SUPLEMEN PEKAN PENATALAYANEN GBKP TAHUN 2025 WARI IV, KEJADIN 26:26-33
HARI KE 4
Invocatio : “Apabila kamu menjadi marah, janganlah kamu berbuat dosa: janganlah matahari terbenam, sebelum padam amarahmu.” (Efesus 4:26)
Ogen : Mat. 5:21-26
Kotbah : Kej. 26:26-33
Tema : Tetap Erteman
I. PENDAHULUAN
Konflik sering dikaitkan pada suatu tindakan berupa kerusuhan yang mengandung perbedaan asumsi atau perspektif dalam berpendapat, bahkan persaingan, dan pertentangan antara kelompok dan kelompok, individu serta individu, serta kelompok dengan individu atau sebaliknya terhadap pemerintah. Menurut Hugh Miall (2004), konflik dapat dipahami sebagai interaksi yang tidak sesuai antara dua aktor, dimana salah satu aktor mengalami kerusakan, dan aktor lainnya menyebabkan kerusakan tersebut dengan sengaja atau mengabaikannya. Berkenaan pada proses hubungan yang terjadi dalam kehidupan, manusia sebenarnya mempunyai potensi yang dapat mengakibatkan suatu permasalahan bila dalam proses tujuan memiliki kepentingan yang berbeda-beda, oleh karena itu terjadilah perseteruan atau konflik.[1] Dan dalam sejarah Alkitab, perseteruan/konflik dimulai dari manusia pertama Adam dan Hawa. Konflik/perseteruan pun tetap terjadi dan mewarnai sejarah kehidupan manusia bahkan dunia sampai saat ini. Dan sebagai orang percaya kita jua dituntut untuk bisa mengelola dan menyelesaikan konflik yang terjadi dalam diri kita dan sekitar kita.
II. PEMBAHASAN
Kitab Kejadian 26, berisi tentang kisah perjalanan Ishak yang harus keluar dari Tanah Kanaan karena bencana kelaparan. Kemudian Ishak berjalan ke Selatan menuju Mesir. Tetapi Allah menampakkan diriNya kepada Ishak dan melarang Ishak ke Mesir, sehingga dia berhenti di Gerar. Kota Gerar memiliki nilai sejarah bagi Ishak, karena Abraham juga pernah berada di wilayah itu dan melakukan perjanjian dengan Abimelekh. Perjanjian itu berisi, bahwa Tanah Gerar dikeluarkan dari wilayah yang ditakdirkan untuk ditaklukkan oleh orang Israel (kej. 21:22-23; Ul. 60b) dan berada di luar wilayah pemukiman orang Israel. Di tempat ini juga, Tuhan menutup kandungan setiap perempuan di istana Abimelekh, karena Sara (Kel. 20:18).
Dan dengan kedatangan Ishak ke Gerar, seperti mengulang kisah lama karena cerita Ishak dan Abraham hampir sama. Ishak berbohong kepada semua orang bahwa Ribka bukan Istrinya melainkan saudara perempuannya. Seperti Abraham yang juga mengatakan Sara adalah saudaranya. Tetapi Abimelekh, tetap memberi perlindungan dan jaminan kepada Ishak seperti yang dia lakukan kepada Abraham ketika, kebohongan terbongkar.
Ishak diberikan kesempatan untuk menabur di Gerar, dan Tuhan memberkati apa yang dia kerjakan bahkan hasilnya 100 kali lipat. Dari waktu ke waktu, Ishak menjadi makin kaya. Tetapi keberhasilan dan Ishak menimbulkan kecemburuan. Sumur yang di gali oleh Abraham, ditutup oleh orang Filistin. Sehingga Ishak disuruh pergi dan berkemah di lembah Gerar. Kemudian dia menggali disana dan dia menemukan mata air baru yang berbual-bual airnya. Tetapi kemudian gembala Gerar dan gembala Ishak bertengkar. Dan Ishak pindah lagi dari sana dan ia menggali sumur yang lain dan tinggal di Bersyeba. Apakah Ishak benci kepada Abimelekh dan bangsanya? TIdak, setelah peristiwa itu, ternyata Abimelekh kembali menjumpai Ishak. Dan ketika perjumpaan itu terjadi, Ishak menerima dan menjamu mereka dengan baik (ay.30). Dan hasil dari perjumpaan itu Abimelekh dan Ishak berpisah dengan damai.
Menurut Tjabolo, Siti Asiah (2017), penyebab munculnya konflik, antara lain:
- Tujuan yang berbeda.
- Komunikasi yang tidak baik.
- Perlakuan tidak manusiawi dan melanggar HAM atau hukum.
- Beragam karakteristik sistem sosial.
- Pribadi orang. Setiap orang memiliki karakter yang berbeda, baik itu dipengaruhi pendidikan, lingkungan, agama, dan lainnya, inilah yang seringkali memunculkan konflik di masyarakat.
- Kebutuhan setiap orang yang berbeda dan bisa menjadi faktor timbulnya konflik.
- Perasaan dan emosi. Banyak hal yang mempengaruhi perasaan dan emosi seseorang, sehingga seringkali menimbulkan konflik.
- Pola pikir. Setiap orang memiliki pola pikir yang berbeda.
- Budaya konflik dan kekerasan. Indonesia memiliki sejarah panjang dalam meraih kemerdekaan, seringkali konflik dan kekerasan muncul untuk meraih kemerdekaan tersebut, dan hal ini juga masih sering terjadi di beberapa daerah.
Dari Teks pembacaan kita maka kita melihat bahwa beberapa factor yang memicu konflik yang terjadi antara Abimelekh dan Ishak antara lain komunikasi yang tidak baik yang terlihat dengan ketidakjujuran, kepribadian orang berbeda, perasaaan dan emosi yang juga dipengaruhi oelh sejarah, pola pikir yang berbeda. Dari hal tersebut, kita melihat begitu banyaknya hal yang bisa menyebabkan terjadinya konflik, ini menyadarkan kita bahwa sangat mudah sekali kita terlibat konflik baik pribadi dengan pribadi, pribadi dengan komunitas dan pemerintah. Konflik juga bukan hal yang perlu dihindari tetapi bukan berarti kita membenarkan prilaku-prilaku yang bisa memicu konflik. Tapi yang penting dan menjadi bagi kita, yakini dengan memperlihatkan kedewasaan dengan cara kita belajar menyelesaikan konflik tersebut. Abimelekh dan Ishak berhasil menyelesaikan konflik yang terjadi diantara mereka. Marah dan sakit hati adalah yang tidak patut di simpan dan dipelihara dalam hati karena pasti mengganggu ketenangan dalam hidup. Amsal 27:3 “batu adalah berat dan pasir pun ada beratnya, tetapi lebih berat dari kedua-duanya adalah sakit hati terhadap orang bodoh. Ishak tidak menyimpan kemarahan dan sakit hatinya, ketika Abimelekh mengusir dia dan gembala-gembala orang Gerar juga melakukan ketidak baikan karena Ishak juga menyadari bahwa sejarah mengingatkan ada juga perbuatan Abraham yang mendatangkan malapetaka bagi Abimelekh. Dan kejadian itu diawali dengan peristiwa yang sama dengan Ishak. Ishak juga menyadari dia bukan orang yang sempurna juga. Tetapi di memperlihatkan kedewasaan dengan tidak mau membalas kejahatan dengan kejahatan. Tapi ada tekad yang kuat dalam dirinya menjalani hidup dengan mengampuni dan mengalah dengan tetap berpegang pada dasar janji penyertaan Tuhan yang tak akan pernah berhenti mengalir bagi orang yang mau mendengar dan hidup sesuai dengan kehendak Tuhan. Kita lihat bagaimana Ishak dalam segala yang hal yang dia lakukan dimana pun, kehadirannya mendatangkan kehidupan. Sekalipun mengampuni menyakitkan, tapi ada kehidupan setelah itu. Dan itu yang tertuang dalam kata Damai yang dalam bahasa ibrani “syaloom” yang berarti keselamatan, kesejahteraan, keamanan dan kedamaian. Dalam lingkup yang lebih, damai mencakup semua aspek kehidupan manusia, seperti hubungan dengan Tuhan, hubungan antar manusia, hubungan manusia dengan lingkungan, serta kesejahteraan fisik, mental, dan sosial. Dalam kesejahteraan fisik, mental, dan social. "Shalom" berarti keadaan kesehatan, kebahagiaan, dan kemakmuran yang seutuhnya. Ketika manusia hidup dalam kondisi yang sehat dan sejahtera secara fisik, mental, dan sosial, maka ia dapat mencapai potensi terbaiknya dalam kehidupan. Dan Ishak sudah membuktikan itu.
III. KESIMPULAN
Ilustrasi: Seorang guru ketika memulai pembelajaran, menugaskan murid muridnya untuk membawa 5 buah kentang dalam plastic. Keesokan harinya, semua murid membawa kentang tersebut. Tenyata, mereka diberikan tugas untuk membawa kentang yang sudah ditaruh dalam plastic tersebut, kemanapun mereka dalam berbagai aktivitas mereka kemanapun mereka pergi baik ketika makan, tidur, ke sekolah, bermain. 2 minggu kemudian, ada anak yang mulai mengeluh, kentangnya sudah mulai berair, busuk dan mengeluarkan aroma yang tidak menyenangkan. Tapi mereka juga harus tetap meneruskan tugas tersebut. Beberapa waktu kemudian, anak-anak mulai sakit, karena tidak bisa tidur dengan nyaman dan makan dengan enak karena aroma busuk mulai menyengat. Akibatnya mereka mulai sakit. Ilutrasi ini mengajarkan kita bahwa menyimpan rasa sakit hati dan kemarahan dalam hati sangat merugikan bagi kita. Karena sangat mempengaruhi kehidupan dan kesehatan kita. Oleh sebab itu Invocatio kita tadi mengatakan “jangan biarkan matahari terbenam sebelum padam amarahmu”. Dan dalam pembacaan pertama, Matius 5:21-26, kata marah, kafir dan jahil, nasehat Yesus tidak mengarah kepada kemarahan yang selayaknya terhadap orang yang fasik dan tidak adil, tetapi yang diingatkan oleh Yesus adalah kemarahan yang mendendam yang secara tidak adil menghendaki kematian orang lain.
Sikap orang lain terhadap kita dalah kondisi yang tidak bisa kita kendalikan, tetapi sikap kita terhadap orang lain adalah kondisi di bawah kendali kita. Berdamai atau mengampuni adalah pilihan bagi kita, sekalipun sulit, tetapi ingatlah bahwa berdamai dan mengampuni akan selalu memberi kehidupan bagi yang melakukannya.
Pdt. Sripinta Br Ginting
Runggun Cisalak
[1] Hugh Miall. Resolusi Damai Konflik Kontemporer. Raja Grafindo Persada: 2001, Jakarta