SUPLEMEN PA MORIA 23-29 APRIL 2023, LUKAS 18:15-17
Bahan :
Lukas 18:15-17
Tema :
maba anak ku Jesus
Tujun :
-Meteh sura-sura piga piga kalak orang tua maba anakna man Jesus
-Mediate nandangi kegeluhen anak ibas dampar fisik, psikis, ras kiniteken selaku kula ni Kristus
Tingkat kedewasaan manusia salah satunya terukur dari umur yang dimilikinya, dan ini menjadi pandangan yang melekat dalam diri manusia. Termasuk tentang memahami kerajaan Allah secara umum kita berpikir bahwa kerajaan Allah tidaklah sederhana dan mampu dipahami semua kalangan. Sebab orang selalu mengidentikkan kerajaan Allah dengan perbuatan baik, lebih lagi bagi bangsa Yahudi kerajaan Allah selalu dikaitkan dengan hukum taurat dan segala tradisi mereka. Sehingga jika kita membaca perikop perikop sebelumnya Yesus lebih menekankan tentang bagaimana Allah memperhatikan orang orang yang dengan ketulusan memohon tak jemu jemu dan orang orang yang merasa malu atas keberdosaaannya ketimbang orang yang merasakan bahwa dirinya lebih benar lebih bersih daripada orang lain. Ini menunjukkan kepedulian Yesus terhadap orang orang yang tidak dianggap di tengah kalangan iman orang orang Yahudi.
Dalam bacaan dikisahkan bahwa orang orang membawa anak anaknya kepada Yesus supaya Dia menjamah anak anak itu. Ini tentu menunjukkan kepercayaan orangtua terhadap Yesus sebagai sumber berkat. Lalu bagaimanakah moria sebagai perannya sebagai orangtua, percayakah kita untuk menyerahkan anak anak kita dalam kuasa Tuhan dan penyertaan Tuhan? Tentu harusnya sebagai orang orang yang sudah merasakan kuasa dan penyertaan Tuhan kita pun harusnya membawa anak kita karena mereka juga adalah bagian dari kerjaan sorga
Muri murid juga terjebak dalam kesalahan pemahaman. Keberadaan anak anak kecil sebagai empunya kerajaan sora tidaklah dipahami oleh murid murid Yesus, oleh karenanya mereka melihat kehadiran anak anak juga permintaanya itu sebagai sesuatu yang harus disingkirkan sehingga mereka memarahi orang orang itu. Ketidak mampuan kita memahami kerajaan Allah akan membuat kita membatasi kerajaan Allah itu. Oleh karenanya pikiran kita harus diubah dengan memandang luas seperti cara pandang Yesus yang memperhatikan dan mempedulikan orang orang yang tidak diperhitungkan termasuk anak anak yang terkadang punya kurang tempat dalam pelayanan. Kita pun seringkali menjadi orangtua yang merasa anak anak belum memahami dan belum perlu banyak tahu tentang kerajaan sorga. Sehingga tidak jarang anak anak kita terlambat untuk belajar dan mengenal Allah serta kerajaan sorga itu.
Kita harus melihat seperti cara pandang Yesus yang menempatkan anak anak sebagai sang empunya kerajaan sorga. Secara sederhana kita bisa memahami bahwa Allah tidaklah menuntut kesempurnaan dari umat yang menyembahNya sama seperti Ketika Yesus menerima anak anak itu Dia tidak menuntut anak anak itu untuk cukup memahami apa yang mereka terima tetapi Yesus jauh lebih peduli tentang ketulusan anak anak itu dan apa yang Yesus bisa berikan terhadap kepolosan anak anak itu. Yang Allah inginkan juga adalah penyerahan diri totalitas atas keberadaan diri kita, kerinduan dan kebutuhan kita akan belas kasih Allah atas dosa dosa kita sama seperti hati anak anak yang mencari Yesus.
Moria memiliki tanggungjawab besar untuk membawa anak anak kepada Yesus, artinya moria harus mempercayakan anak anak kepada Tuhan dan memperkenalkan Tuhan kepada anak anak sehingga mereka bisa menjadi bagian dalam kerajaan sorga. Tidaklah menunggu nanti Ketika mereka dewasa tetapi mulai dari saat ini, dalam keberadaan diri mereka apa adanya karena itulah yang diminta Tuhan dari kita keberadaan diri kita apa adanya tanpa dosa yang terselubung tanpa keserakahan yang menomorduakan orang lain, tanpa ketinggian hati yang merendahkan orang lain. Demikianlah car akita membawa anak anak kita kepada Yesus, tidak sekedar membawanya ke gereja atau ke pa atau memperdengarkan renungan tetapi menghidupi sikap yang benar dan seturut kehendak Tuhan yang menjadi teladan bagi anak anak kita. Dengan demikian kita telah membawa mereka kepada Tuhan dengan membawa mereka dengan sikap yang layak untuk menghampiri Tuhan bukan dalam kesempurnaan tetapi dengan kesadaran diri serta kerinduan kepada Tuhan.
Pdt. Maria Endamalem Br Sitepu, S.Th
GBKP Rg. Surabaya