Khotbah Minggu 02 April 2017

BIMBINGAN KHOTBAH TANGGAL 02 APRIL 2017

MINGGU PASSION VI (JUDIKA)

Invocatio         : “Karena keinginan daging adalah maut, tetapi keinginan Roh adalah hidup dan damai sejahtera” (Roma 8:6)

Bacaan            : Yehezkiel 37:1-14

Khotbah           : Roma 8:6-11

Tema               : “Hidup Menurut Keinginan Roh Kudus”

 

I.      PENDAHULUAN

Ada dua hal yang ‘menghinggapi’ manusia yang saling bertentangan dan kedua kubu itu sangat bertolak belakang yakni antara daging dan Roh.

Daging menggambarkan manusia yang terikat, apabila dibiarkan manusia itu tidak dapat lepas dan tetap terikat, kalau dengan kemampuan sendiri manusia tidak akan mungkin dapat menolong dirinya. Ciri manusia yang hidup di dalam keinginan daging adalah orang yang hanya mencukupkan diri dengan hidupnya sendiri. Hidup dalam daging hanya berpusat kepada penghayatan hidup yang mengantar kepada kematian. Karena makna kematian, adalah merupakan pengasingan definitif dari Allah. Kematian adalah kekekalan berpisah dari kasih Allah.

Ciri kehidupan orang yang berorientasi pada keinginan daging adalah:

-  Tidak memerlukan Allah

-  Tidak tunduk kepada seluruh perintah Allah

-  Tidak ada ketaatan kepada Allah

-  Tidak memikirkan untuk menyenangkan hati Allah, hidupnya untuk menyenangkan dirinya dan orang yang ada di sekitarnya

Roh menggambarkan pribadi yang terikat tetapi dipimpin oleh kekuatan yang memberi hidup yaitu Roh Allah. Manusia yang hidup di dalam Roh Allah berpengharapan bahwa tiba saatnya ada kebangkitan dan yang membangkitkan semua manusia untuk dihakimi tetapi bagi yang mengenal Yesus akan bersama-sama dengan Dia dalam kekekalan di sebelah kanan Allah Bapa di surga.

Paulus banyak mengangkat istilah “Hidup dalam Roh (Pneuma)” vs “Hidup dalam daging (Sarkhos, Flesh yaitu darah dan daging) yang senantiasa cenderung bertolak belakang. Manusia yang sudah jatuh dalam dosa berakibat kecendrungan manusia dalam pikiran, perkataan dan perbuatan menghasilkan dosa semata. Dan upah dosa adalah maut, tetapi karunia Allah ialah hidup kekal dalam Kristus Yesus Tuhan kita (Roma 6:23).

Allah menghendaki manusia membuka hati untuk dipimpin oleh Roh Kudus agar bisa melakukan kehendak Allah. Tetapi roh jahat pun dengan gigih berusaha merebut hati manusia dengan berbagai siasat dan tipu muslihat (1 Petrus 5:8; Lukas 4:13).

 

II.    PENDALAMAN NAS

Dalam Roma 8:6-11, Paulus menguraikan dua golongan orang: mereka yang hidup menurut daging (tabiat dosa) dan mereka yang hidup menurut Roh.

1.      Hidup menurut daging berarti mengingini, menyenangi, memperhatikan dan memuaskan keinginan tabiat manusia berdosa. Ini meliputi kedursilaan seksual, perzinahan, kebencian, kepentingan diri sendiri, kemarahan, dan sebagainya (bnd. Galatia 5:19-21), tetapi juga percabulan, pornografi, obat bius (narkoba), kesenangan mental dan emosional dari adegan seksual dalam sandiwara, buku, TV atau bioskop dan sejenisnya.

2.      Hidup ‘menurut Roh’ ialah mencari dan tunduk kepada pimpinan dan kemampuan Roh Kudus dan memusatkan pikiran pada hal-hal dari Allah.

3.      Mustahil untuk mengikuti hukum daging dan pimpinan Roh pada saat yang bersamaan (Roma 8:7-8; Galatia 5:17-18). Jikalau seorang gagal melawan keinginan dosa dengan pertolongan Roh dan sebaliknya hidup menutut daging (Roma 8:13), dia menjadi seteru Allah (Roma 8:7; Yakobus 4:4) dan dapat menantikan kematian rohani yang kekal. Mereka yang terutama mengasihi dan memperhatikan hal-hal dari Allah dalam hidup ini dapat mengharapkan hidup kekal dan hubungan dengan Allah (Roma 8:10-11).

Ayat 6-8, menerangkan bahwa keinginan daging yang disejajarkan dengan perbuatan dosa yang berdampak maut. Karena keinginan daging adalah maut, maut dalam hal ini sama dengan apa yang ditegaskan Paulus dalam Roma 6:23 “Sebab upah dosa ialah maut; tetapi karunia Allah ialah hidup yang kekal dalam Kristus Yesus, Tuhan kita”. Secara sederhana diartikan kematian atau kebinasaan sebagai akibat perbuatan dosa. Sementara kita tahu bahwa dosa telah melekat pada keinginan daging manusia (dosa turunan) dari keberdosaan Adam manusia pertama yang melakukan hal yang bertentangan dengan keinginan/kehendak Allah. Keinginan daging diidentifikasi sebagai bagian perseteruan dengan Allah, karena ia tidak takluk kepada hukum Allah. Dalam Galatia 5:19-21, Paulus menerangkan dan memberikan daftar dari perbuatan daging yang apabila dilakukan maka ia tidak akan mendapat bagian dalam kerajaan Allah:

-          Perbuatan-perbuatan seks: percabulan, kecemaran, hawa nafsu

-          Perbuatan-perbuatan agamais: penyembahan berhala, sihir

-          Perbuatan-perbuatan yang berhubungan dengan sesama manusia: perseteruan, perselisihan, iri hati, amarah, kepentingan diri sendiri, percideraan, roh pemecah, kedengkian

-          Perbuatan-perbuatan sembrono: kemabukan, pesta pora

Ayat 9-11, menerangkan tentang keinginan Roh yang disejajarkan dengan pemenuhan kehendak Allah dan mendatangkan hidup yang kekal. Kita harus hidup menurut Roh karena Roh Allah diam di dalam kita. Roh Kudus mengerjakan hal-hal yang bersifat rohani di dalam diri setiap manusia untuk menginsafkan dari dosa, menerangkan tentang kebenaran dan penghakiman serta Ia juga membawa mereka kepada Kristus. Hidup dalam Roh adalah milik Kristus (ay.9), jika memang Roh Allah diam di dalam kamu, ini merupakan kalimat yang mengajak jemaat untuk mencari bukti dalam diri, dalam suasana hati, bahwa Roh memang tinggal di dalam diri kita. Bagian kedua ayat 9 berbunyi: Tetapi jika orang tidak memiliki Roh Kristus, ia bukan milik Kristus. Kehadiran Roh merupakan patokan untuk menentukan untuk menentukan apakah seseorang itu Kristen yang sejati. Ayat 10 menyatakan bahwa tubuh akan mati tetapi Roh hidup dalam kebenaran. Memang Roh adalah Roh yang menyelenggarakan karya Kristus di dalam orang percaya. Ayat ini menggambarkan hasil atau dampak diamnya Kristus dalam manusia. Bagian kedua ayat 10, roh diartikan sebagai roh manusia, sehingga tertulis huruf kecil. Roh itu adalah kehidupan oleh kebenaran. Kata ‘adalah’ diartikan sebagai membawa, menganugerahkan. Kehidupan dalam arti yang sebenarnya adalah kehidupan dekat Allah, bersama Allah. Ayat 11 mengatakan Roh Allah yang membangkitkan. Dalam ayat ini, Roh tidak lagi disebut ‘yang diam di dalam kamu’ (ayat 9), tetapi ‘yang membangkitkan Yesus’. Yang ditegaskan di sini ialah kaitan erat antara Kristus Yesus dengan kebangkitan manusia. Kebangkitan Kristus dikerjakan oleh Roh, maka kehadiran Roh dalam diri manusia merupakan jaminan bahwa manusia pun akan dibangkitkan olehNya. Kaitan antara kebangkitan Yesus dengan manusia ditegaskan dalam pemakaian juga.

 

Dalam bacaan Yehezkiel 37:1-14, mengatakan bahwa Roh Allah melingkupi Yehezkiel dan dia menerima penglihatan suatu lembah penuh tulang. Dimana tulang-tulang itu dilambangkan sebagai “seluruh kaum Israel” (ayat 11), yaitu Israel dan Yehuda dalam pembuangan, yang harapannya telah punah ketika tersebar di antara orang asing. Allah memerintahkan Yehezkiel untuk bernubuat kepada tulang-tulang itu (ayat 4-6). Tulang-tulang itu kemudian dibangkitkan dalam dua tahap: 1. Suatu pemulihan politis kembali ke negeri itu (ayat 7-8), dan 2. Pemulihan rohani kepada iman (ayat 9-10). Penglihatan ini diberikan untuk meyakinkan para buangan bahwa mereka akan dipulihkan oleh kuasa Allah dan menjadi masyarakat yang hidup di tanah perjanjian lagi, kendatipun keadaan mereka sekarang kelihatannya suram (ayat 11-14).

 

 

III.  APLIKASI

Saudara-saudara yang terkasih dalam Yesus Kristus, setiap orang percaya yang ingin menjadi warga kerajaan sorga harus memiliki standar hidup yang sesuai dengan apa yang Allah Bapa kehendaki. Satu hal yang harus dicapai oleh setiap orang percaya adalah kesempurnaan hidup. Sebab apabila kita tidak bisa mencapai standar kesempurnaan yaitu menjadi sempurna sama seperti Bapa di sorga yang adalah sempurna, maka kita tidak mungkin akan berkenan kepada Allah. Menjadi sempurna disini diartikan bahwa kita sebagai orang kristen dituntut untuk menjadi “imitasio Christi” atau tiruan Kristus. Untuk dapat mencapai keserupaan dengan Kristus itu, kita harus meninggalkan dan menyalibkan semua keinginan daging dan meminta Roh Kudus supaya memenuhi kita.

Yang harus kita fahami dan pegang teguh adalah:

1.      Selama kita di dunia ini kita akan selalu mengalami tarikan antara “keinginan daging” dan “keinginan Roh” yang saling berlawanan.

2.      Kemenangan masih tersedia bagi kita yang mau “menyalibkan keinginan daging” berupa segala hawa nafsu dan kita membuka diri untuk “didiami oleh Roh Kudus”

Tugas kita setiap hari mengambil waktu untuk merenungkan apa yang sudah dianugerahkan oleh Allah yang telah menjadi milik kita dan taatlah serta hiduplah menurutnya. Kalau memang benar kita sudah menyalibkan daging kita baiklah kita biarkan keinginan daging itu terpaku di kayu salib. Jangan lagi coba-coba untuk melepaskan paku-paku itu. Kalau kita merasa bahwa kita belum menyalibkan daging kita sekarang segeralah salibkan karena waktu Tuhan tidak sama dengan waktu kita.

Oleh sebab itu kalau kita dicobai iblis untuk melakukan kehendak daging, kita harus berkata dengan tegas: “Aku ini milik Kristus, aku telah menyalibkan keinginan dagingku. Tak ada lagi pikiranku untuk menurunkannya dari salib itu”.

Pengorbanan Yesus di kayu salib membawa keselamatan bagi manusia yang percaya sekaligus menawarkan pola hidup yang baru, pola hidup yang seturut kehendak Allah, yaitu hidup dalam pimpinan Roh Kudus. Jika hidup kita sudah dipimpin oleh Roh, maka kita tidak akan lagi menuruti keinginan daging (Galatia 5:16) dan kita akan memperoleh buah-buah Roh (Galatia 5:22-23). Untuk mengetahui perbedaan hidup yang dipimpin oleh Roh atau bukan, berikut ini perbedaannya:

-          Roh memberi hidup dan damai sejahtera (Roma 8:2, 10), sedangkan keinginan daging ialah maut

-          Hidup menurut Roh akan memikirkan hal-hal yang dari Roh (Roma 8:5, Galatia 5:17-23) namun yang dari daging tentu hanya memikirkan dagingnya (Roma 8:5, Galatia 5:19-21)

-          Keinginan daging itu adalah perseteruan dengan Allah (Roma 8:7), sedangkan hidup dalam Roh adalah hidup sesuai dengan kehendak Allah

-          Orang yang hidup dalam daging akan mati (Roma 8:13), tetapi orang yang hidup dalam Roh akan hidup

-          Hidup dalam Roh membuat kita menjadi milik Kristus (Roma 8:9)

-          Hidup dalam Roh membuat kita diakui sebagai anak-anak Allah dan sebagai ahli waris (Roma 8:16-17).

Setelah kita mengetahui perbedaan dari dua macam pola kehidupan ini, sudah semestinya kita menyadari, sebagai anak-anak Allah kita harus hidup dalam pimpinan Roh Kudus. Hidup dalam pola hidup yang baru ini membuat kita berkenan di hadapan Tuhan atau selaras dengan kehendak Tuhan dan akhirnya membuat kita layak disebut anak-anak Tuhan. Selama kita terus berjuang, buah-buah Roh pun akan kita raih.

Pdt. Irwanta Sembiring, S.Th

GBKP Surabaya

 

Khotbah Minggu 26 Maret 2017

Khotbah Minggu 26 Maret 2017

(Minggu Passion V : Letare : “Bersukacitalah”)

Invocatio : Tetapi berfirmanlah TUHAN kepada Samuel: "Janganlah pandang parasnya atau perawakan yang tinggi, sebab Aku telah menolaknya. Bukan yang dilihat manusia yang dilihat Allah; manusia melihat apa yang di depan mata, tetapi TUHAN melihat hati" (1 Samuel 16:7).

Bacaan    :  Efesus 5 : 8 - 14

Khotbah  :  1 Samuel 16 : 1 - 13

Thema     :  Engkau Dipilih Tuhan, Bersukacitalah!”

 

I.          Pendahuluan

Orang yang merasa punya tanggungjawab akan merasa terbeban, tetapi orang tidak punya rasa tanggungjawab akan merasa santai dan tidak merasa susah walaupun ada masalah di depan matanya. Dan tanggungjawab itu harus dibawa dengan tekun dan setia, menyelesaikan tugas sampai tuntas.

Menjadi orang pilihan Tuhan bukan merupakan tugas yang mudah, Tuhan memberikan beban yang lebih berat bagi orang pilihan-Nya. Tetapi Tuhan juga menyatakan penyertaan-Nya bagi orang-orang pilihan-Nya. Tuhan memberi kekuatan bagi orang pilihan-Nya untuk setia sampai akhir.

 

II.       Pendalaman Nats

Hati dan pikiran Samuel sangat tersita oleh pelanggaran Saul. Karena Saul tidak mau mengakui kesalahannya sehingga Allah menolak Saul. Dan Tuhan menegur Samuel karena begitu lama meratapi pelanggaran Saul. Meratapi boleh-boleh saja, tetapi jangan terlalu lama, karena kehidupan harus terus berjalan. Ratapan dan kesedihan tidak akan menyelesaikan masalah. Karena Allah yang telah mengambil keputusan maka Samuel seharusnya menerima keputusan tersebut. Tapi Samuel tidak habis pikir, tidak sanggup memikirkan masalah yang terjadi.

Sepertinya Samuel telah memilih untuk pensiun dari tugas keimamannya, tetapi Tuhan masih mempunyai tugas yang harus dikerjakannya. Tuhan memulihkan Samuel dengan memberi perintah mengurapi raja Israel yang baru. Perintah Tuhan, Isilah tabung tandukmu dengan minyak dan pergilah.

Samuel masih berdalih kepada Tuhan bahwa ada bahaya yang akan menghadang dirinya. “Jika Saul mendengarnya, ia akan membunuh aku.  Samuel telah melihat bagaimana hati Saul sudah sangat jauh berbalik dari Allah sehingga akan mampu membunuh seorang imam Allah. Karena Saul telah terbawa oleh ketinggian dan kedegilan hatinya, memakai kekuasaan yang diberikan kepadanya dengan sewenang-wenang. Seorang yang telah mengabaikan Allah termasuk sebagai orang yang sangat berbahaya karena membahayakan hidup orang lain.

Namun Tuhan mempunyai jalan dan cara yang tersembunyi. Tuhan juga tidak ingin melakukan rencana-Nya dengan terbuka. Hal ini juga perlu kita pahami bahwa cara Tuhan tidak selalu dengan konfrontasi, tetapi dilakukan dengan diam-diam. Samuel disuruh pergi sendiri dengan menuntun seekor lembu ke Betlehem, dia tidak membawa rombongan sehingga tidak menarik perhatian Saul atau siapa saja. Walaupun begitu, kedatangannya menjadi tanda tanya besar bagi masyarakat Betlehem. Tua-tua Betlehem menghampiri Samuel dan para tua-tua berpikir jangan-jangan kedatangan Samuel mendatangkan celaka bagi masyarakat Betlehem. Tetapi Samuel berkata bahwa ia datang untuk mempersembahkan kurban di Betlehem. Samuel menyuruh mereka untuk mempersiapkan diri untuk melakukan ibadah persembahan korban. Dan tentunya setelah acara mempersembahkan korban ini, dilanjutkan hanya dengan keluarga Isai.

Tuhan membiarkan Samuel terlebih dahulu untuk memperhatikan siapa yang telah Tuhan pilih. Dan tampaknya Samuel salah menilai yang disukai oleh Allah, sebab ia memperhatikan perawakannya dan menyatakan dalam hatinya, inilah orangnya.  Sehingga Tuhan berkata, “Bukan yang dilihat manusia yang dilihat Allah; manusia melihat apa yang di depan mata, tetapi TUHAN melihat hati. Berarti Firman Tuhan dalam 1 Petrus 3:4 tetapi perhiasanmu ialah manusia batiniah yang tersembunyi dengan perhiasan yang tidak binasa yang berasal dari roh yang lemah lembut dan tenteram, yang sangat berharga di mata Allah” bukan saja bagi perempuan. Kita harus lebih mementingkan manusia batiniah kita daripada penampilan.

Isai menyuruh ketujuh anaknya lewat di depan Samuel, tetapi semuanya tidak dipilih TUHAN. Isai terlihat, kurang memperhatikan Daud, karena tidak segera memanggil Daud. Isai merasa sudah cukup bersama dengan ketujuh anaknya, sedangkan yang bungsu tidak perlu dipanggil. Setelah diketahui bahwa ketujuh orang anak Isai tersebut bukan yang dipilih menjadi raja, maka Samuel bertanya "Inikah anakmu semuanya?" Sehingga Isai mengingat anak bungsunya. Samuel berkata "Suruhlah memanggil dia, sebab kita tidak akan duduk makan, sebelum ia datang ke mari". Yang dianggap Isai tidak penting, justru Daud-lah yang lebih penting.

Daud terlihat masih sangat muda, umurnya masih sekitar 20 tahun, tetapi TUHAN berfirman: "Bangkitlah, urapilah dia, sebab inilah dia." Kalau Samuel saja disuruh untuk memilih salah satu dari antara anak Isai, tentu akan terjadi kesalahan fatal. Sehingga Tuhan menuntun Samuel untuk memberikan pengurapan kepada orang yang tepat. Sejak hari itu dan seterusnya berkuasalah Roh TUHAN atas Daud. Walaupun tidak langsung menduduki tahta kerajaan Israel, tetapi Daud telah diurapi menjadi raja. Berarti yang terpenting telah dia terima, karena Saul telah ditinggalkan Roh Allah dan Daud telah mendapatkan pengurapan (Roh TUHAN berkuasa atasnya). Daud harus menunggu 10 tahun lagi, mengalami pergumulan yang berat mengahadapi Saul. Tetapi akhirnya ia memulai kariernya sebagai raja pada umur sekitar 30 tahun.

Dalam hal ini Samuel telah menuntaskan tugasnya, sehingga ia dapat pergi dengan damai. Beban yang berat dipundaknya telah diringankan dengan menyelesaikan tugasnya. Walaupun pekerjaan belum tuntas secara keseluruhan, tetapi bagian yang diberikan Tuhan baginya telah dikerjakan dengan baik.

 

III.    Pointer Aplikasi

Samuel adalah seorang pilihan Tuhan, tampak dalam kehidupan dan pekerjaan yang ia lakukan seumur hidupnya. Dia sungguh-sungguh memikirkan kepentingan Allah dan bangsa Israel. Segenap hidupnya telah dipakai untuk melakukan kehendak Tuhan.

Daud juga merupakan orang pilihan Tuhan untuk mengemban tugas yang diberikan oleh Tuhan. Bahwa Tuhan telah mengangkat Daud dari belakang panggung sejarah dan membawanya kedepan panggung sejarah. Bahwa Tuhan menyatakan diri dalam menegakkan kerajaan Daud.

Tuhan memperhatikan orang-orang pilihan-Nya. 2 Tawarikh 16:9 “Karena mata TUHAN menjelajah seluruh bumi untuk melimpahkan kekuatan-Nya kepada mereka yang bersungguh hati terhadap Dia”. Kesungguhan hati sebagai orang pilihan Tuhan sangat penting, bukan saja pada awalnya baik tetapi akhirnya melawan Allah seperti Saul. Keistimewaan orang-orang pilihan Allah di dalam menjaga hubungan dengan Tuhan.

Sebagai orang pilihan Allah harus menjaga sikap dan rasa hormat kepada Tuhan. Bacaan kita dalam Efesus 5:10 “ujilah apa yang berkenan kepada Tuhan”, kita harus bertindak dalam kehati-hatian. Jabatan atau kedudukan yang diberikan Tuhan bukan bagi diri sendiri, untuk memegahkan diri. Jabatan adalah sarana melakukan kehendak Tuhan. Kis. 13:22 “Setelah Saul disingkirkan, Allah mengangkat Daud menjadi raja mereka. Tentang Daud Allah telah menyatakan: Aku telah mendapat Daud bin Isai, seorang yang berkenan di hati-Ku dan yang melakukan segala kehendak-Ku”. Yang terutama bagi orang pilihan Tuhan adalah perkenanan Tuhan. Dan Tuhan sangat mengasihi orang yang rendah hati dan tetap mengandalkan Tuhan dalam segenap hidupnya.

Semua orang Kristen adalah pilihan Allah, setiap orang pilihan mempunyai tanggungjawab dan Tuhan menolongnya untuk melakukan tugasnya. Pertolongan Tuhanlah yang memberi penghiburan bagi kita didalam pergumulan. Tuhan tetap mempunyai cara untuk menyelesaikan tujuan-Nya. Berbahagialah karena ikut ambil bagian dalam tujuan Allah. Tuhan memberikan patokan kehidupan bagi orang pilihan-Nya, “Hendaklah engkau setia sampai mati, dan Aku akan mengaruniakan kepadamu mahkota kehidupan” (Why.2:10c). Amin.

 

Pdt. Sura Purba Saputra, M.Th

GBKP Harapan Indah

Khotbah Minggu 12 Maret 2017

Khotbah Minggu 12 Maret 2017

Minggu Passion III

(Reminiscere: Mengingat kasih karunia Tuhan)

 

Invoctio     : Sebab Tuhan Allah kita, Dialah yang telah menuntun kita dan nenek moyang kita dari tanah Mesir, dari rumah-rumah perbudakan dan yang telah melakukan tanda tanda mujizat yang besar ini di depan mata kita sendiri, dan yang telah melindungi kita sepanjang jalan yang kita tempuh dan diantara semua bangsa yang kita lalui, (Yosua 24:17)

Bacaan      : Yohanes 3:1-17 (responsorial)

Khotbah     : Mazmur 121:1-8 (tunggal)

Tema         : Tuhanlah Perlindunganku

 

1. Masmur 121 merupakan masmur Ziarah yang biasa dinyanyikan umat dalam perjalanan menuju atau mendaki ke bukit Sion yaitu kota Yerusalem, yang terletak di dataran tinggi pegunungan Yehuda. Seluruh orang Israel yang berziarah akan berjalan dengan hati yang sukacita (Mazmur 42:5; Yesaya 30:29) untuk menghadiri tiga perayaan besar orang Israel yang terdapat di Ulangan 16:16 dan juga  Keluaran 23:14-17 yaitu hari raya Roti tidak beragi, hari raya Tujuh minggu dan hari raya Pondok daun. Ditambahkan dalam Ulangan 12:5-7 disebutkan tentang pemberian persembahan bakaran, korban sembelihan, persembahan persepuluhan, persembahan khusus, korban nazar dan korban sukarela. Dalam hal ini ziarah berarti datang ketempat yang mulia (rumah ibadah), mengikuti perayaan besar keagamaan dan mempersembahkan persembahan. Ziarah dalam konteks mengunjungi tempat sakral (bermakna dalam sejarah iman/ agama) juga merupaken tindaken konkrit sebagai latihen rohani yang secara khusus masih dilakukan oleh umat Islam dan Katolik dengan cara yang berbeda.

2. Dalam perjalanan ziarah tersebut juga sekaligus membawa korban persembahan sehingga dengan banyaknya beban maka perjalanan akan semakin sulit ditambah dengan medan yang cukup sulit dilalui. Perjalanan mendaki dengan barang yang banyak ditambah cuaca ekstrim panas disiang hari dan dingin dimalam hari sehingga pemazmur mengatakan alam Ayat 1 “Aku melayangkan pandanganku ke gunung-gunung; dari manakah akan datang pertolonganku?” Kata gunung-gungung mengacu ke kondisi perjalanan yang dilalui peziarah yaitu daerah perbukitan dan rawan kejahatan juga, bandingkan dengan perumpamaan Yesus tentang orang Samaria yang baik hati dalam Lukas 10:25-37. Peristiwa pemberian Hukum Taurat kepada Musa terjadi di Gunung Sinai (Kel 20) yang akhirnya mempengaruhi pemahaman bangsa Israel bahwa Allah itu berada di tempat yang tinggi. Pertanyaan tersebut dijawab sendiri oleh pemazmur dengan kesadaran tentang siapa yang akan sanggup menolongnya, ayat 2 “…Pertolonganku ialah dari Tuhan, yang menjadikan langit dan bumi”. Jawaban tersebut menjelaskan sumber/ asal pertolongan yang diharapkan yaitu dari Tuhan semata. Menjadi perenungan untuk kita bahwa ketika kita dalam kesusahan hidup ada begitu banyak tawaran yang menjanjikan penyelesaian dan jalan keluar namun pemazmur memastikan bahwa pertolongan yang kita butuhkan yaitu yang datangnya dari Tuhan pencipta langit dan bumi.

3. Tuhan adalah Penolong dijelaskan secara lebih mendetail di ayat-ayat berikutnya. Tuhan Penjagamu tidak akan terlelap (ay 3); tidak tertidur (ay 4) artinya Tuhan menempatkan manusia dibawah pengawasan dan penjagaanNya.  Menjadi renungan bahwa manusia memiliki keterbatasan dalam membantu sesamanya namun Tuhan sangat mampu memberi pertolongan tepat pada waktunya. Tuhan memberikan perlindungan sekaligus pertolongan, dalam konteks pemazmur pertolongan dan perlindungan diterima saat melakukan perjalanan ziarah yang penuh dengan tantangan yaitu matahari tidak akan menyakiti pada waktu siang dan bulan pada waktu malam (ayat 6) dan Tuhan akan menjaga dari segala kecelakaan, menjaga nyawa (ayat 7).  Demikianlah kesetiaan Tuhan yang memberikan rasa aman dan tenteram selama perjalanan ziarah. Menjadi renungan bahwa dalam perjalanan hidup setiap harinya (ziarah?) Tuhan hadir menjadi Penjaga dan Penolong umatNya sekarang dan selamanya (ayat 8). Dalam Perjanjian Baru kita mendapat penegasan tentang kasih setia Tuhan dalam Yohanes 3:16 “ karena begitu besar kasih Allah akan dunia ini, sehingga Ia telah mengaruniakan AnakNya yang Tunggal supaya setiap orang yang percaya kepadaNya tidak binasa melainkan beroleh hidup yang kekal”. Demikianlah kesetiaan Allah memberikan rasa aman dan tenteram dalam perjalanan ziarah, tidak saja dalam ziarah tapi dalam perjalanan kehidupan setiap harinya sehingga kehadiran Allah dalam kehidupan umat-Nya pasti. Oleh karena itu Martin Luther menyebut Yoh.3:16 sebagai miniature of Gospel.

4. Nikodemus peminpin agama Yahudi, menjumpai Yesus ketika hari sudah gelap untuk berbincang dengan Yesus, pemilihan waktu ini diambil supaya orang banyak tidak tahu tentang pertemuan tersebut. Dalam percakapan ada dibahas tentang dilahirkan kembali. Nikodemus memahami dilahirkan kembali berarti masuk kembali kerahim ibunya dan dilahirkan lagi. Namun Yesus menjelaskan bahwa yang dimaksud adalah dilahirkan dari air dan Roh, hidup baru. Karya Roh Kudus tidak dapat dikendalikan oleh manusia dan manusia yang sudah lahir kembali dalam Roh, keselamatanya tidak dapat diukur dengan ukuran manusia. Hal ini baru bagi Nikodemus karena bagi orang Parisi, kebaikan/ keselamatan seseorang biasanya diukur dengan melihat kepatuhannya terhadap hukum Taurat. Keselamatan tidak akan didapatkan hanya dengan taat melakukan Hukum Taurat tapi merupakan anugerah  Allah. Tuhan langsung turun tangan untuk menyelamatkan manusia.

5. Masing-masing kita sedang berjalan dalam  “ziarah” di dunia ini dan pasti banyak tantangan dan pergumulan yang sudah dan akan kita temui. Melalui bahan renungan kita diminggu ini ditegaskan kembali bahwa Tuhan yang kita sembah tidak akan membiarkan kita berjalan sendiri tanpa pengawalan, pengawasan dan pertolongan. Keyakinan ini akan memberi kita kepercayaan diri bahwa dalam ziarah ini, dalam penyertaan Tuhan, akan membawa kita dengan selamat pada tujuan. Tantangan yang dihadapi pengikut Kristus tidak akan membuat kita berhenti apalagi hilang pengharapan namun tetaplah focus pada anugerah Tuhan yang telah disediakan bagi kita sekarang dan selamanya. 

                                                                                                                                                   Pdt. Erlikasna Purba

                                                                                                                                                   GBKP Denpasar

Info Kontak

GBKP Klasis Bekasi - Denpasar
Jl. Jatiwaringin raya No. 45/88
Pondok Gede - Bekasi
Indonesia

Phone:
(021-9898xxxxx)

Mediate

GBKP-KBD