itu (Roh Kudus) tidak diberikan kepada sembarang orang. Ia hanya akan menyertai orang-orang yang mengenal dan percaya kepada Allah (ayat 17). Oleh karena itu dikatakan bahwa dunia tidak melihat dan mengenal Dia. Mengapa demikian? Sebab pada hakikatnya, Roh Kudus itu adalah Allah sendiri. Ia tidak memaksakan diri-Nya untuk masuk ke dalam hati manusia, tetapi Ia tinggal dalam diri setiap orang yang percaya kepada-Nya. Fungsi Parakletos (Roh Kebenaran) yang ditekankan oleh Yesus adalah untuk (ayat 26): (a) Mengajar: kehidupan pengikut Kristus sebenarnya adalah kehidupan yang selalu belajar; belajar mengenai kebenaran, belajar mengenai makna dan tujuan hidup, belajar untuk makin serupa dengan Kristus. (b) Mengingatkan: Roh Kudus akan mengingatkan semua hal yang telah Yesus ajarkan supaya kita selalu taat pada perintah-Nya dan meneladani seluruh hidup-Nya. Dengan kata lain, para murid (dan kita semua) sesungguhnya diminta untuk selalu taat pada perintah-perintah-Nya. Ketaatan ini dilakukan bukan karena kita adalah budak yang tidak punya kehendak bebas, melainkan karena kasih kita kepada-Nya (ayat 15, 21). Jika kita mengasihi Yesus, maka kita akan berusaha  melakukan segala hal yang telah Yesus ajarkan, sebab semuanya itu mengandung kebaikan dan kebenaran. Perkataan-perkataan Yesus ini akan digenapi setelah kebangkitan-Nya. Roh Kudus akan dicurahkan pada hari Pentakosta; 50 hari setelah kebangkitan-Nya. Sebelum semuanya itu terjadi, Yesus telah mengatakannya terlebih dahulu supaya ketika hal itu terjadi, para murid sungguh-sungguh mempercayainya (ayat 29).

3.Masmur 86:8-17 (bacaan/pengantar khotbah)

Dalam Mazmur 86 ini, Daud secara rinci mempersiapkan permohonannya kepada Tuhan. Ayat 1 sampai 7 memberikan permohonan yang berapi-api agar Tuhan mendengarkannya. Ayat 8 sampai 10 memberitahu Tuhan bahwa Dialah satu-satunya Tuhan yang dapat mendengar. Ayat 11 merupakan doa dan ikrar menjadi hamba Tuhan yang taat. Ayat 12 dan 13 memuji Tuhan yang pengasih dan menyelamatkan. Ayat 14 sampai 17 permohonan pertolongan ketika musuh menyerang. Permohonan ini tetap menjaga semangat kerendahan hati dan pujian penuh hormat. Di sini Tuhan disapa dengan cara yang sangat pribadi oleh Daud, mengharapkan sebuah jawaban. Hamba-hamba Allah yang setia dapat mengandalkan perhatian pribadi-Nya yang pengasih.

Terkadang kesusahan atau rasa sakit kita begitu besarnya sehingga yang bisa kita lakukan hanyalah berseru kepada Tuhan, “Lindungi aku” ayat 2. Dan sering kali, ketika tidak ada pertolongan yang terlihat, yang bisa kita lakukan hanyalah mengakui kebesaran Tuhan dan menantikannya. Hari-hari mendatang yang lebih baik. Keyakinan bahwa Tuhan menjawab doa akan menopang kita dalam masa dan keadaan sulit ini. Kehidupan, sebagai anugerah Tuhan, adalah hasil kasih-Nya. Pemazmur merasakan Cinta itu sebagai pembebasan dari kematian. Dalam perjanjian cinta yang setia, Tuhan pun mendengarkan doa umat-Nya dan melepaskan mereka dari ancaman kematian. Karena Tuhan kita adalah Tuhan yang Maha Pengasih dan Pemurah, lambat marah, berlimpah Cinta dan Kesetiaan. Kita mengalaminya di dalam Yesus Kristus sebagai kemenangan total atas kematian. Tuhan menyelamatkan kita dari kematian jasmani dan juga kematian rohani, dan memberi kita Keselamatan dan Kehidupan Kekal berdasarkan Kasih Tuhan dan mendatangkan pujian manusia. Tindakan penyelamatan Tuhan yang unik tidak dilakukan hanya untuk satu orang saja. Mereka menjadi alasan bagi semua orang untuk menyembah Tuhan.

Karakteristik Tuhan yang digambar disini: berupa Cinta, Pengampunan, Kesetiaan, Pengampunan, Anugerah, dan Kasih Sayang memberikan penghiburan terbesar bagi penderitanya. Ketika kita bertekun dalam doa, kita percaya dan tahu bahwa Tuhan akan menjawab.

  1. Matius 22:37 (Invocatio)

Ukuran mengasihi secara Alkitabiah juga bukan berdasarkan ukuran manusia, tetapi ukuran Allah. Sebagaimana Bapa Sorgawi mengasihi Tuhan Yesus, demikianlah Tuhan Yesus mengasihi kita. Dan sebagaimana Tuhan Yesus mengasihi kita, begitu jugalah kita harus mengasihi sesama kita. Bagaimana kita dapat memenuhi ukuran Allah dalam mengasihi sesama manusia seperti diri kita sendiri? Jawabannya: kita harus melekat kepada Allah.

  1. Relasi teks kotbah, bacaan dan invocatio

Allah memperkenalkan diriNya kepada kita dala relasi Bapa, Anak dan Roh Kudus. Roh Kudus berfungsi menolong kita untuk tetap taat kepada Kristus. Ketaatan kepada Yesus terwujud melalui hidup dalam kasih. Mewujudkan kasih bukan hal mudah. Di hadapan para murid ada banyak tantangan yang akan hadapi. Tantangan itu adalah kebencian. Yesus menyebut bahwa dunia ini membenci Kristus dan para pengikut-Nya. Ketika dunia mengajarkan kebencian, murid-murid Yesus diminta-Nya tetap mengasihi. Oleh karena itu, Ia memberikan pertolongan yaitu Roh Kudus. Dengan bersedia dipimpin oleh Roh Kudus, murid-murid Yesus dimampukan hidup dalam kasih. Kitapun juga demikian. Ketika mau membuka diri dipimpin Roh, kita dimampukan untuk mengalirkan kasih.

III. Kesimpulan

Tema minggu ini mengenal dan mengasihi Allah. Kata mengenal dalam kamus bahasa Indonesia, [mengenal] Arti mengenal di KBBI adalah: mengetahui; kenal (akan); tahu (akan). Sementara mengasihi, mengasihi/me·nga·sihi/ menaruh kasih kepada; mencintai; menyayangi. Jika tema kita mengenal dan mengasihi Allah dapat kita terjemahkan bagaimana kita selaku jemaat mengetahui akan kasih Allah dan mencintai Allah itu sendiri melalui ketaatan hidup yang benar. Munculnya Trinitatis setelah Kristen lahir, saat itu Kristen belum memiliki Alkitab sebagai kitab sucinya, padahal agama harus memiliki kitab suci. Kristen mengklaim Perjanjian Lama itu kitab sucinya sampai abad ke-2. Lahir pertanyaan dari orang Kristen apakah Agama Kristen itu monotheis? Jawabnya ya, monotheis yang bagaimana? Trinitas. Trinitas bukanlah satu istilah tetapi satu konsep iman. Istilah Tritunggal ini memang tidak ada di dalam Alkitab, baik Perjanjian Lama dan Perjanjian Baru. Walaupun istilah Tritunggal ini tidak muncul di dalam Alkitab bukan berarti konsep ini tidak terdapat di dalam Alkitab.

[14]

Allah itu Esa, Allah itu Bapa, Anak dan Roh Kudus menyatakan satu kesatuan yang utuh. Esa bukan numerik tapi dipahami sebagai unity. bagaimana ketiganya berelasi inilah yang disebut perichoresis, peri (saling mengikat),(melingkar), chore (saling memberi ruang). Kesaksian Alkitab menyatakan bahwa kita mengenal Allah adalah Esa, yang memiliki makna universal dan supernatural. Konsep Allah adalah satu-satunya, Allah seluruh alam semesta. Tidak ada seorangpun yang pernah melihat Allah, tetapi Kristus menyatakannya (Yoh.1:18), barang siapa yang telah melihat Yesus Kristus, ia telah melihat Allah (Yoh.14:9). Ada dua bentuk pernyataan diri Allah kepada manusia,yaitu: pernyataan umum dan pernyataan khusus. Pernyataan umum kita mengenal Allah sebagai pencipta menyatakan diri dalam ciptaanNya. Sementara pernyataan khusus Allah menyatakan diriNya melalaui perbuatanNya dalam sejarah, khususnya dalam sejarah bangsa Israel dan menyatakan diriNya melalui firmanNya. Dalam perjumpaan dengan Allah, Gereja mengakui bahwa Allah datang kepada kita karena kasihNya dalam diri Kristus. Kasih itulah anugerah bagi kita. kita telah mengenal Dia dan mengasihi Dia dengan hidup dalam ketaatan kita melalui karya dan guna, dalam bersekutu, melayani dan bersaksi atas sesama kita.Selamat Merayakan Minggu Trinitatis.

                        Pdt. W.Mazmur Ginting,M.Th-Runggun Karawang

 

[1] R Soedarmo, Ikhtisar Dogmatika, Jakarta:BPK-GM,1984,93

[2]Nicea konstantinopel sudah menghasilkan suatu jawaban tentang perdebatan yang panjang mengenai Trinitas Kristen. Konsili itu menyatakan bahwa Allahnya Kristen Monotheis yang trinitatis. Apa maksudnya yang trinitatis, nicea menjelaskan tiga pribadi tiga lah hakikat. Gambar yang dipakai segitiga sama sisi.. tiga pribadi bapa, anak, roh kudus satu pribadi. Dan ketiga-tiganya substansinya adalah Allah yang tiga pribadi satu hakikat. Satu hakikatnya itu adalah Allah pribadinya Bapa, Anak dan Roh. Esa bukan berarti dalam arti bilangan tetapi esensi. Dan Nicea konstantinopel mengatakan kanon dimana gereja mengaku yang kudus dan am dan menganut dan mengakui keputusan itu sebagai kanon. Semua pertanyaan-pertanyaan yang bersifat ontologis yang tidak diatur dalam alkitab bersangkut paut dengan jawaban yang satu yaitu nicea yaitu trinitas. Keputusan itu dilahirkan pada abad ke-4.

[3] Pada konsili Nicea (325 T.U), para uskup menyepakati rumusan tentang Trinitas yang menyebutkan bahwa Allah adalah tiga pribadi, Bapa, Anak, dn Roh Kudus, yang bersatu dalam hakikat. Lihat. Urban,Linwood, Sejarah Ringkas Pemikiran Kristen, Jakarta:BPK-GM,2003,54

[4] Pokok persoalan mengenai kristologi ialah bahwa dalam Alkitab dinyatakan dua hal menegani Kristus yang juga tidak bisa disejajarkan secara logis. Yang pertama adalah Kristus benar-benar Allah/Tuhan. Yang kedua ialah: Kristus benar-benar manusia. Nestorius mengabaikan hal yang pertama;Cyrillus hal yang kedua. Lihat Dr.Th.Van den End,Harta Dalam Bejana, sejarah gereja ringkas, Jakarta:BPK-GM,1999, 65

[5] Stephen Tong, Allah Tritunggal,88-90

[6] Stephen Tong, Allah Tritunggal,90-91

[7] Edward W.A. Khehler, Intisari Ajaran Kristen, Pematang Siantar: Akademi Lutheran Indonesia, 2012,31-35

[8] Sebelius menggagas pandangannya tentang Trinitas kira-kira tahun 200, bnd. GBKP, Katekisasi,Kabanjahe,53

[9] G.Dyah Paramita P.K., Elisabeth I.P. Chandra Mari Berpikir Tentang Teologi:Apa yang Kita Yakini?,..87 bnd Stephen Tong, Allah Tritunggal, 25

[10] Stephen Tong, Allah Tritunggal,25-27

[11] G.Dyah Paramita P.K., Elisabeth I.P. Chandra, Mari Berpikir Tentang Teologi:Apa yang Kita Yakini?,Yogyakarta:PT Gloria Usaha Mulia,2011,83

[12] G.Dyah Paramita P.K., Elisabeth I.P. Chandra Mari Berpikir Tentang Teologi:Apa yang Kita Yakini?,..85-86

[13] G.Dyah Paramita P.K., Elisabeth I.P. Chandra Mari Berpikir Tentang Teologi:Apa yang Kita Yakini?,..86

[14] Stephen Tong, Allah Tritunggal,Surabaya:Momentum,2013,31 (Kitab Perjanjian Baru tidak secara eksplisit menuliskan istilah "Allah Tritunggal", tetapi keberadaan Bapa,Putra dan Roh Kudus tersurat dalam banyak ayat, baik secara terpisah maupun bersama-sama. Berdasarkan rumusan dalam perintah tentang pembaptisan di Matius 28:19 "Karena itu pergilah, jadikanlah semua bangsa murid-Ku dan baptislah mereka dalam nama Bapa dan Anak dan Roh Kudus"(TB-LAI). Doktrin Tritunggal mendapatkan bentuknya seperti sekarang, adalah berdasarkan FirmanTuhan dalam Injil. Ucapan Yesus: Aku di dalam Bapa dan Bapa di dalam Aku, dapat digunakan untuk menjelaskan istilah "pribadi", "sifat", "esensi", "subtansi", istilah-istilah yang belum pernah digunakan oleh para Rasul).

Info Kontak

GBKP Klasis Bekasi - Denpasar
Jl. Jatiwaringin raya No. 45/88
Pondok Gede - Bekasi
Indonesia

Phone:
(021-9898xxxxx)

Mediate

GBKP-KBD