SUPLEMEN PA MORIA 30 APRIL-06 MEI 2023, 1 PETRUS 3:1-7
Bahan :
1 Petrus 3: 1-7
Tema :
MEHULI DINGEN MEHAMAT
Tujuan : - Supaya Moria memahami keluarganya adalah bagian dari tubuh Kristus
-Supaya Moria menjaga kesatuan dengan suami sebagai tubuh Kristus
Penjelasan Teks
- Ayat 1-2: Petrus menasihatkan para istri agar tunduk pada suami, sekalipun ada suami yang tidak taat kepada Firman. Tujuannya adalah supaya para suami yang tidak/belum menerima Kristus ini dimenangkan tanpa perkataan. Ketundukan ini mempunyai tujuan yang misioner, yaitu supaya sang suami pada akhirnya juga menerima Yesus dan taat kepada Firman karena melihat buah iman dari istri, yang hidupnya murni dan saleh. Pada zaman itu sebenarnya kecil kemungkinan ada suami istri yang kawin beda agama. Lebih mungkin mereka memang pasangan yang belum mengenal Yesus, tetapi kemudian hasil dari pekabaran Injil, sang istri sudah menerima Yesus sedangkan suaminya belum. Suami yang belum menerima Yesus inilah yang diharapkan akan bisa dimenangkan walaupun tanpa diceramahi, dihakimi, dikhotbahi setiap hari. Ini bukan berarti pemberitaan Firman Tuhan lewat perkataan tidak penting, itu adalah yang terpenting. Namun untuk konteks ini, dari sikap hidup istrinyalah ia dapat mengenal Yesus dan suatu saat akan menerima Yesus sebagai Juruselamatnya, lalu belajar hidup taat kepada Firman Tuhan.
- Ayat 3-4: Petrus juga menasihatkan tentang cara berpenampilan yang benar bagi para istri: rambut jangan dikepang-kepang, jangan memakai perhiasan emas, jangan mengenakan pakaian yang indah-indah. Maksudnya disini bukan dilarang atau sebuah dosa jika dilakukan/dipakai. Ini adalah nasehat untuk standar kecantikan yang benar, semua yg disebutkan itu jangan dijadikan sebuah keharusan sebagai standar perhiasan bagi perempuan. Dalam arti janganlah para perempuan merasa tanpa semua itu mereka tidak cantik. Perempuan cantik dari hatinya, inner beauty yang terpancar keluar adalah perhiasan yang tidak binasa. Roh yang lemah lembut dan tenteram adalah sumbernya. Ini menguatkan poin pertama di atas. Bahwa istri yang membawa ketentraman di rumahnya dengan kelemahlembutan adalah sangat berharga. Jadi pesan yang mau disampaikan di sini adalah: bagi para istri, cantik itu dari hati, jangan berusaha keras memoles bagian luar karena itu tidak lebih penting dari apa yang terpancar dari dalam. Sediakanlah waktu untuk memperindah dan mempercantik karakter. Sediakanlah waktu untuk berdoa dan mempelajari Firman Tuhan.
- Ayat 5-6: Petrus mengingatkan pembaca suratnya akan perempuan-perempuan kuduus dahulu, dandanannya adalah menaruh mengharapannya kepada Allah dan (sekali lagi Petrus menekankan) tunduk kepada suami. Seperti ketaatan Sara kepada Abraham dan menamai dia tuannya. Perempuan yang meneladani Sara akan disebut anak-anaknya. Sebagai catatan seperti laki-laki yang beriman disebut son of Abraham, maka perempuan yang beriman disebut daughter of Sara. Tetap berbuat baik dan tunduk kepada suami, tidak mengkhawatirkan banyak hal karena berharap kepada Tuhan. Pesan ini sejalan dengan yang ditulis dalam Amsal: Kemolekan adalah bohong dan kecantikan adalah sia-sia, tetapi
isteri yang takut akan TUHAN dipuji-puji (Amsal 31: 30). - Ayat 7: Bagian ini adalah nasihat kepada suami. Agar hidup bijaksana dengan istrinya. Sekalipun istri harus tunduk kepada suami, tapi suami harus menghormati mereka sebagai teman pewaris dari kasih karunia Allah. Dalam keluarga yang adalah tubuh Kristus, baik suami maupun istri sama-sama punya hak yang sama dalam menerima kasih karunia Allah, kehidupan yang kekal itu. Karena itu, relasi antara suami dan istri tetaplah setara di hadapan Tuhan. Dan dibagian akhir Petrus menambahkan: supaya doamu jangan terhalang. Baik buruknya relasi suami dan istri berpengaruh pada doa kepada Tuhan. Hubungan kita dengan Allah tidak akan bisa sempurna jika hubungan kita dengan sesama bermasalah. Maka penting bagi kita untuk hidup berdamai dengan semua orang, terutama dengan pasangan kita. Baik pasangan kita maupun diri kita bukanlah pribadi yang sempurna, karena itu kita perlu belajar untuk saling menerima bukan saling menyalahkan.
Aplikasi
- Semakin kita banyak belajar Firman Tuhan, mestinya semakin terlihat dari perbuatan kita terhadap orang lain, terutama dalam keluarga kita. Banyak pelayan Tuhan yang aktif di gereja tapi suami atau anaknya kurang aktif. Dari bahan PA ini kita belajar bahwa selain mengajak, kita juga perlu menunjukkan sikap hidup yang mencerminkan iman kita. Dari perkataan, perbuatan, dan cara memperlakukan orang lain terlihat kualitas iman kita. Ada perubahan ke arah lebih baik dari kita, sehingga melalui itu kita menjadi inspirasi bagi keluarga yang belum terlalu aktif dalam beribadah. Kita harus mengajak mereka, tapi bukan dengan paksaan ataupun kemarahan. Sering terjadi kita bisa bijaksana dan sabar ketika di dunia pelayanan, tetapi di rumah kita menjadi sangat mudah marah melihat yang kurang sesuai dengan keinginan. Yang dilihat oleh keluarga kita semakin rajin di pelayanan justru semakin sering marah-marah di rumah. Ini namanya kita menjadi batu sandungan. Iman dan perbuatan harus sejalan, itu bisa menjadi jalan kita memenangkan orang lain termasuk anggota keluarga kita. Jadilah contoh yang dapat diteladani.
- Tentang penampilan, kita tidak bisa memungkiri bahwa ini penting. Istri yang bijaksana tahu cara merawat dirinya, bisa berpakaian dan berdandan sesuai dengan karakter diri dan sesuai dengan kemampuan. Kita tidak perlu memaksakan diri untuk memenuhi standar kecantikan yang ada di iklan-iklan pemutih, pelangsing, sampai membeli produk kecantikan yang tidak sesuai kemampuan kita. Semua perempuan itu cantik, tapi kecantikan itu terpancar dari dalam hati. Hati yang tulus, perkataan yang lemah lembut dan bijaksana, dan sikap yang membuat damai dan tenteram adalah yang berharga. Membangun tubuh Kristus dalam keluarga bukan dengan kecantikan fisik melainkan takut akan Tuhan, dengan ketulusan hati untuk mengasihi dan mendoakan setiap anggota keluarga.
- Berdoalah bersama-sama, sebagai sebuah keluarga. Ada keluarga yang sama-sama berdoa tetapi tidak berdoa bersama. Mereka sedang bergumul tentang masa depan anak. Sang Bapak mendoakan agar anaknya masuk test Angkatan Darat, Sang Ibu mendoakan anaknya masuk kedokteran. Masing-masing dengan doanya. Bagaimana jika dalam satu atap saja kita tidak bisa meminta hal yang sama, bukankah dimana ada keluarga diam bersama hidup rukun, ke sanalah berkat-berkat Tuhan tercurah (Mazmur 133)? Maka sangat penting ada kesehatian dalam sebuah keluarga. Satu tubuh, yaitu tubuh Kristus.
Pdt Yohana Ginting-GBKP Rg Cibubur