SUPLEMEN PJJ TANGGAL 05-11 MEI 2024, I TESALONIKA 2:8-12

NATS     :

I TESALONIKA 2:8-12

TEMA    :

SERAYAN SI MEHULI BUJUR DINGEN LA SALAH

 

PENGANTAR

Ketika mengerjakan salah satu tugas sekolahnya, seorang anak mengatakan: “Ah, tidak perlu terlalu rapi, yang penting tugasnya sudah diserahkan kepada guru di sekolah. Toh, belum tentu tugas itu dibaca juga.” Mungkin kalimat seperti ini terucap ketika sang anak mengerjakan tugas yang banyak hingga larut malam sehingga bagi dia yang penting tugas dikumpulkan, dan itu sudah cukup. Prinsip si anak tersebut adalah prinsip “apa adanya”. Artinya, dalam mengerjakan segala sesuatu tidak perlu mencurahkan segala tenaga dan pikiran; sekadarnya saja, yang penting selesai; ada bukti sudah mengerjakan tugas. Namun ada sebuah prinsip lain, yaitu “lakukan yang terbaik”. Artinya, mencurahkan semua potensi dan upaya maksimal untuk melakukan dan memberikan yang terbaik, dengan harapan apa yang dilakukan dapat bermanfaat.

Prinsip melakukan yang terbaik inilah yang sesuai dengan apa yang tertulis dalam bacan kita hari ini. Paulus menunjukkan dirinya layak dengan melayani jemaat Tesalonika sungguh-sungguh. Ia benar-benar menyampaikan firman Tuhan bukan untuk menyukakan mereka, melainkan Allah. Ia menyampaikannya dengan ramah bagaikan seorang ibu yang membagi hidupnya untuk anak-anaknya. Ia menjaga hidupnya sedemikian sehingga menjadi saksi Injil yang tiada bercacat. Dengan sikap seorang bapa ia menasihati mereka untuk setia hidup sesuai dengan kehendak Allah. Sungguh hidup Paulus menunjukkan kelayakannya untuk menjadi saksi Kristus. Karena kita berkarya untuk Tuhan, maka kita melakukan yang terbaik. Prinsip ini yang harus dipegang dan diterapkan baik di dalam pelayanan gereja, di dunia kerja, dan dalam segala hal serta karya yang kita lakukan. Berkarya bagi Tuhan dengan segenap hati berarti berkarya dengan segenap perasaan; berkarya dengan segenap kemampuan yang kita miliki; berkarya dengan sungguh-sungguh sehingga menghasilkan yang terbaik.

PENJELASAN TEKS

Jemaat di Tesalonika merupakan salah satu jemaat yang ada di Makedonia. Paulus sangat memuji jemaat Tesalonika; misalnya dalam 2Kor. 8:1 dikatakan :”kami hendak memberitahukan kepada kamu tentang kasih karunia yang dianugerahkan kepada jemaat-jemaat di Makedonia.” Yang berarti keteladanan jemaat-jemaat di Makedonia nyata pada jemaat Tesalonika. Jemaat ini merupakan jemaat yang  istimewa: yamg memiliki kerinduan untuk hidup mengikuti teladan Tuhan (ay.6), dan berusaha menjadi teladan bagi semua orang (ay.7). Keteladanan jemaat di Tesalonika tersiar ke banyak tempat. Rasul Paulus sangat bangga sebab teladan iman, pengharapan dan kasih jemaat Tesalonika berhasil meninggalkan kesan-kesan baik pada diri banyak orang, perilaku mereka pun berdampak baik pada orang lain. 

Di lain pihak pelayanan dan pemberitaan dari Rasul Paulus disambut dengan baik bahkan banyaak diantara mereka yang menjadi percaya ketika mendengarkan pengajaran yang disampaikan oleh Rasul Paulus. Hal ini dikarenakan beberapa hal antara lain tidak adanya “penyesatan” dalam pengajarannya; dimana Paulus memberitakan injil dengan maksud yang murni tanpa ada tipu daya dalam dirinya (bdk. Ay. 3). Disamping itu motivasi Rasul Paulus dalam memberitakan Injil adalah untuk menyukakan hati Tuhan, dan tidak bertujuan untuk mencari kepentingan diri sendiri maupun untuk mendapatkan pujian (bdk. Ay. 5). Selain itu Rasul Paulus melayani jemaat di Tesalonika dengan sepenuh hati serta berlaku ramah pada semua orang (bdk. Ay.7).

Dalam pelayanan yang dilakukan Rasul Paulus kita dapat melihat teladan yang baik antara lain:

  1. Paulus punya integritas diri; dimana segala sesuatu yang dia lakukan dalam pelayanan memiliki kesesuaian luar dan dalam. Pelayanannya bebas dari pencitraan dan kepura-puraan. Dlam pelayanannya sendiri, Rasul Paulus juga mengalami kondisi dimana dia dituduh sebagai orang yang mencari keuntungan sendiri. Karena itu dia berulangkali menegaskan dengan menggunakan kata: “sebab kamu ingat, kamu adalah saksi, kamu tahu….” Dimana ia memberikan penjelasan kepada jemaat sehinggaa jemaat mengerti apa yang sebenarnya yaang terjadi dalam pelayanan Rasul Paulus sendiri. Tak cukup sampai disitu, Rasul Paulus juga memanggil Allah sebagai saksi untuk menunjukkan betapa dalam dirinya sungguh-sungguh terdapat ketulusan dan integritas dalam melayani jemaat.
  2. Keteladanan; dimana untuk menjelaskan keteladanan ini Rasul Paulus menggunakan tiga kata keterangan untuk menggambarkan hidupnya: yaitu saleh, adil dan tak bercacat ( ayat 10b). Secara hurufiah tiga kata ini dapat diterjemahkan dengan kudus, benar, dan tak bercacat. Apakah dengan penegasan tiga kata tersebut lantas berarti Rasul Paulus sudah memiliki hidup dan pelayanan yang sempurna? Tentu saja tidak diartikan demikian. Tiga kata keterangan di ayat 10 ini merupakan ungkapan-ungkapan umum untuk menunjukkan kualitas hidup seseorang yang terbilang sangat baik. Tak bercacat bukan berarti tidak ada dosa dan kelemahan dalam hidup. Tig kata ini justru ingin menunjukkan besarnya upaya yang dilakukan untuk menunjukkan keteladanan sehingga tidak memberi celah bagi orang lain untuk menegur atau menjatuhkan (bdk. Flp. 2:15).
  3. Kehadiran; Rasul Paulus bersikap seperti seorang ibu yang mengasuh dan merawat orang yang dilayaninya dengan penuh kasih ( bdk ay.7-8). Kasih membuat ia melayani bukan hanya dengan kata-kata saja, melainkan melalui seluruh hidupnya. Selain hadir seperti layaknya seorang ibu, Rasul Paulus juga ada seperti seorang ayah yang dengan tekun menasihati anak-anaknya satu per satu (bdk. Ay.11-12). Dari kualitas kehadiran yang demikian,Rasul Paulus memiliki kerinduan yang besar-dan selalu mencari kesempatan-untuk melayani jemaat. Dia bukan hanya menunggu kesempatan baik untuk melayani, melainkan ia memakai setiap kesempatan untuk melayani.

   APLIKASI

  1. Tidak dapat disangkal bahwa tidak ada manusia yang sempurna. Teteapi bukan berarati kita menggunakan ketidaksempurnaan sebagai alasan kita tidak dengan sungguh dan sepenuh hati melayani Tuhan. Biarlah pelayanan kita bertujuan untuk menyenangkan hati Allah. Ketika pekerjaan dan pelayanan ditujukan untuk menyenangkan hati Tuhan, maka seorang pelayan yang baik akan bekerja dengan integritas diri, penuh ketulusan hati dan kasih. Bacaan Alkitab hari ini mengingatkan kita agar kita memakai setiap kesempatan untuk melayani. Pelayanan tidak boleh dilakukan dengan tujuan mencari keuntungan atau agar kita dihargai oleh para pejabat gereja, melainkan agar hidup kita menyenangkan hati Allah. Oleh karena itu, jangan melayani hanya saat kita memiliki waktu luang, melainkan luangkanlah waktu untuk melayani. Janganlah kita melayani hanya saat keadaan kondusif, melainkan manfaatkanlah setiap kesempatan untuk melayani. Janganlah melayani hanya melalui kata-kata saja, melainkan kita harus melayani melalui seluruh hidup kita. Pelayanan apa yang sedang Anda lakukan saat ini?
  2. Mari menjadi jemaat Tesalonika zaman now, yakni jemat yang missioner dan dapat mulai dari keluarga kita. Mari belajar menunjukkan teladan kehidupan yang baik sehingga sukacita dan nilai-nilai Injil yang luhur tidak dinikmati keluarga kita sendiri saja, tetapi tumpah dan memancar keluar sehingga dikenal dan dinikmati keluarga-keluarga lain dan banyak orang. Seperti halnya dari jemaat Tesalonika, Injil memancar di seluruh wilayah Makedonia dan Akhaya karena teladan-teladan yang dimiliki dan dibagikan keluarga umat Tuhan di Tesalonika. Mari kita belajar menunjukkan teladan yang baik sehingga semakin banyak orang dan keluarga lain (suku, bangsa dan agama apapun juga) juga menikmati Kasih Allah Bapa, hikmat penyelamatan Kristus dan kedamaian hati-pikiran dalam urapan Roh Kudus.
  3. Biarlah kita memiliki hati yang mau diajar. Tanpa disadari, dosa telah membuat manusia itu menjadi makhluk yang egois. Hatinya dikeraskan untuk menerima pengajaran, terlebih lagi menerima Firman Tuhan. Merasa diri benar dan layak itulah yang sering dialami oleh manusia berdosa. Tetapi hal ini tidak boleh dibiarkan terus dimiliki oleh manusia, terutama oleh anak Tuhan. Anak Tuhan harus belajar untuk membuka hatinya terhadap Firman Tuhan, dan membiarkan Firman Tuhan itu berbicara dalam hidupnya. Firman Tuhan itu sebagai dasar dia berpikir, bertindak, dan berkata-kata. Terlebih lagi dia mau terus-menerus memperbaharui hidupnya dengan Firman Tuhan, hari lepas hari. Hati yang mau diajar juga membiarkan dirinya dibina, mau menyadari kesalahan, dan bersedia untuk memperbaiki dirinya sesuai kebenaran Firman Tuhan. Bukan hanya dipimpin dan dibina dalam hal spiritualitas, tetapi juga mau dibina dalam hal keahlian atau skill. Tidak merasa diri hebat, bijak, ataupun cerdas, tetapi setiap hari terus memperbaharui hidupnya.

 

Pdt. Eden P br Tarigan-Runggun Bumi Anggrek

 

Info Kontak

GBKP Klasis Bekasi - Denpasar
Jl. Jatiwaringin raya No. 45/88
Pondok Gede - Bekasi
Indonesia

Phone:
(021-9898xxxxx)

Mediate

GBKP-KBD