Khotbah Minggu 19 Pebruari 2017

KHOTBAH MINGGU TGL 19 FEBRUARI 2017

(Sexagesima)

Invocatio      : Apabila engkau melihat lembu musuhmu atau keledainya yang sesat, maka segeralah kau kembalikan binatang itu (Kel.23:4).

Bacaan          : Imamat 19:1,2;9-18

Khotbah        : Matius 5:38-48

Tema               : Mengasihi Lebih dari Biasa (Lebih asa siniarapken kalak)

 

I.Pendahuluan

                                   Matius 5:38-48 merupakan bagian dari Khotbah di Bukit yang si sampaikan oleh Yesus, Dia adalah Mesias yang di nubuatkan para nabi-nabi yang akan membawa “Taurat Baru“, bukan melawan Hukum taurat tapi melawan penafsiran orang-orang Farisi yang sangat ketat melakukan hukum taurat. Yesus menjelaskan inti pengajaran hukum taurat adalah kasih yang ada dalam hidup orang-orang yang percaya kepadaNya.

 

II. Pendalaman Nats

1.      Bacaan : Imamat 19:12, 9-18

Selain memuat tentang tugas para imam dalam ruang ibadah kitab Imamat juga memperlihatkan kehidupan umat Allah. Ajarannya mengutamakan pengenalan manusia akan kekudusan Allah dan bagaimana manusia menghampiri Allah yang kudus. Hal ini menunjukkan kepada kita bagaiman suasana Israel pada masa pembagian tanah pusaka, ketika bangsa itu telah menduduki negeri yang dijanjikan Allah bagi mereka. Di atas tanahlah kehidupan terselenggara dan tanah sebagai sumber kehidupan karena tanah tidak pernah berhenti memberikan hasil bagi mereka.

Tanah diyakini sebagai keadilan Allah yang telah membela bangsa Israel yag kecil dan memberikan kehidupan bagi bangsa ini. Pengalaman bangsa Isreal yang pernah di tindas oleh bangsa lain, merupakan suatu pengalaman berharga yang akhirnya di ikuti pemberian tanah pusaka oleh Tuhan Allah. Kini mereka bisa hidup dari pemberian tanah oleh Allah, tanah itu menghasilkan gandum, anggur, susu dan daging serta buah-buahan yang lain. Mereka bisa memenuhi kebutuhan mereka dari tanah pemberian Allah. Oleh karena itu Allah melalui Musa memperingatkan bangsa itu bahwa tanah itu harus memberikan hasil yang bisa memberi makan semua orang, termasuk orang yang miskin hendaknya diberi kesempatan untuk bisa juga menikmati hasil dari tanah itu “Pada waktu kamu menuai hasil tanahmu; janganlah kau sabit ladangmu bahis-habis sampai ke tepinya dan janganlah kau pungut apa yang ketinggalan dari penuaianmu”(ay 9). Hal ini menunjukkan bahwa bangsa Israel yang telah memperoleh belas kasihan Allah dengan pemberian tanah, maka dia juga harus mengasihi orang lain. Itulah keadilan yang di tunggu oleh Allah. Selanjutnya Allah juga membenci kesombongan, tidak adil dalam bentuk merampas hak, memfitnah demi memuluskan rencana jahat. Allah menghendaki agar bangsa ini dapat hidup kudus dengan menjauhkan diri dari praktek curang dipengadilan dan juga dalam kehidupan sehari-hari.

2.      Khotbah: Matius 5:38-48

Di sini diperlihatkan bagaimana Yesus mengungkapkan kehidupan orang beriman terhadap sesamanya atau bahkan terhadap musuhnya. Ajaran ini melampaui tradisi kebiasaan yang sudah baku yang penuh dendam dan amarah. Salah satu contoh yang jelas adalah adanya hukum yang setimpal. Latar belakang hukuman di Timur Tenggah dikatakan adil ketika pelaku (tersangka) menerima ganjaran yang setimpal atau berbanding dengan penderitaan korban. Seorang terhukum mati bisa bebas dari tiang gantungan setelah keluarga mengampuni dan pihak korban menerima uang darah. Seorang raja sekalipun tidak berhak mencabut hukumannya, karena bagi mereka adil itu adalah ketika tersangka itu mengalami penderitaan seperti yang dialami pihak korban, oleh karena hukum mata ganti mata, gigi ganti gigi berlaku dalam kehidupan sosial saat itu. Demikian juga dengan sikap dan perbuatan kita terhadap orang yang  berbuat jahat ada tempat untuk membalas kejahatan yang setimpal dengan yang dilakukannya bagi kita.

Dalam kondisi ratusan tahun dalam prinsip kaku yang mendarah daging, Yesus hadir dan memberikan etika baru yang tertuang dalam khotbah di bukit yang sangat terkenal, bahwa murid-murid Yesus serta orang-orang yang percaya kepadaNya harus tampil beda dengan dunia dengan segala peraturannya. Tetapi Aku berkata kepadamu: Janganlah kamu melawan orang yang berbuat jahat kepadamu, melainkan siapapun yang menampar pipi kananmu, berilah juga kepadanya pipi kirimu”(ay 39). Hal ini berbicara tentang sikap dan perbuatan kita terhadap orang yang telah berbuat jahat kepada kita, dengan kata lain balas dendam tidak memiliki tempat dalam kamus orang Kristen. Dan kepada orang yang hendak mengadukan engkau karena mengingini bajumu, serahkanlah juga jubahmu”(ay 40). Dimata orang Yahudi “jubah” mempunyai makna yang sangat penting yaitu “dirinya sendiri”. Hal ini menunjukkan bahwa seorang yang ingin hidup sebagai pengikut Kristus memang harus lebih dahulu meninggalkan “dirinya sendiri”(ego-nya) dengan melakukan kepentingan orang lain, tidak hanya memberikan apa yang secara tidak sah diambil dari kita, akan tetapi memberikan lebih lagi  dari yang kita miliki. Siapa yang memaksa engkau berjalan sejauh satu mil, berjalanlah bersama dia sejauh dua mil (ay 41). Hal ini berarti bahwa dalam situasi yang masih memungkinkan janganlah kita menolak orang yang memohon bantuan dari kita.

 

III.  Pointer Aplikasi

            Tuhan Yesus memberikan ajaran baru bagi murid-murid dan juga orang-orang yang percaya kepadaNya. Kita disuruh untuk keluar dari aturan dan kebiasaan yang sudah mendarah daging dikehidupan sehari-hari. Mengasihi musuh adalah ajaran Yesus yang nampaknya susah untuk dilakukan, sebab seseorang pasti pernah punya pengalaman memandang seseorang sebagai musuh, atau sampai sekarangpun kita masih punya daftar orang-orang yang dianggap musuh. Permusuhan biasanya beriringan dengan sakit hati. Orang yang menganggap seseorang sebagai musuh akan selalu ingin membalas perbuatan jahat, dendam dan kebencian tidak terhindarkan, semakin lama rasa ini semakin dalam hingga kita sering mendengar perkataan “sada matawari pe ateku lang ras ia”.

            Ajaran yang diberikan oleh Yesus walau sulit bukan berarti sesuatu yang tidak mungkin. Yesus adalah model kita, melalui kasih dan pengampunanNya terhadap mereka yang menganiayaNya (Luk.23:34). Seorang penulis Kristen Alfred Plummer (1841-1926) menulis: Membalas kebaikan dengan kejahatan berarti membiarkan iblis mempengaruhi kita dengan kebencian, iri dan dengki, membalas kebaikan dengan kebaikan adalah suatu hal yang manusiawi. Sedangkan membalas kejahatan dengan kebaikan adalah sifat ilahi. Kita tidak akan pernah bisa bahagia dan damai sejahtera jika masih menyimpan dendam dan kebencian.

            Melakukan lebih dari yang diharapkan oleh orang lain, ini menunjukkan sikap bahwa hidup dan perbuatan kita yang tidak tergantung pada apa yang kita dengar dan apa yang kita terima dari orang lain (bnd. Roma 12:2). Hidup kita haruslah tergantung dari pemeliharaan Allah, bagaimana Allah telah menunjukkan keadilanNya dengan memberikan kita hidup dari apa yang telah Dia sediakan.

            Mengasihi lebih dari yang diberikan oleh orang lain (tema) adalah bentuk keadilan yang bercirikan kasih. Kekristenan tidaklah mengorbankan keadilan demi kasih, sebab tidak ada kejahatan yang dibiarkan oleh keadilan Allah. Akan tetapi pembalasan adalah hak Allah bukan hak manusia. Untuk mendapatkan berkat dari Allah, kita tidak boleh membalas kejahatan dengan kejahatan tapi mengasihinya, inilah kelebihan kita sebagai orang kristen, Allah tidak pernah menuntut kita, yang ada Dia selalu memberi lebih, melebihi segala perbuatan baik kita.

 

                                                                                                                                                                                      Pdt.Rena Tetty Ginting, S.Th

                                                                                                                                                                                 GBKP Runggun Bandung Barat

Khotbah Minggu 05 Pebruari 2017

Khotbah Minggu 05 Pebruari 2017

(Ephipanias V)

Invocatio   :“Hendaklah kamu dalam hidupmu bersama, menaruh pikiran dan perasaan yang terdapat juga dalam Kristus Yesus” (Filipi 2:5)

Bacaan     : Mazmur 112 : 1 - 10

Khotbah    : 1 Korintus 2 : 6 - 16

Thema      :  Hidup berlandaskan Pikiran Kristus (Nggeluh Ibas Perukuren Kristus)

 

I.     Pendahuluan

Pemberita Injil adalah pengantar surat “cinta kasih Tuhan” kepada kita. Tetapi bisa terjadi dan biasa terjadi, “orang jatuh cinta kepada pengantar surat”. Berarti cinta kasih Tuhan tak sampai kepada kita, kita tersandung kepada si pengantar surat. Sehingga tujuan Injil belum tercapai sebab anda belum merasakan dan merespon kasih Allah. Dalam kasus ini, banyak “pengantar surat” yang merasa bersyukur dan bersukacita karena jemaat menyanjung dirinya. Tetapi Paulus tidak mengharapkan hal ini terjadi, sebab tujuannya untuk membawa atau menghantarkan kasih Allah.

Paulus memiliki pikiran Kristus atau yang lebih tepat “Pikiran Kristus” telah menguasai dirinya, sehingga ia memberitakan Injil Yesus Kristus dengan tekun. Paulus menyatakan “Kristus yang hidup di dalam aku … hidup oleh iman dalam Anak Allah yang telah mengasihi aku dan menyerahkan diri-Nya untuk aku” (Bd. Gal.2:20). Hidup bagi Paulus, bukan terutama apa yang dia perbuat tetapi yang telah diperbuat Tuhan Yesus bagi dirinya. Ia selalu memberitakan Yesus Kristus, bukan tentang dirinya sendiri. Ia selalu berdiri dibalik salib Yesus Kristus dengan prinsip ‘tidak apa-apa asalkan Kristus dimuliakan’.

Injil adalah kuasa Allah bagi keselamatan orang-orang percaya. Tidak ada kabar yang lebih baik dari pada Kristus telah datang untuk menyelamatkan kita (kelahiran, kematian dan kebangkitan-Nya untuk menyelamatkan kita). Kabar baik yang tidak dapat dipahami tidak dapat disebut berita, apalagi berita yang baik. Bagi orang yang menolak Yesus Kristus, Injil bukan kabar baik, malah menjadi kabar buruk bagi mereka (sebab orang menolak Yesus Kristus menerima hukuman kekal). Sedangkan orang yang menerima Yesus Kristus beroleh hidup kekal. Kita percaya karena kasih karunia Allah memampukan kita untuk percaya. Efesus 2:8-9 “Sebab karena kasih karunia kamu diselamatkan oleh iman; itu bukan hasil usahamu, tetapi pemberian Allah, itu bukan hasil pekerjaanmu: jangan ada orang yang memegahkan diri”. Karena itu, orang yang percaya kepada Yesus Kristus bukan membuat kita tinggi hati, tetapi sebaliknya merendahkan hati.

 

II.   Pendalaman Nats

Paulus menyatakan bahwa “kami memberitakan hikmat di kalangan mereka yang telah matang”, kata “matang” menjadi sebuah pertanyaan, siapakah yang telah matang dan layak menerima Injil? Bahwa pemberitaan injil bukan berdasarkan pengetahuan saja, sehingga pemikir-pemikir hebat saja yang sanggup menerimanya. Injil sangat sederhana sehingga anak kecil pun dapat mengerti, kemudian percaya dan diselamatkan. Tetapi Injil juga sangat mendalam sehingga seorang teolog yang paling pandai pun tidak dapat mengukur kedalamannya. Pada kenyataannya, orang-orang yang menolak Injil Yesus Kristus adalah orang-orang berpengetahuan tinggi secara teologis dan filosofis (walau bukan seluruhnya), kebanyakan yang menerima Injil adalah orang-orang biasa. Berarti kemampuan menerima Injil bukan berdasarkan kemampuan berpikir (kognitif). Kemampuan untuk percaya datangnya dari Tuhan sendiri, bahwa Allah yang mengaruniakan Iman percaya kepada Kristus. Bahwa Roh Kudus terlebih dahulu atau bersama-sama dengan Firman yang diberitakan sehingga orang yang menerimanya menyambutnya sehingga Injil itu menyelamatkannya.

Injil adalah hikmat Allah yang tersembunyi dan rahasia bagi penguasa-penguasa dunia ini, termasuk tersembunyi bagi iblis. Iblis dan penguasa-penguasa dunia mengira bahwa Golgota merupakan kekalahan Allah yang besar. Tetapi ternyata salib merupakan kemenangan Allah terbesar dan kekalahan iblis dan penguasa dunia ini (Bd. Kol. 2:15). Karena mereka tidak tahu bahwa rancangan kematian Yesus Kristus diatas salib adalah untuk menebus dosa-dosa manusia. Allah membuat rencana, melaksanakan dan  memeliharanya sampai berhasil. Kis. 2:22-23 “Hai orang-orang Israel, dengarlah perkataan ini: Yang aku maksudkan, ialah Yesus dari Nazaret, seorang yang telah ditentukan Allah dan yang dinyatakan kepadamu dengan kekuatan-kekuatan dan mujizat-mujizat dan tanda-tanda yang dilakukan oleh Allah dengan perantaraan Dia di tengah-tengah kamu, seperti yang kamu tahu. Dia yang diserahkan Allah menurut maksud dan rencana-Nya, telah kamu salibkan dan kamu bunuh oleh tangan bangsa-bangsa durhaka”. Bahwa Yesus diserahkan atau menyerahkan diri-Nya untuk disalibkan, dengan kerelaan hati-Nya memenuhi kehendak Bapa-Nya. Sehingga tanpa mereka sadari, bahwa orang-orang yang menyalibkan Yesus, telah dipakai oleh Allah untuk memenuhi maksud dan rencana-Nya. Bukan mereka yang berkuasa menentukan kematian Yesus Kristus, Yesus dikorbankan pada saat yang ditentukan Allah sendiri.

Sungguh indah Injil Yesus Kristus, setiap hati orang percaya mengaguminya. "Apa yang tidak pernah dilihat oleh mata, dan tidak pernah didengar oleh telinga, dan yang tidak pernah timbul di dalam hati manusia: semua yang disediakan Allah untuk mereka yang mengasihi Dia." Bahwa Allah Bapa telah mengorbankan Anak-Nya yang Tunggal untuk menebus dosa-dosa kita. Dapatkah kita meragukan dan menyangkal kebesaran kasih Allah bagi kita? Kita seharusnya tidak pernah “berpaling dari salib Yesus Kristus” karena pada salib inilah penentuan seluruh hidup kita. Yesus Kristus telah menyelesaikan rencana keselamatan, jalan ke rumah Bapa telah terbuka dan masa depan kita telah dijamin di dalam Yesus Kristus, tidak peduli apa pun yang menerpa kehidupan kita. Rencana Allah bagi orang-orang yang menjadi milik-Nya begitu indah sehingga tidak mungkin dapat dipikirkan atau dimengerti seluruhnya!

Yang perlu kita mengerti bahwa kita diselamatkan oleh karena kasih karunia Allah yang telah memilih kita, hanya karena pengorbanan Anak Allah yang penuh kasih dan oleh pelayanan Roh Kudus yang mengajar dan meyakinkan kita akan kebenaran (pengorbanan Yesus Kristus). Tanpa kehadiran dan pekerjaan Roh Kudus di dalam hati kita maka kita tidak akan tahu kasih karunia Allah. Roh Kudus yang memampukan kita untuk menyambut karunia keselamatan. Disinilah peran Roh Kudus yang sangat besar bagi kita untuk membuka pengertian kita. Seperti halnya orang tidak dapat mengetahui apa yang ada di dalam pikiran orang lain sampai orang tersebut menyampaikan dan menyingkapkan pemikirannya, begitu pula kita tidak dapat mengetahui segala rancangan dan tujuan Allah yang tersembunyi sampai Allah menyampaikan kepada kita melalui Roh Kudus-Nya. Kita tidak dapat mengetahui atau percaya bahwa Injil dapat menyelamatkan kita, sampai Dia menerangi akal budi dan batin kita, membuka mata pikiran kita, dan memberi kita pengetahuan serta iman kepada pemberitaan Injil itu.

Di sini dibedakan antara orang yang sudah diselamatkan (disebut “rohani” karena ia didiami oleh Roh Kudus) dan orang-orang yang belum diselamatkan ( disebut “duniawi” karena ia tidak didiami oleh Roh Kudus). Orang yang belum selamat tidak dapat menerima apa yang berasal dari Roh Allah, karena ia tidak mempercayainya dan tidak dapat memahaminya. Pikiran manusia menolaknya. Kebenaran Allah merupakan kebodohan bagi pikiran mereka. Manusia memandangnya sebagai hal-hal yang tidak penting dan tidak masuk akal, yang tidak layak dipikirkan.

Orang Kristen bertumbuh dalam ketajaman rohaninya dan mengembangkan kemampuannya (dengan pertolongan Roh Kudus) untuk memahami lebih dalam kehendak dan pikiran Allah. “Memiliki pikiran Kristus” bukan berarti bahwa kita sudah sempurna dan mendapatkan derajat (level rohani) yang lebih tinggi dari orang lain. “Memiliki pikiran Kristus” berarti melihat kehidupan dari sudut pandang Sang Juruselamat, memiliki nilai-nilai dan keinginan-keinginan untuk memuliakan-Nya. Dengan demikian kita berpikir menurut pikiran Allah dan bukan menurut pikiran dunia.

 

III.  Pointer Aplikasi

Dalam bacaan kita dari Mazmur 112 “Berbahagialah orang yang takut akan TUHAN, yang sangat suka kepada segala perintah-Nya”, kita melihat hanya dengan sebelah mata, yang kita lihat “berbahagialah” tetapi “suka kepada segala perintah-Nya” kita abaikan. Atau kita menyukai “Anak cucunya akan perkasa di bumi; angkatan orang benar akan diberkati. Harta dan kekayaan ada dalam rumahnya, kebajikannya tetap untuk selamanya”. Sedangkan Firman Tuhan yang menyatakan “Mujur orang yang menaruh belas kasihan dan yang memberi pinjaman, yang melakukan urusannya dengan sewajarnya … Ia membagi-bagikan, ia memberikan kepada orang miskin” kurang disukai. Menerima berkat “it’s oke” (baik-baik saja), membagi berkat “wait a minute” (tunggu dulu). Seorang yang menyatakan dirinya Kristen dapat memiliki banyak kata-kata yang tepat namun tidak memiliki buah rohani (mengabaikan pikiran Kristus). Masih terutama mencari yang menyenangkan bagi dirinya sendiri, bukan untuk menyenangkan Allah melalui hidupnya. Perlu kita renungkan yang lebih menyenangkan bagi kita, memperoleh banyak berkat atau menabur kebaikan Allah? Hidup bukan saja untuk menerima tetapi membagikan. Dan yang paling penting untuk dibagikan adalah kabar baik, berita keselamatan di dalam Yesus Kristus.

Para Rasul telah menerima hikmat yang mereka ajarkan itu bukan dari orang-orang berhikmat di dunia ini, melainkan dari Roh Allah. Dan para rasul diberi kuasa oleh Roh Kudus untuk memberitahukan pikiran Allah kepada kita. Jikalau Yesus datang ke dunia dengan kuasa yang dahsyat, mungkin semua orang akan terpaksa “percaya” karena ketakutan yang luar biasa. Lalu Yesus datang dengan menyembunyikan kemuliaan-Nya dan mengedepankan kerendahan hati-Nya, kenapa? Karena tidak setiap orang berhak menerima keselamatan yang sangat berharga ini. Harta yang berharga dibungkus dengan kerendahan hati. Kenapa orang-orang dari bank membungkus uang yang banyak dengan kertas Koran? Untuk menghindari perampokan di tengah jalan, sehingga uangnya tidak sampai ke tujuan dan dikuasai oleh orang jahat. Tuhan juga membungkus rahasianya dengan kerendahan sehingga tidak dapat direbut oleh si jahat.

Ada orang yang memandang Yesus dari penampilan-Nya tetapi tidak melihat isi hati-Nya. Kita beruntung karena Roh Kudus menyingkapkan yang terselubung, mengarahkan kita kepada isi hati Yesus Kristus yang agung dan mulia. Perhatikan, sungguh merupakan keistimewaan bagi orang Kristen bahwa pikiran Kristus disingkapkan oleh Roh Kudus kepada kita. Pikiran itu disingkapkan sehingga kita percaya dan diselamatkan. Sehingga hidup orang Kristen dimulai dengan percaya kepada Yesus Kristus dan dipimpin dalam iman kepada Yesus Kristus sehingga "Orang benar akan hidup oleh iman” (Roma 1:17).

Percaya dan diselamatkan harus diselaraskan dengan hidup yang berpadanan dengan Injil Kristus. Filipi 1:27 “Hanya, hendaklah hidupmu berpadanan dengan Injil Kristus, supaya, apabila aku datang aku melihat, dan apabila aku tidak datang aku mendengar, bahwa kamu teguh berdiri dalam satu roh, dan sehati sejiwa berjuang untuk iman yang timbul dari Berita Injil”. Berjuang untuk iman atau berjuang mati-matian untuk dunia ini?

 

Pdt. Sura Purba Saputra, M.Th

GBKP Harapan Indah

Khotbah Minggu 15 Januari 2017

Khotbah Minggu, 15 Januari 2017

Invocatio     : Dari Paulus, rasul Kristus Yesus oleh kehendak Allah untuk memberitakan janji tentang hidup dalam Kristus Yesus. II Timotius 1 : 1

Bacaan          : 1 Korintus 1 : 1 – 9

Khotbah       : Yesaya 49 : 1 – 7

Thema          : Kita Dipilih Menjadi Terang Bagi Bangsa-Bangsa

Saudara-saudari Yang Dikasihi Dalam Kristus Yesus.

Menjadi terang bagi bangsa-bangsa, suatu ungkapan yang sangat Kristiani yang sering kali kita dengar dan mungkin perbincangkan dalam keseharian kita. Sangatlah menyenangkan untuk membicarakannya. Mengapa? Karena melalui ungkapan ini ada gambaran bahwa dalam diri kita ada semacam “sinar” yang bisa dipancarkan kepada siapapun dan “sinar” ini bagi siapapun yang melihatnya akan membawa pengaruh baik bagi mereka. Karena sinar itu adalah bermuatan sesuatu kekuatan baik dan barang siapa  yang melihat atau menerima sinar itu akan mengalami perubahan positif dalam kehidupannya. Dan seharusnya lah seperti itu. Namun, segampang inikah bagi kita untuk bisa menjadi “sinar” itu, atau segampang itu juga kah “sinar” itu akan mampu mempengaruhi orang lain dan mengubahkannya menjadi baik. Inilah yang akan kita bahas dalam khotbah minggu ini.

Beberapa waktu yang lalu, mungkin kita masih mengingat peristiwa 411 dan 212.... Ada seorang anak Tuhan, yang begitu komit untuk menjadi alat terang dan senantiasa ingin mengajak orang lain untuk hidup dalam terang dan kebenaran. Sepanjang waktu ketika diberikan kesempatan untuk menjadi pemimpin DKI Jakarta, ia berusaha hidup transparan dan apa adanya. Dia sangat tidak menyukai adanya sikap hidup yang tidak benar, yang dilakukannya juga adalah berupaya untuk meningkatkan keadilan sosial bagi warga yang dipimpinnya. Namun... Apa yang dihadapinya???? Gampangkah menjadi terang itu? Ternyata TIDAK. Ia mendapatkan tantangan yang datang bertubi-tubi, silih berganti tanpa henti. Mungkin singkatnya... Dia Harus Disingkirkan... Dia Menjadi Halangan bagi Para Koruptor, Dia menjadi lawan bagi pelanggar Undang-Undang dan Hukum... Pokoknya... Dia harus enyah. Bahkah mungkin masih kita ingat bahwa ada yang berani bayar 1M kalau dia dimusnahkan atau dibunuh.

Tapi... Nanti dulu; siapa sebenarnya yang tidak menginginkan kehidupannya menjadi “terang”. Ternyata mereka adalah bagian dari orang-orang yang merasa “kebebasannya”, “kesenangannya”, “kenikmatan duniawinya” dan bahkan “kekuasaannya” merasa terusik. Mereka yang mungkin juga dengan dalih “menegakkan kebenaran” mencoba untuk menjadikannya menjadi “pesakitan” dan “tak berdaya” lagi. Mereka yang ternyata dinding nurani dan hatinya sudah begitu pekat ditutupi kegelapan dan hawa nafsu dosa. Dengan kata lain, walau di diri kita ada sinar yang begitu terang, ternyata tidaklah mudah untuk mempengaruhi sekeliling kita untuk bisa hidup terang.

Saudara-saudari yang Tuhan kasihi....

Menyadari bahwa tidaklah gampang untuk hidup sebagai terang, namun juga kita tetap diperhadapkan untuk senantiasa hidup sebagai terang; apa yang seharusnya kita tanamkan dalam diri kita? Sehingga antara ketidakgampangan dan tuntutan untuk tetap menjadi terang bisa terus berjalan beriringan tentu harus ada yang menjadi pijakan atau pegangan kita. Dan ternyata memang ada yaitu “keterpilihan” dan “diperlengkapi”. Konsep keterpilihan diperlihatkan oleh Paulus dan juga Jesaya dalam dua bacaan yang dihadirkan pada ibadah kita. Ditambah lagi dengan invocatio. Intinya.. Allah memilih Paulus, Allah memilih Jesaya, dan juga Allah memilih jemaat Korintus. Allah memilih Paulus untuk menjadi orang yang diutus untuk menyatakan kebaikan Allah kepada dunia dan manusia. Allah memilih Jesaya untuk menyatakan bahwa Dia tetap mengasihi umat pilihanNya dan ingin membawa mereka kembali ke negerinya. Allah memilih jemaat Korintus untuk membawa perubahan kehidupan masyarakat Korintus dari orang yang suka hidup dalam kegelapan dan lebih mementingkan hawa nafsu kedagingan menjadi jemaat yang mau hidup dalam terang kebenaran. Dan sepanjang sejarah Alkitab, yang harus kita tanamkan dalam diri kita adalah Allah tidak pernah salah ketika menentukan pilihanNya.

Konsep “diperlengkapi”, ini juga sangat jelas diperlihatkan pada kita. Melalui  I Korintus ada beberapa kata yang bisa kita jadikan pegangan untuk menunjukkan Allah memperlengkapi yakni “menyertai”, “menjadi kaya dalam segala hal: dalam segala macam perkataan dan segala macam pengetahuan”,”tidak kekurangan dalam suatu karunia apapun” dan “ meneguhkan kamu sampai kepada kesudahannya”. Melalui perkataan ini jemaat Korintus diyakinkan oleh Paulus untuk menyadari jikalau ada tantangan pada diri sendiri dan ke diri orang lain; Allah tealah lebih dulu melakukan aksiNya. Demikian juga ketika Jesaya merasa “gagal” untuk mewujudkan keinginan Allah, maka kepadanya juga Allah menyatakan...”Ia telah membuat mulutku sebagai pedang yang tajam dan membuat aku berlindung dalam naungan tangan-Nya. Ia telah membuat aku menjadi anak panah yang runcing dan menyembunyikan aku dalam tabung panah-Nya.” Di sini Allah menyadarkan Jesaya bahwa Allah tidak sekedar memilih dirinya tapi juga menjadikan Jesaya menjadi mampu untuk menghadapi tantangan yang bakal datang. Bahkan bukan hanya bagi bangsa Israel, tapi melalui Jesaya, bangsa-bangsa lain dan penguasanya akan melihat dan tunduk pada kemuliaan Allah.

Saudara-saudari jemaat kekasih Tuhan

Bagaimana dengan kita. Sama halnya dengan apa yang berlaku pada Paulus, Jesaya dan juga jemaat Korintus. Bila pada mereka juga Allah menjatuhkan pilihanNya dan memperlengkapi mereka untuk bisa menyatakan kemuliaan Allah; maka pada kita juga berlaku apa yang berlaku pada mereka. Tantangan pada diri kita seperti merasa lemah, tidak berdaya, tidak layak karena dosa dan apapun yang menurut kita menjadi “ketidaklayakan” kita di hadapan Allah, Allah sendiri yang tolong kita. Dan juga ketika kita diperhadapkan dengan tantangan dari luar, apakah seperti pemimpin DKI yang senantiasa menghadapi persoalan silih berganti. Bahkan diperhadapkan dengan upaya-upaya keji dari mereka yang tertutup mata hati dan nuraninya.  Percaya pada kuasa Allah, setia berjalan bersamaNya, maka ada saatnya “sinar” yang telah ditanamkan Allah pada diri kita akan memancarkan terang dan orang akan melihat kekuatan dan kemuliaan Allah terpancar dari diri kita. Amin.

Pdt. BRC Ginting Munte, S.Th

GBKP Cisalak

Info Kontak

GBKP Klasis Bekasi - Denpasar
Jl. Jatiwaringin raya No. 45/88
Pondok Gede - Bekasi
Indonesia

Phone:
(021-9898xxxxx)

Mediate

GBKP-KBD