• WhatsApp Image 2022 02 11 at 11.07.57

  • 20170204 143352
  • 1 peresmian rumah dinas surabaya
  • WhatsApp Image 2022 02 11 at 11.07.58
  • pencanangan tahun gereja bks dps
  • WhatsApp Image 2022 02 11 at 11.07.57 1
  • BPMK GBKP KLASIS BEKASI DENPASAR PERIODE 2020-2025
  • PERESMIAN RUMAH PKPW GBKP RUNGGUN SURABAYA

Jadwal Kegiatan

Kunjungan Moderamen GBKP ke GBKP Klasis Bekasi-Denpasar

Minggu 14 Mei 2017:

1. GBKP Runggun Bandung Pusat

2. GBKP Runggun Bandung Timur

3. GBKP Runggun Bandung Barat

4. GBKP Runggun Bekasi

5. GBKP Runggun Sitelusada

MINGGU 01 OKTOBER 2023, KHOTBAH IBRANI 9:1-8

Invocatio :

“Sebab cinta untuk rumahMu menghanguskan aku, dan kata-kata yang mencela Engkau menimpa aku.”(Mazmur 69:10)

Ogen :

Hagai 2:1-9 (T)

Tema :

Rumah Doa Adalah Tempat Yang Kudus

Ada penggalan lagu rohani yang syairnya “…Jadikan aku bait suciMu yang kudus dan yang tiada bercela, jadikan aku mezbah doaMu bagi keselamatan bangsaku…” melalui lagu ini kita diajak untuk melihat dan merasakan betapa pentingnya bait suci atau mezbah doa yang sesungguhnya, untuk menyatakan kemuliaan Tuhan di tengah kehidupan. Tentunya hal ini menyangkut kesiapan ‘rumah doa’ yang dalam hal ini keberadaan hidup setiap orang percaya, juga pengadaan dan pemeliharaan fisiknya sebagai tempat persekutuan umat Allah. Keduanya adalah penting untuk bersama-sama terjaga.

Gereja diartikan sebagai diri pribadi setiap umat Tuhan sekaligus juga suatu tempat beribadah dan doa. Di dalam minggu perawatan inventaris gereja, kita memahami tentang pentingnya pertumbuhan iman setiap umat Tuhan melalui pelayanan gereja, agar setiap pribadi yang telah mengalami pertumbuhan iman pun, membuahkan sikap yang mau dan bersedia membangun, merawat, menjaga gereja sebagai bangunannya dan memperhatikan setiap kebutuhannya dalam keadaan baik. Penting sekali terlebih dahulu kita memahami bahwa Rumah Doa Adalah Tempat Yang Kudus. Kekudusan sangat penting dalam persekutuan dengan Tuhan, karena Tuhan adalah Allah yang Kudus. Sehingga kehidupan umatNya dan perjumpaan denganNya juga adalah kudus. Menjaga kekudusan adalah tugas setiap jemaat gereja. Lalu bagaimana kita telah membangun dan merawat gereja saat ini?

Penjelasan Teks

Ibrani 9:1-8 Surat ini ditujukan kepada orang-orang Kristen, sebagai peneguhan iman agar tetap bertahan dalam penderitaan dan tidak berpaling dari Yesus. Penulis surat Ibrani menekankan pentingnya pengenalan yang sungguh akan Yesus, sebagai Imam Yang Agung yang memimpin pada kekudusan hidup dan keselamatan, yang tentunya patut untuk dipercaya/diimani. Tuhan telah menyediakan tempat perjumpaan yang kudus denganNya yang nantinya layak menjadi bagian setiap umat yang setia kepadaNya. Namun, selama kita masih hidup tentunya tempat perjumpaan saat ini, juga harus tetap dijaga agar setiap umat semakin merindukan kehadiran Tuhan dalam hidupnya.

Yesus sebagai imam. Gambaran tugas seorang imam tidaklah asing bagi mereka, karena di dalam tradisi agama Yahudi, seorang imam memiliki peran penting dalam peribadahan. Imam besar digambarkan sebagai wakil umat dihadapan Allah, khususnya dalam hal memberi persembahan dan mengaturkan pelaksanaan juga keperluan peribadahan.

Ay 1-6 Menekankan kembali bagaimana pentingnya tempat perjumpaan dengan Allah yang kudus, dalam ibadah seperti perjanjian yang pertama. Sejak Israel membangun Kemah Suci di zaman Musa sebagai tempat umat berjumpa dengan Allah, semua sudah dirancang dalam inisiatif Allah sendiri dan diaturkan sedemikian rupa. Walaupun bangunan dan perkakasnya buatan manusia, tapi arti kekudusannya penting untuk terus dijaga, karena ibadah melibatkan kehadiran Allah. Sehingga segala sesuatu yang diperlukan untuk peribadahan juga harus diperhatikan. Seperti pada Kemah Perjumpaan, disediakan kaki dian, meja roti sajian, mezmah bakaran, tempat tabut perjanjian, buli-buli berisi manna, tempat tongkat Harus dsb. Ruang-ruang didalamnya pun diaturkan batasnya dan fungsinya yang dibedakan dengan tirai penutup.

Semua ini bertujuan agar umat memahami bahwa setiap hal dalam ibadah, bertujuan untuk merasakan berharganya perjumpaan antara umat dan Allah. Sehingga segala sesuatunya harus dipersiapkan dengan baik (termasuk hati yang mempersiapkannya dan keperluan pendukung lainnya)

Ay 7-10 Kemah Perjumpaan adalah tempat kudus dan suci. Peribadahan yang dilakukan pun tidak dapat sembarangan dan sekedar saja. Para imam yang bertugas mengaturkannya pun, tidak bisa sesuka hati untuk masuk ke dalamnya. Orang Israel sebagai umat dapat masuk sampai ruangan paling luar dari kemah pertemuan, untuk memberikan persembahan mereka kepada para imam. Seorang imam biasa dapat masuk hingga ruang depan yaitu ruang kudus. Sedangkan yang dapat masuk ke ruang Maha Kudus tempat dimana Allah berkenan hadir, hanya seorang Imam Besar. Itu pun kesempatan sekali dalam setahun.

Batasan-batasan ini punya makna yang dalam. Walaupun bangsa Israel adalah umat pilihan Tuhan, mereka juga tidak serta merta terbebas dari dosa. Seorang Imam Besar pun tidak dapat masuk keruang Maha Kudus tanpa keperluan membawa darah persembahan (ay 7), karena persembahan korban bakaran sebagai lambang penyucian dosa yang sementara bagi dirinya sendiri mau pun bangsa Israel.

Lebih dalam lagi, penulis surat Ibrani ingin memberikan pengertian tentang Kristus sebagai Imam Besar yang akan datang bagi kita semua dalam perjanjian yang baru (ay 11). Yesus Kristus adalah kurban yang Agung sehingga melalui Dia umat menerima pengampunan dan pengudusan yang sempurna. Karena itulah perjumpaan dengan Yesus menjadi istimewa bagi setiap orang percaya. Termasuk dalam ibadah dan tempat perjumpaannya.

Penulis Ibrani menunjukkan bagaimana Bait Allah berguna sebagai tempat beribadah dan perjumpaan yang Kudus. Tetapi semua itu tidak dapat menyucikan diri kita sebagai manusia berdosa. Seperti perbedaan antara membilas dan mencuci piring. Kedua kegiatan itu melibatkan air, tetapi mencuci melibatkan unsur lain, yaitu sabun. Piring yang hanya dibilas mungkin terlihat bersih, tetapi belum layak untuk dipakai. Harus dicuci dulu kemudian dibilas. Analogi itu menggambarkan fungsi Bait Allah dalam peribadahan, menjadikan kita bersih, namun akan menjadi layak jika didalamnya terjadi perjumpaan dengan Yesus yang sungguh.

Ibadah yang dilakukan manusia bisa saja terdapat kekurangan. Pengadaan dan perawatan berbagai sarana dan prasarananya pun pasti ada kelemahannya. Namun itu semua tidak menjadi alasan untuk melakukan ibadah dengan sembarangan. Ibadah yang dikerjakan manusia memang bukan kesempurnaan akhir, karena Yesus Kristus sebagai Imam Besar yang akan menyempurnakannya. Tetapi tetap diperlukan setiap aturan dan ketentuan yang berlaku dalam mendukung berjalannya ibadah, sebagai bukti kesungguhan hati kita percaya dan berbakti kepada Allah.

Hagai 2:1-9 Kitab Hagai merupakan peringatan yang disampaikan kepada seluruh bangsa Yehuda paska pembuangan. Setelah kembali menetap di Yehuda, mereka tidak langsung membangun reruntuhan Bait Allah yang telah dihancurkan saat peperangan. Bertahun-tahun lamanya mereka diam dan tidak memperhatikan pentingnya tempat perjumpaan antara umat dengan Allah, karena sibuk dengan kehidupan masing-masing. Sehingga Nabi Hagai menekankan akan pentingnya Bait Suci sebagai tempat perjumpaan dan wujud kehadiran Tuhan diantara mereka. Tanpa kehidupan iman dan kesungguhan beribadah tentunya mereka kehilangan arti berkat-berkat Tuhan. Padahal kepulangan mereka ke Yehuda dan perjalanan kehidupan mereka adalah pemberian Tuhan. Nabi Hagai memberikan teguran agar kembali mengutamakan ketaatan kepada Tuhan melalui pembangunan Bait Suci.

Walaupun tidak mudah untuk melanjutkan pekerjaan itu, tetapi Hagai memberitakan tentang janji Tuhan, bahwa penyertaan dalam RohNya adalah tetap. Sehingga umat Tuhan tidak perlu takut (ay 5). Dalam kemuliaan dan kuasa Tuhan, segala sesuatu dapat dibaharuiNya. Tuhan menjamini apa yang diperlukan umatNya untuk beribadah kepadaNya karena semesta ini pun adalah kepunyaanNya (ay 6-8). Dalam hal ini kita pun dapat memahami bahwa dalam membangun tempat perjumpaan yang kudus di dalam Tuhan, umatNya harus bersatu hati. Karena tugas yang sesungguhnya bukan hanya untuk membangun fisiknya saja tetapi juga membangun kerinduan akan pentingnya tempat perjumpaan untuk beribadah dan berdoa kepada Tuhan. Dalam kebersamaannya masing-masing dapat meneguhkan kembali panggilan sebagai umat Tuhan.

APLIKASI

Gereja tempat perjumpaan umat dengan Tuhan yang terjadi dan terlihat bagi dunia ini. Sehingga sebagai orang yang percaya kepada Kristus kita adalah anggota gereja yang harus menjaga kesungguhan bakti kepada Tuhan dan meneguhkan semangat pembangunan dalam rumah Tuhan yang kudus. Untuk dapat melakukan peribadahan yang sungguh, tidak dapat dibandingkan atau ditentukan hanya oleh mewahnya perkakas ibadah atau keindahan bangunan gereja yang digunakan. Karena bukan itu yang menentukan kekudusan peribadahan. Melainkan kesungguhan hati dan fokus dalam melaksanakannya dihadapan Tuhan.

Namun sebagai pendukung ibadah yang baik, seluruh keperluannya tetap penting untuk disediakan, dijaga dan dirawat. Diberlakukan aturan dan disiplinnya. Agar setiap kali kita sebagai umat Tuhan berjumpa dalam ibadah, kita semakin merasakan kehadiran Tuhan, tidak sembrono dan memandang sepele arti ibadah. Maka seseorang yang mengerti dan mengalami ibadah yang sungguh, pasti tidak enggan untuk memberi diri memperhatikan segala kebutuhan ibadahnya.

Belajar dari pesan Tuhan melalui jemaat pembaca surat Ibrani juga semangat yang dibangkitkan Hagai bagi umat Tuhan, maka kita pun harus merindukan persekutuan yang indah dengan Tuhan dan sesama umatNya di dalam gereja. Walaupun realitanya masih banyak kendala yang dihadapi dalam pembangunan dan perawatan gereja, misalnya kurangnya SDM yang peduli dan mau ambil bagian, kebutuhan biaya yang cukup besar untuk pengadaan dan perawatan rutin gereja agar layak pakai, tantangan dari keamanan dan kenyamanan gereja, bisa juga karena perpecahan dalam jemaat yang menyulitkan fokus memperhatikan gereja juga tantangan yang datang dari sulitnya izin membangun dan izin beribadah dsb.

Kita percaya, seperti kerinduan Daud akan rumah Tuhan semakin menggebu-gebu terlebih karena begitu banyak musuh-musuh dan tantangan yang dihadapinya (bdk Invocatio), Daud tidak surut dalam kesungguhan hatinya untuk terus percaya akan penyertaan Tuhan. Juga seperti jaminan yang Tuhan janjikan bagi bangsa Yehuda untuk memnangun kembali bait suci, janji itu juga menjadi bagian kita. Tuhan akan menyertai dan tidak akan membiarkan rumahNya yang kudus hancur. Oleh sebab itu bangunlah semangat untuk turut memperhatikan gereja. Karena inilah wadah pertumbuhan iman kita. Amin.

Pdt Deci Kinita Br Sembiring-Rg Studio Alam

MINGGU 17 SEPTEMBER 2023, KHTOBAH FILIPI 1:12-17

Invocatio

: Jagalah hatimu dengan segala kewaspadaan, karena dari situlah terpancar kehidupan (Ams. 4:23).

Ogen

: 1 Raja-raja 11:26-39 (Responsoria)

Tema

: Setiap saat Memberitakan Kabar Baik (Katawari Pe Meritaken Berita Si Meriah)

 

1. Pendahuluan

Minggu ini merupakan minggu yang ke-XV setelah Trinitas, dan minggu ini kita diingatkan kembali mengenai HUT Permata GBKP yang ke 75 tahun. Ulang tahun yang ke-75 merupakan lambang kemuliaan dan keabadian. Kehadiran Permata merupakan tanda kasih setia Allah terhadap kesinambungan gerejaNya di tengah-tengah dunia ini. Umur 75 tahun ini disebut Diamond (berlian). Di umur yang ke 75 ini diharapkan Permata dapat menjadi seperti berlian: semakin bersinar, berharga, dan semakin bernilai. Sifat berlian menggambarkan keteguhan yang diberikan untuk bisa menghadapi berbagai kesulitan hidup, semakin matang dalam mengelola dan menghadapi permasalahan dalam kehidupannya. Bertambah umur semestinya mampu untuk berbuat dan mempersiapkan diri dalam memahami panggilan Tri Tugas Gereja yaitu bersaksi, bersekutu dan melayani begitupula agar permata GBKP dapat mewujudnyatakan kehendak Allah di tengah-tengah gereja, keluarga, masyarakat, bangsa dan negara.

2. Pendalaman Teks

Khotbah, Di dalam Kitab Kisah Para Rasul menjelaskan bahwa Filipi merupakan kota yang pertama sekali dikunjungi oleh Rasul Paulus setelah ia menyebrang dari Asia kecil menuju Eropa tenggara (bnd. Kis. 16:11-12). Filipi ini merupakan kota penting di Makedonia dan berada diujung timur dari jalur utama yang dinamakan jalur egnasia. Jalur ini biasanya dipakai oleh para pedagang dan pasukan Romawi untuk membawa barang dan perlengkapan dari wilayah timur. Surat Filipi ini termasuk kelompok surat Paulus yang disebut surat-surat dari penjara yang termasuk diantaranya Efesus, Kolose dan Filemon, karena surat ini ditulis oleh Paulus dari penjara. Dalam perikop ini bercerita tentang kesaksian Paulus dalam penjara dan nasihat supaya tetap berjuang dalam pemberitaan Injil.

Paulus mengetahui keprihatinan jemaat yang ada di Filipi atas dirinya atas pemenjaraan yang dialaminya. Itulah sebabnya, seperti kebanyakan surat yang ditulis Paulus, Rasul ini merasa perlu untuk memberitahukan keadaan dirinya. Paulus pun memberitahukan kabar baik untuk mereka. Di mana Paulus menceritakan tentang pemenjaraannya justru membawa kebaikan untuk kemajuan Injil. Di mana Kristus diberitakan di dalam penjara itu sendiri dan banyak yang percaya kepada Kristus dan bahkan memberikan dorongan yang kuat kepada setiap yang mendengar berita tentang Paulus. Di dalam kehidupan kita pun kalau kita sudah sangat menyayangi seseorang, apapun juga akan rela diberikan bahkan nyawa sekalipun. Inilah sikap Paulus terhadap Injil Yesus Kristus. Demi Injil, ia rela melakukan apa saja dan menderita karena Kristus. Apa pun yang terjadi tidak lagi penting baginya asalkan Kristus yang diberitakan.

Dalam bahasa Yunani prokope (kemajuan) yang dikatakan di dalam ayat 12 itu berasal dari sebuah kata kerja yang semula dipakai untuk seorang perintis yang dengan gigih membuka lahan baru. Pauluslah yang menulis surat Filipi dan jelas ditujukan kepada jemaat Filipi jadi artinya jemaat Filipi merupakan lahan baru bagi Paulus dan kemajuan itu mengalami dua arah. Yang pertama, penahanan Paulus diketahui banyak orang karena pemenjaraan Paulus oleh Kristus dimana banyak orang itu mencakup semua kalangan. Yang kedua, penahanan Paulus justru menjadi sumber dorongan bagi rekan-rekan Kristennya untuk mewartakan Kabar baik itu tanpa ada rasa takut lagi. Berdasarkan ayat ini Paulus tidak membicarakan penderitaan-penderitaannya. Karena dalam kalimat “apa yang terjadi atasku ini” ini sesungguhnya terkandung semua yang dirasakan oleh seorang yang dahulu bebas berkelana untuk memberitakan Injil, sekarang ditahan dan sangat mungkin dirantai siang dan malam. Dengan semua yang dialami justru mengakibatkan kemajuan Injil. Karena Rasul Paulus sangat meng-inginkan jemaat Filipi mengerti sepenuhnya bahwa penderitaan yang ia alami bukan suatu hukuman atas Paulus, tetapi penderitaan itu Tuhan pakai untuk mengabarkan Injil sehingga Injil tersebut mengalami kemajuan.

Ketika Paulus mengatakan kebanyakan saudara dalam Tuhan (ay. 14) sesungguhnya ini lebih mengacu kepada istilah dalam Tuhan yang menggambarkan suasana keyakinan sendiri bukan hanya sebatas sifat dari saudara. Di mana timbulnya keyakinan itu karena pemenjaraan Paulus sendiri yang membawa mereka untuk lebih berani lagi dalam memberitakan firman Allah. Paulus mampu menginspirasi jemaat Filipi dan menyadarkan jemaat Filipi bahwa setiap orang yang sudah percaya dan mau hidup di dalam Kristus harus sadar bahwa hidup atau mati ini semuanya hanya berfokus kepada Kristus. Dampak dari pemenjaraan Paulus tidak hanya dirasakan seluruh pengawal istana (ay.13) tetapi juga orang Kristen pada masa itu turut merasakan dampak dari maksud Tuhan atas hidup Paulus. Karena dengan apa yang dialami Paulus, berdasarkan ayat ini jelas dibuktikan bahwa banyak juga orang Kristen yang berani berkata-kata tentang firman Allah tanpa ada rasa takut. Kepercayaan yang penuh kepada Tuhan memberikan keberanian untuk menyampaikan kebenaran Kabar baik.

Dalam Perikop ini, Paulus memberitakan Kristus dengan sepenuh hati, tetapi ada saja orang yang yang menolak, melawan, dan mengolok-olok Kristus. Pada ayat 15a, 17 dijelaskan memberitakan Injil dengan maksud yang tidak baik. Ayat 15a dikatakan “ada orang yang memberitakan Kristus karena dengki dan perselisihan” dijelaskan bahwa Kristus sudah dikhotbahkan ataupun pesan tentang Kristus yang diberitakan, akan tetapi dibalik kabar baik ini, selalu ada juga cerita yang tidak begitu baik terkait dalam proses pemberitaan yaitu adanya motivasi yang salah atas pemberitaan Kristus itu sendiri. Adanya dengki (orang yang tidak mau melihat orang lain beruntung atau berbahagia (senang melihat orang susah)) dan terjadi perselisihan. Orang-orang yang melakukan itu merupakan orang-orang yang tidak sungguh-sungguh mengasihi Allah. Orang yang memiliki dengki itu adalah mereka yang ingin melawan Paulus karena cemburu atas pengaruh Paulus. Harapan mereka agar Paulus merasa sakit hati ataupun menyadari bahwa Paulus ada saingan, tetapi pada nyatanya sakit hati tersebut tidak pernah ada dalam pikiran Paulus. Memberitakan Kristus atas dasar perselisihan merupakan tindakan yang salah, karena itu bukan untuk memuliakan Tuhan tetapi merujuk kepada kepentingan diri sendiri dan tidak ikhlas (ay. 17). Dengan harapan supaya hukuman Paulus semakin diperberat, akan tetapi nyata tidak.

Pada ayat 15b, 16 dijelaskan “tetapi ada pula yang memberitakan-Nya dengan maksud baik. Mereka ini memberitakan Kristus karena kasih, sebab mereka tahu, bahwa aku ada di sini untuk membela Injil.” Maksud yang baik dalam bahasa Yunaninya adalah eudokian yang artinya adalah dengan kemauan sendiri, bebas, tidak dipaksa. Itu artinya orang-orang itu memberitakan Injil bukan karena ada unsur paksaan dari Paulus, tetapi karena adanya kesadaran sendiri. Hal itu bisa terjadi karena ada dampak yang luar biasa dari apa yang Paulus lakukan terkait dalam hal pemberitaan Injil. Jika dilihat dari ayat 16 yang mengatakan “mereka memberitakan Kristus karena kasih”, Kata kasih tersebut dapat diartikan kasih agape karena adanya rasa persaudaraan yang kuat di antara mereka terhadap Paulus. Kasih yang mereka miliki adalah sebuah kasih yang begitu dalam terhadap Paulus terhadap apa yang Paulus lakukan dalam hal pembelaan Injil. Sehingga mereka juga turut merasa perlu untuk membela berita Injil itu. Kesengsaraan, kesulitan bahkan penganiayaan sekalipun justru menimbulkan ketekunan yang menunjukkan sikap bermegah kepada Tuhan. Paulus menyampaikan bahwa atas segala yang terjadi di dalam hidupnya tidak menjadi masalah atasnya, melainkan kisah hidupnya menjadi alasan untuk jemaat Filipi semakin semangat dalam memberitakan kabar baik.

Bacaan pertama dari 1 Raja-raja berbicara mengenai Yerobeam. Yerobeam ini merupakan seorang pemuda yang sungguh rajin bekerja, seseorang yang peduli terhadap urusannya, menikmati pekerjaannya, dan mengerjakannya dengan segenap kekuatannya. Oleh sebab itulah, Salomo menyerahkan suatu tanggung jawab yang cukup penting kepadanya, menjadikannya penanggung jawab atas dua suku Efraim dan Manasye (setara dengan wakil raja atas kedua daerah tersebut). Dengan tanda sepuluh potong robekan jubah baru nabi Ahia, Yerobeam menerima nubuat bahwa ia akan menjadi raja Israel kelak. Ia akan memimpin sepuluh suku Israel, sementara satu suku yang lain akan dipimpin oleh keturunan Salomo sendiri. Itu pun karena Allah mengingat Daud, ayah Salomo (ayat 31-32, 35-36). Lalu Ahia memberitahukan penyebab terpilihnya Yerobeam menjadi raja, yaitu sebagai hukuman karena Salomo telah jatuh ke dalam penyembahan berhala (33). Hal itu kemudian menjadi bahan peringatan bagi Yerobeam sendiri agar tidak mengulangi kesalahan yang sama. Allah berjanji akan meneguhkan dinasti Yerobeam, jika ia melakukan apa yang benar di mata Tuhan (38). Dengan demikian terlihat bahwa sosok Salomo yang memiliki kualifikasi yang sangat tinggi, ternyata dinilai tidak sukses di mata Tuhan. Karena kesuksesan berdasarkan sudut pandang Tuhan terjadi bukan karena orang memiliki hikmat saja, melainkan bagaimana ia hidup berhikmat di dalam takut akan Tuhan.

Invocatio dari Amsal 4:23 berbicara mengenai nasihat untuk menjaga hati supaya tidak melukai dan dilukai, begitupula supaya tidak dicemari dosa. Sumber pusat kehidupan berasal dari hati. Hati sangat berperan penting dalam hidup kita. Hati menjadi tempat menyimpan segala sesuatu yang akan dilakukan, apapun yang kita pikirkan semua berasal dari hati terlebih dahulu. Hati ibarat sumber mata air, bila sumbernya kotor, maka kotorlah airnya, namun bila sumbernya bersih, maka bersihlah airnya. Dengan hati yang bersih itulah kita bisa mendekati Allah karena hati kita tidak lagi berisi hal-hal yang jahat tetapi penuh dengan iman yang teguh dan ketulusan. Apapun yang ada dalam hati kita akan terlihat jelas dari cara, gaya dan sikap hidup kita. Dan itu akan sangat menentukan kemana kita akan pergi kelak. Itulah sebabnya selaku anak muda terkhususnya diingatkan untuk menjaga hati dengan segala kewaspadaan.

Melalui ketiga nats ini dapat ditarik intinya bahwa tugas memberitakan kabar baik tidak hanya kalau sudah sekolah pendeta ataupun jadi hamba Tuhan, tetapi itu tugas semua orang yang beriman, yang percaya kepada Tuhan dan takut akan Tuhan. Dengan hati yang tulus beritakanlah kabar baik setiap saat.  

3. Aplikasi

  • Tema : “Setiap Saat Memberitakan Kabar Baik”. Kata setiap saat berarti setiap hari harus siap sedialah. Baik atau tidak baik waktunya, nyatakanlah Kabar Baik tentang kebenaran Firman Tuhan itu dengan segala kesabaran dan pengajaran. Memberitakan kabar baik itu bukan sebuah pilihan, tetapi keharusan bagi setiap orang. Seperti Paulus ketika dia di dalam penjara sekalipun dia tetap memberitakan kabar baik. Panggilan pelayanan Tuhan dalam memberitakan kabar baik dalam hidup kita harus lahir dari dasar hubungan pribadi dengan Tuhan, kemudian disambut dengan kerelaan, iman keberanian, ketabahan, ketekunan menanggung beban pelayanan termasuk segala persiapan yang diperlukan untuk menjadikan panggilan pelayanan yang bertanggung jawab. Gereja mempunyai tugas untuk menyaksikan siapa Tuhannya (Marturia/Bersaksi). Seluruh kehidupan anak Tuhan harus menyaksikan Tuhannya melalui ketaatannya kepada perintah Tuhan. Inilah kesaksian yang harus dinyatakan gereja, mengakui dengan mulut dan perbuatan siapa Tuhannya yang sesungguhnya. Sebagai Ciptaan Tuhan, dalam persekutuan kita dengan Yesus Kristus, diciptakanNya kita untuk melakukan pekerjaan-pekerjaan yang baik yang telah direncanakan Tuhan, mari kita lakukanlah memberitakan kabar baik itu (Efesus 2:10).
  • Pemuda adalah tonggak penting. Sebagai anak muda (Permata) di gereja harus ikut berperan aktif dalam memberitakan kabar baik. Tokoh Alkitab yang sudah memberitakan kabar baik sejak masa muda nya yaitu Timotius. Timotius ini sejak bayi sudah diajarkan oleh ibu nya tentang tulisan-tulisan kudus (2 Timotius 3:15), dari pengajaran itulah Timotius belajar memberitakan kabar baik tentang Yesus Kristus. Walaupun masih muda, bukan sebagai penghalang bagi anak muda untuk dapat berkarya bagi gereja, anak muda dapat dilatih oleh gereja untuk memulai memegang tanggung jawab dalam melayani dalam pelayanan ibadah gereja, karena anak muda adalah penerus-penerus gereja. Anak muda harus menjadi pelopor tewujudnya “Shalom Allah” di muka bumi ini. Paulus juga mengajarkan bahwa kita harus tetap menjadi teladan bagi orang percaya melalui kasih, tingkah laku, kesetiaan, serta kesucian dalam kristus.

 

Det. Holisane Angela Br Keliat, S.Th-GBKP Perpulungen Cirebon Runggun Tambun

MINGGU 10 SEPTEMBER 2023, KHOTBAH PENGERANA 11:1-8

Invocatio  :

Sabap merangap nandangi duit eme sumbul kerina kejahaten. Enggo lit piga-piga kalak si merangap nandangi duit lanai tetp i bas kiniteken janah gukut ukurna ibahan erbage-bage kecedan ate (1 Tim 6:10)

Ogen  :

Lukas 5:1-6

Thema  :

Perbahanen kalak Pentar

 

 

PENDAHULUAN

Saudara-saudari terkasih dalam Yesus Kristus.. Ada seorang remaja bernama Salik yang berasal dari Kamboja dimana perjuangan hidupnya sangat menginspirasi banyak orang melalui sebuah postingan yang viral di media sosial. Kisahnya dimulai dengan kesulitan dan kemiskinan yang dialami orangtua Salik, bahkan mereka pun tinggal di sebuah daerah termiskin yang ada di Kamboja. Karena terhimpit kesulitan hidup, alih-alih pergi bersekolah Salik justru berjualan cendera mata di jalanan kepada turis-turis asing yang berkunjung ke daerahnya. Didesak kebutuhan hidup yang harus dipenuhi, Salik menemukan sebuah cara untuk menolong dia menjadi penjual cendera mata yang laris. Perlahan-lahan Salik belajar berbagai bahasa asing sampai akhirnya dia berhasil menguasai dengan baik 12 bahasa asing sekaligus. Hebatnya, bahasa-bahasa tersebut ia kuasai dengan belajar mandiri, tanpa tuntunan dari guru/sekolah formal. Dia berinisiatif belajar sebuah kata baru dari setiap turis yang dia jumpai ketika berjualan. Suatu ketika, ada seorang turis yang melihat bakatnya, lalu membuat sebuah video tentang Salik. Ketika video tersebut dilihat oleh orang banyak, kehidupan Salik pun mengalami sebuah titik balik yang luar biasa. Banyak orang yang mengulurkan tangan menolong dia, bahkan sampai menawarkan beasiswa ke sekolah terkenal di Cina. Bila kemarin dia hanya seorang remaja yang berkeliaran di jalanan dengan rasa penuh khawatir karena hidup keluarganya bergantung pada hasil menjual cendera mata, hari ini dia sedang menimba ilmu penuh dengan sukacita dan gembira menuju sebuah masa depan yang cerah. Karena ketekunannya yang pantang menyerah, dia memperoleh kesempatan untuk merubah kehidupannya dan hidup keluarganya melalui pendidikan yang sedang dia jalani. Saudara terkasih, bisa kita bayangkan apa yang akan terjadi jika dalam kesulitannya, Salik menjadi tawar hati akan hidupnya dan merasa tak ada yang bisa diperbuat atas kesusahannya? Tentu tidak akan pernah ada kesempatan bagi dia untuk keluar dari kemiskinan yang mencengkeram keluarganya bertahun-tahun. Saudara/i terkasih, dalam menjalani kehidupan kita sama seperti Salik banyak tantangan yang dihadapi dalam menata dan mencukupkan kehidupan kita. Tetapi firman Tuhan hari ini mengajar kita menjadi berhikmat dalam pekerjaan kita sehingga kita memiliki keberanian untuk terus mengerjakannya dan mengalami pertolongan Tuhan di tengah berbagai kesulitan. Pertolongan Tuhan yang membuat kita mengalami kuasa-Nya dalam kehidupan sehari-hari.

ISI KHOTBAH

Jemaat Tuhan yang terkasih, pada umumnya, kitab Pengkhotbah dikenal sebagai kitab yang berbicara tentang kesia-siaan. Lalu karena itu penulisnya dicap sebagai orang yang pesimis. Seolah-olah semua yang ada di dunia ini akan berakhir sia-sia. Padahal sebenarnya tidak begitu. Pdt. Eka Darmaputera menyebut kitab Pengkhotbah sebagai kitab kehidupan. Itu karena kitab Pengkhotbah berbicara tentang hidup dengan bijaksana dan berhikmat. Bukan hidup yang terjadi di akhir zaman, melainkan hidup saat ini di dunia. Buku kumpulan Pemahaman Alkitab tentang kitab Pengkhotbah yang ditulisnya berjudul “Merayakan Hidup”. Oleh karena semua yang hidup pasti akan mati maka kehidupan mesti dirayakan. Salah satu caranya adalah dengan memiliki etos kerja yang sesuai kehendak Tuhan yakni:

  1. Berani untuk terus berusaha; Jangan hanya diam dan menunggu kesempatan yang ideal untuk melakukan pekerjaan. Siapa yang senantiasa memperhatikan angin tidak akan menabur; dan siapa yang senantiasa melihat awan tidak akan menuai. Walaupun dalam bekerja/ berusaha kita menyadari resiko-resiko yang muncul, tetapi baiklah kita tidak berhenti dan terus melanjutkan bekerja dengan harapan bahwa masa depan kita ada dalam tangan Tuhan. Karena itu kita memiliki bahan bakar pengharapan yang menguatkan kita mengerjakan bagian-bagian kita dalam pekerjaan dan hidup. Mereka yang selalu kuatir dan takut pada persoalan-persoalan yang akan terjadi, akhirnya tidak berbuat apa-apa, tidak menabur apa-apa sehingga tidak akan menuai apa-apa.
  2. Melakukan inovasi/investasi Milikilah kepercayaan dan kesabaran! Akan ada waktunya kita akan melihat panen. Di suatu hari kita akan melihat berkat dari apa yang kita lakukan sekarang. Meskipun kita tahu bahwa pekerjaan kita tidak lepas dari masalah dan pergumulan. Dalam bekerja kita tentu perlu melakukan pertimbangan, observasi, perhitungan yang baik untuk menunjang pekerjaan kita. Lihatlah potensi yang Tuhan berikan di sekitar kita. Akan ada hari di mana kita akan dikejutkan kalau mereka kembali dengan hasil yang luar biasa’. (bdk. Ay. 1)

Kalau kita melihat kepada bahan pembacaan kita Lukas 5:1-6 disana kita juga belajar bagaimana inovasi yang dilakukan oleh Simon dan rekan-rekannya. Ketika mereka gagal menangkap ikan, mereka memfokuskan diri pada perintah Tuhan yang menyuruh mereka bertolak lebih dalam. Ketika mereka melakukan perintah itu mereka berinovasi dengan: bekerja melewati batas-batas kelompok (mereka memanggil teman yang ada di perahu lain untuk menolong mereka), mereka bekerja melewati batas logika sebab mereka telah bekerja sepanjang malam ketika Yesus meminta mereka melakukan cara lain untuk mendapat ikan dan cara itu terbukti berhasil. Mereka juga bekerja melewati batas kebiasaan dimana mereka yang biasanya tidak menangkap ikan di tempat yang dalam diperintahkan untuk bertolak lebih dalam lagi. Selain itu mereka bekerja melewati batas kapasitas dimana mereka mendengarkan perintah Yesus yang hidupnya berbeda dengan Simon dan rekan-rekannya yang akrab dengan profesi sebagai nelayan. Sesungguhnya tidak ada orang yang hebat tapi kita memiliki Allah yang hebat. Kita lakukan segala sesuatu dengan memberikan yang terbaik, bukan hanya yang baik lalu jadilah taat dan Tuhan akan membuka pintu kemungkinan dan berkat bagi kita.

  1. Bekerja dengan rajin; Ayat 5-6 mengatakan banyak hal yang tidak kita ketahui dalam hidup ini. Kita tidak tahu jalannya angin, kita tidak tahu rahim seorang perempuan yg mengandung. Taburkan benih pagi-pagi, karena kita tidak tahu mana yang akan berhasil. Mungkin keduanya sama-sama berhasil, atau sama-sama gagal, atau 1 berhasil 1 gagal. Tugas kita adalah mengerjakan bagian kita, sementara Tuhan yang memberi pertumbuhan. Bagian ini merupakan nasehat agar kita mengerjakan semua pekerjaan yang dijumpai. Pengerjaannya pun bukan dengan asal-asalan melainkan sekuat tenaga. Untuk itu pertimbangan, pengetahuan dan hikmat mesti digunakan. Jadi bekerja harus sungguh-sungguh, harus pakai empat “kartus As”: kerja kerAs, kerja cerdAs, kerja IkhlAs dan kerja tuntAs.
  2. Memakai waktu dan kesempatan dengan baik. Semua yang ada di bawah kolong langit ada batasannya. Sebab itu, nikmatilah hidup yang Tuhan berikan di dalam takut akan Tuhan. Nikmati dan jalani sebab umur yang Tuhan berikan itu terbatas karena manusia hidup di bawah bayang-bayang maut. Sadari hidup dan kesempatan yang Tuhan anugerahkan dengan sungguh-sungguh dan penuh, sebagai tanggungjawab kita kepada Allah dan kepada sesama kita.

PENUTUP

Orang yang berhikmat akan menyadari bahwa kesuksesan bukan hanya hasil kerja keras kita semata tetapi merupakan anugerah Tuhan. Manusia tidak dapat mengklaim kesuksesan sebagai hasil upayanya semata-mata sebab campur tangan Tuhanlah yang membawa kesuksesan. Invocatio kita pada 1 Tim. 6:10 mengingatkan kita bagaimana bahaya cinta akan uang membuat orang-orangpada akhirnya melupakan Tuhan dan mendewakan uang atau menjadikan uang sebagai tuhan mereka. Memiliki materi berlimpah sepertinya akan memberikan kebahagiaan, kepuasan, kebanggaan dalam kehidupan mereka. Oleh karena itu, mereka selalu mendewakan uang terlebih dulu daripada Kristus. Tidak sedikit orang yang rela kehilangan imannya demi mendapatkan tujuan kecukupan materi yang diinginkannya. Bahkan mereka memanfaatkan ayat-ayat Alkitab untuk menipu sesamanya. Karena itu tujuan kita dalam bekerja bukan demi materi semata-mata tetapi bagaimana lewat pekerjaan / upaya kita Tuhan semakin dimuliakan dan kita dipakai sebagai saluran berkat bagi sesama. Dalam bekerja/ berusaha kita juga perlu mengingat bahwa tidak semua hal dapat berjalan sesuai rencana dan harapan kita. Kata-kata Calvin dalam buku Institutio hal. 153-154 penting untuk kembali dikutip: “…kita tidak berlari dengan cara-cara yang tidak diizinkan, dengan tipu muslihat dan kelicikan atau dengan nafsu tamak kita, untuk memburu kekayaan dan mengejar kehormatan dengan merugikan sesama kita. Tetapi, kita hanya mencari harta yang tidak menyimpangkan kita dari kesucian hati. Kita akan dipasangi kekang, supaya kita tidak terbawa oleh nafsu yang keterlaluan akan kekayaan, dan tidak dengan penuh ambisi mendambakan kehormatan. Dan berkat hal itu, kesabaran kita tidak akan hilang jika segala perkara tidak berjalan sesuai dengan keinginan atau harapan kita.”

Yang ingin Calvin katakan adalah orang Kristen mesti terus-menerus melatih diri agar siap menerima semua keputusan Tuhan. Sebab hanya dengan demikian orang Kristen dapat terus bekerja bersama Tuhan. Ingat, kerja itu panggilan. Karena ituorang Kristen harus bekerja sungguh-sungguh, apapun profesinya. Mengenai hasilnya, serahkan kepada keputusan Tuhan. Kalaupun di dalam prosesnya ada hal-hal yang terjadi di luar harapan, tetaplah sabar sambil terus mencari tahu kehendak Tuhan untuk dijalani.

 

Pdt. Eden P. Funu-tarigan, S.Si (Teol)

Info Kontak

GBKP Klasis Bekasi - Denpasar
Jl. Jatiwaringin raya No. 45/88
Pondok Gede - Bekasi
Indonesia

Phone:
(021-9898xxxxx)

Mediate

GBKP-KBD