Khotbah Minggu 14 Mei 2017

BIMBINGAN KHOTBAH

TANGGAL 14 MEI 2017

(MINGGU KANTATE)

 

Invocatio    : “Nyanyikanlah nyanyian baru bagi Tuhan, menyanyilah bagi Tuhan, hai segenap bumi!” (Mazmur 96:1)

Bacaan       : Mazmur 22:23-32

Khotbah      : I Petrus 2:4-10

Tema          : “Tuhan Memberi Kemenangan, Pujilah Dia!”

 

I.      PENDAHULUAN

Saat ini sedang digalakkan pemanfaatan ulang barang-barang bekas. Sampah bisa menjadi berkah. Barang-barang buangan bisa di daur ulang dan menjadi pajangan mahal yang dicari banyak orang. Apa yang dianggap tidak berharga oleh banyak orang ternyata mampu menjadi barang berharga yang menawan hati dan bernilai tinggi.

Kitab I Petrus menggambarkan Tuhan Yesus dengan metafora batu. Tuhan Yesus adalah batu yang hidup, yang dipilih Allah dengan hormat. Demikian pula para pengikut Kristus, kita semua adalah batu hidup yang menjadi bagian dari pembangunan rumah rohani. Batu-batu yang dipilih oleh Allah terangkai satu dengan yang lain menjadi suatu imamat kudus yang saling melengkapi. Batu-batu itu dulunya dibuang dan tidak lagi diperhitungkan, tapi oleh karena kasih-Nya kita dijadikan sebuah “batu yang berharga”, untuk itu patut kita memuji Dia yang telah “mendaur ulang” dan memberikan kemenangan kepada kita melalui kematianNya di kayu salib.

 

II.    PENDALAMAN NAS

Surat ini merupakan yang pertama dari dua surat yang dituliskan oleh Rasul Petrus, yang ditulis dengan bantuan Silas sebagai juru tulisnya (1 Pet. 5:12). Petrus mengalamatkan surat ini kepada “orang-orang pendatang yang tersebar (diaspora)” di seluruh propinsi Asia Kecil kekaisaran Romawi (1:1). Petrus menulis surat pengharapan yang penuh dengan sukacita ini untuk memberikan kepada orang percaya pandangan yang ilahi dan abadi bagi kehidupan di bumi dan untuk memberikan bimbingan praktis kepada mereka yang mulai mengalami penderitaan yang berat sebagai orang Kristen di dalam masyarakat kafir untuk mengikuti teladan Yesus dalam menderita.

Ayat 4-5, batu hidup, batu penjuru yang diungkapkan Petrus hendak menegaskan apa yang telah mereka mengerti dalam Perjanjian Lama. Dalam Mazmur 118:22 dikatakan, “batu yang dibuang oleh tukang-tukang bangunan telah menjadi batu penjuru” (bnd. Yes. 28:16 “sebab itu beginilah firman Tuhan Allah: ‘Sesungguhnya, Aku meletakkan sebagi dasar di Sion sebuah batu, batu yang teruji, sebuah batu penjuru yang mahal, suatu dasar yang teguh: siapa yang percaya, tidak akan gelisah!”). Bahwa batu penjuru itu adalah Kristus Yesus, namun Ia telah menjadi batu penjuru yang tidak memiliki arti sebab dibuang di hadapan manusia umat pilihanNya (bnd. Kis. 4:11).

Ayat 6-8, Petrus kembali mengingatkan maksud batu penjuru (Yes. 28:16) sebagai fungsi dasar dari bangunan yang kokoh (bnd. 1 Kor. 3:11). Petrus juga ingin mempertegas bahwa orang yang mempercayai Kristus Yesus adalah batu yang mahal karena dengan menjadi orang percaya pada Kristus berarti memberi diri menjadi batu hidup yang dipergunakan oleh Allah untuk dipakai dalam membangun rumah rohani atau menjadi bait Allah masa kini. Dengan kata lain, bersedia untuk ditata dan dibangun di atas dasar batu penjuru yakni Kristus yang memberi kehidupan kekal.

Ayat 9-10, setiap orang percaya adalah yang terpilih menjadi susunan batu yang fondasinya adalah Kristus Yesus. Menjadi batu yang berharga dan mahal “bangsa yang terpilih” dinyatakan juga imamat yang rajani berarti bahwa setiap orang Kristen mempunyai hak masuk kepada Allah, pada kemuliaan Allah, bnd. Wahyu 3:21 “barang siapa menang ia akan kududukkan bersama-sama dengan Aku di atas takhtaKu, sebgimana Aku pun telah menang dan duduk bersama-sama dengan BapaKu di atas takhtaNya”. Bandingkan juga dengan Wahyu 5:10 yang berkata, “dan Engkau telah membuat mereka menjadi suatu kerajaan, dan menjadi imam-imam bagi Allah kita, dan mereka akan memerintah sebagai raja di bumi”. ‘Bangsa yang kudus’ setiap orang yang percaya adalah special, sebab walaupun berada dalam kehidupan dunia tetapi tidak hidup dalam tata cara duniawi, melainkan yang dikuduskan, “kepunyaan Allah sendiri”. Sebutan terhormat ini dulunya diberikan kepada bangsa Israel. Dalam Keluaran 19:6 dikatakan, “Kamu akan menjadi bagiKu kerajaan imam dan bangsa yang kudus. Inilah semuanya firman yang harus kau katakan kepada orang Israel” sementara dalam Ulangan 7:6-7 dikatakan “sebab engkaulah umat yang kudus bagi Tuhan, Allahmu, engkaulah yang dipilih oleh Tuhan, Allahmu, dari segala bangsa ynag di atas muka bumi untuk menjadi umat kesayangaNya. Bukan karena lebih banyak jumlahmu dari bangsa manapun juga, maka hati Tuhan terpikat olehmu dan memilih kamu, bukankah kam ini yang paling kecil dari segala bangsa?”. Akan tetapi sebutan itu telah digantikan kedudukannya oleh gereja “orang percaya”.

 

Imamat Kudus, dalam Perjanjian Lama keimaman terbatas pada suatu golongan minoritas tertentu. Kegiatan mereka yang khusus ialah mempersembahkan kurban kepada Allah, mewakili umayNya dan berbicara langsung dengan Allah (Kel. 28:1; 2 Taw. 29:11). Kini melalui Yesus Kristus, setiap orang Kristen sudah menjadi imam di hadapan Allah (Why. 1:6; 5:10; 20:6). Keimaman semua orang percaya berarti:

1.      Semua orang percaya boleh langsung menghadap Allah melalui Kristus (1 Pet. 3:18; Yoh. 14:6; Ef. 2:18)

2.      Semua orang percaya berkewajiban untuk hidup kudus (ay.5,9)

3.      Semua orang percaya harus mempersembahkan “persembahan rohani” kepada Allah, antara lain: (a) hidup dalam ketaatan kepada Allah dan jangan menjadi serupa dengan dunia-Roma 12:1-2; (b) berdoa kepada Allah dan memuji Dia-Mazmur 50:14; Ibrani 13:15; (c) melayani dengan sepenuh hati dan pikiran-1 Tawarik 28:9; Efesus 5:1-2; Filipi 2:17; (d) melakukan perbuatan baik-Ibrani 13:16; (e) memberi dari harta milik-Roma 12:13; Filipi 4:18; (f) mempersembahkan tubuh kita kepada Allah sebagai senjata kebenaran-Roma 6:13,19.

4.      Semua orang percaya harus bersyafaat dan saling mendoakan serta berdoa untuk semua orang (Kol. 4:12; 1 Tim. 2:1; Why. 8:3)

5.      Semua orang percaya harus saling memberitakan Firman Allah dan mendoakan keberhasilannya (Kis. 4:31; 1 Kor. 14:26; 2 Tes. 3:1)

 

Bangsa yang kudus, orang percaya dipisahkan dari dunia supaya menjadi milik Allah sepenuhnya (bnd. Kis. 20:28; Tit 2:14) dan memberitakan injil keselamatan demi kemuliaan dan kebesaranNya.

 

Bacaan: Mazmur 22:23-32 disebut juga dengan Mazmur Messianis yang tidak terpisahkan dengan peristiwa Yesus di kayu salib. Seperti yang diucapkan Yesus, “Eloi, Eloi, lama sabakhtani?”, yang berarti: Allahku, Allahku, mengapa Engkau meninggalkan Aku? (Markus 15:34). Dalam Mazmur 22:2 dituliskan, “Allahku, Allahku, mengapa Engkau meninggalkan aku?”. Pengalaman hidup yang penuh dengan tantangan, masalah dan penderitaan serta peristiwa penebusan dosa dan pemberian keselamatan dari Tuhan melalui kematianNya di kayu salib menjadikan kita “merdeka” dari kematian kekal. Hal inilah yang mendasari kita untuk bersyukur dan memuji Tuhan atas segala perbuatanNya yang ajaib.

 

III.  APLIKASI

Kita patut bersyukur karena Kristus, sang batu penjuru telah menyelamatkan dan memberikan arah dalam kehidupan kita. Kita mendapatkan anugerah keselamatan dan sekaligus kepercayaan untuk menjadi anak-anak Allah yang “memberitakan perbuatan besar Allah”. Orang Kristen diselamatkan dengan tujuan: Pertama, agar kita menjadi “alat di tangan” Tuhan untuk membangun gereja-Nya. Kedua, agar Tuhan dapat menggunakan kita untuk menjadi berkat bagi dunia ini. Kedua tugas ini adalah anugerah dan kepercayaan yang berjalan bersama-sama di dalam diri setiap anak Tuhan.

KeKristenan tidak dapat dilepaskan dari pujian dan penyembahan. Dalam setiap ibadah, aspek pujian dan penyembahan selalu mendapat porsi yang besar selain pemberitaan Firman. Selain karena kita sudah “dimenangkan” dan “diangkat” menjadi anak-anak Tuhan, imamat rajani ada beberapa alasan mengapa orang-orang percaya harus memuji Tuhan:

1.      Sebab kita diciptakan untuk memuji Tuhan, alasan utama yang patut direnungkan mengapa Tuhan menciptakan manusia, meyelamatkannya dari dosa dan menjanjikan hidup kekal di surga, itu tertulis dalam Yesaya 43:21, “umat yang telah Ku bentuk bagiKu akan memberitakan kemasyhuranKu”. Allah rindu agar setiap aspek kehidupan manusia dipenuhi pujian akan kebesaranNya (bnd. Teologia Calvin tentang “Gloria Dei”, bahwa kita ada untuk memuliakan dan memuji Tuhan).

2.      Kita diperintahkan untuk memuji Tuhan, firman Tuhan menulis, “Biarlah segala yang bernafas memuji Tuhan! Haleluya!” (Mazmur 150:6)

3.      Sebab Tuhan telah menyelamatkan kita, dalam 1 Tawarikh 16:35 dikatakan “Selamatkanlah kami, ya Tuhan Allah, Penyelamat kami, dan kumpulkanlah dan lepaskanlah kami dari antara bangsa-bangsa, supaya kami bersyukur kepada namaMu yang kudus, dan bermegah dalam puji-pujian kepadaMu”.

4.      Ekspresi syukur kepadaNya, bersyukurlah untuk anugerah keselamatan hidup kekal yang diberikan Bapa di dalam Kristus Yesus, sebab ada banyak orang yang terpanggil, namun mereka menolak untuk memberikan hati dan hidupnya kepada Kristus. Bani Asaf mengekspresikan syukurnya dalam I Tawarikh 16:36 “Terpujilah Tuhan, Allah Israel, dari selama-lamanya sampai selama-lamanya. Maka semua umat mengatakan “Amin! Pujilah Tuhan!” demikian pula anjuran dalam kitab Ibrani 13:15 “Sebab itu marilah kita, oleh Dia, senantiasa mempersembahkan korban syukur kepada Allah, yaitu ucapan bibir yang memuliakan namaNya”.

5.      Sebab kasih setiaNya kekal, Daud yang sangat memahami sifat Allah, melantunkannya dalam sebuah mazmur: “Haleluya! Bersyukurlah kepada Tuhan, sebab Ia baik! Bahwasanya untuk selama-lamanya kasih setiaNya” (Mazmur 106:1)

6.      Sebab Tuhan bertahkta di atas pujian kita, Alkitab menulis, “padahal Engkaulah yang kudus yang bersemayam di atas puji-pujian orang Israel” (Mazmur 22:4). Allah ternyata sangat menikmati pujian dan penyembahan umatNya. Hal ini nampak nyata dari tindakanNya yang “duduk bertakhta” di atas puji-pujian.

7.      Indah dan baik memuji-muji Tuhan, Mazmur 147:1 “Haleluya! Sungguh, bermazmur bagi Allah kita itu baik, bahkan indah dan layaklah memuji-nuji itu”

8.      Sebab Tuhan layak dipuji, tidak ada pribadi yang layak dipuji dan disembah selain daripada Tuhan kita Yesus Kristus. Hanya Dia saja yang layak menerima pujian dan pengagungan dari kita. Sebab Dialah pencipta yang sempurna, Tuhan yang mengampuni segala dosa dan kesalahan kita dan berjanji untuk selalu menyertai kita, sebagaimana arti dari gelar “Imanuel” yang disandangNya (bnd. Wah. 5:13-14; Mzm 146:1-2).

9.      Ada kuasa dalam pujian. Dalam I Samuel 16:14,23 menulis “Tetapi Roh Tuhan telah mundur daripada Saul, dan sekarang ia diganggu oleh roh jahat yang daripada Tuhan. Dan setiap kali apabila roh yang daripada Allah itu hinggap pada Saul, maka Daud mengambil kecapi dan memainkannya, Saul merasa lega dan nyaman, dan roh yang jahat itu undur daripadanya”.

10.  Mengubah keadaan buruk menjadi kemenangan. Dalam Mazmur 43:5 “Mengapa engkau tertekan, hai jiwaku, dan mengapa engkau gelisah di dalam diriku? Berharaplah kepada Allah! Sebab aku bersyukur lagi padaNya, penolongku dan Allahku!”

11.  Sebab itulah gaya hidup kita nanti di Surga. Wahyu 22:2-3 “Lalu ia menunjukkan kepadaku sungai air kehidupan, yang jernih bagaikan kristal, dan yang mengalir keluar dari takhta Allah dan takhta Anak Domba itu. Di tengah-tengah jalan kota itu, yaitu di seberang menyeberang sungai itu, ada pohon-pohon kehidupan yang berbuah dua belas kali, tiap-tiap bulan sekali, dan daun pohon-pohon itu dipakai untuk menyembuhkan bangsa-bangsa. Maka tidak akan ada lagi laknat. Takhta Allah dan takhta Anak Domba akan ada di dalamnya dan hamba-hambaNya akan beribadah kepadaNya”.

Pdt                                                                                                                                                                                                 Pdt. Irwanta Sembiring, S.Th

                                                                                                                                                                                                                GBKP Surabaya

GB

GB

Khotbah Minggu 07 Mei 2017

KHOTBAH MINGGU TGL 07 MEI 2017

(Minggu Jubilate: “Bersoraklah”)

Invocatio   :Sebab segala sesuatu adalah dari Dia,dan oleh Dia dan kepada Dia:Bagi Dialah kemuliaan sampai selama-lamanya (Roma 11:36).

Bacaan          : Yohanes 10:1-10

Khotbah       : Yesaya 40:9-11

Tema             : Pujilah Tuhan dan serukanlah kebaikan-Nya

 

I.           Pendahuluan

                Kitab Yesaya 40 merupakan kumpulan nubuat tentang pemulihan bangsa Israel, yang Allah lakukan terhadap umatNya, setelah mereka selesai mengalami masa pembuangan di Babel karena dosa-dosa mereka. Berita penghiburan ini, sekaligus menjadi berita pengampunan dan pembebasan  kepada bangsa Israel yang telah menderita 40 tahun lamanya dibawah kekuasaan Babel.

                Di tengah-tengah pergumulan umat Israel di pembuangan, nubuat tentang penghiburan dan pengampunan dari Allah menyatakan bahwa Tuhan tidak pernah meninggalkan umatNya, Tuhan tetap memandang orang-orang yang mengalami malapetaka hukuman itu sebagai umatNya sendiri (Yes 51:16) dan Tuhan adalah tetap Allah mereka (Yes 51:15;40:9). Tuhan tetap mengasihi mereka sebagai umatNya. Penghiburan dan pengampunan itu sekaligus menjadi seruan kepada umat Tuhan supaya mereka mau menyiapkan hati mereka menyambut hari pembebasan yang segera akan tiba.

 

II.      Pendalaman Teks Bacaan: Yohanes 10:1-10

                Dalam mewujudkan rencana penyelamatan Allah melalui Yesus Kristus Injil Yohanes menggambarkan Yesus sebagai 2 hal yaitu:

1.       Yesus sebagai gembala yang baik: Kandang domba di Palestina hanya memiliki satu pintu saja yang dikawal oleh gembalanya. Jika ada yang masuk tidak melalui pintu itu/ tidak melalui pintu yang benar, memanjat tembok ia adalah seorang pencuri atau perampok. Mereka adalah gembala-gembala yang jahat, yang menggembalakan dirinya sendiri, mereka adalah gembala atau peminpin yang buruk (Yeh.34:1-4). Sebaliknya siapa yang melalui pintu ia adalah gembala domba yang baik, ini terlihat dari sikapnya sebagai penjaga yang membukakan pintu bagi dia, domba-dombanya mendengar suaranya dan ia memanggil domba-dombanya masing-masing menurut namanya dan menuntunnya keluar.

2.       Yesus digambarkan sebagai pintu: Akulah pintu, barangsiapa masuk melalui Aku, ia akan selamat dan ia masuk dan keluar dan menemukan padang rumput (ay 9). Hal ini menegaskan kepada kita hanya melalui Yesus lah kita memperoleh keselamatan dan padang rumput yang abadi yaitu makanan rohani. Untuk memperoleh hidup yang disedikan oleh Bapa hanyalah melalui satu pintu, yaitu Yesus sendiri, tidak ada jalan atau pintu yang lain. Dunia menawarkan ada banyak pintu untuk kesenangan hidup, tapi Yesus berkata “Akulah jalan kebenaran dan hidup, tidak ada seorangpun sampai kepada Bapa kalau tidak melalui Aku”(Yoh 14:6). Hal ini membuat kita tidak lagi ragu menerima Yesus sebagai Tuhan dan Juruselamat.

3.        

III.   Pendalaman Nats Khotbah: Yesaya 40:9-11

“Hai Sion, pembawa kabar baik”. Kata Sion menunjuk kepada benteng kota Yerusalem, dan seluruh bukit utara diberi nama Sion, dan Sion sendiri terletak di istana raja Daud dan terlebih-lebih bait suci. Kota Yerusalem dalam kepercayaan Israel disebut sebagai kota pilihan Allah sendiri, sebagai kota suci. Yerusalem dinyatakan sebagai tempat atau kota ÿang telah dipilih Tuhan”(1Raja 8:44;11:13). Antara Allah dan kota Yerusalem terdapat hubungan yang sangat erat, Yerusalem dimaknai sebagai pembawa pesan sukacita. “Hai Yerusalem, pembawa kabar baik, nyaringkanlah suaramu kuat-kuat, nyaringkanlah suaramu, jangan takut”. Pembawa kabar baik itu diperintahkan untuk menyaringkan suaranya kuat-kuat agar orang-orang dapat mendengarnya.

“Lihat, itu Tuhan Allah (ay 10). Ungkapan ini menunjukkan bahwa Allah sendiri yang akan datang menolong mereka yang sedang dalam pembuangan, Dia tidak menyuruh orang lain, Dia sendirilah lah yang bergerak, Allah telah datang untuk menyelamatkan mereka. Allah hadir sebagai pahlawan yang perkasa yang membawa rampasannya dalam kemenangan. Dengan kekuatan dan tanganNya Ia berkuasa. Dalam membebaskan bangsaNya dari tengah-tengah bangsa yang sedang berkuasa melalui tanda-tanda mujizat dan kekuatan yang besar. Allah hadir bagi bangsaNya dan memberikan kemenangan.

“Seperti seorang gembala Ia menggembalakan kawanan ternakNya dan menghimpunnya dengan tanganNya”. Tuhan itu digambarkan sebagi seorang gembala (Mzm 23, Mzm 80:2). Dengan tanganNya yang teracung, Ia telah mengumpulkan umatNya yang tersebar di babel,sama seperti peristiwa Tuhan menghimpun bangsa Israel keluar dari tanah Mesir.Sikap Allah yang digambarkan sebagai gembala menunjukkan bahwa Ia adalah Tuhan yang tanpa terkecuali tua muda yang kuat dan lemah,Ia menuntun kita menurut jalanNya.Bangsa Israel yang telah terpisah-pisah dikumpulkanNya dan sebagai gembala Ia berdiri di depan menuntun dan menunjukkan jalan pulang ke Yerusalem.Dia telah memulihkan keadaan bangsa Israel,bekas-bekas luka penderitaan selama pembuangan telah lenyap,Karena Dia menggendong dengan hati-hati,memberi kekuatan kepada yang lemah dan menambah semangat.

IV.Renungan

                Konteks kehidupan bangsa Israel di tanah pembuangan masih  relevan dengan kehidupan yang kita alami saat ini. Adanya kekerasan, ketakutan, teror, ketidakadilan, perbudakan narkoba, kemiskinan, peminpin yang tidak mengayomi rakyatnya dan seterusnya. Siapakah yang bisa kita andalkan untuk menghadapi situasi seperti itu? Didalam Mazmur 121:1-2 “Aku melayangkan mataku ke gunung-gunung, darimanakah pertolonganku? Pertolonganku ialah dari Tuhan, yang menjadikan langit dan bumi. Allah sendiri datang menolong dan membebaskan umatNya. Betapapun dalam pelanggaran dan dosa bangsa Israel, tapi Allah tetap mengasihi mereka, Allah memulihkan bekas-bekas luka penderitaan dan Dia menggendong kita dengan hati-hati, menuntun kita seperti gembala yang mengiringi gembalanya. Tidak ada pertolongan lain yang bisa diandalkan hanya Allah melalui Yesus Kristus yang sanggup memberikan pemulihan dari setiap situasi kehidupan.

                Dalam konteks keberadaan kita sebagai orang yang sudah diampuni, dipulihkan oleh Allah melalui Yesus Kristus. Kita menjalani kehidupan ini dengan penuh sukacita, kehidupan kita senantiasa memancarkan dan menyuarakan kasih Allah. Keberadaan kita senantiasa membawa sukacita bukan ketakutan. Serukanlah kedatanganNya, sambutlah Ia dengan segala kerelaan dan jadilah kita sebagai pancaran kasihNya melalui kepedulian kita terhadap sesama dan dunia ini.

                               

 

 

                                                                                                                                Pdt. Rena Tetty Ginting, S.Th

                                                                                                                                                GBKP Bandung Barat

Khotbah Minggu 23 April 2017

KHOTBAH MINGGU TANGGAL 23 APRIL 2017

MINGGU SETELAH PASKAH (QUASIMODOGENITI= Seperti anak yang baru lahir)

Invocatio:  Berbahagialah orang yang tidak berjalan menurut nasihat orang fasik, yang tidak berdiri di jalan orang berdosa, dan yang tidak duduk dalam kumpulan pencemooh” (Masmur 1:1).

Bacaan     : 1 Petrus 1:3-9 (tunggal)

Khotbah  : Mazmur 16:1-11

Tema        : Tuhan Senantiasa dekat Denganku (Dibata Tetap Rembak Ras Aku)

 

I.        Pendahuluan

·         Mazmur ini diberi judul “Miktam”, yang diterjemahkan sebagian orang sebagai mazmur emas, yang sangat berharga dan harus kita hargai lebih daripada emas. Di sini Daud berlari ke dalam perlindungan Allah dengan keyakinan mendalam dan hati riang (ay. 1): “Jagalah aku, ya Allah! Dari maut, dan terutama dari dosa-dosa yang terus menerus menggempurku. Sebab pada-Mu, dan hanya pada-Mu saja, aku berlindung.” Orang-orang dengan iman menyerahkan diri ke dalam pemeliharaan ilahi dan berserah kepada bimbingan ilahi memiliki alasan untuk mengharap-harapkan berkat penyerahan dirinya itu.

II.     Pendalaman Nats

·         Mazmur 16 ini mau menceritakan tentang suka cita orang yang setia. Nyanyian dalam Mazmur ini menggambarkan kepercayaan yang merupakan pengakuan segenap hati tentang suka cita yang lahir karena iman dan kesetiaan. Penulis Mazmur ini hidup pada zaman ketika kemurtadan dan penyembahan berhala begitu meluas. Dengan latar belakang inilah dia membedakan kebahagiannya dengan keadaan menyedihkan yang menimpa para penyembah berhala.

·         Dalam ayat 1-4, ini menunjukkan sukacita dalam ibadah. Kata “Jagalah aku ya Allah”, ini bukanlah doa untuk memohon kelepasan dari musuh melainkan agar kebahagiaan  yang dimilikinya berlanjut terus. Kesukaan pemazmur adalah orang-orang Kudus (orang-orang yang tidak menyembah berhala), sementara kepercayaannya adalah kepada Allah. Tapi bagi orang-orang yang berbakti kepada allah lain kesedihannya berlipat ganda.

·         Dalam ayat 5-8 menunjukkan suka cita dalam iman. Kata “Ya Tuhan Engkaulah bagian warisanku dan pialaku” merupakan gambaran yang merujuk pada bagian tanah yang diundikan, di mana suku Lewi tidak mendapat bagian khusus. Bersama dengan gambaran tentang piala kebahagiaan pemazmur berarti pusaka yang benar-benar menyenangkan hati, sebab Allah adalah harta yang paling dipilihnya. Sehingga keadaannya tidak akan goyah karena pimpinan Allah yang terus-menerus. Karena Warisan dan Piala adalah Tuhan itu sendiri (bnd. Mazmur 73:26; Ulangan 18:1). Karena persekutuan dengan Tuhan  adalah sumber berkat dan kebahagiaan yang sejati.

·         Dalam ayat 9-11 menunjukkan tentang suka cita dalam pengharapan. Kata “Sebab itu hatiku  dan jiwaku bersorak-sorai “ menunjukkan bahwa berdasarkan sukacitanya yang sekarang, pemazmur sungguh-sungguh memiliki dasar pengharapan yang penuh sukacita.

·         Jadi kitab Mazmur ini mau menggambarkan bahwa terlepas dari Allah bagi pemazmur  tidak lagi dapat melihat makna di dalam hidup ini dan tidak ada kebahagiaan. Menurut Pemazmur tidak ada sesuatupun di dalam hidupnya yang baik jikalau kehadiran Tuhan dan penyertaan-Nya tidak ada. Sama seperti yang diungkapkan Paulus dalam Filipi 1:21 yang berbunyi Karena bagiku hidup adalah Kristus dan mati adalah keuntungan”.

·         Melalui Mazmur ini juga kita diajak untuk memahami bahwa orang percaya harus mencari dan menghargai persekutuan intim dengan Allah di atas segala sesuatu. Kehadiran Tuhan senantiasa  di sebelah kanan kita membawa bimbingan-Nya (ay. 7,11), perlindungan (ay. 8), suka cita (ay. 9), kebangkitan (ay. 10) dan nikmat senantiasa (ay. 11).

·         Pemazmur juga menyatakan bahwa hubungan pribadi dengan Tuhan Allah akan memberikan kepastian kepada orang percaya  mengenai kehidupan di masa depan dengan Allah dan keyakinan bahwa Ia tidak akan menyerahkan mereka ke “dunia orang mati” dalam bahasa Ibrani disebut “Sheol” (bnd. Mzm. 73:26).

·         Sehingga dalam bacaan 1 Petrus 1:3-9 menyatakan bahwa orang-orang yang mau lahir baru yakni hidup benar di hadapan Tuhan mereka akan menerima suatu bagian yang tidak dapat binasa (tidak dapat dihancurkan), yang tidak dapat cemar (senantiasa segar) dan yang tersimpan (selalu dijaga) di sorga bagi mereka. Jadi sukacita Kristiani adalah sukacita yang tidak dipengaruhi oleh situasi, karena penderitaan yang dihadapinya tersebut adalah untuk membuktikan kemurnian iman.

III.               APLIKASI

·         Tema  kita adalah  TUHAN SENANTIASA DEKAT DENGAN KU. Dalam bahasa Karo “dekat” adalah “rembak”. Dalam KBBI kata “dekat” adalah akrab, rapat jika dihubungkan dengan hubungan persahabatan, persaudaraan, dan sebagainya. Berarti Tuhan Senantiasa Dekat Denganku berarti Tuhan  memilik hubungan yang akrab atau rapat dengan kita.

·         Akan tetapi untuk membuat hubungan kita akrab atau dekat dengan Tuhan tidak semudah yang kita bayangkan. Melalui nats kita ini kita diajak untuk tetap setia kepada Tuhan meskipun banyak rintangan-rintangan yang kita hadapi. Tidak mau meninggalkan Tuhan dan beralih ke allah-alah lain.

·         Tetaplah setia kepada Tuhan dan imanilah bahwa persoalan-persoalan yang kita hadapi adalah untuk menguji dan mengasah iman percaya kita. Oleh sebab itu jangan fokus kepada masalah yang menghampiri kita tapi fokuslah kepada Tuhan yang senantiasa menolong kita menghadapinya. Senantiasalah tinggal di dalam Tuhan karena jikalau kita tinggal di dalam Tuhan dan Firman Tuhan tinggal di dalam diri kita maka kita dapat “meminta apapun yang kita kehendaki dan kita akan menerimanya” (bnd. Yohanes 15:7). Seperti yang dikatakan dalam Invocatio: “Berbahagialah orang yang tidak berjalan menurut nasihat orang fasik, yang tidak berdiri di jalan orang berdosa, dan yang tidak duduk dalam kumpulan pencemooh” (Masmur 1:1). Amin

Sumber:

1.      Alkitab Penuntun Hidup Berkelimpahan

2.      Alkitab edisi Study

3.      Tafsiran Alkitab Wycliffe Volume 3

4.      Tafsiran Alkitab Wyckliffe Volume 2

5.      Kamus Besar Bahasa Indonesia

6.       Kamus Karo On Line

 

Pdt. Jaya Abadi Tarigan, S.Th

GBKP Bandung Pusat

Info Kontak

GBKP Klasis Bekasi - Denpasar
Jl. Jatiwaringin raya No. 45/88
Pondok Gede - Bekasi
Indonesia

Phone:
(021-9898xxxxx)

Mediate

GBKP-KBD