Khotbah Minggu 19 Pebruari 2017

KHOTBAH MINGGU TGL 19 FEBRUARI 2017

(Sexagesima)

Invocatio      : Apabila engkau melihat lembu musuhmu atau keledainya yang sesat, maka segeralah kau kembalikan binatang itu (Kel.23:4).

Bacaan          : Imamat 19:1,2;9-18

Khotbah        : Matius 5:38-48

Tema               : Mengasihi Lebih dari Biasa (Lebih asa siniarapken kalak)

 

I.Pendahuluan

                                   Matius 5:38-48 merupakan bagian dari Khotbah di Bukit yang si sampaikan oleh Yesus, Dia adalah Mesias yang di nubuatkan para nabi-nabi yang akan membawa “Taurat Baru“, bukan melawan Hukum taurat tapi melawan penafsiran orang-orang Farisi yang sangat ketat melakukan hukum taurat. Yesus menjelaskan inti pengajaran hukum taurat adalah kasih yang ada dalam hidup orang-orang yang percaya kepadaNya.

 

II. Pendalaman Nats

1.      Bacaan : Imamat 19:12, 9-18

Selain memuat tentang tugas para imam dalam ruang ibadah kitab Imamat juga memperlihatkan kehidupan umat Allah. Ajarannya mengutamakan pengenalan manusia akan kekudusan Allah dan bagaimana manusia menghampiri Allah yang kudus. Hal ini menunjukkan kepada kita bagaiman suasana Israel pada masa pembagian tanah pusaka, ketika bangsa itu telah menduduki negeri yang dijanjikan Allah bagi mereka. Di atas tanahlah kehidupan terselenggara dan tanah sebagai sumber kehidupan karena tanah tidak pernah berhenti memberikan hasil bagi mereka.

Tanah diyakini sebagai keadilan Allah yang telah membela bangsa Israel yag kecil dan memberikan kehidupan bagi bangsa ini. Pengalaman bangsa Isreal yang pernah di tindas oleh bangsa lain, merupakan suatu pengalaman berharga yang akhirnya di ikuti pemberian tanah pusaka oleh Tuhan Allah. Kini mereka bisa hidup dari pemberian tanah oleh Allah, tanah itu menghasilkan gandum, anggur, susu dan daging serta buah-buahan yang lain. Mereka bisa memenuhi kebutuhan mereka dari tanah pemberian Allah. Oleh karena itu Allah melalui Musa memperingatkan bangsa itu bahwa tanah itu harus memberikan hasil yang bisa memberi makan semua orang, termasuk orang yang miskin hendaknya diberi kesempatan untuk bisa juga menikmati hasil dari tanah itu “Pada waktu kamu menuai hasil tanahmu; janganlah kau sabit ladangmu bahis-habis sampai ke tepinya dan janganlah kau pungut apa yang ketinggalan dari penuaianmu”(ay 9). Hal ini menunjukkan bahwa bangsa Israel yang telah memperoleh belas kasihan Allah dengan pemberian tanah, maka dia juga harus mengasihi orang lain. Itulah keadilan yang di tunggu oleh Allah. Selanjutnya Allah juga membenci kesombongan, tidak adil dalam bentuk merampas hak, memfitnah demi memuluskan rencana jahat. Allah menghendaki agar bangsa ini dapat hidup kudus dengan menjauhkan diri dari praktek curang dipengadilan dan juga dalam kehidupan sehari-hari.

2.      Khotbah: Matius 5:38-48

Di sini diperlihatkan bagaimana Yesus mengungkapkan kehidupan orang beriman terhadap sesamanya atau bahkan terhadap musuhnya. Ajaran ini melampaui tradisi kebiasaan yang sudah baku yang penuh dendam dan amarah. Salah satu contoh yang jelas adalah adanya hukum yang setimpal. Latar belakang hukuman di Timur Tenggah dikatakan adil ketika pelaku (tersangka) menerima ganjaran yang setimpal atau berbanding dengan penderitaan korban. Seorang terhukum mati bisa bebas dari tiang gantungan setelah keluarga mengampuni dan pihak korban menerima uang darah. Seorang raja sekalipun tidak berhak mencabut hukumannya, karena bagi mereka adil itu adalah ketika tersangka itu mengalami penderitaan seperti yang dialami pihak korban, oleh karena hukum mata ganti mata, gigi ganti gigi berlaku dalam kehidupan sosial saat itu. Demikian juga dengan sikap dan perbuatan kita terhadap orang yang  berbuat jahat ada tempat untuk membalas kejahatan yang setimpal dengan yang dilakukannya bagi kita.

Dalam kondisi ratusan tahun dalam prinsip kaku yang mendarah daging, Yesus hadir dan memberikan etika baru yang tertuang dalam khotbah di bukit yang sangat terkenal, bahwa murid-murid Yesus serta orang-orang yang percaya kepadaNya harus tampil beda dengan dunia dengan segala peraturannya. Tetapi Aku berkata kepadamu: Janganlah kamu melawan orang yang berbuat jahat kepadamu, melainkan siapapun yang menampar pipi kananmu, berilah juga kepadanya pipi kirimu”(ay 39). Hal ini berbicara tentang sikap dan perbuatan kita terhadap orang yang telah berbuat jahat kepada kita, dengan kata lain balas dendam tidak memiliki tempat dalam kamus orang Kristen. Dan kepada orang yang hendak mengadukan engkau karena mengingini bajumu, serahkanlah juga jubahmu”(ay 40). Dimata orang Yahudi “jubah” mempunyai makna yang sangat penting yaitu “dirinya sendiri”. Hal ini menunjukkan bahwa seorang yang ingin hidup sebagai pengikut Kristus memang harus lebih dahulu meninggalkan “dirinya sendiri”(ego-nya) dengan melakukan kepentingan orang lain, tidak hanya memberikan apa yang secara tidak sah diambil dari kita, akan tetapi memberikan lebih lagi  dari yang kita miliki. Siapa yang memaksa engkau berjalan sejauh satu mil, berjalanlah bersama dia sejauh dua mil (ay 41). Hal ini berarti bahwa dalam situasi yang masih memungkinkan janganlah kita menolak orang yang memohon bantuan dari kita.

 

III.  Pointer Aplikasi

            Tuhan Yesus memberikan ajaran baru bagi murid-murid dan juga orang-orang yang percaya kepadaNya. Kita disuruh untuk keluar dari aturan dan kebiasaan yang sudah mendarah daging dikehidupan sehari-hari. Mengasihi musuh adalah ajaran Yesus yang nampaknya susah untuk dilakukan, sebab seseorang pasti pernah punya pengalaman memandang seseorang sebagai musuh, atau sampai sekarangpun kita masih punya daftar orang-orang yang dianggap musuh. Permusuhan biasanya beriringan dengan sakit hati. Orang yang menganggap seseorang sebagai musuh akan selalu ingin membalas perbuatan jahat, dendam dan kebencian tidak terhindarkan, semakin lama rasa ini semakin dalam hingga kita sering mendengar perkataan “sada matawari pe ateku lang ras ia”.

            Ajaran yang diberikan oleh Yesus walau sulit bukan berarti sesuatu yang tidak mungkin. Yesus adalah model kita, melalui kasih dan pengampunanNya terhadap mereka yang menganiayaNya (Luk.23:34). Seorang penulis Kristen Alfred Plummer (1841-1926) menulis: Membalas kebaikan dengan kejahatan berarti membiarkan iblis mempengaruhi kita dengan kebencian, iri dan dengki, membalas kebaikan dengan kebaikan adalah suatu hal yang manusiawi. Sedangkan membalas kejahatan dengan kebaikan adalah sifat ilahi. Kita tidak akan pernah bisa bahagia dan damai sejahtera jika masih menyimpan dendam dan kebencian.

            Melakukan lebih dari yang diharapkan oleh orang lain, ini menunjukkan sikap bahwa hidup dan perbuatan kita yang tidak tergantung pada apa yang kita dengar dan apa yang kita terima dari orang lain (bnd. Roma 12:2). Hidup kita haruslah tergantung dari pemeliharaan Allah, bagaimana Allah telah menunjukkan keadilanNya dengan memberikan kita hidup dari apa yang telah Dia sediakan.

            Mengasihi lebih dari yang diberikan oleh orang lain (tema) adalah bentuk keadilan yang bercirikan kasih. Kekristenan tidaklah mengorbankan keadilan demi kasih, sebab tidak ada kejahatan yang dibiarkan oleh keadilan Allah. Akan tetapi pembalasan adalah hak Allah bukan hak manusia. Untuk mendapatkan berkat dari Allah, kita tidak boleh membalas kejahatan dengan kejahatan tapi mengasihinya, inilah kelebihan kita sebagai orang kristen, Allah tidak pernah menuntut kita, yang ada Dia selalu memberi lebih, melebihi segala perbuatan baik kita.

 

                                                                                                                                                                                      Pdt.Rena Tetty Ginting, S.Th

                                                                                                                                                                                 GBKP Runggun Bandung Barat

Info Kontak

GBKP Klasis Bekasi - Denpasar
Jl. Jatiwaringin raya No. 45/88
Pondok Gede - Bekasi
Indonesia

Phone:
(021-9898xxxxx)

Mediate

GBKP-KBD