PEKAN DOA GBKP TAHUN 2023 WARI III, 1 PETRUS 2:1-5

Invocatio :

“Itulah semuanya suku Israel, dua belas jumlahnya dan itulah yang dikatakan ayahnya kepada mereka, ketika ia memberikati mereka. Tiap-tiap orang diberkatinya dengan berkat yang diuntukkan kepda mereka masing-masing. (Kejadian 49:28)

Renungen  :

1 Petrus 2:1-5

Tema :

Reh dingen mereken diri majekken rumah pertoton Kesah / Datang dan memberi diri untuk membangun Gereja”

 

“Gereja bukanlah gedungnya, bukan pula menaranya. Bukalah pintunya lihat di dalamnya, gereja adalah orangnya.” Penggalan lirik lagu ini mengingatkan kita tentang pentingnya membangun gereja melalui persekutuan umat. Gereja memang membutuhkan bangunan fisik, tapi yang pertama sekali diperlukan adalah terbangunnya kesatuan hidup orang-orang percaya. Tidak hanya membangun relasi kesatuan dalam Tuhan, melainkan juga sesama orang percaya. Hal ini memang bukan perkara mudah, karena masing-masing pribadi pasti memiliki perbedaan, keunikan dan kebisaan masing-masing. Untuk itulah tiap orang dipanggil agar tetap hidup dalam kehendak Tuhan dan mau memberi diri bagi pembangunan iman bersama. Karena inilah yang menjadi kekuatan untuk suatu persekutuan yang indah dalam gereja. Lalu bagaimana agar panggilan itu hidup dalam hati kita?

Invocatio Kejadian 49:28

Merupakan saat dimana Yakub memanggil semua anak-anaknya untuk berkumpul. Sesuai dengan tradisi Israel, orang tua akan menyampaikan pesan kepada anak-anaknya saat hari kematiannya dianggap sudah mendekat. Orang tua khususnya ayah, akan memberikan nasihat-nasihat terakhir, tidak hanya tentang apa yang menjadi harapan untuk dirinya saat hari kematiannya tiba, melainkan juga memberi petunjuk hidup dan memberkati tiap anak-anaknya.

Apa yang disampaikan Yakub adalah berkat dan nubuat tentang kehidupan anaknya masing-masing. Namun jika kita perhatikan, tidak semua yang Yakub katakan, mengacu pada masa depan tentang apa yang akan terjadi nanti. Melainkan juga berhubungan dengan teguran akan masa lalu dan sikap perbuatan mereka dulu yang tidak terpuji. Khusunya bagi Ruben, Simeon dan Lewi. Mereka tidak mendapat bagian berkat melainkan kutuk. Karena mereka masing-masing melakukan apa yang tidak berkenan dalam menghormati ayahnya juga Tuhan.

Secara keseluruhan, apa yang dilakukan dan disampaikan Yakub kepada anak-anaknya adalah sebagai penyataan tanggung jawabnya untuk mengenal dan mengasihi masing-masing dari mereka. Yakub mendoakan anak-anaknya dalam menjalani masa depan. Dalam hal ini dapat dilihat bahwa setiap pribadi boleh jadi berbeda satu dengan yang lain (seperti anak-anak Yakub). Tetapi hal yang paling mendasar tentang kehidupan adalah bagaimana membangun relasi dan keterikatan dengan Allah agar hidup menjadi berkat satu dengan yang lain. Apapun keberadaan dan kebisaan yang ada pada setiap diri seseorang, penting sekali memiliki sikap dan kepribadian yang berkenan dihadapan Tuhan dalam hidup. Karena masing-masing dari kita, akan menjadi bagian yang turut membangun persekutuan satu dengan yang lainnya di dalam Tuhan.

Nats renungan 1 Petrus 2:1-5

Seperti halnya jemaat sebagai pembaca surat 1 Petrus. Ditengah berbagai ancaman kehidupan beriman, Masing-masing mereka harus hidup terpencar dan menjadi pendatang di tempat asing. Jauh dari tempat asal mereka. Tidak mudah bagi mereka untuk tetap bertahan dalam iman kepada Yesus, karena banyaknya hal yang menjadi tantangan, secara sosial, budaya, politik dsb.

Surat Petrus inilah yang menjadi surat pastoral bagi mereka, agar tetap dapat memegang teguh iman dalam Tuhan. Petrus menggambarkan mereka adalah bagian dari umat Allah yang telah dipilih dan dikhususkan. Walau berada diberabagai tempat dan situasi, tapi masing-masing mereka tetap layak menerima kasih karunia dalam rancangan Tuhan (bdk Psl 1:2). Tantangen dan penderitaan sekalipun tidak akan dapat menggantikan kehidupan mereka menerima rencana baik Allah. Karena mereka berbeda dengan orang lain yang tidak mengenal Tuhan.

Iman yang mereka miliki harus terus dibangun dan terpelihara. Mereka harus hidup baru dalam Tuhan dengan meninggalkan kebiasaan hidup yang penuh dengan kejahatan, tipu muslihat, kemunafikan, kedengkian dan fitnah. Sebagai tanda bahwa mereka telah mengecap kebaikan Tuhan. Dari pada itulah, lahir suatu panggilan untuk hidup baru dan terus datang dalam persekutuan bersama Tuhan. Karena di dalam DIA yang ditolak dan dibuang manusia, namun dipilih dan dihormat di hadirat Allah. Di dalam inilah masing-masing dari orang percaya juga akan dibangun dalam persekutuan untuk rumah rohani, imamat kudus yang didalamnya terbangun persekutuan sebagai persembahan yang berkenan kepada Allah.

Memang tidaklah mudah membangun kesatuan dalam Tuhan. Bahkan masing-masing anggota dalam keluarga Kristen pun, belum tentu menjamin semua terpanggil hidup taat akan kehendak Tuhan. Apalagi sebagai ‘keluarga besar umat Tuhan’ yang disebut gereja. Diperlukan perjuangan dan pengorbanan untuk mau terus mengenal dan menggali potensi masing-masing, membangun persekutuan.

Setiap masing-masing orang percaya harus melatih diri dan saling mengingatkan dalam keluarga, untuk dapat memakaikan keberadaan hidup (potensi dan telanta) agar dapat dipakaikan dalam pelayanan dan membangun persekutuan. Karena panggilan untuk mau datang dalam persekutuan dan membangun gereja yang sesungguhnya, peran pentingnya dimulai dari diri sendiri, keluarga dan kemudian dalam kebersamaan sebagai gereja. Sehingga marilah terus menggali dan menumbuhkan potensi yang dimiliki untuk datang dan membangun gerejaNya. Ikut ateku sada. Amin.

 Pdt. Deci K. Br Sembiring-Runggun Studio Alam

PEKAN DOA GBKP TAHUN 2023 WARI II, 1 SAMUEL 14:57-52

Invocatio  :

1 Tesalonika 1:3

Khotbah :

1 Samuel 14:57-52

Thema :

Keluarga Yang Setia Melayani (Jabu Si Tutus Ngelai)

 

Paulus memulai dengan mencatat bahwa ia dan teman sekerja “selalu mengucap syukur” karena jemaat di Tesalonika, serta selalu mengingat mereka. Dan alasan Paulus mengucap syukur karena Paulus mengingat pekerjaan iman, usaha kasih dan ketekunan pengharapan kepada Tuhan Yesus Kristus. Pekerjaan iman maksudnya di sini adalah pekerjaan kepercayaan, menjelaskan bahwa iman jemaat ini menjadi nyata dalam tindakan tertentu. Tindakan itu salah satunya adalah tentang kasih persaudaraan. Jelas bahwa pekerjaan iman juga bisa disebut “usaha kasihmu”. Kasih itu terhadap warga jemaat dan terhadap semua orang. Kita teringat akan apa yang dikatakan Paulus di Roma 13:10 “kasih adalah kegenapan hukum Taurat”. Dan salah satu dasar dari usaha kasih itu adalah pengharapan kepada Tuhan kita Yesus Kristus, yaitu kepada keselamatan dan kedatanganNya. Paulus mengingat sikap dan tindakan jemaat di Tesalonika di hadapan Allah dan Bapa kita. Dengan demikian, kehidupan dan tindakan jemaat ditempatkan dalam terang pengucapan syukur kepada Allah. Paulus dan jemaat ini berdiri dalam terang Injil anugerah.

Dalam rangkaian cerita tentang perang melawan kaum Filistin, Saul dan anaknya Yonatan mendapat penghargaan yang tinggi karena keunggulan mereka. Perang melawan Amalek juga diceritakan sebagai cerita pertolongan Tuhan kepada Saul. Rahasia kemenangan Saul dan putranya, Yonatan, terletak dalam ketergantungan mereka kepada Tuhan. Mereka meminta petunjuk keputusan Tuhan dan sadar akan pertolongan Tuhan. Berulang-ulang Saul digambarkan sebagai hamba Tuhan. Ia mempersembahkan kurban dan bertindak sebagai kepala umat, sama seperti kepala keluarga berhak membawa kurban.

Iman adalah respons personal seseorang kepada Allah, sehingga secara pribadi seseorang berjumpa dengan Sang Khalik yang menyatakan diri-Nya sebagai Bapa-Anak-Roh Kudus. Namun di dalam Alkitab respons iman secara personal senantiasa dikaitkan dengan seisi anggota keluarga. Abram menjawab panggilan Tuhan dengan membawa anggota keluarganya, yaitu Sarai dan Lot (Kej. 12:5). Musa menerima panggilan dan utusan Tuhan dengan membawa istri dan anak-anaknya (Kel. 4:20). Demikian pula sikap Yosua. Dia menegaskan: “Tetapi aku dan seisi rumahku, kami akan beribadah kepada Tuhan” (Yos. 24:15b). Pernyataan sikap Yosua tersebut dinyatakan di hadapan umat Israel dalam perjanjian di Sikhem. Yosua menegaskan terlebih dahulu sikap iman dan anggota keluarganya, lalu mempersilakan umat Israel mengambil pilihan, yaitu: “Tetapi jika kamu anggap tidak baik untuk beribadah kepada Tuhan, pilihlah pada hari ini kepada siapa kamu akan beribadah” (Yos. 24:15). Sikap Yosua tersebut dinyatakan tanpa menunggu sikap umat Israel.

Tentu sikap iman individu yang mandiri dihargai oleh Tuhan. Tetapi lebih sempurna lagi bila sikap iman seseorang didukung oleh anggota keluarga, sehingga seluruh anggota keluarga juga percaya kepada Tuhan Yesus. Karena itu apabila kita seorang diri yang baru percaya kepada Kristus, seharusnya yang paling banyak kita doakan adalah anggota keluarga kita. Selaku orang yang percaya kepada Kristus, seharusnya kita menjadi teladan dalam kata dan tindakan sehingga anggota keluarga kita semakin terbuka dan tersentuh hatinya untuk mengikuti jejak iman kita. Namun sayang sekali dalam praktik kehidupan, anggota keluarganya semakin bersikap antipati terhadap iman Kristen karena setelah menjadi orang Kristen kehidupannya semakin tidak beres. Menjadi orang Kristen relatif mudah asal dia mau ikut katekesasi selama 9-12 bulan, tetapi menjadi pengikut Kristus yang sejati tidaklah mudah, sebab dituntut perubahan dan pembaruan hidup yang radikal, yaitu pola kehidupan yang sesuai dengan karakter Kristus. Keteladanan adalah sikap hidup yang konsisten dan yang terus-menerus dibarui oleh Roh Kudus, sehingga karakter Kristus menjadi nyata.

Pdt. Andreas P. Meliala-Runggun Cibinong

PEKAN DOA GBKP TAHUN 2023 WARI I, MAZMUR 122:1-9

Invocatio :

Kisah Para Rasul 1 : 14 “ mereka semua bertekun dengan sehati,dalam Doa bersama-sama, dengan beberapa perempuan serta Maria, ibu Yesus, dan dengan saudara-saudara Yesus”

Renungan :

Mazmur 122 : 1-9

Tema :

Berdoa untuk umatNya/Ertoto Guna Rarasen Dibata

 

Kata Pengantar

Nyanyian Rohani dengan syair, 1)“ Bertekun t’ rus sampai Tuhan datang, bertekun t”rus sampai Tuhan datang, bertekun, bertekun, bertekun haleluya, bertekun sampai Tuhan datang”.

2)“ Berdoa t’rus sampai Tuhan datang, berdoa t’rus sampai Tuhan datang. Berdoa, berdoa, berdoa, haleluya. Berdoa t’rus sampai Tuhan datang”. Nyanyian ini mengajak kita untuk konsisten melakukan bertekun dan Doa terus menerus. Kekuatan hidup percaya adalah Doa. Jadi Berdoa itu senantiasa, karena doa nafas hidup orang percaya. Dan buktinya Doa itu nafas hidup orang percaya, berarti kita berdoa dan mendoakan. Sesungguhnya, tidak ada istilah tidak berdoa bagi anak-anak Tuhan.

Isi

Mazmur ini ditulis oleh Daud untuk digunakan oleh umat Israel, mazmur ini termasuk mazmur ziarah Daud saat mereka pergi ke Yerusalem untuk beribadah dalam ketiga perayaan khidmat yang diselenggarakan pada masa itu.

Pada masa Perjanjian Lama, tentu saja ziarah ke Yerusalem bukan suatu wisata. Taurat memerintahkan umat Israel untuk beribadah ke rumah Tuhan yang kelak akan ditetapkan di Yerusalem ( Ul 16:1-17; Kel 23 : 14-17). Perintah ini didasari oleh kenyataan bahwa Tuhan sudah menebus dan terus memelihara hidup mereka, sehingga patutlah mereka merayakan kebaikan dan kebesaran Tuhan dengan berziarah ke rumah-Nya. Mazmur ini mengungkapkan sukakita umat Tuhan ( 1-5), bisa bersama-sama merayakan Tuhan di rumah-Nya, di kota yang Tuhan telah menjanjikan kehadiran-Nya memberkati mereka. Apalagi di situ ada takhta Daud, yang Tuhan pilih untuk meminpin umat-Nya dalam keadilan dan kebenaran. Perjalanan ziarah ke Yerusalem pasti disertai tekad menyatakan loyalitas kepada Raja.

Sukacita ini dilanjutkan dengan mendoakan kota mulia tersebut ( 6-9). Kesejahteraan kota Yerusalem menjadi inti doa pemazmur. Kesejahteraan kota Yerusalem menjadi tolok ukur kesejahteraan Israel. Kesejateraan para imam yang melayani yang melayani rumah Tuhan menjadi dasar untuk kesejahteraan umat Tuhan. Kesejahteraan keluarga Raja menjadi lambing kesejahteraan rakyat.

  1. Sukacita yang mereka alami saat berangkat ke Yerusalem ( ay 1-2)
  2. Kemuliaan yang akan mereka dapati di Yerusalem ( ay 3-5)
  3. Kepedulian mendalam yang patut mereka rasakan bagi Yerusalem dan Doa-doa yang harus mereka naikkan demi kesejahteraannya ( ay 6-9).

Berdoa untuk umatNya, sama artinya berdoa syaffat, yang berarti juga mendoakan orang lain. Tentunya sebagai orang panggilan hidup kita ditengah dunia ini menjadi garam dan terang dunia, dan ini dnyatakan melalui DOA.

Yeremia 29 : 7 TB “ usahakanlah kesejahteraan kota ke mana kamu aku buang, dan berdoalah utnuk koa itu kepada TUHAN, sebab kesejahteraannya adalah kesejahteraanmu. Hal ini mengatakan kepada kita umat pilihan Allah untuk senantiasa mendoakan.

Dalam PL: Raja Daud, Daniel, Imam Esza berdoa untuk umat Allah pada waktu itu, Abraham berdoa bagi Sodom dan Gomora, Ayub bagi anak-anakNya. Dalam PB, Yesus berdoa bagi Murid-muridNya. Ada orang tua yang membawa anak-anakNya kepada Yesus disembuhkan, jemaat mendoakan petrus saat Petrus ditahan, Gereja Anthiokia berdoa untuk keberhasilan pelayanan Barnabas dan Paulus. Yakobus mengarahkan para Penatua untuk mendoakan jemaat yang sakit. Singkatnya, didalam Perjanjian Lama dan Baru, terapat banyak peristiwa kuasa doa, bagi yang mendoakan dan didoakan.

Refleksi

Mengapa kita harus berdoa bagi sesama umat Tuhan? Berdoa bagi sesama merupaka tanda bahwa kita mengasihi dan peduli pada mereka. I Timotius 2:1” Pertama-tama aku menasihatkan: Naikkanlah permohonan,  doa syafaat dan ucapan syukur untuk semua orang”. Ini perintah Tuhan untuk berdoa bagi semua orang. Gereja akan dikuatkan ketika panggilan setiap oang percaya bertekun dan berdoa.

Akhirnya, ada Ilustrasi Lima Jari berdoa, yang mengambarkan apa-apa saja yang patut kita Doakan:

Jari Jempol

Jari ini adalah yang paling dekat dengan kita, ketika kita sedang melipat tangan dan berdoa. Jadi, mulailah berdoa bagi orang-orang yang sangat akrab dan dekat dengan anda. Sebutkan nama-nama mereka yang kita kenal dengan baik.

Jari telunjuk

Doakan bagi mereka yang mengajar. Ini termasuk hamba-hamba Tuhan, guru, Dokter, dan para pendidik lainnya. Mereka butuh dukungan dan hikmat, agar dapat menunjukkan arah yang tepat bagi mereka yang membutuhkan jasa mereka. Doakan mereka selalu.

Jari tengah

Ini jari paling tinggi, berarti kita harus mendoakan para peminpin Bangsa. Doakan Presiden hingga para pejabat dibawahnya. Doakan para peminpin organisasi sosial dan bisnis. Mereka sering mempengaruhi bangsa kita dan membimbing opini publik. Mereka membutuhkan hikmat Tuhan.

Jari manis

Jari yang paling lemah. Kita doakan saudara-saudara yang lemah, terkena musibah dan lain-lain.

Jari kelingking

Jari yang paling kecil dan terakhir diantara jari-jari lainnya. Inilah jari yang menggambarkan sikap kita yang seharusnya rendah hati sat berhubungan dengan Tuhan dan sesama.

Pdt. Sastrami Tarigan-Runggun Jampind

Info Kontak

GBKP Klasis Bekasi - Denpasar
Jl. Jatiwaringin raya No. 45/88
Pondok Gede - Bekasi
Indonesia

Phone:
(021-9898xxxxx)

Mediate

GBKP-KBD