SUPLEMEN PEKAN PENATALAYANEN GBKP TAHUN 2025, 1 KORINTUS 3:1-11

HARI KE 5

Invocatio : 1 Korintus 14:20

O g e n  : Mazmur 133:1-3

Khotbah  : 1 Korintus 3:1-11

T e m a : Kita Bangunen Dibata kap /Kita adalah bangunan Allah

Teks Bacaan Invocatio: 1 Korintus 14:20

“Saudara-saudara, janganlah sama seperti anak-anak dalam pemikiranmu. Jadilah anak-anak dalam kejahatan, tetapi orang dewasa dalam pemikiranmu!”

 

Penjelasan teks invocatio:

Rasul Paulus menasihati jemaat Korintus untuk bersikap dewasa (menggunakan kecerdasan mereka secara penuh) dalam pemikiran mereka, terutama dalam hal memahami ajaran-ajaran dan dalam mengamalkan iman. Namun, mereka diminta untuk "seperti anak-anak dalam kejahatan," yang artinya agar mereka tetap tidak berdosa, tulus, dan murni.

Rasul Paulus ingin mereka dewasa dalam penilaian dan kebijaksanaan, tidak mudah tergoda atau terseret oleh emosi, kebingungan, atau egoisme, terutama dalam konteks menggunakan karunia rohani, seperti bahasa roh dan bernubuat, yang banyak diperdebatkan di gereja mereka.

Ilustrasi

Sekelompok anak-anak sedang bertengkar karena masing-masing ingin mainan yang sama.

Ketika seorang dewasa datang, ia melihat situasinya dari sudut pandang yang berbeda; ia lebih bijaksana, bisa memahami perasaan dan keinginan anak-anak, dan bisa memberi solusi yang adil.

Demikian juga dalam kehidupan rohani, orang percaya perlu memiliki hati yang murni dan tidak suka bertengkar (seperti anak-anak yang suka bertengkar), tetapi juga perlu kebijaksanaan dan pengertian seperti orang dewasa agar bisa hidup dengan damai dan saling membangun.


Penjelasan Teks Bacaan O g e n: Mazmur 133:1-3

Mazmur ini adalah nyanyian yang mengungkapkan sukacita dari persatuan dan kerukunan di antara umat Tuhan. Pemazmur, Daud, mengilustrasikan betapa berharga dan indahnya kerukunan itu dengan dua gambaran yang mendalam:

  • Minyak yang di kepala Harun – Minyak yang dituangkan ke atas kepala Harun dalam upacara pentahbisan mengalir hingga ke janggutnya dan turun ke jubahnya, melambangkan kesucian, berkat, dan pengudusan.

Ini menggambarkan bagaimana kerukunan yang sejati membawa aliran berkat dari Allah, meliputi seluruh komunitas seperti minyak yang memenuhi setiap bagian tubuh.

  • Embun dari gunung Hermon ke Sion – Embun Hermon terkenal menyegarkan dan subur, yang membawa kehidupan dan kesuburan bagi tanah. Gambaran ini mengingatkan kita bahwa kerukunan dalam jemaat atau keluarga menghasilkan kehidupan, sukacita, dan berkat dari Allah, memberikan kesegaran dan kehidupan yang sejati.

Ilustrasi

Sebuah taman yang terdiri dari berbagai jenis tanaman. Setiap tanaman mungkin berbeda – tinggi atau rendah, berbunga atau berbuah – tetapi mereka tumbuh bersama, saling melengkapi dan memperkaya satu sama lain. Tanah yang subur dan air yang cukup membuat semuanya tumbuh dengan baik, membentuk pemandangan yang indah.

Begitu juga, dalam keluarga, jemaat, atau komunitas, jika setiap orang hidup dalam damai, saling menghormati, dan bekerja sama, mereka akan "berbunga" dan "berbuah" bersama, dan Tuhan memberkati kebersamaan itu.

Kerukunan ini bukan hanya indah secara lahiriah, tetapi juga mengundang berkat dari Tuhan yang memberikan kehidupan dan kesejahteraan bagi semua yang ada di dalamnya.

Penjelasan Teks Bacaan Khotbah: 1 Korintus 3:1-11

Rasul Paulus menasihati jemaat Korintus mengenai pentingnya kedewasaan rohani dan kebersamaan dalam membangun gereja

  • Ayat 1-3: Paulus menyebut jemaat Korintus sebagai "manusia duniawi" atau "manusia jasmani" karena masih bersikap kekanak-kanakan secara rohani. Mereka hidup dalam kecemburuan, pertengkaran, dan persaingan, yang menunjukkan kedangkalan iman dan ketidakdewasaan rohani mereka.
  • Ayat 4-5: Paulus menyatakan bahwa perselisihan mengenai pemimpin (misalnya, menganggap diri sebagai pengikut Paulus atau Apolos) adalah tanda lain dari keduniawian. Paulus dan Apolos hanya pelayan-pelayan Tuhan, dan yang penting bukanlah mereka, tetapi Allah yang memberikan pertumbuhan.
  • Ayat 6-9: Paulus menjelaskan perannya dan peran Apolos dengan ilustrasi pertanian. Paulus menanam, Apolos menyiram, tetapi Allah yang membuat pertumbuhan. Ini menekankan bahwa hanya Allah yang dapat memberi pertumbuhan rohani; manusia hanya alat di tangan-Nya.
  • Ayat 10-11: Paulus menggunakan ilustrasi lain, yaitu pembangunan. Ia meletakkan dasar sebagai ahli bangunan (fondasi yang kokoh), dan dasar itu adalah Yesus Kristus. Orang lain mungkin membangun di atas fondasi itu, tetapi tidak ada dasar lain yang bisa diletakkan selain Kristus.

Pesan Utama

  • Pentingnya Kedewasaan Rohani:

Paulus mengajak jemaat untuk bertumbuh secara rohani, tidak tinggal pada tahap "bayi rohani" yang cenderung pada perselisihan dan kecemburuan.

Kedewasaan iman ditandai oleh kerendahan hati, saling membangun, dan fokus kepada Kristus, bukan kepada tokoh manusia.

  • Pentingnya Persatuan dalam Pekerjaan Tuhan:

Setiap pekerja di ladang Tuhan memiliki peran penting, namun tidak seorang pun lebih penting dari yang lain. Yang terutama adalah Tuhan sendiri, yang memberi pertumbuhan.

Ini menekankan bahwa gereja bukan milik satu pemimpin atau tokoh, tetapi milik Allah, dan semua orang yang bekerja di dalamnya adalah bagian dari satu kesatuan.

  • Pentingnya Kristus sebagai Fondasi:
  • Dasar iman dan kehidupan orang percaya adalah Yesus Kristus. Segala sesuatu yang dibangun di atas dasar yang salah akan runtuh, tetapi jika dibangun di atas Kristus, ia akan kokoh.

Ilustrasi

Bayangkan sebuah gedung yang besar dan indah. Setiap bagian gedung tersebut dibangun oleh berbagai pekerja: ada yang menggali fondasi, ada yang memasang dinding, ada yang memasang atap, dan ada yang mengecat. Semua pekerja punya peran masing-masing, dan meskipun berbeda, semua penting dalam membentuk gedung yang kokoh. Namun, fondasi gedung adalah bagian yang paling mendasar; tanpa fondasi yang kuat, gedung akan mudah runtuh.

Begitu pula, dalam kehidupan rohani, setiap orang memiliki peran yang unik, tetapi yang terpenting adalah dasar yang mereka bangun—yaitu Yesus Kristus.

Aplikasi dalam Khotbah

  • Pentingnya Menjaga Kedewasaan dalam Komunitas:

Jemaat diingatkan untuk menghindari perselisihan dan perpecahan, serta menumbuhkan sikap rendah hati dan saling menghormati.

Dalam komunitas gereja, tidak ada tempat bagi persaingan atau kecemburuan yang memecah belah, karena kita semua adalah bagian dari tubuh Kristus yang satu. Sebagaimana nasihat Rasul Paulus kepada jemaat Korintus dalam invocatio, agar bersikap dewasa dalam pemikiran mereka, terutama dalam hal memahami ajaran-ajaran dan dalam mengamalkan iman. Mereka diminta untuk "seperti anak-anak dalam kejahatan," yang artinya agar mereka tetap tidak berdosa, tulus, dan murni.

Anak-anak, secara umum, dipandang sebagai makhluk yang polos, tidak memiliki niat jahat, dan tidak terlibat dalam rencana atau tindakan kejahatan. Oleh karena itu, Paulus mengajak jemaat untuk meniru kepolosan dan kemurnian hati anak-anak dalam hal dosa dan kejahatan.

  • Fokus kepada Kristus, Bukan pada Tokoh:

Gereja diingatkan untuk tidak terlalu mengidolakan pemimpin tertentu, melainkan menempatkan Kristus sebagai pusat kehidupan rohani.

Pemimpin adalah alat Tuhan, tetapi hanya Tuhan yang memberikan kehidupan dan pertumbuhan sejati.

  • Pentingnya Membangun di Atas Fondasi Kristus:

Dalam menjalani hidup, jemaat didorong untuk memeriksa apakah segala aspek hidup mereka dibangun di atas dasar Kristus.

Keputusan, perilaku, dan nilai-nilai hidup yang tidak berdasarkan pada ajaran Kristus akan rapuh, sementara yang berdasarkan pada Kristus akan bertahan.

Melalui nasihat Paulus dalam 1 Korintus 3:1-11, jemaat dipanggil untuk bertumbuh dewasa dalam iman, memprioritaskan persatuan, dan memastikan bahwa semua yang mereka bangun dalam hidup mereka berakar pada Kristus.

Sebagaimana dalam teks Ogen yang menekankan pentingnya kerukunan baik dalam keluarga, jemaat, atau komunitas, jika setiap orang hidup dalam damai, saling menghormati, dan bekerja sama, mereka akan "berbunga" dan "berbuah" bersama, dan Tuhan memberkati kebersamaan itu.

Penjelasan Tema: Kita adalah bangunan Allah

  • Rasul Paulus menggambarkan jemaat di Korintus sebagai "bangunan Allah" dan "ladang Allah." Jemaat merupakan proyek Allah yang sedang dibangun dengan dasar Kristus, yang adalah "fondasi satu-satunya" yang kuat dan kokoh. Tidak ada dasar lain yang bisa menopang bangunan tersebut selain Kristus sendiri.
  1. Kita sebagai umat percaya merupakan satu tubuh dalam Kristus yang sedang dibangun dan ditumbuhkan oleh Allah.
  2. Kita perlu menjaga kemurnian dan ketulusan hati dalam membangun iman kita dan mempersembahkan karya pelayanan kita bagi Tuhan.
  3. Kita semua merupakan "bangunan Allah" yang disatukan oleh fondasi Kristus yang tak tergoyahkan.

Paulus juga menggunakan perumpamaan tentang bangunan untuk menunjukkan bahwa setiap orang yang melayani di gereja harus berhati-hati dalam cara mereka membangun di atas dasar ini.

Tugas mereka adalah menambahkan bahan-bahan yang tahan uji dalam bangunan Allah, seperti emas, perak, atau batu permata, yang melambangkan karya pelayanan yang tulus dan bernilai kekal.

Sebaliknya, bahan-bahan yang tidak tahan api (seperti kayu, rumput kering, atau jerami) akan lenyap di hari penghakiman.

(Pdt Philipus Tarigan-GBKP Rg Cililitan)

SUPLEMEN PEKAN PENATALAYANEN GBKP TAHUN 2025 WARI IV, KEJADIN 26:26-33

HARI KE 4

Invocatio : “Apabila kamu menjadi marah, janganlah kamu berbuat dosa: janganlah matahari terbenam, sebelum padam amarahmu.” (Efesus 4:26)

Ogen : Mat. 5:21-26

Kotbah    : Kej. 26:26-33

Tema       : Tetap Erteman

 

I. PENDAHULUAN

Konflik sering dikaitkan pada suatu tindakan berupa kerusuhan yang mengandung perbedaan asumsi atau perspektif dalam berpendapat, bahkan persaingan, dan pertentangan antara kelompok dan kelompok, individu serta individu, serta kelompok dengan individu atau sebaliknya terhadap pemerintah. Menurut Hugh Miall (2004), konflik dapat dipahami sebagai interaksi yang tidak sesuai antara dua aktor, dimana salah satu aktor mengalami kerusakan, dan aktor lainnya menyebabkan kerusakan tersebut dengan sengaja atau mengabaikannya. Berkenaan pada proses hubungan yang terjadi dalam kehidupan, manusia sebenarnya mempunyai potensi yang dapat mengakibatkan suatu permasalahan bila dalam proses tujuan memiliki kepentingan yang berbeda-beda, oleh karena itu terjadilah perseteruan atau konflik.[1] Dan dalam sejarah Alkitab, perseteruan/konflik dimulai dari manusia pertama Adam dan Hawa. Konflik/perseteruan pun tetap terjadi dan mewarnai sejarah kehidupan manusia bahkan dunia sampai saat ini. Dan sebagai orang percaya kita jua dituntut untuk bisa mengelola dan menyelesaikan konflik yang terjadi dalam diri kita dan sekitar kita.

II. PEMBAHASAN

Kitab Kejadian 26, berisi tentang kisah perjalanan Ishak yang harus keluar dari Tanah Kanaan karena bencana kelaparan. Kemudian Ishak berjalan ke Selatan menuju Mesir. Tetapi Allah menampakkan diriNya kepada Ishak dan melarang Ishak ke Mesir, sehingga dia berhenti di Gerar. Kota Gerar memiliki nilai sejarah bagi Ishak, karena Abraham juga pernah berada di wilayah itu dan melakukan perjanjian dengan Abimelekh. Perjanjian itu berisi, bahwa Tanah Gerar dikeluarkan dari wilayah yang ditakdirkan untuk ditaklukkan oleh orang Israel (kej. 21:22-23; Ul. 60b) dan berada di luar wilayah pemukiman orang Israel. Di tempat ini juga, Tuhan menutup kandungan setiap perempuan di istana Abimelekh, karena Sara (Kel. 20:18).

Dan dengan kedatangan Ishak ke Gerar, seperti mengulang kisah lama karena cerita Ishak dan Abraham hampir sama. Ishak berbohong kepada semua orang bahwa Ribka bukan Istrinya melainkan saudara perempuannya. Seperti Abraham yang juga mengatakan Sara adalah saudaranya. Tetapi Abimelekh, tetap memberi perlindungan dan jaminan kepada Ishak seperti yang dia lakukan kepada Abraham ketika, kebohongan terbongkar.

Ishak diberikan kesempatan untuk menabur di Gerar, dan Tuhan memberkati apa yang dia kerjakan bahkan hasilnya 100 kali lipat. Dari waktu ke waktu, Ishak menjadi makin kaya. Tetapi keberhasilan dan Ishak menimbulkan kecemburuan. Sumur yang di gali oleh Abraham, ditutup oleh orang Filistin. Sehingga Ishak disuruh pergi dan berkemah di lembah Gerar. Kemudian dia menggali disana dan dia menemukan mata air baru yang berbual-bual airnya. Tetapi kemudian gembala Gerar dan gembala Ishak bertengkar. Dan Ishak pindah lagi dari sana dan ia menggali sumur yang lain dan tinggal di Bersyeba. Apakah Ishak benci kepada Abimelekh dan bangsanya? TIdak, setelah peristiwa itu, ternyata Abimelekh kembali menjumpai Ishak. Dan ketika perjumpaan itu terjadi, Ishak menerima dan menjamu mereka dengan baik (ay.30). Dan hasil dari perjumpaan itu Abimelekh dan Ishak berpisah dengan damai.

Menurut Tjabolo, Siti Asiah (2017), penyebab munculnya konflik, antara lain:

  • Tujuan yang berbeda.
  • Komunikasi yang tidak baik.
  • Perlakuan tidak manusiawi dan melanggar HAM atau hukum.
  • Beragam karakteristik sistem sosial.
  • Pribadi orang. Setiap orang memiliki karakter yang berbeda, baik itu dipengaruhi pendidikan, lingkungan, agama, dan lainnya, inilah yang seringkali memunculkan konflik di masyarakat.
  • Kebutuhan setiap orang yang berbeda dan bisa menjadi faktor timbulnya konflik.
  • Perasaan dan emosi. Banyak hal yang mempengaruhi perasaan dan emosi seseorang, sehingga seringkali menimbulkan konflik.
  • Pola pikir. Setiap orang memiliki pola pikir yang berbeda.
  • Budaya konflik dan kekerasan. Indonesia memiliki sejarah panjang dalam meraih kemerdekaan, seringkali konflik dan kekerasan muncul untuk meraih kemerdekaan tersebut, dan hal ini juga masih sering terjadi di beberapa daerah.

Dari Teks pembacaan kita maka kita melihat bahwa beberapa factor yang memicu konflik yang terjadi antara Abimelekh dan Ishak antara lain komunikasi yang tidak baik yang terlihat dengan ketidakjujuran, kepribadian orang berbeda, perasaaan dan emosi yang juga dipengaruhi oelh sejarah, pola pikir yang berbeda. Dari hal tersebut, kita melihat begitu banyaknya hal yang bisa menyebabkan terjadinya konflik, ini menyadarkan kita bahwa sangat mudah sekali kita terlibat konflik baik pribadi dengan pribadi, pribadi dengan komunitas dan pemerintah. Konflik juga bukan hal yang perlu dihindari tetapi bukan berarti kita membenarkan prilaku-prilaku yang bisa memicu konflik. Tapi yang penting dan menjadi bagi kita, yakini dengan memperlihatkan kedewasaan dengan cara kita belajar menyelesaikan konflik tersebut. Abimelekh dan Ishak berhasil menyelesaikan konflik yang terjadi diantara mereka. Marah dan sakit hati adalah yang tidak patut di simpan dan dipelihara dalam hati karena pasti mengganggu ketenangan dalam hidup. Amsal 27:3 “batu adalah berat dan pasir pun ada beratnya, tetapi lebih berat dari kedua-duanya adalah sakit hati terhadap orang bodoh. Ishak tidak menyimpan kemarahan dan sakit hatinya, ketika Abimelekh mengusir dia dan gembala-gembala orang Gerar juga melakukan ketidak baikan karena Ishak juga menyadari bahwa sejarah mengingatkan ada juga perbuatan Abraham yang mendatangkan malapetaka bagi Abimelekh. Dan kejadian itu diawali dengan peristiwa yang sama dengan Ishak. Ishak juga menyadari dia bukan orang yang sempurna juga. Tetapi di memperlihatkan kedewasaan dengan tidak mau membalas kejahatan dengan kejahatan. Tapi ada tekad yang kuat dalam dirinya menjalani hidup dengan mengampuni dan mengalah dengan tetap berpegang pada dasar janji penyertaan Tuhan yang tak akan pernah berhenti mengalir bagi orang yang mau mendengar dan hidup sesuai dengan kehendak Tuhan. Kita lihat bagaimana Ishak dalam segala yang hal yang dia lakukan dimana pun, kehadirannya mendatangkan kehidupan. Sekalipun mengampuni menyakitkan, tapi ada kehidupan setelah itu. Dan itu yang tertuang dalam kata Damai yang dalam bahasa ibrani “syaloom” yang berarti keselamatan, kesejahteraan, keamanan dan kedamaian. Dalam lingkup yang lebih, damai mencakup semua aspek kehidupan manusia, seperti hubungan dengan Tuhan, hubungan antar manusia, hubungan manusia dengan lingkungan, serta kesejahteraan fisik, mental, dan sosial. Dalam kesejahteraan fisik, mental, dan social. "Shalom" berarti keadaan kesehatan, kebahagiaan, dan kemakmuran yang seutuhnya. Ketika manusia hidup dalam kondisi yang sehat dan sejahtera secara fisik, mental, dan sosial, maka ia dapat mencapai potensi terbaiknya dalam kehidupan. Dan Ishak sudah membuktikan itu.

III. KESIMPULAN

Ilustrasi: Seorang guru ketika memulai pembelajaran, menugaskan murid muridnya untuk membawa 5 buah kentang dalam plastic. Keesokan harinya, semua murid membawa kentang tersebut. Tenyata, mereka diberikan tugas untuk membawa kentang yang sudah ditaruh dalam plastic tersebut, kemanapun mereka dalam berbagai aktivitas mereka kemanapun mereka pergi baik ketika makan, tidur, ke sekolah, bermain. 2 minggu kemudian, ada anak yang mulai mengeluh, kentangnya sudah mulai berair, busuk dan mengeluarkan aroma yang tidak menyenangkan. Tapi mereka juga harus tetap meneruskan tugas tersebut. Beberapa waktu kemudian, anak-anak mulai sakit, karena tidak bisa tidur dengan nyaman dan makan dengan enak karena aroma busuk mulai menyengat. Akibatnya mereka mulai sakit. Ilutrasi ini mengajarkan kita bahwa menyimpan rasa sakit hati dan kemarahan dalam hati sangat merugikan bagi kita. Karena sangat mempengaruhi kehidupan dan kesehatan kita. Oleh sebab itu Invocatio kita tadi mengatakan “jangan biarkan matahari terbenam sebelum padam amarahmu”. Dan dalam pembacaan pertama, Matius 5:21-26, kata marah, kafir dan jahil, nasehat Yesus tidak mengarah kepada kemarahan yang selayaknya terhadap orang yang fasik dan tidak adil, tetapi yang diingatkan oleh Yesus adalah kemarahan yang mendendam yang secara tidak adil menghendaki kematian orang lain.

Sikap orang lain terhadap kita dalah kondisi yang tidak bisa kita kendalikan, tetapi sikap kita terhadap orang lain adalah kondisi di bawah kendali kita. Berdamai atau mengampuni adalah pilihan bagi kita, sekalipun sulit, tetapi ingatlah bahwa berdamai dan mengampuni akan selalu memberi kehidupan bagi yang melakukannya.

Pdt. Sripinta Br Ginting

Runggun Cisalak

 

 

[1] Hugh Miall. Resolusi Damai Konflik Kontemporer. Raja Grafindo Persada: 2001, Jakarta

SUPLEMEN PEKAN PENATALAYANEN GBKP TAHUN 2025 WARI III, KHOTBAH KISAH PARA RASUL 15:6-11

HARI KE 3

Invocatio : Sabab kami sada aron kap ndahiken dahin Dibata, janah kam me JumaNa. Kam pe bangunen Dibata kap (1 Korinti 3:9).

Ogen : Bilangan 12:1-13

Khotbah : Kisah Para Rasul 15 :6-11

Tema   :Tampil Ndungi Perjengilen/ Pelayan Menjadi Juru Damai

 

I. Kata Pengantar

Sebuah ungkapan dari Albert Einsten “ kedamaian tidak dapat dijaga dengan kekuatan, itu hanya dapat dicapai melalui pemahaman”. Pola pikir dan sikap manusia akan mempengaruhi situasi kehidupannya. Hidup ini adalah 10% dari apa yang terjadi pada kita dan 90% dari bagaimana kita meresponnya – Charles R. Swindoll. Makna dari kutipan ini adalah bahwa peristiwa dan tantangan dalam hidup hanya sebagian kecil dari keseluruhan pengalaman kita. sebagian besar kehidupan kita dipengaruhi oleh bagaimana kita memilih untuk menghadapi dan merespon hal-hal yang terjadi. Dengan sikap yang positif, tegar, tenang dan bijaksana, kita dapat mengubah situasi sulit menjadi peluang untuk dapat mengubah situasi sulit menjadi peluang untuk tumbuh dan kembang. Demikian sebaliknya dengan sikap yang negatif, arrogant, keras dan egois akan menambah kesulitan ditengah situasi yang tidak kondusif sehingga besar peluang untuk terjadi perpecahan. Dengan demikian kita harus bijak dalam menmilih sikap atau tindakan apa yang kita ambil dalam menjalani kehidupan kita karena hidup kita tidak luput dari berbagai macam pergumulan.

II. Penjelasan Teks

Pertikaian atau perjengilen bisa timbul dari mana saja dengan berbagai alasan apa saja. Bilangan 12:1-13 menceritakan bagaimana Miryam dan Harun yang memberontak kepada Tuhan, awalnya Myriam tidak suka karena Musa menikah dengan perempuan kush yang memiliki latarbelakang dan budaya yang berbeda dengan bangsa Israel. Pada saat itu Umat Israel menjalani kehidupan mereka di padang gurun setelah keluar dari perbudakan Mesir dibawah pimpinan Musa. Miryam diduga tidak suka dengan Musa yang menikah dengan orang yang bukan dari bangsa Israel secara dia adalah seorang pemimpin. Miryam dengan ketidaksukaannya lalu muncul perasaan iri hati atau cemburu dan mempertanyakan otoritas kepemimpinan Musa, lalu mulai berkata “Sungguhkah Tuhan berfirman dengan perantaraan Musa saja? Bukankah dengan perantaraan kita juga Ia berfirman? Mereka merasa bahwa mereka juga seorang pemimpin yang punya otoritas terhadap bangsa Israel. Musa tidak hanya mendapat tantangan dari eksternal dalam memimpin bangsa Israel bahkan juga dari orang yang terdekat sekalipun myriam dan Harun yang menaruh ketidaksukaan kepada Musa. Tapi Musa seseorang yang benar tulus dan rendah hati (orang yang paling rendah hati ibas kerina manusia i doni enda) memohon kepada Tuhan untuk kesembuhan Miryam. Musa tidak hanya mengampuni tetapi juga berdoa untuk kesembuhannya.

Kis. 15:6-11 adalah konteks kehidupan gereja mula-mula yang memiliki perdebatan mengenai penerimaan orang non-Yahudi yang ingin menjadi pengikut Kristus. Orang-orang Yahudi yang memiliki tradisi sunat sebagai bentuk ketaatan kepada Allah dengan mematuhi hukum taurat yang mengharuskan dilakukan sunat, maka bangsa Yahudi ingin menyamakan peraturan demikian kepada bangsa non Yahudi. Sehingga hal ini menuai banyak argumen-argumen antara iman orang Yahudi dan non Yahudi maka dilakukanlah sebuah pertemuan yang dikenal dengan Sidang di Yerusalem. Maka bersidanglah rasul-rasul dan penatua-penatua untuk membicarakan soal itu dengan jangka waktu yang cukup lama, tentu mereka akan mengeluarkan argument mereka masing-masing dengan bersumber kepada hukum taurat. lalu ay. 7 “ Berdirilah Petrus dan berkata serta menjelaskan bahwa “ ia sama sekali tidak mengadakan perbedaan antara kita dengan mereka, sesudah Ia menyucikan hati mereka oleh iman maka mereka sama dengan kita (ay.9).

Perubaten/perjengilen jadi karena kita ingin mereka sama seperti kita padahal kita berbeda. Ini permasalahan yang terjadi di jemaat mula-mula kala itu, tetapi Petrus dengan hikmat dari Yesus Kristus dengan tenang, sabar dan bijak berdiri dan berbicara (tampil) dan memberi pemahaman kepada semua peserta sidang pada saat itu bahwa orang yang tidak disunat juga sudah dianggap sama seperti kita karena Allah yang membersihkan hati mereka dan mereka juga sama-sama menerima Roh Kudus. Jadi maksud Petrus menjelaskan bahwa hanya cara pembersihannya saja yang berbeda tetapi makna dan imannya sama. Petrus sebagai rasul benar-benar memposiskan dirinya sebagai utusan Allah dalam memberitakan kabar Injil. Petrus mendengarkan pandangan dari kelompok Yahudi yang berpegang pada hukum taurat sebagai pelayan, sikap mendengar ini penting untuk menciptakan dialog yang sehat dan mengurangi ketegangan. Petrus mengingatkan bahwa keselamatan tidak didapatkan melalui usaha atau kepatuhan pada hukum, tetapi melalui iman kepada Yesus. Fokus pada kasih karunia yang menolong menghindari sikap legalistik yang memecah belah. Dengan mendekatkan semua orang pada prinsip dasar Injil, Pertus menolong jemaat tetap bersatu. Sebagai juru damai seorang pelayan harus membawa setiap orang kembali kepada misi utama gereja yaitu mengasihi dan menyebarkan kasih Kristus.

Dari bahan ogen dan bahan khotbah memiliki fokus tujuan yang sama yaitu mendamaikan, Musa yang berdamai dengan Miryam dan Harun serta berdoa untuk kesembuhannya, Petrus yang juga menjadi juru damai dalam pertikaian persidangan Yesusalem yang membahas sunat kepada non Yahudi. Sesuai dengan Tujuan kita di Invocatio “Sabab kami sada aron kap ndahiken dahin Dibata, janah kam me JumaNa. Kam pe bangunen Dibata kap (1 Korinti 3:9). Musa dan Petrus sebagai Aron Dibata menjadi juru damai dimanapun mereka berada.

III. Aplikasi

Realitas kehidupan orang Kristen khususnya GBKP tidak jauh berbeda dengan yang dialami oleh Musa dan Petrus. Lalu apakah kita sudah mencontoh Musa dan Petrus sebagai juru damai??? Kalau selama ini kita masih sama seperti para ahli-ahli taurat, orang-orang farisi yang suka berdebat dan kesukaanya adalah untuk memenangkan suatu perdebatan dengan keinginan hatinya, mari kita instal ulang hati dan pikiran kita kembali fokus ke prinsip dasar Injil yaitu Kasih. Dalam gereja sering kita melihat pertikaian memperdebatkan akan aturan-aturan gereja yang mempersempit kasih Kristus didalam pikirannya sendiri. Dengan sikap arogan, egois, keras dan kasar, dan berjuang untuk memenangkan argumennya tanpa memikirkan aspek-aspek yang lain. Atau bahkan jemaat juga dalam kehidupannya masih sering menjadi kompor untuk menghasut beberapa pihak untuk bertikai dan dia merasa suka kalau ada pihak-pihak la siangkan. Sifat yang seperti ini sangat bahaya karena ia membiarkan pikirannya dikuasi Iblis sebagai roh pemecah dalam persekutuan.

Jemaat GBKP harus menjadi juru dalami dalam kehidupan dimana pun dan kapan pun, sekalipun kita dituduh, tapi seperti Musa mampu mengampuni dan mendoakannya. Didalam persidangan GBKP juga sering terjadi pertikaian atau pembicaraan yang alot akan satu topik karena banyak argument-argumen dari berbagai sumber, apakah kita sudah menjadi Petrus pembawa damai? Atau kita masih mengutamakan keegoisan dan rasa ingin menang atas perdebatan terkait dengan hukum-hukum gereja. Persidangan dilakukan untuk memutuskan sebuah solusi bukan menambah persoalan baru bahkan sampai mengukir luka yang baru antara sesama peserta sidang atau sesama jemaat GBKP dalam kehidupannya. Pekan Penatalayanan ini mengajak kita untuk menata hati kita sesuai dengan kehendak Kristus dalam diri kita sebagai pembawa damai dimanapun kita berada sehingga label kita sebagai orang Kristen jemaat GBKP adalah orang yang cinta perdamaian. Tuhan Yesus Memberkati.

Vikaris Amikha Rehulina Br Tarigan, S.Th

GBKP RG CIBUBUR –POS PI JONGGOL

Info Kontak

GBKP Klasis Bekasi - Denpasar
Jl. Jatiwaringin raya No. 45/88
Pondok Gede - Bekasi
Indonesia

Phone:
(021-9898xxxxx)

Mediate

GBKP-KBD