SUPLEME PA MAMRE 19-25 MEI 2024, KOLOSE 3:12-17
Ogen :
Kolose 3:12-17
Tema :
Dame Kristus Singajari Erbahan Keputusen
Tujun:
1. Meteh muat keputusen bagi si iajarken Kristus
2. Muat bagin milih serayan bagi si ikelengi ras ipilih Dibata
1. Pendahuluan
Sebuah ungkapan dalam kehidupan sehari-hari yang tidak asing lagi untuk kita dengar, mengatakan “Hidup adalah Pilihan” atau “Setiap hari kita diperhadapkan dengan banyak pilihan”. Sheena Lyengar (Peneliti dari Colombia Business School) menemukan bahwa rata-rata manusia membuat 70 keputusan setiap harinya, 2100 tiap bulan artinya kurang lebih 25.000 tiap tahun. Dari pilihan-pilihan tersebut beberapa pilihan memiliki konsekuensi yang serius dan ada yang biasa-biasa saja. Mau tidak mau atau senang tidak senang kita harus menentukan pilihan, pilihan itulah Keputusan kita yang harus kita pertanggung jawabkan.
Kita pasti pernah bergumul bahkan sering bergumul dengan pilihan-pilihan yang harus kita buat dalam hidup kita. Kita memiliki kehendak dan hak untuk menentukan pilihan kita yang menjadi Keputusan kita. Kita tidak bisa menentukan Keputusan kita dengan perkiraan atau dengan tebakan, apa lagi dengan memakai kata-kata “Kira-kira” atau “Mungkin”. Kita harus mengambil Keputusan dengan tepat, tepat waktu jangan sampai terlambat atau tepat sasaran jangan sampai salah orang. Tuhan menginginkan kita untuk menentukan Keputusan kita dengan Penuh Hikmat dan Bijaksa, jangan hanya mengandalkan pengetahuan dan pengalaman semata, tetapi lebih kepada keinginan dan kehendak Tuhan. Hal inilah yang dibahas dalam nats kita kali ini.
2. Uraian Teks
Kitab Kolose adalah kitab yang ditulis oleh Rasul Paulus, ditujukan kepada orang-orang yang percaya kepada Kristus. Dalam surat ini, Paulus membahas masalah yang muncul di kalangan umat gereja di Kolose, khususnya munculnya pengajaran-pengajaran sesat atau guru-guru palsu yang berusaha melemahkan otoritas Tuhan dan kebenaran tentang Yesus. Paulus berusaha keras untuk memerangi ajaran-ajaran sesat atau guru-guru palsu ini dengan kebenaran Injil.
Ayat 12-14, “Karena itu, sebagai orang-orang pilihan Allah yang dikuduskan dan dikasihi-Nya, kenakanlah belas kasihan, kemurahan, kerendahan hati, kelemahlembutan dan kesabaran”
Dalam ayat ini Paulus menjelaskan bahwa mereka itu (Jemaat di kolose) adalah pilihan Allah. Penegasan ini disampaikan oleh Paulus kepada jemaat karena pengajaran-pengajaran sesat itu telah masuk ke jemaat dan telah mempengaruhi jemaat dalam pemahamannya sehingga mereka memiliki keraguan apakah benar mereka sebagai orang-orang pilihan Allah.
Selanjutnya Paulus menekankan bahwa jemaat itu adalah umat pilihan Allah, yang sudah mendapatkan pengudusan dari Allah serta dilayakkan sebagai umat-Nya. Dengan demikian sebagai umat Allah juga haruslah memiliki sifat pengampunan, memafkan serta tidak menaruh balas dendam, karena Allah kita juga sudah mengampuni dan tidak berbalas dendam kepada kita, seperti tertulis dalam ayat 13 “Sabarlah kamu seorang terhadap yang lain, dan ampunilah seorang akan yang lain apabila yang seorang menaruh dendam terhadap yang lain, sama seperti Tuhan telah mengampuni kamu, kamu perbuat jugalah demikian”
Dengan demikan sebagai umat yang ditebus hendaknyalah umat itu menunjukkan cara kehidupan yang sesuai dengan kehendak Tuhan serta bagaimana seharusnya orang yang sudah ditebus. Dalam hal ini dapat juga dikatakan harus mengenakan pakaian yang baru karena yang lama sudah dibuang, dalam artian sebagai orang-orang pilihan Allah harus mengenakan, memakai atau melakukan belas kasihan, kemurahan, kerendah hatian, kelemah lembutan dan kesabaran. Inilah tanda-tanda orang yang sudah hidup baru, sebagai umat yang dikasihi dan diampuni harus memiliki belas kasihan, karena kasih adalah pengikat yang mempersatukan dan yang menyempurnakan, seperti yang dikatakan dalam ayat 14 “Dan di atas semuanya itu: kenakanlah kasih, sebagai pengikat yang mempersatukan dan menyempurnakan”
Hidup bagaimana selayaknya sebagai umat Allah merupakan suatu keharusan bagi pengikut Kristus, karena sejak Kristus mati bagi orang-orang berdosa, kita telah meyerahkan hidup kita kepada-Nya, berarti kita harus menggati pakaian kita yang lama dengan yang baru atau disebut dengan Hidup Baru atau Lahir Baru. Kita tidak lagi menjadi budak dosa karena kita sudah ditebus, oleh karena itu harus ada perubahan dalam hidup kita. Perubahan itu dilakukan dari dalam hati kita supaya perubahan hidup yang kita upayakan itu benar-benar memiliki pengaruh dalam hidup kita begitu juga berdampak bagi orang lain.
Ayat 15-17 “Hendaklah damai sejahtera Kristus memerintah dalam hatimu, karena untuk itulah kamu telah dipanggil menjadi satu tubuh. Dan bersyukurlah”
Ketika Kasih dikenakan dalam hidup kita sebagai pengikat hidup bersaudara satu dengan yang lain yang telah mampukan menerima kekurangan dan kelebihan serta mampu mengampuni sehingga menjadi satu tubuh dalam Kristus, dengan demikian semuanya secara bersama-sama dapat bersyukur kepada Tuhan karena sudah merasakan bukti nyata dari damai Sejahtera itu. Setelah itu terjadi, dalam ayat 15 ini selanjutnya Paulus mendoakan dan menghendaki supaya “Damai Sejahtera Kristus” memerintah dalam hati jemaat. Setiap orang pasti menghendaki serta merasakan kedamaian dalam hidupnya, ini juga merupakan pilihan yang harus kita putuskan dalam hidup kita masing-masing, mengikut Kristus dan menjalankan kehenda-Nya serta menerima damai Sejahtera atau meninggalkan Kristus dan tidak menjalankan kehendak-Nya serta ketidaktenangan dalam hidup.
Sebagai orang yang dipanggil dan dipilih oleh Allah, yang dikuduskan dan dikasihi hendaknya ada damai sejahtera Kristus memerintah dalam hati kita, sehingga dalam setiap permasalahan atau tantangan yang ada selalu dihadapi dengan hati yang tenang serta kita dapat mengambil pilihan dan Keputusan sesuai dengan kehendak Tuhan yang dapat memberikan suka cita dalam hidup kita. Yesus mampu menenangkan angin topan yang menghardik kapal yang ditumpangi-Nya serta murid-murid yang hampir tenggelam, lebih dari itu juga memberikan kedamaian hati bagi para murid-murid karena gelombang laut dan angin kencang telah ditenangkan. Kekacauan yang ada di alam semesta saja bisa ditenangkan dan damai, apa lagi hidup kita. Sehingga Paulus mengatakan “Hendaklah” atau dengan kata lain “Biarkanlah” damai Kristus yang memerintah hati dan hidup kita, serta membiarkan Kristus meminpin dan menuntun kita ke mana IA mau.
Ayat 16 “Hendaklah perkataan Kristus diam dengan segala kekayaannya di antara kamu, sehingga kamu dengan segala hikmat mengajar dan menegur seorang akan yang lain dan sambil menyanyikan mazmur, dan puji-pujian dan nyanyian rohani, kamu mengucap Syukur kepada Allah di dalam hatimu” Paulus juga tetap memakai kata “Hendaklah” kata ini begitu berpengaruh ke dalam kehidupan manusia karena dari kata hendaklah ini dituntut benar-benar orang tersebut untuk menyerahkan Tubuh, Jiwa serta Roh kita kepada Tuhan tanpa ragu-ragu. Yang diinginkan Paulus di sini adalah hendaknya perkataan Kristus diam dalam hati, jika perkataan Kristus yang berdiam dalam hati kita secara otomatis perkataan yang kita keluarkan dari mulut kita adalah perkataan yang mempersatukan bukan perkataan yang memecah, serta dalam situasi yang sulit sekalipun perkataan yang kita ucabkan adalah perkataan yang tidak salah pilih tapi juga menyenangkan hati Tuhan dan sesama kita. Bahkan buah yang dihasilkan dari perkataan kita adalah mengajar dan menegur dalam kasih serta perkataan rasa syukur kepada Tuhan dan nyanyian Mazmur, himne dan nyanyian Rohani. Hal ini harus menjadi respon yang wajar bagi setiap orang Kristen yang telah dipilih dan dikasihi Tuhan.
Ayat 17 “Dan segala sesuatu yang kamu lakukan dengan perkataan atau perbuatan, lakukanlah semuanya itu dalam nama Tuhan Yesus, sambil mengucap syukur oleh Dia kepada Allah, Bapa kita” “Apa pun yang dilakukan” oleh jemaat dalam hidupnya haruslah menyadari bahwa mereka adalah umat kepunyaan Allah, bukan berarti mereka dapat melakukannya sesuka hati tanpa melihat dan mempertimbangkan apakah yang mereka lakukan itu menyenangkan hati Tuhan atau tidak. Supaya apa yang ingin dan hendak dilakukan oleh orang-orang pilihan Allah itu tidak salah maka Paulus menekankan supaya melakukannya dalam Nama Tuhan Yesus, dengan demikian setiap Tindakan dan perkataan yang hendak mereka lakukan pasti dipikirkan berulang-ulang, dengan kata lain “Berpikir dahulu sebelum bertindak dan berkata-kata”.
3. Refleksi
1. Saat kita memikirkan rutinitas sehari-hari, berpakaian adalah salah satu hal pertama yang kita lakukan. Kita memilih pakaian berdasarkan cuaca, suasana hati, atau aktivitas yang kita rencanakan hari itu. Namun dalam pembahasan kita kali ini mengingatkan kita supaya kita menyadari bahwa kita itu adalah orang-orang yang sudah dipilih Tuhan dengan cara menebus kita dari dosa-dosa kita. Dengan demikian hendaknyalah kita menjadi umat yang mengenakan pakaian baru atau hidup baru di dalam nama Tuhan. Dengan pembahasan kita kali ini diharapkan agar MAMRE juga menyadari bahwa ia adalah orang-orang pilihan Allah, bukan dengan kebetulan tetapi Allah memiliki tujuan agar MAMRE selalu mengenakan dan memperlihatkan sifat Imam, Kepala dan Pemimpin baik di Tengah-tengah keluarga, gereja serta Masyarakat.
2. Pakaian Rohani yang disarankan untuk kita kenakan itu adalah: Belas kasihan, kebaikan hati, kerendahan hati, kelembutan, dan kesabaran. Inilah hakikat karakter Tuhan, ketika kita mengenakan kebajikan-kebajikan ini pada diri kita, kita tidak hanya meniru Tuhan, tetapi kita menjadi semakin serupa dengan-Nya. Kita membiarkan sifat-Nya membentuk karakter kita dan mempengaruhi tindakan kita. Belas kasihan adalah pakaian yang dapat merasakan penderitaan orang lain dan tergerak untuk membantu. Kebaikan adalah pakaian yang mencerminkan kebaikan Tuhan, bagaimana memperlakukan orang lain dengan hormat dan bermartabat tanda melihat perbedaan. Kerendahan hati adalah pakaian tentang mengenali keterbatasan kita dan mengakui ketergantungan kita pada Tuhan serta menempatkan kebutuhan orang lain di atas kebutuhan kita sendiri. Kelembutan adalah pakaian yang mencerminkan tenang, damai, dan sabar, serta bagaimana memperlakukan orang lain dengan perhatian, hormat, mendengarkan dan memahami. Kesabaran adalah pakaian yang mencerminkan kesabaran Tuhan menunggu anak-anak-Nya datang kepada-Nya, begitu juga kita bersabar menghadapi orang lain dan terhadap kehidupan ini, lebih dari itu kita sabar menunggu waktu Tuhan dan percaya pada rencana-Nya. Ketika kita mengenakan pakaian khusus ini, kita memilih untuk menunggu, percaya, dan berharap. Sifat-sifat keilahian inilah yang harus diusahan MAMRE agar setiap Keputusan yang diambil sesuai dengan kehendak Tuhan, seperti tujuan PA MAMRE: Meteh muat keputusen bagi si ajarken Kristus.
3. Paulus mendoakan dan meminta kepada jemaat hendaknya damai Sejahtera Kristus memenuhi hati mereka. Perasaan damai merupakan hal yang terpenting dalam hidup kita, apa lagi sebagai MAMRE yang memang dalam kehidupannya identik dengan pikiran, sehingga pikiran dan hati yang tenang itu sangat menentukan sekali dalam mengambil sikap untuk menentukan pilihan serta Keputusan. Ini sangat perlu direnungkan dan diusahakan agar tidak salah pilih. Hal ini juga berkaitan dengan tujuan PA MAMRE: Muat bagin milih serayan bagi si ikelengi ras ipilih Dibata. MAMRE memiliki peran penting dalam pemilihan Serayan ini, karena sangat menentukan bagimana nantinya kemajuan jemaat kedepannya, untuk itu Datanglah ke pemilihan, Berdoalah agar Tuhan yang menuntun, Pilihlah Hamba Tuhan kemudian Dukunglah.
4. Kesimpulan
1. Paulus, dalam suratnya kepada jemaat Kolose, mengajak kita untuk berpikir tentang berpakaian dengan cara yang berbeda. Paulus mendorong kita untuk mengenakan kebajikan-kebajikan yang mencerminkan sifat ilahi Allah. Ini bukan pakaian fisik, tapi pakaian rohani. Ini tentang menghiasi karakter kita dengan kualitas yang mencerminkan karakter Tuhan.
2. Palus menekankan Hendaklah Damai Kristus ada dalam hati. Damai itu adalah Firman Kristus berlimpah dan nyata dalam hidup kita, dengan demikian memberikan rasa tenang dan damai untuk melakukan dan menentukan Keputusan yang benar dan tepat. Seperti tema kita: Dame Kristus Singajari Erbahan Keputusen.
3. Damai Kristus juga menjadikan pikiran, perkataan dan perbuatan kita akan selaras dengan kehendak Tuhan. Serta mengajari kita untuk membentuk sikap dan perilaku kita, bahkan berurusan dan berinteraksi dengan orang lain walaupun situasi sulit sekalipun.
4. Banyak faktor mambuat perkataan dan perbuatan seseorang, ada orang yang ketika bicara dan bersikap bisa begitu halus dan sopan, sedangkan seseorang lainnya bersikap kasar dan mudah mengeluarkan kata-kata jorok dan umpatan. bisa faktor watak dan identitas yang bersangkutan, ada faktor siapa yang jadi panutan atau teladannya, ada juga faktor lingkungan. Bergaullah dengan Tuhan dan mintalah hikmat dari pada-Nya.
Pdt. Julianus Barus-Runggun Bandung Pusat