Khotbah Minggu 08 Oktober 2017

Khotbah Minggu 08 Oktober 2017

Invocatio:

Dan Ialah yang memberikan baik rasul-rasul maupun nabi-nabi, baik pemberita-pemberita Injil maupun gembala-gembala dan pengajar-pengajar (Efesus 4: 11)

Bacaan: II Raja-Raja 4: 1-13

Khotbah: Lukas 8: 1-3

Thema: Menopang Pelayanan Hamba Tuhan

           

Perbuatan-perbuatan ajaib Elisa yang tercatat dalam 2 Raja-Raja 4: 1-13 menyajikan kebenaran-kebenaran rohani dalam tindakan yang dramatis. Kisah janda dengan dua orang anaknya menyatakan bahwa Allah memperdulikan umat-Nya yang setia yang ada dalam kesulitan dan memerlukan pertolongan. Janda dan kedua anaknya itu mewakili umat Allah yang ditinggalkan dan ditindas. Dalam PL dan PB belas kasihan dan perhatian kepada mereka yang berkekurangan adalah tanda-tanda iman sejati kepada Allah dan kesalehan yang benar (Kel. 22: 22-24; Ul. 10: 18; 14: 29; Ayub 29: 12; Yak. 1: 27).

Pelayanan Elisa sebagai nabi dimaksudkan untuk menunjukkan bahwa tidak ada kebutuhan baik pribadi maupun nasional yang tidak bisa dipenuhi Allah bahwa segala yang terjadi ada ditangan-Nya dan bahwa Dia memperhatikan umat-Nya. Elisa dalam bahan bacaan ini bisa dikatakan sebagai Hamba Tuhan milik semua orang. Tidak mudah bagi seseorang juga Elisa untuk menjaga diri tetap rendah hati ketika ia sedang populer. Kecenderungan untuk memegahkan diri dan merendahkan orang lain adalah godaan besar baginya. Apalagi bila pergaulannya di kalangan elit, sulit baginya memberi perhatian kepada orang kecil. Nama Elisa semakin populer di Israel. Ia dianggap sebagai pemimpin para nabi di Israel. Ia adalah hamba Allah yang dikenal dan dihormati di kalangan raja. Namun, Elisa tidak menjadi sombong. Ia tetap dapat didekati oleh orang-orang kecil seperti janda miskin daei kelompok para nabi ini (ay. 1). Kepedulian Elisa itu nampak pada sikapnya yang memberi perhatian khusus terhadap masalah janda tersebut. Pertama, ia menyediakan waktu untuk mendengarkan keluhan janda ini. Kedua, ia tidak sekedar memberi pertolongan tetapi mencoba mengerti situasi dan kondisi si janda itu. Tujuan sikap Elisa adalah supaya ia dapat memberikan pertolongan yang tepat sasaran, sekaligus mendorong si janda untuk memanfaatkan apa yang masih ada padanya. Pertolongan yang dilakukan Elisa kepada janda itu bersifat memberikan kail dan bukan sekedar menyediakan ikan. Ketiga, pertolongan yang diberikan Elisa tidak hanya untuk menyelesaikan persoalan sesaat tetapi untuk mendatangkan masa depan yang lebih baik.

Elisa yang dalam pelayanannya banyak berhadapan dengan orang-orang kecil dan masyarakat biasa, memberikan teladan yang baik tentang sebuah pelayanan yang mengentaskan. Ketika seorang janda yang anak-anaknya harus dijual sebagai budak untuk membayar hutang-hutangnya datang minta pertolongan kepadanya, maka Elisa menyambut dengan penuh empati dan peduli, menyatakan siap membantunya. Namun, sang janda harus bekerja bersama anak-anaknya meminjam buli-buli sebanyak-banyaknya, menuangkan minyak ke dalamnya dan kemudian dijual. Dari hasil usaha, yang dibantu oleh mujizat Allah, sang janda berhasil membayar hutang dan mempunyai uang untuk hidup selanjutnya. Artinya, hidupnya tidak lagi bergantung pada bantuang orang lain.

Apa yang dialami sang janda itu dan juga Elisa bisa juga disejajarkan dengan apa yang dialami oleh Daud ketika ia dalam masa pelarian dikejar-kejar oleh Saul mertuanya. Daud sedang bersembunyi di Gua Adulam. Ia akan dibunuh oleh Raja Saul. Itu gara-gara Daud terlalu populer. Daud adalah seorang perwira muda yang memang populer. Ia cakap memimpin pasukan. Ia juara memanah. Ia juga digemari orang karena cakap berpantun dan main kecapi. Begitu populernya Daud sehingga putra mahkota Raja Saul, Yonatana sangat memuja Daud. Semua itu menyebabkan Raja Saul mengiri dan membenci Daud. Kebencian itu terus memuncak. Berkali-kali Raja Saul berniat membunuh Daud. Akibatnya, Daud melarikan diri dan bersembunyi di gua-gua. Di tengah kesepian dan tekanan batin itu Daud membutuhkan penghiburan dan dorongan semangat. Apakah Tuhan mendengarkan jeritan hati Daud? Apakah Tuhan mengirim orang-orang yang dapat menghibur Daud? Memang Tuhan mengirim dua gelombang orang ke tempat persembunyian Daud menurut 1 Samuel 22: 1-2. Namun, siapa mereka dan apakah mereka datang untuk menghibur Daud? Gelombang pertama adalah sanak saudara Daud. Mereka bergabung dengan Daud sebab mereka juga sedang dikejar oleh Raja Saul. Mereka mau ikut bersembunyi dengan daud. Gelombang kedua adalah “setiap orang yang dalam kesukaran, setiap orang yang dikejar-kejar tukang piutang, setiap orang yang sakit hati”. Mereka datang untuk meminta pertolongan Daud. Jadi, orang-orang ini datang kepada Daud bukan untuk menghibur dan mendorong semangat Daud, melainkan sebaliknya yaitu untuk minta penghiburan dan dorongan dari Daud. Mereka datang bukan untuk memberi pertolongan, melainkan untuk meminta pertolongan. Bayangkan reaksi Daud ketika melihat orang-orang ini datang. Apalagi jumlah mereka cukup banyak, yaitu 400 orang. Mungkin Daud berpikir, “Lho, saya sendiri sedang kesusahan. Mengapa Tuhan malah mengirim orang-orang yang juga kesusahan? Mereka malah akan menyusahkan aku”. Ternyata itulah justru cara Tuhan menolong Daud. Tuhan menghibur Daud dengan cara memberikan kesempatan pada Daud untuk menghibur orang lain. Tuhan mendorong semangat Daud dengan menyuruh daud mendorong semangat orang lain. Dengan begitu, Tuhan memakai terapi yang membuak objek berubah fungsi menjadi subjek. Sebagai hasil terapi ini, Daud yang semula meratapi diri sendiri tersentak menghadapi orang-orang yang memerlukan pertolongannya. Lalu Daud bersibuk menolong mereka dan menjalankan peran kepemimpinan atas mereka.

Tiap orang sekali waktu memang perlu berada di pihak penerima: menerima dorongan semangat, menerima penghiburan atau menerima pertolongan. Namun, jika kita terlalu lama berada dalam situasi ini maka kita bisa jatuh dalam sikap “mengasihani diri”. Orang yang mengasihani diri sendiri biasanya membesar-besarkan penderitaan dan kemalangannya, sehingga akibatnya ia merasa sangat iba pada diri sendiri, yaitu kemalangan dirinya. Lalu ia kecewa bahwa orang lain tidak mengasihani dia. Akibatnya ia makin merasa kasihan pada dirinya. Lingkaran setan ini bisa menjadikannya sangat egosentris. Di hadapan Tuhan pun orang yang mengasihani dirinya sendiri dapat menjadi egosentris. Yang menjadi pusat doa adalah kemalangan dirinya. Apa Tuhan mendengar doa itu? Ya. Namun, bentuk pertolongan Tuhan belum tentu sesuai dengan apa yang diminta dalam doa. Daud meminta agar Tuhan mengirim orang-orang yang menghibur dia. Tuhan mendengar doa itu tetapi dengan cara yang sebaliknya, yaitu Tuhan mengirim orang yang meminta penghiburan dari Daud. Ternyata justru dengan menghibur orang lain, Daud menjadi terhibur.

Apa yang senantiasa Kristus kerjakan sepanjang hidup-Nya yaitu memberitakan Injil tanpa kenal lelah dan berbuat kebaikan di mana-mana. Dia seorang pengkhotbah yang berpindah-pindah tempat. Ia tidak membatasi diri pada satu tempat saja, melainkan memancarkan berkas-berkas cahaya-Nya. Ia pergi berkeliling mencari tempat baru yang paling mungkin menerima khotbah-Nya. Ia berjalan berkeliling dari kota ke kota, supaya tidak ada yang bisa mengeluh tidak diperhatikan. Dengan demikian Ia memberikan teladan kepada murid-murid-Nya, supaya mereka juga pergi mengunjungi bangsa-bangsa melintasi bumi seperti yang dilakukan-Nya di kota-kota di tanah Israel. Ia bahkan tidak menetap di kota-kota besar melainkan masuk ke desa, di antara penduduk desa yang sederhana untuk memberitakan Injil kepada orang-orang di pedusunan.

Dari mana Yesus memperoleh dukungan untuk keperluan hidup: Ia hidup dari kebaikan hati sahabat-sahabat-Nya. Ada beberapa orang perempuan, yang dengan teratur mengikuti pelayanan-Nya, yang melayani-Nya dengan kekayaan mereka. Beberapa dari mereka disebut namanya, tetapi masih ada lagi banyak perempuan lain, yang menerima pengajaran Kristus dengan tekun, dan menganggap diri mereka pantas menyokong pemberitaan ajaran-Nya itu karena mereka telah merasakan manfaatnya dan mereka mau beramal dengan harapan banyak orang akan menerima manfaat yang sama juga. Kebanyakan dari mereka pernah disembuhkan oleh Kristus dan mereka merupakan bukti dari kuasa dan rahmat-Nya. Mereka telah disembuhkan oleh-Nya dari roh-roh jahat atau berbagai penyakit. Beberapa dari mereka pernah terganggu pikiran mereka. Ada yang depresi dan ada pula yang mengalami gangguan kesehatan jasmani dan Ia menyembuhkan mereka semua dengan kuasa-Nya yang ajaib. Dia adalah penyembuh tubuh maupun jiwa dan mereka yang telah disembuhkan oleh-Nya layak melakukan apa saja yang bisa mereka persembahkan kepada-Nya. Kita harus peduli untuk mengikuti-Nya supaya setiap saat kita bisa datang kepada-Nya untuk minta tolong saat tergelincir. Kita juga terikat dalam rasa syukur untuk melayani Dia serta Injil-Nya, karena Dia telah menyelamatkan kita melalui Injil-Nya.

Banyak dari antara mereka yang melayani rombongan Kristus dengan kekayaan mereka. Ini merupakan contoh keadaan berkekurangan yang rela dijalani Juruselamat kita sehingga Ia memerlukan bantuan, dan juga contoh kerendahan hati dan sikap merendahkan diri yang besar sehingga Ia mau menerimanya. Walaupun sebenarnya kaya, namun demi kita Ia rela menjadi miskin dan hidup dari sedekah. Janganlah orang merasa malu untuk meminta kebaikan hati dari sesamanya ketika Allah membawanya ke dalam kesukaran, tetapi biarlah ia meminta dan bersyukur ketika menerimanya sebagai sebuah kemurahan hati. Kristus lebih suka berutang budi kepada sahabat-sahabat-Nya yang sudah dikenali-Nya dan murid-murid-Nya daripada menjadi beban bagi orang-orang yang tidak dikenal-Nya di kota-kota dan desa-desa yang dikunjungi-Nya ketika berkhotbah. Perhatikanlah, sudah menjadi kewajiban bagi orang-orang yang diajar dalam firman Tuhan untuk berbagi dengan mereka yang mengajarkan banyak hal yang baik kepada mereka. Mereka yang memberi dengan murah hati dan penuh sukacita, menghormati Tuhan dengan kekayaan mereka dan membawa berkat ke atas kekayaan mereka itu.

Melalui khotbah kita minggu ini dengan Thema “Menopang Pelayanan Hamba Tuhan”. Semua kita diharapkan untuk mengambil bagian dalam mendukung pelayanan yang dilakukan oleh hamba Tuhan. Karena kita semua meyakini bahwa apapun pekerjaan yang kita kerjakan semua itu semata-mata untuk melayani Tuhan. Baik itu sebagai Pendeta, Pertua, Diaken, Nora, Naras, dll. Tentu kita menyadari bahwa semua itu perlu dukungan baik moril ataupun materil. Kita harus saling mendoakan. Saling menolong. Saling melengkapi. Melalui pengalaman seorang janda yang dilayani oleh Elisa, di situ bisa dilihat bahwa dalam memberikan penghiburan ataupun dukungan, maka sebenarnya kita pun dihibur dan didukung yang sama sekali tidak kita sadari kalau tidak dilanjutkan sampai ke 2 Raja-Raja 4: 8-13. Tuhan pasti memperhitungkan sesaknya batin kita dalam pelayanan yang penuh dengan tantangan. Kita adalah satu keluarga dalam keluarga Tuhan untuk memberitakan Injil, maka kita perlu saling menopang, baik jemaat atau pejabat gereja karena kita semua adalah pelayan Tuhan dalam bentuk yang berbeda. Terkadang kita mengeluh seperti merasa beban pelayanan kita yang paling berat. Namun jika kita melihat apa yang dialami Daud di atas, justru Allah menguatkan Daud dengan memberikan orang yang terguncang hidupnya untuk dihibur oleh Daud, padahal Daud juga sedang tertekan. Agar mereka bisa saling mendukung untuk kehidupan yang lebih kuat. Apapun itu harus jadi perenungan bagi kita semua bahwa dibalik setiap Hamba-Hamba Tuhan yang melayani dengan tulus di gereja kita, ada iblis yang mengharapkan kejatuhannya, jika kita sering mengkritiknya seharusnya 2 kali lipat kita harus lebih sering mendoakannya. Mari terus saling mendukung dan saling menopang untuk pekerjaan Tuhan yang kita kerjakan di kebun anggurnya Tuhan.

Bahan khotbah ini ditutup dengan satu cerita/ilutrasi yang hendaknya jadi perenungan kita bersama. Salah satu tugas yang paling susah yang harus ditangani oleh gereja adalah memilih pendeta yang baik.

Seorang anggota SDM Gereja setelah melewati proses yang panjang dan melelahkan dalam menentukan calon pendeta gerejanya akhirnya kehilangan kesabaran karena satu demi satu pemohon yang memasukkan lamaran ditolak oleh Biro SDM yang bertanggungjawab. Akhirnya anggota ini berdiri dan membacakan sepucuk surat yang katanya dari seorang pemohon:

Yth. Bapak-bapak,

Saya mendapat tahu ada lowongan di gereja Anda. Saya mau melamar untuk posisi itu. Saya mempunyai banyak pengalaman dan cukup layak untuk menjadi seorang pelayan Tuhan. Saya seorang pengkhotbah yang sukses dan juga seorang penulis yang sukses. Ada juga orang yang berkata bahwa saya seorang pengurus yang baik. Selama ini saya telah menjadi seorang pemimpin di tempat-tempat yang saya layani.

Usia saya lebih dari 50 tahun dan saya tidak pernah melayani di suatu tempat lebih dari tiga tahun. Di beberapa tempat saya harus meninggalkan kota itu karena pelayanan saya mengakibatkan kekacauan dan menganggu kesejahteraan orang lain. Saya juga harus mengakui bahwa saya pernah dipenjarakan tiga atau empat kali, tetapi yang jelas penangkapan saya itu bukan karena kesalahan saya.

Kesehatan saya juga kurang bagus, namun saya tetap dapat mengerjakan banyak hal. Gereja-gereja yang pernah saya layani semuanya kecil-kecil walaupun letaknya di beberapa kota yang besar

Hubungan saya dengan pemimpin keagamaan di kota-kota tempat saya melayani tidaklah begitu bagus. Pada kenyataanya, beberapa pernah mengancam saya dan bahkan menyerang saya secara fisik. Saya tidak begitu bagus dalam menyimpan catatan. Saya bahkan sudah lupa siapa yang pernah saya baptis.

Bagaimanapun jika Saudara mau memakai saya, saya berjanji untuk melakukan yang terbaik.

Sekian.

Selesai membaca surat itu, anggota SDM itu berpaling kepada anggota yang lain dan bertanya, "Bagaimana menurut Bapak-bapak?" Apakah kita menerima orang ini saja?"

Anggota-anggota yang lain semuanya kaget!! Mempertimbangkan orang yang sakit-sakitan, pencetus masalah kemana dia pergi, mempunyai ingatan yang kurang bagus dan yang lebih parah lagi mantan narapidana!! Gila!! Siapa dia yang begitu berani melamar kesini dengan latarbelakang yang begitu buruk??

Anggota SDM yang membacakan surat khayalan itu memandang mereka semua dan berkata," Surat ini ditandatangani oleh Rasul Paulus!"
Dibata natap seh kupusuh, manusia natap terjeng rupa...

Pdt. Andreas Pranata S. Meliala, S.Th

Khotbah Minggu 01 Oktober 2017

KHOTBAH MINGGU TANGGAL 01 OKTOBER 2017.

(Minggu Berdoa Untuk Pelayan Tuhan )

Invocatio    :     Berdoalah juga untuk kami, supaya Allah membuka pintu untuk pemberitaan kami. (Kolose 4 : 3a).

Bacaan       :     Mazmur 72 : 1 – 7 (Responsoria).

Khotbah      :    Efesus 6 : 18 - 24.

Tema          :    “Pelayan kuat oleh Doa Jemaat” (Serayan Megegeh ibas Toto Perpulungen)

  1. Firman Tuhan pada Minggu ini diawali dengan suatu pertanyaan yang sangat sederna, namun sangat penting sekali; “Mana lebih sering kita berdoa untuk para pelayan atau mengkritiknya,membicarakannya kesana kemari???. Mungkin kita merasa bahwa Pelayan tidak perlu didoakan oleh jemaat tapi sebaliknya Pelayanlah yang harus mendoakan jemaatnya.

Minggu ini adalah Minggu Berdoa untuk Pelayan, pertanyaan selanjutnya mengapa pelayan (Baca: Pendeta) perlu didoakan? 

Para pelayan perlu diprioritaskan karena posisinya yang strategis merupakan sasaran utama peperangan Setan. John Vaughan dari International Mega Church Research Centre dan Southwest Baptist University dalam penerbangannya dari Detroit ke Boston memperhatikan orang yang duduk dihadapannya menundukkan kepala dan menggerakkan bibirnya seperti berdoa. Setelah selesai, John bertanya, "Saudara Kristen ?" Orang tersebut tidak mengetahui bahwa John seorang gembala dan menjawab, "Oh, bukan. Saudara salah duga. Saya bukan Kristen, tetapi saya pengikut setan!" John bertanya apa yang didoakannya sebagai pengikut setan. Orang itu bertanya,"Saudara ingin tahu?" Dan ketika John mengiakan, pengikut setan itu menjawab,"Perhatian utama saya terarah pada kejatuhan para pendeta Kristen dan keluarga mereka yang tinggal di New England." Bayangkan jika pengikut setan setiap hari berdoa (mengutuk) pendeta, maka umat Kristen pun perlu juga berdoa untuk pendeta mereka agar tidak dikalahkan setan. 

  1. Peperangan orang Kristen melawan kekuatan iblis menuntut kesungguhan dalam doa, yakni doa setiap waktu doa yang tak putus-putusnya.

Kata “berdoa setiap waktu” berarti juga “Kesempatan” yaitu suatu waktu tertentu saat terjadinya suatu pristiwa atau mungkin lebih jelas diterjemahkan:”Untuk itu berdoalah setiap kali kalian melakukan sesuatu” , sedangkan kata “tak putus-putusnya” berarti juga “dalam setiap kegigihan dan permohonan”. Kegigihan=ketekunan=ketabahan.

Paulus meminta supaya berdoa “bagi orang-orang kudus”=”Bagi semua umat”.

Paulus tidak ingin mereka membatasi doa hanya untuk dia sendiri, meskipun dia memang menyebut dirinya pada ayat berikutnya.

  1. Juga untuk aku” , beberapa kali Paulus meminta jemaat berdoa baginya.

“Selanjutnya, saudara-saudara,  berdoalah untuk kami , supaya firman Tuhan beroleh kemajuan dan dimuliakan, sama seperti yang telah terjadi di antara kamu”. 2 Tes 3:1

“Berdoa jugalah untuk kami, supaya Allah membuka pintu untu pemberitaan kami, ..." Kolose 4:3a

Ibrani 13:18, "Berdoalah terus untuk kami; sebab kami yakin, bahwa hati nurani kami adalah baik, karena di dalam segala hal kami menginginkan suatu hidup yang baik."

  1. Beberapa alasan mengapa pelayan perlu didoakan 
  • “agar dengan keberanian aku memberitakan rahasia injil”(ay.20) // “supaya Firman Tuhan beroleh kemajuan dan dimuliakan” 2 Tes 3:1. // supaya Allah membuka pintu untuk pemberitaan kami.
  • Bacaan:Maz 72. “Kiranya ia(Raja Baca Pelayan) mengadili umatnya dengan keadilan, kiranya ia memberi keadilan kepada orang-orang yang tertindas dsbnya.

Pelayan perlu didoakan agar tetap tertuju mata dan hatinya kepada pemberitaan keselamatan, “maju tak gentar membela yang benar”.

Pelayan perlu didoakan karena seorang Pelayan mempunyai tanggung jawab yang lebih banyak. 

Dalam Yakobus 3:1 tertulis Saudara-saudaraku, janganlah banyak di antara kamu mau menjadi guru, sebab kita tahu, bahwa sebagai guru kita akan dihakimi menurut ukuran yang lebih berat. 

 

  1. Pada bagian Penutup suratnya kepada jemaat Efesus ini, Paulus mengutus Tikhikus, hamba yang setia dan kawan pelayanan dalam Tuhan (Bd.Kolose 4:7). Paulus sangat rindu akan jemaat Efesus, ingin mengetahui keadaan jemaat dan juga agar jemaat mengetahui keadaannya. Pada bagian akhir Paulus berdoa serta “melepas berkat” bagi jemaat. “Kasih karunia menyertai semua orang, yang mengasihi Tuhan kita Yesus Kristus dengan kasih yang tidak binasa.

 

CATATAN :

Salah satu “keunikan” atau juga beleh disebut “teologi” Paulus dalam setiap suratnya dimulai dan diakhiri dengan Doa/Berkat “ karih karunia....”

Rm 1:7 ; 16:24 // 1 Kor 1:3 ; 16:24 // 2 Kor 1:2 ; 13:13 // Gal 1:3 ; 6:16 // Ef 1:2 ; 6:24 // Flp 1:2 ; 4:23 // Kol 1:2 ; 4:18 // 1 Tes 1:1 ; 5:28 // 2 Tes 1:2 ; 3:18 // 1 Tim 1:2 ; 6:21 // 2 Tim 1:2 ;4:22 // Tit 1:4 ; 3:15 // Flm 1:3 ; 1:25.

Pdt.Iswan Ginting Manik

GBKP Pondok Gede

  1. 0812-7020-9020

Khotbah Minggu 20 Agustus 2017

KHOTBAH MINGGU TANGGAL 20 AGUSTUS 2017

(MINGGU X KENCA TRINITAS/MINGGU MAMRE GBKP)

Invocatio        : “Biarlah kuambil sepotong roti, supaya tuan-tuan segar kembali , kemudian bolehlah tuan-tuan meneruskan perjalanannya, sebab tuan-tuan telah datang ke tempat hambamu ini. Jawab mereka: Perbuatlah seperti yang kau katakan itu.” (Kejadian 18:5b)

Bacaan           : Rut 2 : 14 – 19 (Tunggal)

Khotbah         : Lukas 10 : 30 – 37 (Tunggal)

Tema              : “Melayani Suatu Kehormatan”(Ngelai E Sada Kehamaten)

  1. PENDAHULUAN

Ibu Teresia dari Kalkuta sebuah teladan pembawa dan cermin kasih Allah. Dia menerima panggilan Allah untuk melayaniNya dalam diri orang-orang termiskin. Dengan cara yang sederhana yaitu merawat orang yang sakit dan yang hampir mati yang ditemuinya di sepanjang jalan di Kalkuta. Ia melayani Yesus dalam diri kaum miskin. Merawatnya, memberi makan dan pakaian dan mengunjunginya. Kita melihat dalam diri Ibu Teresia bahwa ia tumbuh dalam cinta kepada Yesus. Ia berkata : “untuk melakukan hal ini kita harus terus mencintai dan mencintai, memberi dan memberi, hingga cinta itu melukai diri kita”. Itulah jalan yang dilakukan Tuhan Yesus.

  1. PENDALAMAN TEKS

Ada dua episode penting dari teks ini, keduanya memiliki struktur pertanyaan, dan pernyataan dengan pola yang hampir sama. Diawali dengan sebuah pertanyaan ujian dari seorang ahli taurat di ayat 25 tentang “yang harus dilakukan untuk memperoleh hidup yang kekal”, diikuti kemudian dengan pertanyaan balik Yesus kepadanya tentang “hukum yang pertama dan terutama” dalam hukum Yahudi. Setelah menjawab dengan benar pertanyaan Yesus itu, dilanjutkan kemudian dengan episode kedua, yaitu pertanyaan ahli taurat kepada Yesus tentang “siapakah sesamanya”, dan tanggapan Yesus diungkapkan melalui perumpamaan ini. Perumpamaan ini diakhiri dengan sebuah pertanyaan Yesus kepada ahli taurat untuk menarik kesimpulan tentang “siapakah sesama” yang dimaksud. Dengan kata lain, melalui perumpamaan ini,Yesus membiarkan ahli taurat untuk menjawab sendiri pertanyaannya sebelumnya kepada Yesus tentang siapakah sesamanya itu. Dan Yesus menutup dialog mereka itu dengan mengatakan “pergilah dan perbuatlah demikian” (Ay. 37b).

Dua pihak yang sebenarnya memiliki hubungan yang sangat tidak harmonis, ditampilkan sekaligus dalam kisah ini, yaitu orang Yahudi (dalam hal ini imam dan orang Lewi), dan orang Samaria (dalam hal ini penolong orang yang dirampok tersebut). Dan orang yang bertanya adalah orang Yahudi (ahli Taurat, unsur pimpinan dalam masyarakat/agama Yahudi).

Pada zaman Yesus, terutama pada zaman pembaca tulisan Lukas, jalan ke Yerikho merupakan sesuatu yang sangat berbahaya. Pada abad pertama, jalan ke Yerikho terkenal sebagai jalan atau tempat yang paling berbahaya. Jaraknya cukup jauh, sekitar 17 mil (lebih dari 27 km). Tidak hanya itu sepanjang jalan adalah hutan belantara (wilderness) dan gua-gua dimana orang dapat bersembunyi tidak ada perlindungan bagi siapapun yang melewati jalan itu, tidak ada tenaga keamanan di jalan pada saat itu. Gerombolan perampok tinggal di gua-gua tersebut dan siapapun melewati jalan itu adalah sasaran empuk mereka, dan umumnya si korban ditinggalkan begitu saja dalam kondisi terluka parah. Konteks geografis seperti inilah yang dipakai Yesus dalam perumpamannya untuk menggambarkan peristiwa perampokan dan bagaimana orang Yahudi maupun orang Samaria menunjukkan “perhatian” (care) terhadap si korban. Ada beberapa alasan iman tidak mau membantu orang yang nyaris mati itu. Seandainya ia membantu, secara otomatis ia menjadi najis. Untuk menjadi tahir kembali, ia harus menjalani upacara khusus selama seminggu dan tidak boleh mengikuti kegiatan keagamaan bersama umat lain (ay. 31-32).

Tindakan belas kasihan orang Samaria yang diceritakan dalam ayat 33-35 sungguh ironis. Sebab dimata bangsa Yahudi , orang Samaria bukan “sesama”. Namun justru orang Samarialah membuktikan dirinya sebagai sesama bagi orang yang dirampok. Ia lebih memahami kehendak Allah daripada para wakil resmi agama Yahudi.

Siapakah siantara ketiga orang ini “..sesama manusia...”, ahli hukum tidak menjawab, “Orang Samaria itu!,” melainkan “dia yang menunjukkan belas kasihan”.(ay. 36-37).

Rut adalah seorang wanita Moab, menantu Naomi. Dalam pemeliharaan Allah, Rut menjumpai Boas, seorang sanak saudara Elimelekh yang kaya raya. Boas menawarkan jelai yang baru disangrai sampai dia kenyang , dan masih ada sisanya bahkan cukup untuk diberikan kepada Naomi setelah dia pulang (2:18). Boas memerintahkan dia untuk memungut juga di antara berkas-berkas,sedangkan hukum hanya menyebut di pinggir ladang. Boas         bahkan memerintahkan pekerja-pekerjanya utuk “sengaja menarik sedikit-sedikit dari onggokan jelai itu untuk dia”, sehingga Rut bisa mendapat lebih banyak. Tanggapan Boas dengan kemurahan hati jauh melebihi tuntutan hukum.

  • APLIKASI

Perumpamaan ini menekankan bahwa dalam iman dan ketaatan yang menyelamatkan terkandung belas kasihan bagi mereka yang membutuhkan. Panggilan untuk mengasihi Allah adalah panggilan untuk mengasihi orang lain. Orang percaya seharusnya mewujudnyatakan kepedulian atau perhatian bagi siapapun yang membutuhkan, yang tidak dibatasi oleh sekat-sekat apapun. Kasih, kepedulian, perhatian, kepekaan dan empati kepada mereka yang membutuhkan haruslah menempati tempat yang penting dalam kehidupan orang percaya.

  1. Hidup baru dan kasih karunia yang Kristus karuniakan bagi mereka yang menerima Dia akan menghasilkan kasih, rahmat dan belas kasihan bagi mereka yang tertekan dan menderita. Semua orang percaya bertanggung jawab untuk bertindak menurut kasih Roh Kudus yang ada dalam diri mereka dan tidak mengeraskan hati mereka.
  2. Mereka yang menyebut dirinya Kristen namun hatinya tidak peka terhadap penderitaan dan keperluan orang lain, menyatakan dengan jelas bahwa di dalam diri mereka tidak terdapat hidup kekal

Info Kontak

GBKP Klasis Bekasi - Denpasar
Jl. Jatiwaringin raya No. 45/88
Pondok Gede - Bekasi
Indonesia

Phone:
(021-9898xxxxx)

Mediate

GBKP-KBD