PEKAN DOA GBKP TAHUN 2023 WARI IV, KELUAREN 2:1-10

Invocatio :

Hendaklah kamu sehati sepikir dalam hidupmu bersama; janganlah kamu memikirkan perkara-perkara yang tinggi, tetapi arahkanlah dirimu kepada perkara-perkara yang sederhana. Janganlah menganggap dirimu pandai!. (Roma 12:16).

Renungen :

Keluaren 2:1-10

Tema : 

Bersatu Untuk Menggenapi Kehendak Allah/“Ersada Lako Nehi Sura-Sura Dibata”

Pendahuluan.

Cara Allah bekerja dan bertindak dalam memelihara ciptaanNya sungguh sangat tidak terduga, namun akhirnya sungguh luar biasa. Allah juga banyak melibatkan orang-orang dari berbagai kalangan untuk turut serta dalam tindakanNya yang ajaib tersebut, ini membuktikan bahwa Allah adalah pemilik dan pengendali segala sesuatu di muka bumi ini, tidak ada yang tidak mungkin bagi Dia. Dalam pekan doa GBKP tahun 2023, hari ke 4 ini kita juga diajak dan diajar untuk meneladani 3 tokoh wanita yang bertindak dengan keberadaan dan keterbatasan mereka dalam rangka mewujudkan rancangan besar untuk pembebasan umat Israel dari penjajahan Mesir.

Pendalaman Nats.

Bangsa Israel yang berada di Mesir mengalami penderitaan bukan hanya fisik, mental dan Iman mereka, hal ini dikarenakan adanya ketakutan Bangsa Mesir akan pertumbuhan dan perkembangan Bangsa Israel yang semakin hari semakin bertambah banyak, memaksa Firaun untuk mengeluarkan titah agar setiap anak laki-laki yang lahir dari keluarga Bangsa Israel, harus dibunuh. Ini adalah situasi yang sangat mencekam dan menakutkan bagi setiap keluarga orang Israel termasuk satu keluarga Lewi yang melahirkan seorang bayi laki-laki yang cantik. Mereka tidak rela untuk melepaskannya mati ditangan bangsa Mesir dan berusaha untuk menyembunyikannya, tetapi mereka tidak bisa menyembunyikannya lebih lama lagi. Disinilah mereka, para wanita-wanita yang luar biasa yaitu: Yokhebed ibu Musa, Miryam kakak kandung Musa dan yang ketiga Ibu angkat Musa yaitu Putri Firaun, melakukan peran mereka masing-masing dalam menggenapi kehendak Allah dengan cara:

  • Pertama Yokhebed dengan kecerdikannya menyembunyikan bayi Musa selama tiga bulan dirumah mereka, namun mereka tidak dapat menyembunyikannya lebih lama lagi, tentu saja selama tiga bulan itu keluarga mereka berfikir keras untuk mencari cara dalam upaya penyelamatan bayi Musa, kemudian mereka membuat sebuah peti pandan dan meletakkan bayi Musa didalamnya dan menaruhnya di tepi Sungai Nil.
  • Kedua, kakak perempuan Musa. Anak remaja ini dengan berani dan setia menjaga sang adik yang disembunyikan di tepi sungai Nil itu. Tuhan memakai Miryam (Kel. 15:20) untuk menjadi penghubung bagi ibu Musa untuk menjadi inang pengasuh putranya sendiri, yang nantinya diangkat anak oleh putri Firaun.
  • Ketiga, ibu angkat Musa, yaitu sang putri Firaun. Dalam kedaulatan Tuhan, putri Firaun jadi jatuh hati dan mengangkat Musa sebagai anak. Sedikitpun tidak ada kebencian dari sang putri terhadap bayi yang ditemukannya itu, sebenarnya dia juga sudah mengetahui bahwa itu adalah bayi orang Ibrani, namun dengan sukarela ia ingin merawat dan membesarkannya di dalam istana Raja Mesir. Dalam hikmat Tuhan, Musa mendapatkan perlindungan-Nya justru di rumah sang musuh, yaitu Firaun.

Dari rangkaian peristiwa di atas kita sungguh yakin bahwa semua itu dapat terjadi didalam kuasa dan pemeliharaan Tuhan, Tuhan memakai 3 wanita itu untuk menyelamatkan bayi Musa, namun bukan hanya sesedarhana itu, Allah sebenarnya sedang mempersiapkan nrencana besar untuk keselamatan bangsa pilihanNya.

Renungan

  1. Allah selalu bekerja untuk mendangkan kebaikan bagi UmatNya. Alkitab dengan jelas menyaksikan bahwa Allah kita adalah Allah yang selalu bekerja dan berkarya dalam dunia ciptaanNya, Allah juga tidak pernah melupakan setiap janji yang telah dinyatakanNya, cepat atau lambat Allah akan menggenapi setiap FirmanNya. Penggenapan akan janji Allah itu sesuai dengan saat yang ditetapkan Allah sendiri. Sebaliknya manusialah yang selalu menempatkan Allah dalam kerangka pikiran manusia, sehingga cenderung tidak sabar dan meragukan eksistensi Allah dalam kehidupan mereka, bahkan ingin memaksakan kehendak manusia diatas kehendak Allah, yang akhitnya membuat kekecewaan dalam hati mereka.  
  2. Allah dapat memakai siapa saja untuk menyatakan kehendakNya. Dalam karyaNya Allah tidak bekerja sendiri, Ia dapat melibatkan siapa saja untuk mewujudkan kehendakNya, bahkan orang-orang yang belum mengenal Allah. Tentu saja Allah dapat melalukan apa saja dengan sangat mudah, karena Dia adalah yang Maha Kuasa, namun Allah memiliki maksud dan tujuan dalam setiap keterlibatan orang/bangsa yang dipakaiNya itu, inilah yang kita pahami sebagai sebuah proses atau tahapan yang dapat dijadikan sebagai pelajaran bahwa dari yang ‘jahat’ sekalipun Allah dapat mendatangkan kebaikan, serta kita jangan cepat mengambil sebuah kesimpulan bahkan melakukan penghakiman atas apa yang kita lihat dan rasakan saat ini. Tentu saja kita juga harus merasakan bahwa saat ini Allah sudah memilih dan memakai kita menjadi alatNya untuk menyatakan kehendaknya.
  3. Kerjasama yang baik mendatangkan hasil dan kebaikan. Kemampuan untuk bekerjasama dalam pekerjaan bukanlah hal yang mudah, karena sering-sekali menimbulkan koflik akibat perspektif yang berbeda satu dengan yang lain, kerjasama yang baik adalah ‘memberi’ diri untuk saling mengisi atas kelemahan-kelemahan kita, bukan menunjukkan ego bahkan mempertahankan ego kita. Banyak sekali pekerjaan yang sebenarnya sangat sederhana dan mudah dikerjakan, namun menjadi sulit dan rumit bahkan menjadi kacau dan gagal akibat tidak adanya kerjasama yang baik. Allah telah memberikan talenta yang berbeda-beda bagi setiap manusia, tentusaja bukan menjadi sarana penyombongan diri, atau menjadi sebuah sarana untuk pengklasifikasian, tetapi talenta adalah tanggungjawab untuk melakukan tujuan Allah yang mulia, yaitu mendatangkan kebaikan dan keselamatan bagi dunia. Didalam pekan Doa GBKP tahun 2023 ini, kita harus saling mendoakan agar terbentuk sebuah kerjasama yang baik diantara kita untuk melakukan panggilan Tuhan untuk menyatakan rahmad Allah bagi dunia ini, dengan saling mendoakan akan terbentuk motivasi diri yang kuat untuk saling mendukung dalam pekerjaan Allah.

Sama seperti Tuhan memakai tiga wanita tersebut untuk memelihara Musa, yang kelak akan menyelamatkan umat Israel, demikian Tuhan memakai kita yang berasal dari berbagai latar belakan dan perbedaan baik Anda pria atau wanita, dari suku dan budaya bahkan bahasa apapun, berpendidikan tinggi atau rendah, status sosial tinggi atau rendah, Tuhan mau memakai Anda menjadi alat anugerah-Nya untuk menggenapi rencana-Nya. Maukah dan siapkah Anda untuk Tuhan pakai?.

Pdt. Togu Munthe-Ketua BPMK GBKP Jakarta Kalimantan

PEKAN DOA GBKP TAHUN 2023 WARI III, 1 PETRUS 2:1-5

Invocatio :

“Itulah semuanya suku Israel, dua belas jumlahnya dan itulah yang dikatakan ayahnya kepada mereka, ketika ia memberikati mereka. Tiap-tiap orang diberkatinya dengan berkat yang diuntukkan kepda mereka masing-masing. (Kejadian 49:28)

Renungen  :

1 Petrus 2:1-5

Tema :

Reh dingen mereken diri majekken rumah pertoton Kesah / Datang dan memberi diri untuk membangun Gereja”

 

“Gereja bukanlah gedungnya, bukan pula menaranya. Bukalah pintunya lihat di dalamnya, gereja adalah orangnya.” Penggalan lirik lagu ini mengingatkan kita tentang pentingnya membangun gereja melalui persekutuan umat. Gereja memang membutuhkan bangunan fisik, tapi yang pertama sekali diperlukan adalah terbangunnya kesatuan hidup orang-orang percaya. Tidak hanya membangun relasi kesatuan dalam Tuhan, melainkan juga sesama orang percaya. Hal ini memang bukan perkara mudah, karena masing-masing pribadi pasti memiliki perbedaan, keunikan dan kebisaan masing-masing. Untuk itulah tiap orang dipanggil agar tetap hidup dalam kehendak Tuhan dan mau memberi diri bagi pembangunan iman bersama. Karena inilah yang menjadi kekuatan untuk suatu persekutuan yang indah dalam gereja. Lalu bagaimana agar panggilan itu hidup dalam hati kita?

Invocatio Kejadian 49:28

Merupakan saat dimana Yakub memanggil semua anak-anaknya untuk berkumpul. Sesuai dengan tradisi Israel, orang tua akan menyampaikan pesan kepada anak-anaknya saat hari kematiannya dianggap sudah mendekat. Orang tua khususnya ayah, akan memberikan nasihat-nasihat terakhir, tidak hanya tentang apa yang menjadi harapan untuk dirinya saat hari kematiannya tiba, melainkan juga memberi petunjuk hidup dan memberkati tiap anak-anaknya.

Apa yang disampaikan Yakub adalah berkat dan nubuat tentang kehidupan anaknya masing-masing. Namun jika kita perhatikan, tidak semua yang Yakub katakan, mengacu pada masa depan tentang apa yang akan terjadi nanti. Melainkan juga berhubungan dengan teguran akan masa lalu dan sikap perbuatan mereka dulu yang tidak terpuji. Khusunya bagi Ruben, Simeon dan Lewi. Mereka tidak mendapat bagian berkat melainkan kutuk. Karena mereka masing-masing melakukan apa yang tidak berkenan dalam menghormati ayahnya juga Tuhan.

Secara keseluruhan, apa yang dilakukan dan disampaikan Yakub kepada anak-anaknya adalah sebagai penyataan tanggung jawabnya untuk mengenal dan mengasihi masing-masing dari mereka. Yakub mendoakan anak-anaknya dalam menjalani masa depan. Dalam hal ini dapat dilihat bahwa setiap pribadi boleh jadi berbeda satu dengan yang lain (seperti anak-anak Yakub). Tetapi hal yang paling mendasar tentang kehidupan adalah bagaimana membangun relasi dan keterikatan dengan Allah agar hidup menjadi berkat satu dengan yang lain. Apapun keberadaan dan kebisaan yang ada pada setiap diri seseorang, penting sekali memiliki sikap dan kepribadian yang berkenan dihadapan Tuhan dalam hidup. Karena masing-masing dari kita, akan menjadi bagian yang turut membangun persekutuan satu dengan yang lainnya di dalam Tuhan.

Nats renungan 1 Petrus 2:1-5

Seperti halnya jemaat sebagai pembaca surat 1 Petrus. Ditengah berbagai ancaman kehidupan beriman, Masing-masing mereka harus hidup terpencar dan menjadi pendatang di tempat asing. Jauh dari tempat asal mereka. Tidak mudah bagi mereka untuk tetap bertahan dalam iman kepada Yesus, karena banyaknya hal yang menjadi tantangan, secara sosial, budaya, politik dsb.

Surat Petrus inilah yang menjadi surat pastoral bagi mereka, agar tetap dapat memegang teguh iman dalam Tuhan. Petrus menggambarkan mereka adalah bagian dari umat Allah yang telah dipilih dan dikhususkan. Walau berada diberabagai tempat dan situasi, tapi masing-masing mereka tetap layak menerima kasih karunia dalam rancangan Tuhan (bdk Psl 1:2). Tantangen dan penderitaan sekalipun tidak akan dapat menggantikan kehidupan mereka menerima rencana baik Allah. Karena mereka berbeda dengan orang lain yang tidak mengenal Tuhan.

Iman yang mereka miliki harus terus dibangun dan terpelihara. Mereka harus hidup baru dalam Tuhan dengan meninggalkan kebiasaan hidup yang penuh dengan kejahatan, tipu muslihat, kemunafikan, kedengkian dan fitnah. Sebagai tanda bahwa mereka telah mengecap kebaikan Tuhan. Dari pada itulah, lahir suatu panggilan untuk hidup baru dan terus datang dalam persekutuan bersama Tuhan. Karena di dalam DIA yang ditolak dan dibuang manusia, namun dipilih dan dihormat di hadirat Allah. Di dalam inilah masing-masing dari orang percaya juga akan dibangun dalam persekutuan untuk rumah rohani, imamat kudus yang didalamnya terbangun persekutuan sebagai persembahan yang berkenan kepada Allah.

Memang tidaklah mudah membangun kesatuan dalam Tuhan. Bahkan masing-masing anggota dalam keluarga Kristen pun, belum tentu menjamin semua terpanggil hidup taat akan kehendak Tuhan. Apalagi sebagai ‘keluarga besar umat Tuhan’ yang disebut gereja. Diperlukan perjuangan dan pengorbanan untuk mau terus mengenal dan menggali potensi masing-masing, membangun persekutuan.

Setiap masing-masing orang percaya harus melatih diri dan saling mengingatkan dalam keluarga, untuk dapat memakaikan keberadaan hidup (potensi dan telanta) agar dapat dipakaikan dalam pelayanan dan membangun persekutuan. Karena panggilan untuk mau datang dalam persekutuan dan membangun gereja yang sesungguhnya, peran pentingnya dimulai dari diri sendiri, keluarga dan kemudian dalam kebersamaan sebagai gereja. Sehingga marilah terus menggali dan menumbuhkan potensi yang dimiliki untuk datang dan membangun gerejaNya. Ikut ateku sada. Amin.

 Pdt. Deci K. Br Sembiring-Runggun Studio Alam

PEKAN DOA GBKP TAHUN 2023 WARI II, 1 SAMUEL 14:57-52

Invocatio  :

1 Tesalonika 1:3

Khotbah :

1 Samuel 14:57-52

Thema :

Keluarga Yang Setia Melayani (Jabu Si Tutus Ngelai)

 

Paulus memulai dengan mencatat bahwa ia dan teman sekerja “selalu mengucap syukur” karena jemaat di Tesalonika, serta selalu mengingat mereka. Dan alasan Paulus mengucap syukur karena Paulus mengingat pekerjaan iman, usaha kasih dan ketekunan pengharapan kepada Tuhan Yesus Kristus. Pekerjaan iman maksudnya di sini adalah pekerjaan kepercayaan, menjelaskan bahwa iman jemaat ini menjadi nyata dalam tindakan tertentu. Tindakan itu salah satunya adalah tentang kasih persaudaraan. Jelas bahwa pekerjaan iman juga bisa disebut “usaha kasihmu”. Kasih itu terhadap warga jemaat dan terhadap semua orang. Kita teringat akan apa yang dikatakan Paulus di Roma 13:10 “kasih adalah kegenapan hukum Taurat”. Dan salah satu dasar dari usaha kasih itu adalah pengharapan kepada Tuhan kita Yesus Kristus, yaitu kepada keselamatan dan kedatanganNya. Paulus mengingat sikap dan tindakan jemaat di Tesalonika di hadapan Allah dan Bapa kita. Dengan demikian, kehidupan dan tindakan jemaat ditempatkan dalam terang pengucapan syukur kepada Allah. Paulus dan jemaat ini berdiri dalam terang Injil anugerah.

Dalam rangkaian cerita tentang perang melawan kaum Filistin, Saul dan anaknya Yonatan mendapat penghargaan yang tinggi karena keunggulan mereka. Perang melawan Amalek juga diceritakan sebagai cerita pertolongan Tuhan kepada Saul. Rahasia kemenangan Saul dan putranya, Yonatan, terletak dalam ketergantungan mereka kepada Tuhan. Mereka meminta petunjuk keputusan Tuhan dan sadar akan pertolongan Tuhan. Berulang-ulang Saul digambarkan sebagai hamba Tuhan. Ia mempersembahkan kurban dan bertindak sebagai kepala umat, sama seperti kepala keluarga berhak membawa kurban.

Iman adalah respons personal seseorang kepada Allah, sehingga secara pribadi seseorang berjumpa dengan Sang Khalik yang menyatakan diri-Nya sebagai Bapa-Anak-Roh Kudus. Namun di dalam Alkitab respons iman secara personal senantiasa dikaitkan dengan seisi anggota keluarga. Abram menjawab panggilan Tuhan dengan membawa anggota keluarganya, yaitu Sarai dan Lot (Kej. 12:5). Musa menerima panggilan dan utusan Tuhan dengan membawa istri dan anak-anaknya (Kel. 4:20). Demikian pula sikap Yosua. Dia menegaskan: “Tetapi aku dan seisi rumahku, kami akan beribadah kepada Tuhan” (Yos. 24:15b). Pernyataan sikap Yosua tersebut dinyatakan di hadapan umat Israel dalam perjanjian di Sikhem. Yosua menegaskan terlebih dahulu sikap iman dan anggota keluarganya, lalu mempersilakan umat Israel mengambil pilihan, yaitu: “Tetapi jika kamu anggap tidak baik untuk beribadah kepada Tuhan, pilihlah pada hari ini kepada siapa kamu akan beribadah” (Yos. 24:15). Sikap Yosua tersebut dinyatakan tanpa menunggu sikap umat Israel.

Tentu sikap iman individu yang mandiri dihargai oleh Tuhan. Tetapi lebih sempurna lagi bila sikap iman seseorang didukung oleh anggota keluarga, sehingga seluruh anggota keluarga juga percaya kepada Tuhan Yesus. Karena itu apabila kita seorang diri yang baru percaya kepada Kristus, seharusnya yang paling banyak kita doakan adalah anggota keluarga kita. Selaku orang yang percaya kepada Kristus, seharusnya kita menjadi teladan dalam kata dan tindakan sehingga anggota keluarga kita semakin terbuka dan tersentuh hatinya untuk mengikuti jejak iman kita. Namun sayang sekali dalam praktik kehidupan, anggota keluarganya semakin bersikap antipati terhadap iman Kristen karena setelah menjadi orang Kristen kehidupannya semakin tidak beres. Menjadi orang Kristen relatif mudah asal dia mau ikut katekesasi selama 9-12 bulan, tetapi menjadi pengikut Kristus yang sejati tidaklah mudah, sebab dituntut perubahan dan pembaruan hidup yang radikal, yaitu pola kehidupan yang sesuai dengan karakter Kristus. Keteladanan adalah sikap hidup yang konsisten dan yang terus-menerus dibarui oleh Roh Kudus, sehingga karakter Kristus menjadi nyata.

Pdt. Andreas P. Meliala-Runggun Cibinong

Info Kontak

GBKP Klasis Bekasi - Denpasar
Jl. Jatiwaringin raya No. 45/88
Pondok Gede - Bekasi
Indonesia

Phone:
(021-9898xxxxx)

Mediate

GBKP-KBD