Khotbah Minggu 02 April 2017

BIMBINGAN KHOTBAH TANGGAL 02 APRIL 2017

MINGGU PASSION VI (JUDIKA)

Invocatio         : “Karena keinginan daging adalah maut, tetapi keinginan Roh adalah hidup dan damai sejahtera” (Roma 8:6)

Bacaan            : Yehezkiel 37:1-14

Khotbah           : Roma 8:6-11

Tema               : “Hidup Menurut Keinginan Roh Kudus”

 

I.      PENDAHULUAN

Ada dua hal yang ‘menghinggapi’ manusia yang saling bertentangan dan kedua kubu itu sangat bertolak belakang yakni antara daging dan Roh.

Daging menggambarkan manusia yang terikat, apabila dibiarkan manusia itu tidak dapat lepas dan tetap terikat, kalau dengan kemampuan sendiri manusia tidak akan mungkin dapat menolong dirinya. Ciri manusia yang hidup di dalam keinginan daging adalah orang yang hanya mencukupkan diri dengan hidupnya sendiri. Hidup dalam daging hanya berpusat kepada penghayatan hidup yang mengantar kepada kematian. Karena makna kematian, adalah merupakan pengasingan definitif dari Allah. Kematian adalah kekekalan berpisah dari kasih Allah.

Ciri kehidupan orang yang berorientasi pada keinginan daging adalah:

-  Tidak memerlukan Allah

-  Tidak tunduk kepada seluruh perintah Allah

-  Tidak ada ketaatan kepada Allah

-  Tidak memikirkan untuk menyenangkan hati Allah, hidupnya untuk menyenangkan dirinya dan orang yang ada di sekitarnya

Roh menggambarkan pribadi yang terikat tetapi dipimpin oleh kekuatan yang memberi hidup yaitu Roh Allah. Manusia yang hidup di dalam Roh Allah berpengharapan bahwa tiba saatnya ada kebangkitan dan yang membangkitkan semua manusia untuk dihakimi tetapi bagi yang mengenal Yesus akan bersama-sama dengan Dia dalam kekekalan di sebelah kanan Allah Bapa di surga.

Paulus banyak mengangkat istilah “Hidup dalam Roh (Pneuma)” vs “Hidup dalam daging (Sarkhos, Flesh yaitu darah dan daging) yang senantiasa cenderung bertolak belakang. Manusia yang sudah jatuh dalam dosa berakibat kecendrungan manusia dalam pikiran, perkataan dan perbuatan menghasilkan dosa semata. Dan upah dosa adalah maut, tetapi karunia Allah ialah hidup kekal dalam Kristus Yesus Tuhan kita (Roma 6:23).

Allah menghendaki manusia membuka hati untuk dipimpin oleh Roh Kudus agar bisa melakukan kehendak Allah. Tetapi roh jahat pun dengan gigih berusaha merebut hati manusia dengan berbagai siasat dan tipu muslihat (1 Petrus 5:8; Lukas 4:13).

 

II.    PENDALAMAN NAS

Dalam Roma 8:6-11, Paulus menguraikan dua golongan orang: mereka yang hidup menurut daging (tabiat dosa) dan mereka yang hidup menurut Roh.

1.      Hidup menurut daging berarti mengingini, menyenangi, memperhatikan dan memuaskan keinginan tabiat manusia berdosa. Ini meliputi kedursilaan seksual, perzinahan, kebencian, kepentingan diri sendiri, kemarahan, dan sebagainya (bnd. Galatia 5:19-21), tetapi juga percabulan, pornografi, obat bius (narkoba), kesenangan mental dan emosional dari adegan seksual dalam sandiwara, buku, TV atau bioskop dan sejenisnya.

2.      Hidup ‘menurut Roh’ ialah mencari dan tunduk kepada pimpinan dan kemampuan Roh Kudus dan memusatkan pikiran pada hal-hal dari Allah.

3.      Mustahil untuk mengikuti hukum daging dan pimpinan Roh pada saat yang bersamaan (Roma 8:7-8; Galatia 5:17-18). Jikalau seorang gagal melawan keinginan dosa dengan pertolongan Roh dan sebaliknya hidup menutut daging (Roma 8:13), dia menjadi seteru Allah (Roma 8:7; Yakobus 4:4) dan dapat menantikan kematian rohani yang kekal. Mereka yang terutama mengasihi dan memperhatikan hal-hal dari Allah dalam hidup ini dapat mengharapkan hidup kekal dan hubungan dengan Allah (Roma 8:10-11).

Ayat 6-8, menerangkan bahwa keinginan daging yang disejajarkan dengan perbuatan dosa yang berdampak maut. Karena keinginan daging adalah maut, maut dalam hal ini sama dengan apa yang ditegaskan Paulus dalam Roma 6:23 “Sebab upah dosa ialah maut; tetapi karunia Allah ialah hidup yang kekal dalam Kristus Yesus, Tuhan kita”. Secara sederhana diartikan kematian atau kebinasaan sebagai akibat perbuatan dosa. Sementara kita tahu bahwa dosa telah melekat pada keinginan daging manusia (dosa turunan) dari keberdosaan Adam manusia pertama yang melakukan hal yang bertentangan dengan keinginan/kehendak Allah. Keinginan daging diidentifikasi sebagai bagian perseteruan dengan Allah, karena ia tidak takluk kepada hukum Allah. Dalam Galatia 5:19-21, Paulus menerangkan dan memberikan daftar dari perbuatan daging yang apabila dilakukan maka ia tidak akan mendapat bagian dalam kerajaan Allah:

-          Perbuatan-perbuatan seks: percabulan, kecemaran, hawa nafsu

-          Perbuatan-perbuatan agamais: penyembahan berhala, sihir

-          Perbuatan-perbuatan yang berhubungan dengan sesama manusia: perseteruan, perselisihan, iri hati, amarah, kepentingan diri sendiri, percideraan, roh pemecah, kedengkian

-          Perbuatan-perbuatan sembrono: kemabukan, pesta pora

Ayat 9-11, menerangkan tentang keinginan Roh yang disejajarkan dengan pemenuhan kehendak Allah dan mendatangkan hidup yang kekal. Kita harus hidup menurut Roh karena Roh Allah diam di dalam kita. Roh Kudus mengerjakan hal-hal yang bersifat rohani di dalam diri setiap manusia untuk menginsafkan dari dosa, menerangkan tentang kebenaran dan penghakiman serta Ia juga membawa mereka kepada Kristus. Hidup dalam Roh adalah milik Kristus (ay.9), jika memang Roh Allah diam di dalam kamu, ini merupakan kalimat yang mengajak jemaat untuk mencari bukti dalam diri, dalam suasana hati, bahwa Roh memang tinggal di dalam diri kita. Bagian kedua ayat 9 berbunyi: Tetapi jika orang tidak memiliki Roh Kristus, ia bukan milik Kristus. Kehadiran Roh merupakan patokan untuk menentukan untuk menentukan apakah seseorang itu Kristen yang sejati. Ayat 10 menyatakan bahwa tubuh akan mati tetapi Roh hidup dalam kebenaran. Memang Roh adalah Roh yang menyelenggarakan karya Kristus di dalam orang percaya. Ayat ini menggambarkan hasil atau dampak diamnya Kristus dalam manusia. Bagian kedua ayat 10, roh diartikan sebagai roh manusia, sehingga tertulis huruf kecil. Roh itu adalah kehidupan oleh kebenaran. Kata ‘adalah’ diartikan sebagai membawa, menganugerahkan. Kehidupan dalam arti yang sebenarnya adalah kehidupan dekat Allah, bersama Allah. Ayat 11 mengatakan Roh Allah yang membangkitkan. Dalam ayat ini, Roh tidak lagi disebut ‘yang diam di dalam kamu’ (ayat 9), tetapi ‘yang membangkitkan Yesus’. Yang ditegaskan di sini ialah kaitan erat antara Kristus Yesus dengan kebangkitan manusia. Kebangkitan Kristus dikerjakan oleh Roh, maka kehadiran Roh dalam diri manusia merupakan jaminan bahwa manusia pun akan dibangkitkan olehNya. Kaitan antara kebangkitan Yesus dengan manusia ditegaskan dalam pemakaian juga.

 

Dalam bacaan Yehezkiel 37:1-14, mengatakan bahwa Roh Allah melingkupi Yehezkiel dan dia menerima penglihatan suatu lembah penuh tulang. Dimana tulang-tulang itu dilambangkan sebagai “seluruh kaum Israel” (ayat 11), yaitu Israel dan Yehuda dalam pembuangan, yang harapannya telah punah ketika tersebar di antara orang asing. Allah memerintahkan Yehezkiel untuk bernubuat kepada tulang-tulang itu (ayat 4-6). Tulang-tulang itu kemudian dibangkitkan dalam dua tahap: 1. Suatu pemulihan politis kembali ke negeri itu (ayat 7-8), dan 2. Pemulihan rohani kepada iman (ayat 9-10). Penglihatan ini diberikan untuk meyakinkan para buangan bahwa mereka akan dipulihkan oleh kuasa Allah dan menjadi masyarakat yang hidup di tanah perjanjian lagi, kendatipun keadaan mereka sekarang kelihatannya suram (ayat 11-14).

 

 

III.  APLIKASI

Saudara-saudara yang terkasih dalam Yesus Kristus, setiap orang percaya yang ingin menjadi warga kerajaan sorga harus memiliki standar hidup yang sesuai dengan apa yang Allah Bapa kehendaki. Satu hal yang harus dicapai oleh setiap orang percaya adalah kesempurnaan hidup. Sebab apabila kita tidak bisa mencapai standar kesempurnaan yaitu menjadi sempurna sama seperti Bapa di sorga yang adalah sempurna, maka kita tidak mungkin akan berkenan kepada Allah. Menjadi sempurna disini diartikan bahwa kita sebagai orang kristen dituntut untuk menjadi “imitasio Christi” atau tiruan Kristus. Untuk dapat mencapai keserupaan dengan Kristus itu, kita harus meninggalkan dan menyalibkan semua keinginan daging dan meminta Roh Kudus supaya memenuhi kita.

Yang harus kita fahami dan pegang teguh adalah:

1.      Selama kita di dunia ini kita akan selalu mengalami tarikan antara “keinginan daging” dan “keinginan Roh” yang saling berlawanan.

2.      Kemenangan masih tersedia bagi kita yang mau “menyalibkan keinginan daging” berupa segala hawa nafsu dan kita membuka diri untuk “didiami oleh Roh Kudus”

Tugas kita setiap hari mengambil waktu untuk merenungkan apa yang sudah dianugerahkan oleh Allah yang telah menjadi milik kita dan taatlah serta hiduplah menurutnya. Kalau memang benar kita sudah menyalibkan daging kita baiklah kita biarkan keinginan daging itu terpaku di kayu salib. Jangan lagi coba-coba untuk melepaskan paku-paku itu. Kalau kita merasa bahwa kita belum menyalibkan daging kita sekarang segeralah salibkan karena waktu Tuhan tidak sama dengan waktu kita.

Oleh sebab itu kalau kita dicobai iblis untuk melakukan kehendak daging, kita harus berkata dengan tegas: “Aku ini milik Kristus, aku telah menyalibkan keinginan dagingku. Tak ada lagi pikiranku untuk menurunkannya dari salib itu”.

Pengorbanan Yesus di kayu salib membawa keselamatan bagi manusia yang percaya sekaligus menawarkan pola hidup yang baru, pola hidup yang seturut kehendak Allah, yaitu hidup dalam pimpinan Roh Kudus. Jika hidup kita sudah dipimpin oleh Roh, maka kita tidak akan lagi menuruti keinginan daging (Galatia 5:16) dan kita akan memperoleh buah-buah Roh (Galatia 5:22-23). Untuk mengetahui perbedaan hidup yang dipimpin oleh Roh atau bukan, berikut ini perbedaannya:

-          Roh memberi hidup dan damai sejahtera (Roma 8:2, 10), sedangkan keinginan daging ialah maut

-          Hidup menurut Roh akan memikirkan hal-hal yang dari Roh (Roma 8:5, Galatia 5:17-23) namun yang dari daging tentu hanya memikirkan dagingnya (Roma 8:5, Galatia 5:19-21)

-          Keinginan daging itu adalah perseteruan dengan Allah (Roma 8:7), sedangkan hidup dalam Roh adalah hidup sesuai dengan kehendak Allah

-          Orang yang hidup dalam daging akan mati (Roma 8:13), tetapi orang yang hidup dalam Roh akan hidup

-          Hidup dalam Roh membuat kita menjadi milik Kristus (Roma 8:9)

-          Hidup dalam Roh membuat kita diakui sebagai anak-anak Allah dan sebagai ahli waris (Roma 8:16-17).

Setelah kita mengetahui perbedaan dari dua macam pola kehidupan ini, sudah semestinya kita menyadari, sebagai anak-anak Allah kita harus hidup dalam pimpinan Roh Kudus. Hidup dalam pola hidup yang baru ini membuat kita berkenan di hadapan Tuhan atau selaras dengan kehendak Tuhan dan akhirnya membuat kita layak disebut anak-anak Tuhan. Selama kita terus berjuang, buah-buah Roh pun akan kita raih.

Pdt. Irwanta Sembiring, S.Th

GBKP Surabaya

 

Info Kontak

GBKP Klasis Bekasi - Denpasar
Jl. Jatiwaringin raya No. 45/88
Pondok Gede - Bekasi
Indonesia

Phone:
(021-9898xxxxx)

Mediate

GBKP-KBD