SUPLEMEN PEKAN PENATALAYANEN GBKP TAHUN 2025 WARI VII, MATIUS 5:9
HARI KE 7
“Erbahan Perdamen”
Matius 5:9
Pengantar
Pada kesempatan ini, kita akan merenungkan kata-kata Yesus yang terdapat dalam Matius 5:9, "Berbahagialah orang yang membawa damai, karena mereka akan disebut anak-anak Allah." Ayat ini adalah bagian dari ajaran Yesus yang sangat penting dalam Khotbah di Bukit, di mana Yesus tidak hanya mengajarkan mengenai berkat bagi mereka yang membawa damai, tetapi juga mengungkapkan identitas dan panggilan kita sebagai anak-anak Allah yang hidup dalam dan membawa damai. Dalam kehidupan sehari-hari, kita mungkin sering dihadapkan dengan ketegangan, konflik, dan perpecahan, baik dalam hubungan pribadi maupun dalam masyarakat. Oleh karena itu, mari kita bersama-sama merenungkan dengan lebih dalam bagaimana kita dapat hidup sebagai pembawa damai, mulai dari memahami Allah sebagai sumber damai kita, hingga mengupayakan perdamaian dalam diri kita sendiri, dan akhirnya menjadi agen perdamaian yang aktif di dunia ini.
Isi Kotbah
1. Allah adalah sumber damai kita yang sejati
Ketika Yesus mengatakan, "Berbahagialah orang yang membawa damai," kita diingatkan bahwa damai sejati hanya dapat ditemukan dalam Allah, yang adalah sumber dari segala kedamaian. Dalam banyak bagian Alkitab, Allah disebut sebagai "Allah yang mendamaikan" (2Korintus 5:19) dan Yesus sendiri disebut sebagai "Prinsip Damai" (Efesus 2:14). Dalam kehidupan kita, damai bukanlah sesuatu yang bisa kita ciptakan dengan usaha atau kekuatan sendiri, damai sejati adalah pemberian Allah melalui karya keselamatan-Nya dalam Yesus Kristus. Damai ini bukan hanya sebuah ketenangan sementara, tetapi sebuah keadaan yang melampaui segala pengertian manusiawi, damai yang hadir di dalam hati kita karena kita berdamai dengan Allah melalui pengampunan-Nya yang diberikan kepada kita melalui salib Kristus.
Sebagai umat yang telah diperdamaikan dengan Allah melalui karya salib Kristus, kita dipanggil untuk menjadi anak-anak Allah yang mencerminkan damai tersebut dalam setiap aspek kehidupan kita. Dalam hal ini, menjadi anak Allah bukan hanya berarti memperoleh status sebagai anak Tuhan, tetapi juga berarti kita dipanggil untuk meneladani sifat-sifat Allah yang penuh kasih, pengampunan, dan kedamaian. Ketika kita mengalami damai Allah yang melampaui segala akal ini dalam hidup kita, kita pun diberi kuasa untuk membawa damai itu ke dalam hubungan kita dengan sesama, menciptakan keharmonisan di tengah dunia yang penuh dengan ketegangan dan perpecahan.
- Menjadi pembawa damai
Berarti kita tidak hanya menerima damai tersebut untuk diri kita sendiri, tetapi juga menjadi saluran damai Allah untuk disampaikan kepada orang lain. Kita sebagai orang percaya harus menjadi cerminan untuk orang sekitar kita, peperti halnya Kristus yang membawa damai melalui pengorbanan-Nya di kayu salib, kita dipanggil untuk membawa damai dalam kehidupan kita sehari-hari, baik dalam hubungan pribadi maupun dalam komunitas yang lebih luas.
2. Berdamai dengan Diri Sendiri
- Mengalami damai dalam diri kita sendiri
Sebelum kita dapat membawa damai kepada orang lain, kita harus terlebih dahulu berdamai dengan diri kita sendiri. Dalam banyak aspek kehidupan kita, baik itu terkait dengan masa lalu, kegagalan, ataupun konflik batin, sering kali kita mengalami kesulitan untuk merasakan kedamaian. Kita mungkin terbelenggu oleh rasa bersalah, amarah, atau kekecewaan yang membelenggu hati dan pikiran kita. Untuk itu, kita perlu mengalami kedamaian dengan diri kita sendiri, yang hanya dapat datang melalui pengampunan dan rekonsiliasi dengan Allah.
Berdamai dengan diri sendiri berarti kita menerima kenyataan bahwa kita adalah manusia yang tidak sempurna, tetapi dalam kasih karunia Tuhan kita diselamatkan dan diperdamaikan. Pengampunan Allah yang kita terima dalam Kristus memungkinkan kita untuk melepaskan rasa bersalah, mengampuni diri sendiri, dan menerima damai yang datang dari-Nya. Ketika kita berdamai dengan diri kita sendiri, kita tidak lagi dibebani oleh masa lalu atau ketakutan akan masa depan, melainkan hidup dalam damai sejahtera yang diberikan oleh Allah. Dalam hal ini, perdamaian batin yang kita alami menjadi landasan yang kuat untuk dapat membawa damai kepada orang lain.
Damai dengan diri sendiri adalah hasil dari pemulihan yang Allah lakukan dalam hidup kita. Ketika kita berakar dalam pengampunan Kristus dan menerima damai-Nya, kita akan mengalami kebebasan dari segala kecemasan dan ketegangan dalam hidup kita. Hanya dengan berdamai dengan diri kita sendiri kita dapat menjadi pembawa damai yang sejati bagi orang lain.
3. Menjadi Agen Perdamaian: Mewujudkan Damai di Dunia yang Rusak
- Panggilan untuk menjadi agen perdamaian di dunia ini
Sebagai anak-anak Allah yang telah menerima damai-Nya, kita tidak hanya dipanggil untuk hidup dalam damai, tetapi juga untuk menjadi agen perdamaian di dunia ini. Dunia kita penuh dengan konflik, ketegangan, dan ketidakadilan. Namun, Yesus menantang kita untuk tidak terjebak dalam kekerasan, kebencian, atau balas dendam, melainkan untuk menjadi pembawa damai yang aktif. Yesus sendiri memberikan teladan dengan cara hidup-Nya yang penuh dengan pengampunan dan rekonsiliasi, bahkan ketika Dia dihina dan dianiaya.
Dalam Roma 12:18, Rasul Paulus menasihati kita, "Sedapat-dapatnya, jika itu bergantung padamu, hiduplah dalam perdamaian dengan semua orang." Panggilan kita sebagai orang Kristen adalah untuk membawa damai di tempat-tempat yang terpecah, di antara orang-orang yang saling bermusuhan, dan dalam segala aspek kehidupan kita. Menjadi agen perdamaian berarti kita tidak hanya menghindari konflik, tetapi juga aktif menciptakan dan memulihkan kedamaian. Ini mungkin berarti kita harus menjadi orang yang pertama untuk mengampuni, menjadi pendamai antara yang bertikai, atau mengedepankan kebenaran dan keadilan yang membawa kedamaian bagi semua pihak.
- Agen perdamaian
Juga berarti kita bekerja untuk menciptakan keadilan sosial dan kedamaian di dunia ini, memperjuangkan hak-hak mereka yang tertindas, dan mengusahakan rekonsiliasi di antara kelompok-kelompok yang terpecah. Hal ini adalah panggilan kita sebagai warga kerajaan Allah untuk membawa nilai-nilai kerajaan Allah, yang adalah kerajaan damai, ke dalam dunia ini. Kita dipanggil untuk menjadi terang dan garam, untuk mewujudkan kedamaian Allah di tengah dunia yang hancur ini.
Isi Invocatio
Yesaya 52:7a
Matius 5:9 mengatakan, "Berbahagialah orang yang membawa damai, karena mereka akan disebut anak-anak Allah," yang menegaskan panggilan kita sebagai pembawa damai di dunia ini. Yesaya 52:7a, di sisi lain, berkata, "Betapa indahnya kelapangan mereka yang membawa berita baik, yang memberitakan keselamatan," yang mengacu pada orang yang menyampaikan kabar keselamatan dan damai dari Tuhan.
Kaitannya adalah bahwa kedamaian yang dimaksud dalam Matius 5:9 adalah damai yang berasal dari keselamatan Allah yang diumumkan dalam Yesaya 52:7a. Mereka yang membawa damai adalah mereka yang mengabarkan berita baik bahwa Allah telah datang untuk menyelamatkan umat-Nya dan memerintah sebagai Raja. Sebagai anak-anak Allah, kita dipanggil untuk menyampaikan damai ini melalui Kristus—damai yang tidak hanya mengakhiri pertentangan manusia, tetapi mendamaikan kita dengan Allah dan satu sama lain. Dengan demikian, membawa damai berarti menjadi pembawa kabar keselamatan, seperti yang digambarkan dalam Yesaya 52:7a, dan kita disebut anak-anak Allah karena kita mewartakan damai yang membawa keselamatan dan pengharapan kepada dunia. Sebagai pembawa damai, kita tidak hanya mencari kedamaian pribadi, tetapi juga berperan aktif dalam membawa rekonsiliasi dan damai yang datang dari Tuhan ke dunia yang penuh konflik. Singkatnya, Yesaya 52:7a dan Matius 5:9 bersama-sama menekankan peran kita sebagai pembawa damai, yang mengabarkan keselamatan Allah dan menghidupi damai-Nya dalam setiap aspek hidup kita.
Kesimpulan
Sering kali kita hanya mengejar damai duniawi, tanpa memikirkan damai yang sebenarnya datang dari Allah sendiri. Harta, tahta, jabatan yang menjadi poin-poin kedamaian dikehidupan kita bukan bersifat permanen, semuanya akan kita tinggalkan, tapi kedamaian yang dari padaNya bersifat kekal.
Panggilan Yesus dalam Matius 5:9 untuk menjadi pembawa damai bukanlah panggilan yang mudah, tetapi juga merupakan panggilan yang sangat mulia. Sebagai anak-anak Allah, kita dipanggil untuk mengalami damai yang sejati yang berasal dari Allah sendiri, dan untuk menjadi saluran damai itu dalam setiap hubungan kita. Namun, untuk menjadi pembawa damai yang sejati, kita harus terlebih dahulu berdamai dengan diri kita sendiri, menerima pengampunan dan kedamaian yang Allah berikan kepada kita. Dari kedamaian yang kita alami, kita dipanggil untuk menjadi agen perdamaian yang aktif di dunia ini di tengah konflik, ketegangan, dan ketidakadilan, kita menjadi pembawa damai yang mewartakan kerajaan Allah.
Mari kita berdoa agar Tuhan memberi kita hati yang penuh damai, dan memberikan keberanian serta hikmat untuk membawa damai dalam setiap aspek hidup kita. Semoga kita, sebagai anak-anak Allah, dapat membawa damai sejati ke tengah dunia ini yang sangat membutuhkan-Nya. God Bless.
Vic. Brima Suryono Purba