Khotbah Minggu 27 Agustus 2017

BAHAN KHOTBAH MINGGU 27 AGUSTUS 2017

Invocatio         :          Jadi janganlah malu bersaksi tentang Tuhan kita dan janganlah malu

karena aku, seorang hukuman karena Dia, melainkan ikutlah menderita bagi Injil-Nya oleh kekuatan Allah ( 2 Timotius 1 : 8 ).

Bacaan            :          Lukas 22:24-30

Khotbah          :          Roma 12 : 3-8

Tema               :          Ambil bagian dalam pekerjaan-pekerjaan gereja

  1. PENDAHULUAN

Salah satu pengertian yang digemari Paulus ialah mengenai Gereja sebagai satu tubuh (1 Kor 12:12-27). Anggota-anggota tubuh tidak saling bertengkar, tidak saling iri atau mempersoalkan yang mana yang lebih penting. Tiap bagian tubuh melaksanakan tugasnya masing-masing. Tiap-tiap anggota mempunyai tugas yang harus dilaksanakan; dan hanya dengan melaksanakan tugasnya masing-masinglah maka tubuh Gereja itu berfungsi sebagaimana mestinya.[1]

Paulus berkeinginan supaya jemaat di Roma hidup secara rukun dan bisa menguasai diri supaya tidak berpikir tentang hal-hal yang lebih tinggi. Selayaknya tangan dan kaki memiliki fungsi yang berbeda dan mereka menjalankan tugas masing-masing tanpa harus tangan berpikir untuk menjadi kaki lalu melakukan tugas dari kaki, begitupun kaki yang berpikir untuk menjadi tangan dan melakukan tugas dari tangan.

  1. PEMBAHASAN

Latar belakang dari penulisan bagian ini oleh Paulus ialah penekanan pada soal bagaimana respons umat yang telah dibaharui, dilahir barukan atau diselamatkan, itu berarti bahwa umat yang dibaharui atau sudah diselamatkan bukan berarti bersikap masa bodoh, tidak tahu apa yang harus dibuat. Ada tindakan-tindakan pembaharuan hidup yang harus dinyatakan oleh umat Tuhan sebagai bentuk tanggung jawab iman. Paulus dalam hal ini mnasihatkan jemaat yang ada di Roma untuk memikirkan apa yang layak dipikirkan sebagai orang yang beriman pada Tuhan. Yakni berpikir dalam kapasitas sebagai umat yang sudah diselamatkan. Sebagai satu tubuh, kita memiliki banyak anggota yang masing-masing punya tanggung jawab yang berbeda-beda. Perbedaan itu bukan untuk menciptakan perpecahan tetapi saling mengisi dan saling membutuhkan satu sama lain.

Bagian bacaan ini hingga pasal 12:21 berisikan himbauan umum yang menyangkut dengan kehidupan gereja. Pembukaannya segera membangkitkan perhatian : Berdasarkan kasih karunia yang dianugerahkan kepadaku, aku berkata kepada setiap orang diantara kamu : janganlah kamu menilai dirimu lebih tinggi daripada apa yang patut kamu pikirkan , tetapi hendaklah kamu menilai diri dengan tepat, sehingga kamu menguasai diri menurut ukuran iman, yang dikaruniakan Allah kepada kamu masing-masing. Dapat diprediksi seperti inilah keadaan gereja di Roma, sehingga yang seorang menganggap dirinya lebih tinggi dari yang lain. Dapat dikaitkan juga dengan dengan tema yang lemah dan yang kuat (pasal 15), hanya saja dalam bacaan ini, Paulus menggunakan istilah-istilah yang lebih umum.: karunia-karunia yang berbeda tak boleh menyebabkan penilaian yang berbeda Dalam ayat 4-8 Paulus beralih kepada karunia-karunia karismatis, dan di sini kita harus memperhatikan tekanannya. Setiap orang harus mempergunakan karunianya tapi bukan untuk meninggalkan diri sendiri melebihi orang lain. Hal ini secara logis diikuti oleh perintah untuk mengasihi, karena bila manusia yang menganggap dirinya lebih daripada yang lain dibuat agar melihat bahwa perbedaan-perbedaan di antara mereka itu dihubungkan oleh perbedaan karunia-karunia yang dianugerahkan, maka mereka akan kembali berbalik pada satu sama lain di dalam kasih.[2]

Setiap orang memiliki karunia yang berbeda-beda. Dari karunia-karunia yang dituliskan Paulus dalam bacaaan ini, tidak ada orang memiliki kesemuanya itu sekaligus karena itu penilaian atau pengevaluasian terhadap diri sendiri itu sangat diperlukan. Paulus menegaskan supaya terlebih dalulu jemaat menilai dirinya sendiri dan jangan menilai orang lain sehingga mengakibatkan adanya rasa cemburu atau iri yang mengakibatkan jemaat tidak bisa melihat karunia apa yang ada padanya.

III. REFLEKSI

Setiap karunia yang ada pada tiap-tiap orang, apakah itu karunia untuk bernubuat, melayani, mengajar, menasihati, dll, diharapkan supaya digunakan untuk kemuliaan Tuhan, supaya gereja Tuhan semakin bertumbuh dalam pekerjaan pelayananNya di dunia ini. Karunia atau talenta adalah berkat Tuhan yang tidak hanya disimpan tetapi harus dikembangkan. Diberdayakan atau disalurkan seperti ketika memiliki sesuatu harus juga dibagikan. Itu harus dilakukan dengan tulus ikhlas. Jika ada orang dengan karunia memimpin, kenapa harus disimpan jika itu dibutuhkan? Ketika kita menggunakan karunia yang ada pada kita, kita juga akan menerima berkat Tuhan, justru akan merugikan diri kita sendiri jika karuna itu hanya disimpan saja.

Bacaan ini mengajak kita sebagai satu tubuh dalam Kristus yaitu satu persekutuan gereja yang Tuhan pakai untuk pekerjaan pelayanan didunia ini, kita diingatkan bahwa kita ini adalah umat yang diberkati walaupun memiliki karunia yang berbeda-beda tetapi itu bukan menjadi penghalang bagi kita untuk berlomba-lomba secara aktif tanpa hitung-hitungan untung dan ruginya melibatkan diri dalam pelayanan gereja. Melibatkan diri dalam berbagai pekerjaan gereja seperti : Menjadi Song leader, Organis, pendoa syafaat, pengisi pujian, menjamu tamu gereja, mengunjungi yang sakit, memberi dari kepunyaan kita untuk mendukung pelayanan di gereja, memberi waktu untuk terlibat ber PI, dll.

Untuk giat dalam pekerjaan Tuhan ada banyak macammya sesuai dengan karunia-karunia yang kita miliki. Jika kita tidak pandai bernyanyi, mengapa kita memaksakan diri untuk menyanyi lalu akhirnya kita sadar bahwa kita tidak bisa lalu akhirnya kita meninggalkan pelayan kepada Tuhan. Mungkin kita bisa bermain music dan mengajarkan sesama untuk bisa bermain music lalu diaplikasikan dalam setiap kegiatan gereja. Tinggal dari kita sendiri menggunakan hikmat dari Tuhan lalu mengolah karunia-karunia yang kita punya.

Ketika kita menjalankankan tanggung jawab pelayanan diakonia gereja, turut serta dalam kunjungan sesama yang sakit, memberi perhatian kepada saudara kita yang berkekurangan, menopang para pekerja gereja serta tanggung jawab pelayanan gereja yang bersaksi, bersekutu dan melayani, di sinilah kita melihat karunia yang ada pada kita yaitu aktif dalam partisipasi kegiatan gerejawi.

Setiap kita yang memberi diri bagi pekerjaan Tuhan sesuai karunia atau talenta yang Tuhan berikan kepada kita, maka kita sudah mengakui pemberian Tuhan yang lebih dahulu dilakukan-Nya pada kita dan kita menghargai atas apa yang sudah diberikannya itu. Kita belajar mensyukuri semua anugerah Tuhan bagi kita sebagai gereja. Di kehidupan kita yang hanya sementara, alangkah baiknya kita jadikan kesempatan untuk melayani Tuhan. Jangan kita sia-siakan apa yang sudah Tuhan beri kepada kita, karena itu hidup kita harus bisa jadi berkat. Biarlah Tuhan pakai hidup kita selagi kita masih kuat hingga pada saat kita sudah tidak berdaya lagi, hidup kita ini sudah jadi berkat. Amin                                                                                                                                                                          

       Pdt. Karvintaria br Ginting, STh

GBKP Rg.Klender-KlasisJakarta Kalimantan

                   HP : 08126359640

 

[1] Wiliam Barclay., Pemahaman Alkitab Setiap hari Surat Roma. Hal. 237

[2] Willi Marxen., Pengantar Perjanjian Baru. Hal. 109-110

Khotbah Minggu 10 September 2017

Bimbingan Khotbah, Minggu 10 September 2017

Minggu XII Setelah Trinitatis/ Minggu PERMATA GBKP

Invocatio : “Semoga anak-anak lelaki kita seperti tanaman-tanaman yang tumbuh menjadi   besar pada waktu mudanya; dan anak-anak perempuan kita seperti tiang-tiang penjuru, yang dipahat untuk bangunan istana” (Mazmur 144 : 12)

Bacaan         : 1 Timotius 4 : 11 – 16

Khotbah       : Keluaran 33 : 11; Bilangan 27 : 15 – 23

Tema           : “Menjadi Pemimpin Sejak Muda”

     Pendahuluan

‘Yang muda yang berkarya; yang muda yang berprestasi dan Berjaya’. Inilah harapan orang-orang muda dan juga para orangtua. Hal ini sudah terbukti. Di tingkat global kita mendengar dan melihat sosok seperti Emmanuel Macron presiden termuda yang memimpin Prancis saat ini, Mark Zuckerberg seorang muda pemilik sekaligus pemimpin Facebook yang hebat dan luar biasa. Di tingkat nasional kita mendengar gubernur Lampung saat ini menjadi pemimpin dan gubernur termuda di Indonesia. Memimpin di usia muda, memimpin sejak muda ternyata bisa. Tuhan mau dan Tuhan berkenan memakai orang muda memimpin dan jadi pemimpin. Namun demikian pemimpin tidak terlahir dengan sendirinya. Pemimpin harus disiapkan dan dipersiapkan. Tantangan menjadi pemimpin tidak sedikit dan tidak ringan. Lihatlah peredaran NARKOBA yang luar biasa saat ini. Ratusan kilogram bahkan berton-ton barang haram dan terlarang tersebut ditangkap POLRI. Indonesia menjadi sasaran perederan dan perdagangan NARKOBA internasional. Target korbannya sebagian besar adalah pemuda-pemudi bangsa. 50 orang mati di Indonesia gara-gara narkoba setiap hari. Sebagian besar korbannya adalah pemuda. Selain bahaya narkoba, pergaulan bebas (free sex) adalah juga tantangan kaum muda. Sehingga untuk menjadi pemimpin di saat sekarang maupun nanti benar-benar menjadi tantangan. Sekalipun demikian, Firman Tuhan hari ini tetap memanggil kaum muda khususnya para pemuda gereja untuk menjadi pemimpin.      

     ISI

 

Nabi Musa sadar akan pentingnya pemimpin bangsa Israel (ayat 15-17, 22-23)

     Nabi Musa tidak diizinkan Tuhan memimpin bangsa Israel sampai ke tanah perjanjian di Kanaan. Hal ini terjadi karena Musa telah berdosa dengan tidak menjaga kekudusan Tuhan. Musa tidak sabar menunggu tindakan Tuhan dan memukul batu di Masa dan Meriba ketika bangsa Israel bersungut-sungut meminta air. Oleh karena itu, Tuhan hanya memberi kesempatan kepada Musa untuk melihat tanah Kanaan dari kejauhan yaitu dari gunung Abarim/ Nebo (ayat 12-14). Walau Musa tidak diizinkan Tuhan terus memimpin Israel sampai ke Kanaan, namun Musa tetap menunjukkan kedewasaan iman dan kepemimpinannya. Musa tetap taat dan memikirkan akan kepemimpinan selanjutnya setelah dia. Musa bukanlah gila jabatan. Musa tidak juga pribadi yang egois. Ia tidak mengutamakan kepentingan pribadinya tetapi terlebih kepentingan bangsanya. Karena itu Musa meminta kepada Tuhan agar mengangkat seorang pemimpin menggantikan dia. Seorang pemimpin untuk mengepalai/ memimpin bangsanya keluar dari padang gurun dan pada waktunya memimpin dan memasuki tanah Kanaan. Musa tidak mau bangsanya seperti domba-domba yang tidak punya gembala (ayat 15-17). Kita lihat Musa taat melakukan apa yang diminta dan diperintahkan Tuhan kepadanya (ayat 22, 23).

     Seperti Musa, gereja juga harus sadar akan pentingnya dan perlunya pemimpin. Seperti Paulus yang mendidik dan memperlengkapi Timotius menjadi pemimpin, maka gereja terutama pejabat gereja harus mendidik, melatih dan memperlengkapi jemaatnya menjadi pemimpin sejak mudanya. Marilah para pendeta, pertua dan diaken menyadari panggilan dan kehendak Tuhan akan pemimpin dan kepemimpinan baik bagi dirinya sendiri maupun bagi jemaatnya. Janganlah para pejabat Tuhan mementingkan diri sendiri tetapi kepentingan umum, kepentingan bersama. Kepentingan diri sendiri harus diletakkan di bawah kepentingan bersama. Jangan sepele atau anggap ringan soal kepemimpinan gereja. Jangan setelah duduk (baca ‘menjabat’) lupa berdiri (haus kekuasaan). Gereja harus mejadi garda terdepan dalam hal kepemimpinan. Tidak boleh ada kekosongan pemimpin dan semangat kepemimpinan yang benar, pintar, bijak dan bersih baik di gereja maupun di bangsa kita. Bila sudah saatnya kata Tuhan melalui orang banyak mundurlah dengan jiwa besar. Berilah kesempatan kepada yang lain yang lebih mampu. Kepemimpinan malah harus dipersiapkan. Pendidikan, pembinaan, pelatihan dan kaderisasi pemimpin dan kepemimpinan harus dipikirkan dan dipersiapkan.

TUHAN menunjuk Yosua menggantikan nabi Musa (ayat 18-21)

             Tuhan menjawab permintaan Musa. Tuhan bahkan memerintahkan Musa sedemikian rupa, terperinci apa yang harus dia lakukan terhadap Yosua untuk menjadi seorang pemimpin Israel. Dengan cara itu jelaslah dan nyatalah bahwa adalah kehendak Tuhan dan ketetapanNyalah Yosua memimpin umatNya.

Tuhan yang memilih, mengangkat dan menetapkan para pemimpin. Jabatan pemimpin datang dari Tuhan (bnd Efesus 4:11). Tuhan tahu siapa yang bisa menjadi pemimpin. Dia tahu yang terbaik. Tuhan telah memilih siapa yang akan memimpin dan jadi pemimpin. Tuhan tidak pernah salah memilih pemimpin umatNya. Manusialah yang kadang dan sering salah dalam memilih pemimpinnya. Karena itu Tuhan pernah mengingatkan Samuel dengan berkata, ‘Bukan yang dilihat manusia yang dilihat Allah; manusia melihat apa yang di depan mata, tetapi TUHAN melihat hati’ (1 Samuel 16:7). Dalam kita memilih pemimpin, mintalah bimbingan, tuntunan dan pertolongan Roh Kudus.

           Yosua sang Pemimpin yang muda

           Tuhan menunjuk Yosua bin Nun yang masih muda, seorang yang penuh roh untuk diangkat menggantikan Musa. Ada beberapa kriteria seorang pemimpin yang kita dapati pada diri Yosua yaitu: dipenuhi roh, sejak kecil mau dan senang beribadah. Ia tidak meninggalkan kemah (Kemah pertemuan) ketika Musa berjumpa dan bercakap-cakap dengan Tuhan di padang gurun (bnd. Keluaran 33:11), Yosua menjadi abdi Musa sejak masih kecil, setia mengikut dan melayani Musa, dan taat ketika Musa menyuruh dia berperang melawan orang Amalek di Rafidim (Keluaren 17:8-15). Dalam bacaan kita yang pertama kita melihat Timotius seorang muda yang memimpin dan melayani jemaat Efesus. Sama seperti Yosua, Timotius sejak kecil dididik dan dilatih tekun beribadah oleh neneknya Lois dan ibunya Eunike (2 Timotius 1:5). Timotius tidak boleh rendah diri oleh karena dia masih muda. Yusuf memimpin Mesir sebagai orang kedua ketika umurnya 30 tahun (Kej. 41:46).

Tema: “Menjadi pemimpin Sejak Muda”. Menjadi pemimpin tidak harus di saat tua, boleh di saat usia muda. Menjadi pemimpin tidak terjadi dengan sendirinya. Didikan, latihan dan displin adalah keharusan bagi anak sejak kecil. Firman Tuhan berkata, ‘Didiklah orang muda menurut jalan yang patut baginya, maka pada masa tuanya pun ia tidak akan menyimpang dari pada jalan itu’ (Amsal 22:6). Menjadi pemimpin tidak melulu soal pemimpin besar seperti presiden, gubernur, bupati, direktur, manajer, sekretaris eksekutif, ketua Moderamen, klasis, runggun dst. Ya, menjadi pemimpin itu mulai dari diri sendiri. Menjadi pemimpin bagi diri sendiri, bisa memimpin dan menguasai diri sendiri. Orang muda bisa berkarya, orang muda bisa berprestasi. Tunjukkan bahwa kamu orang muda juga bisa memimpin. Ayo Permata kamu bisa. Bisa apa? Bisa memimpin dengan baik. ‘Jangan seorangpun menganggap engkau rendah karena engkau muda. Jadilah teladan bagi orang-orang percaya dalam perkataanmu, dalam tingkah lakumu, dalam kasihmu, dalam kesetiaanmu dan dalam kesucianmu’ (1 Tim. 4:12). Jangan mau direndahkan atau dianggap rendah oleh orang lain. Terlebih jangan merendahken diri sendiri dengan kebiasaanmu, prilakumu dan karaktermu yang buruk. Percaya kepada Tuhan bahwa Dialah yang menolong dan memampukanmu. Tunjukkan kualitas hidupmu. Jadilah inspirator dan motivator yang baik bagi temanmu, sesamamu. Percaya pada diri sendiri, percaya kepada kapasitas dann kapabilitas yang Tuhan beri. Berlombalah menjadi teladan dalam hal yang baik. Latihlah dirimu hai para pemuda untuk beribadah. ‘Latihan badani terbatas gunanya, tetapi ibadah itu berguna dalam segala hal, karena mengandung janji, baik untuk hidup ini maupun untuk hidup yang akan datang’ (1 Tim. 4:8).

       Penutup/ kesimpulan

       Sekali lagi selamat Ulang Tahun PERMATA GBKP yang ke 69 tahun. Bertekunlah di dalam Tuhan. Bertekun dalam latihan rohani. Rajin dan giat dalam program-program Permata juga runggun. Jadilah teladan sebagai pemuda-pemudi gereja. Kenali potensi dan talentamu. Pakai dan kembangkanlah itu. Jangan tunggu dan jangan tunda melayani Tuhan sejak masa mudamu. Maka engkau akan dipakai Tuhan lebih lagi dalam KerajaanNya. Dan engaku akan semakin diberkati dan berbahagia. Amin.

Pdt. Juris F. Tarigan, MTh

GBKP RG Depok - LA

081316879945

Khotbah Minggu 10 September 2017

Bimbingan Khotbah, Minggu 10 September 2017

Minggu XII Setelah Trinitatis/ Minggu PERMATA GBKP

Invocatio : “Semoga anak-anak lelaki kita seperti tanaman-tanaman yang tumbuh menjadi   besar pada waktu mudanya; dan anak-anak perempuan kita seperti tiang-tiang penjuru, yang dipahat untuk bangunan istana” (Mazmur 144 : 12)

Bacaan         : 1 Timotius 4 : 11 – 16

Khotbah       : Keluaran 33 : 11; Bilangan 27 : 15 – 23

Tema           : “Menjadi Pemimpin Sejak Muda”

     Pendahuluan

‘Yang muda yang berkarya; yang muda yang berprestasi dan Berjaya’. Inilah harapan orang-orang muda dan juga para orangtua. Hal ini sudah terbukti. Di tingkat global kita mendengar dan melihat sosok seperti Emmanuel Macron presiden termuda yang memimpin Prancis saat ini, Mark Zuckerberg seorang muda pemilik sekaligus pemimpin Facebook yang hebat dan luar biasa. Di tingkat nasional kita mendengar gubernur Lampung saat ini menjadi pemimpin dan gubernur termuda di Indonesia. Memimpin di usia muda, memimpin sejak muda ternyata bisa. Tuhan mau dan Tuhan berkenan memakai orang muda memimpin dan jadi pemimpin. Namun demikian pemimpin tidak terlahir dengan sendirinya. Pemimpin harus disiapkan dan dipersiapkan. Tantangan menjadi pemimpin tidak sedikit dan tidak ringan. Lihatlah peredaran NARKOBA yang luar biasa saat ini. Ratusan kilogram bahkan berton-ton barang haram dan terlarang tersebut ditangkap POLRI. Indonesia menjadi sasaran perederan dan perdagangan NARKOBA internasional. Target korbannya sebagian besar adalah pemuda-pemudi bangsa. 50 orang mati di Indonesia gara-gara narkoba setiap hari. Sebagian besar korbannya adalah pemuda. Selain bahaya narkoba, pergaulan bebas (free sex) adalah juga tantangan kaum muda. Sehingga untuk menjadi pemimpin di saat sekarang maupun nanti benar-benar menjadi tantangan. Sekalipun demikian, Firman Tuhan hari ini tetap memanggil kaum muda khususnya para pemuda gereja untuk menjadi pemimpin.      

     ISI

 

Nabi Musa sadar akan pentingnya pemimpin bangsa Israel (ayat 15-17, 22-23)

     Nabi Musa tidak diizinkan Tuhan memimpin bangsa Israel sampai ke tanah perjanjian di Kanaan. Hal ini terjadi karena Musa telah berdosa dengan tidak menjaga kekudusan Tuhan. Musa tidak sabar menunggu tindakan Tuhan dan memukul batu di Masa dan Meriba ketika bangsa Israel bersungut-sungut meminta air. Oleh karena itu, Tuhan hanya memberi kesempatan kepada Musa untuk melihat tanah Kanaan dari kejauhan yaitu dari gunung Abarim/ Nebo (ayat 12-14). Walau Musa tidak diizinkan Tuhan terus memimpin Israel sampai ke Kanaan, namun Musa tetap menunjukkan kedewasaan iman dan kepemimpinannya. Musa tetap taat dan memikirkan akan kepemimpinan selanjutnya setelah dia. Musa bukanlah gila jabatan. Musa tidak juga pribadi yang egois. Ia tidak mengutamakan kepentingan pribadinya tetapi terlebih kepentingan bangsanya. Karena itu Musa meminta kepada Tuhan agar mengangkat seorang pemimpin menggantikan dia. Seorang pemimpin untuk mengepalai/ memimpin bangsanya keluar dari padang gurun dan pada waktunya memimpin dan memasuki tanah Kanaan. Musa tidak mau bangsanya seperti domba-domba yang tidak punya gembala (ayat 15-17). Kita lihat Musa taat melakukan apa yang diminta dan diperintahkan Tuhan kepadanya (ayat 22, 23).

     Seperti Musa, gereja juga harus sadar akan pentingnya dan perlunya pemimpin. Seperti Paulus yang mendidik dan memperlengkapi Timotius menjadi pemimpin, maka gereja terutama pejabat gereja harus mendidik, melatih dan memperlengkapi jemaatnya menjadi pemimpin sejak mudanya. Marilah para pendeta, pertua dan diaken menyadari panggilan dan kehendak Tuhan akan pemimpin dan kepemimpinan baik bagi dirinya sendiri maupun bagi jemaatnya. Janganlah para pejabat Tuhan mementingkan diri sendiri tetapi kepentingan umum, kepentingan bersama. Kepentingan diri sendiri harus diletakkan di bawah kepentingan bersama. Jangan sepele atau anggap ringan soal kepemimpinan gereja. Jangan setelah duduk (baca ‘menjabat’) lupa berdiri (haus kekuasaan). Gereja harus mejadi garda terdepan dalam hal kepemimpinan. Tidak boleh ada kekosongan pemimpin dan semangat kepemimpinan yang benar, pintar, bijak dan bersih baik di gereja maupun di bangsa kita. Bila sudah saatnya kata Tuhan melalui orang banyak mundurlah dengan jiwa besar. Berilah kesempatan kepada yang lain yang lebih mampu. Kepemimpinan malah harus dipersiapkan. Pendidikan, pembinaan, pelatihan dan kaderisasi pemimpin dan kepemimpinan harus dipikirkan dan dipersiapkan.

TUHAN menunjuk Yosua menggantikan nabi Musa (ayat 18-21)

             Tuhan menjawab permintaan Musa. Tuhan bahkan memerintahkan Musa sedemikian rupa, terperinci apa yang harus dia lakukan terhadap Yosua untuk menjadi seorang pemimpin Israel. Dengan cara itu jelaslah dan nyatalah bahwa adalah kehendak Tuhan dan ketetapanNyalah Yosua memimpin umatNya.

Tuhan yang memilih, mengangkat dan menetapkan para pemimpin. Jabatan pemimpin datang dari Tuhan (bnd Efesus 4:11). Tuhan tahu siapa yang bisa menjadi pemimpin. Dia tahu yang terbaik. Tuhan telah memilih siapa yang akan memimpin dan jadi pemimpin. Tuhan tidak pernah salah memilih pemimpin umatNya. Manusialah yang kadang dan sering salah dalam memilih pemimpinnya. Karena itu Tuhan pernah mengingatkan Samuel dengan berkata, ‘Bukan yang dilihat manusia yang dilihat Allah; manusia melihat apa yang di depan mata, tetapi TUHAN melihat hati’ (1 Samuel 16:7). Dalam kita memilih pemimpin, mintalah bimbingan, tuntunan dan pertolongan Roh Kudus.

           Yosua sang Pemimpin yang muda

           Tuhan menunjuk Yosua bin Nun yang masih muda, seorang yang penuh roh untuk diangkat menggantikan Musa. Ada beberapa kriteria seorang pemimpin yang kita dapati pada diri Yosua yaitu: dipenuhi roh, sejak kecil mau dan senang beribadah. Ia tidak meninggalkan kemah (Kemah pertemuan) ketika Musa berjumpa dan bercakap-cakap dengan Tuhan di padang gurun (bnd. Keluaran 33:11), Yosua menjadi abdi Musa sejak masih kecil, setia mengikut dan melayani Musa, dan taat ketika Musa menyuruh dia berperang melawan orang Amalek di Rafidim (Keluaren 17:8-15). Dalam bacaan kita yang pertama kita melihat Timotius seorang muda yang memimpin dan melayani jemaat Efesus. Sama seperti Yosua, Timotius sejak kecil dididik dan dilatih tekun beribadah oleh neneknya Lois dan ibunya Eunike (2 Timotius 1:5). Timotius tidak boleh rendah diri oleh karena dia masih muda. Yusuf memimpin Mesir sebagai orang kedua ketika umurnya 30 tahun (Kej. 41:46).

Tema: “Menjadi pemimpin Sejak Muda”. Menjadi pemimpin tidak harus di saat tua, boleh di saat usia muda. Menjadi pemimpin tidak terjadi dengan sendirinya. Didikan, latihan dan displin adalah keharusan bagi anak sejak kecil. Firman Tuhan berkata, ‘Didiklah orang muda menurut jalan yang patut baginya, maka pada masa tuanya pun ia tidak akan menyimpang dari pada jalan itu’ (Amsal 22:6). Menjadi pemimpin tidak melulu soal pemimpin besar seperti presiden, gubernur, bupati, direktur, manajer, sekretaris eksekutif, ketua Moderamen, klasis, runggun dst. Ya, menjadi pemimpin itu mulai dari diri sendiri. Menjadi pemimpin bagi diri sendiri, bisa memimpin dan menguasai diri sendiri. Orang muda bisa berkarya, orang muda bisa berprestasi. Tunjukkan bahwa kamu orang muda juga bisa memimpin. Ayo Permata kamu bisa. Bisa apa? Bisa memimpin dengan baik. ‘Jangan seorangpun menganggap engkau rendah karena engkau muda. Jadilah teladan bagi orang-orang percaya dalam perkataanmu, dalam tingkah lakumu, dalam kasihmu, dalam kesetiaanmu dan dalam kesucianmu’ (1 Tim. 4:12). Jangan mau direndahkan atau dianggap rendah oleh orang lain. Terlebih jangan merendahken diri sendiri dengan kebiasaanmu, prilakumu dan karaktermu yang buruk. Percaya kepada Tuhan bahwa Dialah yang menolong dan memampukanmu. Tunjukkan kualitas hidupmu. Jadilah inspirator dan motivator yang baik bagi temanmu, sesamamu. Percaya pada diri sendiri, percaya kepada kapasitas dann kapabilitas yang Tuhan beri. Berlombalah menjadi teladan dalam hal yang baik. Latihlah dirimu hai para pemuda untuk beribadah. ‘Latihan badani terbatas gunanya, tetapi ibadah itu berguna dalam segala hal, karena mengandung janji, baik untuk hidup ini maupun untuk hidup yang akan datang’ (1 Tim. 4:8).

       Penutup/ kesimpulan

       Sekali lagi selamat Ulang Tahun PERMATA GBKP yang ke 69 tahun. Bertekunlah di dalam Tuhan. Bertekun dalam latihan rohani. Rajin dan giat dalam program-program Permata juga runggun. Jadilah teladan sebagai pemuda-pemudi gereja. Kenali potensi dan talentamu. Pakai dan kembangkanlah itu. Jangan tunggu dan jangan tunda melayani Tuhan sejak masa mudamu. Maka engkau akan dipakai Tuhan lebih lagi dalam KerajaanNya. Dan engaku akan semakin diberkati dan berbahagia. Amin.

Pdt. Juris F. Tarigan, MTh

GBKP RG Depok - LA

081316879945

Info Kontak

GBKP Klasis Bekasi - Denpasar
Jl. Jatiwaringin raya No. 45/88
Pondok Gede - Bekasi
Indonesia

Phone:
(021-9898xxxxx)

Mediate

GBKP-KBD