Khotbah Minggu 22 Januari 2017

KHOTBAH MINGGU 22 JANUARI 2017

Invocatio :  Lakukanlah Kebajikan Kepada HambaMu ini supaya aku hidup dan aku hendak berpegang pada firmanMu (Mazmur 119:17)

Bacaan   : Mazmur 27:1,4-9 (Responsoria)     

Khotbah  : Matius 4:18-25 (Tunggal)

Tema       : IKUTLAH AKU

I. KATA PENGANTAR

            Ada lagu anak Sekolah minggu yang mengatakan bahwa “MENGIKUT YESUS KEPUTUSANKU, MENGIKUT YESUS KEPUTUSANKU, MENGIKUT YESUS KEPUTUSANKU, KUTAK INGKAR KU TAK INGKAR. TETAP KUIKUT WALAU SENDIRI, TETAP KUIKUT WALAU SENDIRI, TETAP KUIKUT WALAU SENDIRI, KU TAK INGKAR KUTAK INGKAR. Syair lagu ini sangat indah dan memiliki makna kesetiaan yang tersirat di dalamnya. Begitu juga dalam pelaksanaan pentahbisan Pendeta, Pertua-Diaken dan pengurus-pengurus yang dilantik bahkan ketika jemaat menerima tanda sidi secara umum mudah sekali mengiyakan apa yang ditanyakan oleh Pendeta pada saat pelaksanaan pentahbisan atau pelantikan atau pada saat menerima tanda sidi. Setiap pertanyaan yang ditanyakan pendeta secara serentak pasti memiliki jawaban yang sama bahwa semua yang ditanyakan akan dilakukan dengan sungguh-sungguh. Akan tetapi setelah ditahbiskan atau dilantik dalam pelaksanaannya tidak seperti janji yang diucapkan di hadapan jemaat dan di hadapan Tuhan. Oleh sebab itu pada kenyataannya banyak sekali pelayan-pelayan Tuhan dan jemaat Tuhan yang meninggalkan pelayanan dan banyak jemaat Tuhan yang tidak lagi setia beribadah kepada Tuhan.

                    Firman Tuhan Minggu ini mau memberikan pemahaman bagi kita semua bagaimana searusnya orang yang telah dipilih Tuhan tetap setia mengikutnNya..

II. PENJELASAN TEKS ALKITAB

                         Melalui Nas ini diceritakan kepada kita bagaimana pemanggilan Yesus terhadap murid-muridNya. Dengan kemenangan-Nya atas pencobaan, Yesus memasuki pelayanan-Nya dengan 3 tindakan awal yang sangat indah. Pertama, Yesus kembali ke Galilea untuk memulai pelayanan-Nya bukan menghindari bahaya sebab penangkapan Yohanes menandakan bahwa pelayanan Yohanes sudah selesai. Kedua, pemanggilan murid-murid-Nya yang pertama merupakan pernyataan pola kerja Allah yang berbeda dengan manusia. Di dalam tradisi Yudaisme, para murid memilih gurunya sedangkan Yesus memanggil mereka yang Ia inginkan. Ketiga, mukjizat yang dilakukan oleh Yesus menegaskan bahwa Ialah utusan Allah. Hal penting lainnya dari mukjizat Yesus adalah mukjizat tidak dibuat untuk meringankan pekerjaan-Nya namun bagi kepentingan orang lain karena itulah mukjizat yang dilakukan seringkali berupa penyembuhan dari penyakit dan kelemahan fisik. Ini semua dilakukan untuk menyatakan belas kasihan Allah kepada manusia.

                    Empat murid pertama yang disebutkan pada nas hari ini memiliki profesi sebagai nelayan. Mereka adalah orang yang biasa bekerja di tengah ombak dan badai untuk mencapai hasil yang mereka harapkan dapat memenuhi kebutuhan hidup mereka. Entah sudah berapa lama mereka menjadi nelayan, tetapi ketika Yesus datang memanggil mereka menjadi penjala manusia, mereka segera meninggalkan jala dan perahu untuk mengikut Dia (ayat 19-20). Mereka alih profesi karena dipanggil secara khusus untuk memberitakan Injil keselamatan. Ini adalah hak yang begitu istimewa. Manusia yang lemah dan berlatar belakang biasa, dipanggil dan dijadikan alat yang dipakai-Nya untuk kepentingan Kerajaan Allah.

               Cara pemanggilan Yesus terhadap murid-muridNya sungguh luar biasa. Tempat mereka dipanggil -- di Danau Galilea, di mana Yesus berjalan. Di tepi danau ini, Kristus suka berjalan sambil merenung. Ke sinilah Ia pergi untuk memanggil murid-murid-Nya. Jelas bahwa Kristus tidak melihat seperti cara manusia melihat. Allah telah memilih orang-orang yang dianggap miskin oleh dunia ini.   

                           Galilea merupakan daerah terpencil, penduduknya kurang terpelajar dan kurang halus, tutur kata mereka kasar, tidak sopan, dan dianggap aneh, asal usul mereka nyata dari bahasa mereka. Mereka yang terpilih di tepi Danau Galilea ini bahkan tidak mendapat keuntungan dan kesempatan untuk berkembang seperti orang-orang Galilea lain yang lebih terpelajar. Namun, justru ke situlah Yesus pergi untuk memanggil rasul-rasul-Nya yang kelak akan menduduki jabatan sebagai menteri-menteri utama dalam Kerajaan-Nya, sebab mereka yang bodoh bagi dunia, dipilih Allah untuk memalukan orang-orang yang berhikmat.

                  Siapa sebenarnya murid-murid yang dipilih Yesus? Dalam ayat-ayat ini diceritakan tentang panggilan terhadap dua pasang saudara, yakni Petrus dan Andreas, Yakobus dan Yohanes. Kedua saudara yang disebut pertama, dan barangkali juga yang disebut belakangan, sudah pernah berjumpa dengan Kristus sebelumnya (Yoh. 1:40-41), namun baru sekarang inilah mereka dipanggil untuk menyertai Dia secara dekat dan terus-menerus. Perhatikanlah, Kristus secara bertahap membawa jiwa-jiwa yang miskin ke dalam persekutuan dengan diri-Nya. Sebelumnya mereka merupakan murid-murid Yohanes Pembaptis, sehingga karena itu lebih berpeluang mengikut Kristus. Perhatikanlah, orang-orang yang telah menyerahkan diri dalam pertobatan akan penuh dengan sukacita iman.

            Mengenai murid-murid ini kita mengamati bahwa mereka bekerja sebagai nelayan. Sebagai nelayan:

      -    Mereka adalah orang-orang miskin. Seandainya mereka memiliki tanah luas atau banyak ternak, mereka tidak akan menangkap ikan untuk dijual, tetapi hanya untuk rekreasi........

               
          -  Mereka adalah orang-orang yang tidak terpelajar, tidak dibesarkan melalui buku atau sastra seperti halnya Musa, yang terbiasa dengan pengetahuan orang-orang Mesir.

       -    Mereka adalah pekerja yang dididik untuk bekerja keras.

    -  Mereka orang-orang yang terbiasa menghadapi kesukaran dan bahaya. Pekerjaan penjala ikan lebih berat dan berbahaya dibandingkan pekerjaan lain. Para nelayan sering kali harus berbasah-basah dan kedinginan. Mereka harus bersiaga, menanti, bekerja keras, dan sering menghadapi bahaya di tengah laut.

                   Apa panggilan yang ditujukan kepada mereka (ay. 19).  Kata yang diucapkan Yesus “Mari, ikutlah Aku, dan kamu akan Kujadikan penjala manusiamenyatakan bahwa sebelum itu, mereka pernah mengikut Kristus sebagai murid biasayakni sebagai murid Yohanes (Yoh. 1:37). Akan tetapi, sekarang, agar mereka bisa mengikut Kristus dan mematuhi panggilan mereka juga, mereka dipanggil ke dalam suatu persekutuan yang lebih dekat dan terus-menerus dengan Dia, dan oleb sebab itu, mereka harus meninggalkan pekerjaan menangkap ikan. Perhatikanlah, bahkan mereka yang telah dipanggil untuk mengikut Kristus pun perlu dipanggil agar terus mengikuti-Nya, mengikuti-Nya dengan lebih dekat, terutama jika mereka ditetapkan untuk bekerja dalam pekerjaan pelayanan.

                       Tujuan Kristus bagi murid-muridNya adalah dengan mengatakan “Kamu akan Kujadikan penjala manusia”. Hal ini berkaitan dengan pekerjaan mereka yang lama, agar mereka tidak menjadi sombong karena kehormatan yang baru ditetapkan bagi mereka itu, dan karena itu biarlah mereka tetap menjadi penjala, agar mereka tidak takut pada pekerjaan baru yang diberikan kepada mereka itu, sebab mereka sudah terbiasa menjala, dan masih melakukannya.

                        Para hamba Tuhan adalah penjala manusia, bukan untuk membinasakan, melainkan untuk menyelamatkan mereka, dengan jalan membawa mereka kepada kehidupan yang lain. Mereka harus menjala, bukan menghukum, bukan mencari kekayaan, kehormatan, dan kedudukan tinggi, ataupun untuk mendapatkan mereka bagi keuntungan diri sendiri, melainkan bagi jiwa-jiwa, untuk dibawa kepada Kristus. (bnd. Ibr. 13:17, 2Kor. 12:14).

                    Apa yang harus mereka lakukan untuk mengikuti ajakan, "Ikutlah Aku." mereka harus mengikuti teladan-Nya untuk menjadi rendah hati, dan mengikuti Dia sebagai Pemimpin mereka. Perhatikanlah:

      - Orang-orang yang dipekerjakan Kristus untuk melayani-Nya harus dibentuk supaya cocok dan memenuhi syarat bagi pelayanan itu.

       - Orang-orang yang akan memberitakan tentang Kristus, harus terlebih dulu belajar tentang dan dari Kristus. Bagaimana kita bisa berharap membawa orang lain mengenal Kristus, bila kita sendiri tidak mengenal-Nya dengan baik?

     - Orang-orang yang ingin mengenal Kristus harus bertekun dan senantiasa hadir bersama-Nya. Para rasul dipersiapkan untuk pekerjaan mereka dengan cara senantiasa datang berkumpul selama Tuhan Yesus bersama-sama dengan mereka (Kis. 1:21). Tidak ada pembelajaran apa pun yang bisa dibandingkan dengan apa yang didapatkan selama mengikuti Kristus. Yosua, dengan melayani Musa, menjadi cocok untuk menggantikannya.

     - Orang-orang yang hendak menjala manusia harus mengikuti Kristus dalam pekerjaan itu, dan melakukannya seperti Kristus, dengan ketekunan, kesetiaan, dan kelembutan. Kristus merupakan teladan terbesar bagi para pengkhotbah, dan sudah sepatutnya mereka semua menjadi teman-teman sekerja.

 

III. APLIKASI

                            Pengenalan kita akan Tuhan akan menentukan sikap kita dalam mengikut Yesus. Kegagalan murid-murid Yesus dalam mengikut Yesus adalah karena pengenalan mereka akan Yesus tidak benar. Pengenalan murid-murid Yesus akan diri Yesus adalah Mesias yang diutus Allah untuk menjadi raja di tengah-tengah dunia ini untuk menyelamatkan setiap orang yang percaya. Pemahaman yang seperti inilah yang membuat murid-murid Yesus mempersoalkan siapa yang paling besar diantara mereka. Ada pengharapan bagi mereka ketika Yesus menjadi raja di dunia maka mereka akan mendapatkan posisi yang strategis dalam pemerintahan Yesus di dunia ini.

                            Melalui firman Tuhan ini kita diingatkan agar seorang pelayan Tuhan dan pengikt Kristus harus belajar mengenal Tuhan dengan benar agar kita mampu tetap setia mengikut Yesus. Kita juga tahu apa yang diinginkan Tuhan dalam hidup kita dan bagaimana Tuhan bekerja untuk membebaskan kita dari pergumulan hidup kita. Tuhan tidak memilih kita karena kita kaya, pintar, tampan, cantik, tapi Tuhan memilih kita karena kita dilayakkanNya. Oleh sebab itu bagaimanapun keadaan kita tetaplah setia kepada Tuhan dan setia melakukan tugas yang telah Tuhan berikan dalam hidup kita. Kita harus tetap mengandalkan Tuhan dalam hidup kita untuk melindungi kita dalam menghadapi setiap tantangan dalam pekerjaan Tuhan. Dalam kitab Mazmur 27:1, 4-9 dikatakan bahwa pemazmur menyatakan dengan tegas bahwa Tuhan adalah terang, keselamatan, dan benteng hidupnya. Maka, ia tidak usah takut akan musuh seperti apa pun karena kepercayaannya bahwa Tuhan adalah perlindungannya (ayat 1-3). Lebih dari pada itu, pemazmur yakin bahwa tempat paling aman adalah rumah Tuhan, yaitu kehadiran Tuhan dalam hidupnya karena di hadirat Tuhanlah pemazmur terlindungi dari mara bahaya (ayat 4-6). Maka, dengan mantap pemazmur menaikkan doa permohonannya agar Tuhan segera menyelamatkan dia (ayat 7), dan jawaban Tuhan tidak jauh dari keyakinannya, yaitu agar pemazmur mencari wajah-Nya (ayat 8), maksudnya tentu belajar dari firman- Nya.

                        Maka, pemazmur meminta dengan sungguh-sungguh agar Tuhan mengajarnya supaya ia semakin yakin akan perkenanan Tuhan atasnya (ayat 7-10). Permohonan pemazmur semakin mendesak karena desakan dari para musuh yang telah memfitnahnya dan ingin menghabiskannya. Namun, pemazmur tetap berpegang pada kepercayaannya, yaitu Tuhan yang akan menyelamatkannya. (ayat 11-13) Mazmur ini ditutup dengan ajakan untuk menantikan Tuhan (ayat 14). Pemazmur mempercayakan hidupnya ke tangan Tuhan, yang diyakininya sebagai perlindungan sejati. Hadirat Tuhan adalah tempat perlindungan yang paling aman. Bila Tuhan yang melindungi, tidak ada musuh yang dapat mengganggu.

                       Tetaplah mohon kekuatan yang datangnya dari Tuhan supaya kita dilayakkan untuk tetap setia mengikut dia setiap saat. Seperti apa yang dinyatakan Daud lewat Mazmur 119: 17 bahwa bahwa kita berutang kepada belas kasihan Allah untuk hidup kita. Daud berdoa, lakukanlah kebajikan kepada hamba-Mu ini, supaya aku hidup. Kebajikan Allah-lah yang memberi kita kehidupan ini, dan kebajikan yang sama itulah membuat hidup itu berlanjut, serta memberi semua dukungan dan penghiburan darinya. 

                           Bahwa karena itulah kita harus menggunakan kehidupan kita ini dalam pekerjaan Allah. Hidup ini belas kasihan Allah, sebab hidup merupakan kesempatan untuk menaati Allah di dalam dunia ini, di mana hanya ada sedikit saja orang yang mau sungguh-sungguh mempermuliakan Dia di sini. Inilah yang ada dalam pandangan Daud, “Bukan supaya aku hidup dan menjadi kaya, hidup dan bersuka ria, melainkan supaya aku hidup dan berpegang pada firman-Mu, dapat melakukannya sendiri dan menurunkannya kepada angkatan yang akan datang, sehingga kalau semakin panjang umurku, akan semakin baik pula aku melakukannya.” Amin

                                                                                                                                                              Pdt. Jaya Abadi Tarigan, S.Th

                                                                                                                                                              GBKP Bandung Pusat

Khotbah Minggu 29 Januari 2017

Khotbah Minggu 29 Januari 2017

(Epipanias IV)

Invicatio      : Lebih baik engkau tidak bernazar dari pada bernazar tetapi

tidak menepatinya" (pengkhotbah 5:4).

Bacaan       : Matius 5 : 1 - 12

Khotbah      : Mazmur 15 : 1 - 5

Tema         : Peganglah janji kita ("Kundulilah" Padanta)

 

I. Pendahuluan

Ada istilah dari singkatan OMDO, Omong Doang, yang berarti banyak berbicara tapi dalam kenyataan apa yang diucapkan tidak ada dilakukan. Hampir sama dengan hanya manis dibibir ucapannya, tapi tidak sesuai dengan kenyataan, membuat orang berpengharapan dengan ucapannya. Namun gaya hidup dari orang Kristen yang setia kepada Tuhan adalah sesuai ucapan dengan kenyataan, karena Tuhan adalah Allah yang setia terhadap janjiNya untuk mengasihi dan memelihara kehidupan kita. Oleh karena itu kita juga diajak agar memegang janji kita untuk hidup  sebagai anak anak Tuhan yang setia yang mau mengubah kehidupannya semakin baru setiap hari.

 

II. Pendalaman Nats

Mazmur 15, merupakan ungkapan kerinduan Daud untuk semakin dekat dengan Tuhan. Namun pemazmur mengerti bahwa harus ada beberapa faktor integritas yang harus dimiliki oleh orang yang mau dekat dengan Allah. Hal ini dirangkum dalam pesan tentang etika, moral, keadilan dan kejujuran.

 

Mari kita lihat pesan-pesan moral dan etika yang terkandung dalam Mazmur 15 secara lengkap

 

Ay. 2, berbicara tentang kualitas moral, keadilan dan kebenaran sebagai anak-anak Tuhan. Sudah seharusnya anak-anak Tuhan menjadi teladan dalam hal kehidupan yang tidak bercela, artinya kita harus menjauhkan diri dari perbuatan-perbuatan tercela yang didorong oleh keinginan-keinginan (nafsu) kedagingan, juga menjunjung tinggi prinsip-prinsip keadilan dan kebenaran dan keberanian untuk menyatakan  yang benar itu benar dan yang salah itu salah. Sebagaimana Yesus berkata "Jika ya, hendaklah kamu katakan: ya, jika tidak, hendaklah kamu katakan: tidak. Apa yang lebih dari pada itu berasal dari si jahat."(Mat 5:37).

 

Ay. 3, Orang yang datang menyembah kepada Tuhan tentu dia akan berusaha untuk menjaga hati perasaan temannya ketika berada dimana saja. Ada ungkapan mengatakan “fitnah lebih kejam dari pembunuhan”, karena fitnah memang adalah pembunuhan karakter dan secara perlahan bisa menyebabkan pembunuhan fisik. Oleh karena itu, tidak seharusnya ada anak-anak Tuhan yang menyebarkan fitnah terhadap sesamanya, seharusnya kita mempergunakan mulut kita untuk membangun dan memberkati orang lain. Hukum Taurat ke-sembilan (jangan mengucapkan saksi dusta tentang sesamamu). Kemudian, anak-anak Tuhan seharusnya menjauhkan diri dari perbuatan jahat terhadap sesama seperti keluarga, teman, tetangga, saudara seiman, juga terhadap semua orang, bahkan kepada musuh kita.

 

Ay. 4, maksudnya orang yang tersingkir dalam ayat ini adalah orang-orang berdosa yang telah ditolak Allah, artinya kita tidak boleh menghormati orang-orang yang demikian, namun hormatilah orang-orang yang takut akan Tuhan. Ayat ini berbicara tentang penghormatan dan penghargaan terhadap orang-orang kudus. Kita juga harus dapat dipercaya dengan janji sekalipun oleh karenanya kita rugi.

 

 Ayat 5, artinya, orang yang memakai duitnya untuk menolong orang lain namun dia tidak mencari untung untuk dirinya melalui harta yang ada padanya. Hartanya dipakainya untuk menghargai teman sesama, menambahi saudara, memperkuat kokoh persaudaraan dan persatuan. "Tidak akan goyah selama - lamanya".

 

Dengan demikian dapat kita lihat apa yang diharapkan oleh Tuhan terhadap kita anak - anakNya yang datang ke RumahNya yaitu yang tidak bercela baik dalam tindakan pribadi moral etika maupun sosial.

 

 

III. Pointer Aplikasi

Bahan khotbah kita minggu ini bukan berarti bahwa jika belum seperti apa yang dinyatakan mazmur Daud kita tidak boleh datang ke rumah Tuhan, namun permazmur mengajak kita agar kita merenungkan secara mendalam seperti apa yang dinyatakan dalam ayat 2-5 dan mau  mengubah diri ke lebih baru untuk menjalankannya. Tidak hanya teori saja. Jadi hadir dalam rumah Tuhan bukan hanya sebagai "rutinitas" tapi harus ada perubahan cara berpikir dan berkelakuan.

 

Orang yang datang kerumah Tuhan merasakan bahwa dia datang untuk berjumpa dengan Tuhan dan menyembah Tuhan dengan hati tulus. Orang yang selalu rindu jumpa dengan Tuhan, setiap hari tambah yang baru kebaikan dari dirinya. Ini dapat terlihat dalam kepatuhannya mengikut Firman Tuhan, cara berpikir yang positif, baik, membantu teman, tidak egois, bersahabat dengan siapa saja juga setia dengan janjinya.

 

Tema Peganglah Janji Kita, salah satu cara agar kita damai dan nyaman, peganglah janji kita yang telah kita katakan. Pengakuan iman yang kita katakan setiap minggu sebaiknya tidak lah sebagai ucapan rutinitas atau hapalan yang sudah diluar kepala. Namun janji yang telah kita katakan dalam pengakuan iman benar benar kita pegang walaupun ada tantangan.

 

Bacaan, dalam kitab Matius menyatakan agar kita mengandalkan Tuhan menjadi kekuatan kita dalam menjalankan kehidupan kita ketika suka dan duka menghampiri kita agar kita mendapatkan kebahagiaan dan sukacita. Amin

 

 

 

                                Pdt Nur Elly Tarigan, M.Div

                                    GBKP Karawang

Khotbah Minggu 26 Pebruari 2017

KHOTBAH MINGGU 26 PEBRUARI 2017

MINGGU PASSION I / Estomihi (=Jadilah bagiku gunung batu tempat perlindungan: Mzm. 31 : 3)

Invocatio      :  “Berkat Tuhanlah yang menjadikan kaya, susah payah tidak akan menambahinya”(Amsal 10 : 22).

Pembacaan :  2 Petrus 1 : 16 – 21

Khotbah        :  Mazmur 2 : 1 – 12

Tema              :  Panggilan untuk Memperbaiki

 

I.           Pengantar

Menurut Kalender Tahun Gerejani kini gereja memasuki masa-masa Pra-Paskah atau Minggu-minggu sengsara, juga disebut Minggu Passion yang akan dilalui selama 7 (tujuh minggu lamanya). Peristiwa ini didasari oleh sengsara yang dialami Yesus dan menjadi peringatan bagi kehidupan ke kristenan mula-mula yang mendapat penganiayaan karena imannya kepada Kristus. Symbol Liturgi dinampakkan dengan gambar Ikan tertulis ICHTUS singkatan, Iesous Christos Theou Uios Soter yang artinya Yesus Kristus, Anak Allah, Juru Selamat. Rasid Rachman dalam bukunya Hari Raya Liturgi – Sejarah dan Pesan Pastoral Gereja, mengatakan Minggu-minggu sengsara atau Pra Paskah tidak diisi melulu dengan dukacita dan pergumulan berat – oleh sebab itu tidak disebut masa atau Minggu-minggu sengsara – tetapi juga dengan kesukaan dan pengharapan sebab di sinilah waktu dan kesempatan gereja untuk lebih menghayati peristiwa salib Kristus. Masa Pra Paskah adalah kesempatan spiritual umat dan lembaga gereja untuk lebih mengenal kasih Allah di dalam Kristus melalui pertobatan yang sungguh. Pertobatan dari dosa selalu diikuti dengan anugerah pengampunan Allah.

Dengan demikian tahapan demi tahapan Minggu-minggu sengsara atau masa Pra Paskah menjadi perenungan berangkat dari tema Minggu Passion I kita (GBKP), “Terpanggil untuk Memperbaiki”. Apakah yang harus diperbaiki: di gereja,  jemaat, keluarga juga di dalam masyarakat? Dan bagaimanakah sikap serta peran orang/ pihak yang terpanggil untuk melakukan perbaikan? Ada perbaikan karena telah terjadi kerusakan. Bagaimana standar kerusakan sehingga perlu perbaikan yang dimasud di dalam tema renungan saat ini?

 

II.       Makna Minggu Passion I

1.     Pengantar Teks Pembacaan II Petrus 1 : 16 – 21

Jelas bahwa di dalam surat Petrus yang menjadi pembacaan ada kelompok atau golongan yang merusak. Mereka membuat cerita dongeng yang turut memberi issu pada pemberitaan rasul Petrus tentang kedatangan Yesus Kristus sebagai raja. Cerita dongeng tersebut datangnya dari golongan Gnostik, yang hanya merupakan cerita khayalan belaka. Petrus mengatakan dongeng-dongeng isapan jempol manusia. Kesaksian rasul Petrus mengatasi cerita khayalan belaka tersebut. Diperkuat oleh informasi atau data otentik sebagai bukti terhadap peristiwa dimana rasul Petrus ikut menjadi saksi. Dia, Petrus adalah saksi sejarah yang melihat dengan mata kepala sendiri bagaimana Yesus menerima tanda kemuliaan dan kehormatan dari Allah Bapa di atas gunung itu. Ketika itu memang Petrus diundang oleh Yesus ikut naik ke atas gunung itu. Bersama dengan Yesus, rasul Petrus juga mendengar suara yang datangnya dari sorga yang berkata: ”Inilah Anak yang Kukasihi kepadaNya Aku berkenan” (Mat 17:1-5, Mark 9:2-7, Luk 9:28-35). Kesaksian rasul Petrus di dalam suratnya ini tidak dapat diragukan lagi karena peristiwa ini benar-benar disaksikan oleh mata,  juga tempat dimana peristiwa ini terjadi, yaitu diatas gunung yang kudus. Gunung adalah merupakan sarana tempat penyataan Allah (Kel 3:5; 19:23). Saksi mata dan tempat terhadap peristiwa datangnya kembali Kristus sebagai raja tidaklah mungkin dirusak oleh cerita dongeng atau khayalan yang mau merusak berita yang disampaikan oleh rasul Petrus tersebut. Pandangan ini bagi para rasul adalah penggenapan dari PL yang sangat menarik (Mat. 1:22; 2:5,6). Karenanya sebagai orang yang percaya harus memperhatikan akan kedatangan Kristus. Kedatangan Kristus itu digambarkan seperti pelita yang bercahaya di dalam gelap, Gelap melukiskan keadaan dunia bila tanpa Terang yang sesungguhnya (bd. Yoh. 8:12). Pelita dikenal sebagai Firman Allah/ Alkitab (Mzm. 119:105). Dan fajar yaitu hari kedatangan Kristus (3:10; Rom. 13:12) atau disebut Bintang Timur (Yun, Phosphoros), yaitu bintang yang membawa fajar. Dalam kebudayaan Yunani dan Romawi Kuno menunjuk Bintang Kejora menjadi lambang bagi Tuhan Yesus (Bil. 24:17; Luk. 1:78; Why. 22:16).

 

2.     Penegasan Renungan / Teks Khotbah Mazmur 2 : 1 – 12

Mengawali kesaksian pemazmur, memperlihatkan situasi kerusuhan diantara bangsa-bangsa. Kerusuhan tersebut didasari oleh permufakatan raja-raja dunia melawan Tuhan dan yang diurapiNya. Melawan Tuhan adalah perlawanan terhadap Israel dimana Tuhan sendiri adalah Raja bagi bangsaNya Israel. Permufakatan antar raja-raja dunia yang dimaksud disini adalah sistim pemerintahan politik yang tidak membawa kepada pemerintahan kehidupan yang adil damai tentram dan aman. Tetapi justru berdampak pada korban kemanusiaan. Pelanggaran HAM, realitas kemiskinan serta keterpurukan dari berbagai segi kehidupan. Akibatnya, berdampak pada kerusakan. Kerusakan mental, moral dan atau kepribadian bangsa dan warga negaranya khususnya pada generasi bangsa. Inilah pertanda politik bangsa yang melawan kepemimpinan Raja Israel yang diurapi oleh Tuhan. Cara mufakat raja-raja dunia seperti ini sangat merugikan, dan sangat ditentang oleh Raja Israel. Politik seperti ini hanya menjadi tertawaan atau ejekan. Allah menertawakan kepemimpinan raja-raja dunia yang menjalankan perpolitikan yang merusak dan atau yang merugikan. Allah memperlihatkan politik yang perlu ditertawakan atau diejek. Ditertawakan berarti dipermalukan. Dipermalukan karena kepemimpinan yang dijalankan tidak menciptakan keadilan dan kedamaian tetapi hanya memporak-porandakan kehidupan manusia dan dunia. Politik yang merusak resikonya adalah berhadapan dengan Tuhan yang adalah Raja diatas segala raja-raja di dunia. Dia tidak hanya menertawakan tetapi juga dapat melenyapkan mengalahkan dengan mudah sistim perintahan raja-raja dunia yang merugikan. Tuhan menghukum politik pemerintahan yang merugikan. PadaNya ada gada (tongkat) kekuasaan dan besi sebagai alat untuk menghancurkan kepemimpinan yang menjalankan politik pemerintahannya dengan tindakan kekerasan. Sistim perintahan atau politik bangsa yang merusak akan dilenyapkan oleh Tuhan. Karena pemerintahan yang demikian hanya mengacaukan tatanan kehidupan dunia dan hidup antar bangsa. Raja-raja tidak seharusnya menjalankan pemerintahan dengan melawan Tuhan sebagai Raja, tetapi justru meminta perlindungan kepada Tuhan dalam menjalankan masa kepemimpinanNya untuk menjalankan kepemimpinan bangsa dengan bijaksana. Yaitu kebijaksanaan yang diajarkan oleh Tuhan. Belajar daripada Tuhan berarti menyerahkan kepemimpinan dibawah kekuasaan Tuhan sendiri. Kepemimpinan Raja Israel telah nyata dengan keamanan dan ketenangan kota Sion yang tetap dilindungi dalam pemerintahan Raja Israel sendiri. Kita telah mengalami kepahitan bangsa dalam situasi kerusuhan-kerusuhan yang terjadi pada masa lalu (1999). Di Poso, Ambon dan kota-kota lainnya, bahkan sampai sekarang suasana bangsa yang tidak kondusif mengajak kita untuk belajar dari kepemimpinan Raja Israel. Juga termasuk kepemimpinan raja-raja dunia yang diperhadapkan oleh berbagai problema bangsa termasuk masalah teroris atau ISIS.  

 

III.             Perenungan Teologis : Minggu Passion I

Nyanyian pemazmur sebagai perenungan dalam masa Pra Paskah (Passion I) sengsara Yesus, adalah nyanyian penobatan Raja yang diurapi Tuhan. Pujian pemazmur ini adalah ditujukan kepada Kristus yang dalam sengsaraNya memasuki dunia perpolitikan raja-raja dunia, untuk memperbaiki sistim pemerintahan dari kerusakan peradaban dunia ke dalam hidup perdamaian. Presiden Amerika Serikat Donal Trump mengawali kepemimpinan perdananya mempererat pelukannya mendukung Jepang terkait dengan uji coba rudal Korea Utara. Peluncuran rudal ini sangat tidak bisa ditoleransi, dan semestinya Korut harus mengikuti resolusi PBB (Minggu 12 Peb 2017), demikian salah satu berita surat kabar yang kemudian dikatakan belum diketahui secara persis apa maksud peluncuran rudal tersebut bagi kehidupan dunia.

Dimana-mana pasti ada saja sikap dan tindakan pihak-pihak yang merencanakan kejahatan atau kerusuhan. Teroris, ISIS atau kejahatan lainnya sangat dekat dengan lingkungan dimana kita berada. Menghadapi situasi ini bukan kita harus menjadi takut. Tetapi kita dipanggil untuk peka dan peduli terhadap sikap dan tindakan untuk memperbaiki kerusakan yang  terjadi disekitar kita. Atau setidaknya menjaga agar tidak terjadi kerusuhan atau pengerusakan disekitar tempat kita tinggal menetap. Panggilan ini adalah seperti penunjukkan Tuhan kepada Sang Raja yaitu Yesus Tuhan yang dipilih oleh dan diurapi oleh BapaNya,  ‘AnakKu Engkau! Engkau telah Kuperanakkan…’ (bdk.  2 Pet 1:17). Bahwa tugas panggilan untuk menjaga atau memperbaiki dari kerusakan adalah juga panggilan kepada kita pribadi lepas pribadi melakukan karya kebaikan/ perbaikan sebagai persembahan bagi kemuliaan nama Tuhan. Seperti Tuhan mempermuliakan AnakNya sekalipun Ia harus mengalami sengsara. Demikian juga kita, atas tugas panggilan untuk memperbaiki yang rusak akan dijalani seiring dengan penderitaan atau sengsara. Keadaan ini tentu harus dimaknai dari apa yang telah dikerjakan Yesus di dunia ini. Baik di dalam rumah tangga/ keluarga, jemaat/ gereja dan di tengah masyarakat serta tempat dimana kita bekerja, kita terpanggil berkorban memperbaiki kerusakan disekitar kita sebagai makna penebusan Kristus dimana kita juga turut berperan mengerjakannya.

 

Pdt Merry Tatuwo br Sembiring, STh

Perpulungen/ Jemaat GBKP Makassar

Info Kontak

GBKP Klasis Bekasi - Denpasar
Jl. Jatiwaringin raya No. 45/88
Pondok Gede - Bekasi
Indonesia

Phone:
(021-9898xxxxx)

Mediate

GBKP-KBD