• WhatsApp Image 2022 02 11 at 11.07.57

  • 20170204 143352
  • 1 peresmian rumah dinas surabaya
  • WhatsApp Image 2022 02 11 at 11.07.58
  • pencanangan tahun gereja bks dps
  • WhatsApp Image 2022 02 11 at 11.07.57 1
  • BPMK GBKP KLASIS BEKASI DENPASAR PERIODE 2020-2025
  • PERESMIAN RUMAH PKPW GBKP RUNGGUN SURABAYA

Jadwal Kegiatan

Kunjungan Moderamen GBKP ke GBKP Klasis Bekasi-Denpasar

Minggu 14 Mei 2017:

1. GBKP Runggun Bandung Pusat

2. GBKP Runggun Bandung Timur

3. GBKP Runggun Bandung Barat

4. GBKP Runggun Bekasi

5. GBKP Runggun Sitelusada

MINGGU 22 OKTOBER 2023, KHOTBAH YOHANES 12:20-26

Invocatio   :

“Karena itu jagalah dirimu dan jagalah seluruh kawanan, karena kamulah yang ditetapkan Roh Kudus menjadi penilik untuk menggembalakan jemaat Allah yang diperoleh-Nya dengan darah Anak-Nya sendiri” (Kis. 20:28)

Bacaan         :

Yesaya 40 : 6 - 9 (Tunggal)

Tema :

“Yesus Tetap Menyertai Pelayan-Nya”   (Yesus Tetap ras PersuruhenNa)”

 

Pendahuluan

Sebelum lebih jauh kita membaca dan mendalami firman Tuhan, mari terlebih dahulu bernyanyi KJ 428:1 “Lihatlah Sekelilingmu” sambil memahami dan meresapi panggilan Tuhan bagi kita.

Lihatlah sekelilingmu, pandanglah ke ladang-ladang

Yang menguning dan sudah matang

Sudah matang untuk dituai!

Ref:

Lihatlah sekelilingmu, pandanglah ke ladang-ladang

Yang menguning dan sudah matang

Sudah matang untuk dituai!

Nyanyian di atas mengingatkan kita semua akan tugas panggilan kita memberitakan Injil yaitu berita gembira pengampunan dosa dan keselamatan di dalam Yesus Kristus. Inilah yang diingatkan melalui ibadah Minggu Zending hari ini. Dari nats khotbah Yoh. 12:20-26, ada 3 hal yang mau disampaikan. Pertama, Yesus memberitakan kematian-Nya (ayat 20-24). Kedua, hal mencintai nyawa (ayat 25). Ketiga, hal melayani Yesus (ayat 26). Mari menggalinya.

 ISI

Yesus memberitakan kematian-Nya (ayat 20-24)

Beberapa kali Yesus katakan bahwa saatnya atau waktunya belum tiba. Karena waktunya belum tiba, tidak heran Yesus pergi atau menyingkir ke tempat lain. Tetapi saat itu perayaan besar hari raya Paskah Yahudi, waktu Yesus telah tiba. Pada hari raya Paskah Yahudi banyak orang datang ke Yerusalem, termasuk orang Yahudi (diaspora) yang ada di luar negeri untuk beribadah. Di antara mereka yang datang, ada beberapa orang-orang Yunani yang mau berjumpa dan melihat Yesus. Saat itulah Yesus mengatakan waktunya telah tiba untuk Dia dimuliakan (ditinggikan/ disalibkan). Yesus memakai analogi biji gandum menjelaskan mengapa Ia harus mati. Satu biji gandum yang disimpan tidak akan berubah menjadi banyak. Ia akan tetap satu saja. Hanya ketika ia jatuh (ditabur) dan mati (ditanam) maka ia akan berbuah dan menjadi banyak. Demikian juga dengan karya Yesus melalui kematian-Nya. Kematian-Nya akan memberikan pengampunan dosa dan keselamatan bagi banyak orang bahkan bagi dunia. Kematian-Nya untuk kehidupan umat manusia.  

Kini saatnya memberitakan karya keselamatan Yesus bagi sesama kita. Jangan tunggu dan jangan tunda. Beritakanlah bahwa kematian-Nya menghidupkan kita dari kuasa dosa. Karena kematianNya aku dan engkau hidup dan selamat. Beritakanlah Injil Yesus Kristus supaya orang lain percaya bahwa Dialah Mesias dan Juruselamat dunia (Yoh. 20:31). Melihat dan berjumpa dengan Yesus seperti permintaan orang Yunani tidak cukup. Kita harus sampai pada percaya dan mempercayakan diri kepada-Nya.

Hal mencintai (ayat 25)

Yesus berbicara tentang mencintai nyawa. Siapa yang mencintai nyawanya akan kehilangan nyawanya. Sebaliknya, siapa yang tidak mencintai nyawanya di dunia ini, ia memelihara nyawanya untuk hidup yang kekal. Mencintai nyawa sendiri melebih mencintai Allah adalah dosa. Barangsiapa yang karena mencintai nyawanya lalu tidak taat kepada Allah, tidak berkenan di hadapan-Nya. Yesus sendiri tidak mencintai diri-Nya dan lari dari kehendak Allah Bapa sebagai Penebus. Dia taat, bahkan sampai mati di kayu salib. Karena ketaatanNya sampai mati, kepadaNya diberikan segala kuasa di sorga dan di bumi (bdk. Matius 28:18; Flp. 2:9, 10). Demikian juga berlaku bagi kita.          

Mari berhati-hati dalam mencintai diri kita. Ingat cerita Narcis, itu yang membunuh dan menenggelamkannya. Mencintai diri kita harus sesuai firman dan standar Tuhan. Mari mencintai diri dan nyawa kita sepatutnya dan sewajarnya. Mencintai nyawa kita haruslah dalam rangka mengasihi Allah dan mengasihi sesama (bdk. Mat. 22:37-39). Mencintai diri yang mengakibatkan kita tidak taat dan setia adalah salah dan berdosa. Mencintai nyawa kita sehingga kita tidak mau datang bersekutu, bersaksi dan melayani adalah dosa. Mencintai hobby dan kedagingan kita di atas mencintai-Nya akan membuat kita kehilangan nyawa bahkan jiwa dan roh kita. Hidup egosentris apalagi egois karena terlalu cinta diri membuat kita mati/ binasa. Kita tidak boleh egosentris (berpusat kepada diri sendiri) dan egois. Sebagai orang percaya kita dipanggil hidup kristosentris (berpusat kepada Kristus).

Melayani Yesus (ayat 26)

Selanjutnya Yesus berbicara hal melayani. Siapa melayani Yesus, ia harus mengikut Yesus. Melayani Yesus sama dengan mengikut Yesus. Mengikut Yesus artinya melayani Yesus, bukan melayani diri sendiri. Di mana Yesus berada, di situ pun yang melayani (pelayan) Yesus akan berada. Kata ‘berada’ tidak menunjuk kepada tempat/ lokasi tetapi kepada kondisi atau situasi. Artinya, yang melayani Yesus tidak boleh tinggal jauh dari Yesus atau meninggalkan-Nya. Sebaliknya, ia harus mengikut Yesus dan berada di mana Yesus ada. Pelayan tidak boleh memilih-milih tempat sesuai kemauannya. Yesus ditolak, dihina, menderita sampai mati hina. Itulah tempat Yesus berada dalam menyelamatkan manusia. Itu yang terjadi ketika Yesus melayani. Pelayan-Nya pun harus mau dan sedia berada di tempat/ posisi itu dalam meyalani dan mengikut Dia. Hanya melayani yang demikian yaitu mengikut Yesus dan berada di tempat-Nya yang mendatangkan hormat dari Allah Bapa.

Suadara-saudara, apakah kita sudah melayani seperti Tuhan Yesus katakan dan lakukan? Dalam melayani, apakah kita sudah mengikuti teladan Yesus? Atau kita hanya mengikuti kehendak dan kemauan kita sendiri? Yesus datang bukan untuk dilayani tetapi melayani dan memberi diri-Nya, hidup-Nya bahkan nyawa-Nya bagi semua orang (bdk. Mrk. 10:45). Siapakah yang kita layani? Yesus atau diri kita sendiri? Apakah kita melayani dengan benar, sungguh dan semangat hanya pada Gereja dan orang tertentu saja? Apakah kita melayani apa adanya atau karena ada apa-apanya? Marilah mau, siap dan sedia melayani walau harus menghadapi persoalan, tantangan, kesulitan bahkan penderitaan? Mari melayani lebih sungguh. Melayani dengan semangat walaupun di luar zona nyaman kita. Melayani Yesus dengan sungguh yang mendatangkan hormat Allah Bapa. Janganlah kita lebih takut kepada bapa dunia dari pada Bapa di sorga. Jangan lebih takut kepada manusia, CCTV daripada kepada Tuhan Yesus.

Tema: “Yesus Tetap Menyertai Pelayan-Nya”

Minggu zending memanggil dan mengingatkan kita untuk terus dan tetap semangat memberitakan Injil. Memberitaken Injil atau bersaksi adalah satu dari 3 tugas gereja. Seperti perintah TUHAN terhadap Yesaya untuk berseru demikian juga kita dipanggil untuk berseru. Kita tidak boleh diam. Kita harus berseru, dan menyuarakan kabar baik Allah. Serukanlah bahwa kita manusia seperti rumput saja. Semarak kita hanya seperti bunga di padang. Rumput menjadi kering dan bunga menjadi layu (Yesaya 40:6-9). Kita ini fana dan sementara saja. Pencapaian, prestasi, kekayaan dan kehebatan kita tidak ada yang tetap. Yang tetap hanyalah firman Tuhan. Jadilah pembawa kabar baik bagi sesama. Jadilah pelayan-pelayan Tuhan yang setia berseru, bersaksi memberitakan kabar baik. Ketahuilah bahwa Tuhan Yesus, pemegang segala kuasa di sorga dan di bumi tetap menyertai kita pelayan-Nya. Seperti janji-Nya, Ia menyertai kita sampai akhir zaman (Matius 28:20).        

Penutup

Pelayanan lembaga zending telah lama selesai. Para missionaris telah melaksanakan amanat agung Tuhan Jesus. Bagian kita untuk meneruskannya. Ingatlah, panggilan untuk memberitakan Injil tidak pernah selesai. Masih banyak orang Karo yang belum mendengar Injil. Masih banyak sekali suku-suku lain yang belum mendengar kabar baik yaitu berita keselamatan di dalam Tuhan kita Yesus Kristus. Dengan memberitakan Injil, kita menjaga diri kita sebagai pelayan-Nya supaya tetap berada dalam keselamatan. Dengan memberitakan Injil ke dalam kita menjaga seluruh kawanan/ jemaat Tuhan tetap terjaga dan terpelihara. Sebab Roh Kudus telah menetapkan para pelayan menjadi penilik untuk menggembalakan jemaat Allah yang telah diperoleh-Nya dengan darah Anak-Nya (Kis. 20:28). Dengan memberitakan Injil keluar, kita menjangkau jiwa baru agar masuk ke dalam kawanan Kristus. Benar bahwa tidak mudah memberitakan Injil. Ada halangan, rintangan, tantangan dan penderitaan yang harus dihadapi dan dilewati. Tetapi ingatlah, bahwa kita tidak sendiri. Tuhan Yesus tetap menyertai. Kemuliaan dan hormat diberikan Tuhan bagi kita yang melayani dan memberitakan Injil. Karena itu mari bersaksi. Jadikanlah semua bangsa menjadi murid Yesus. Bersaksilah sampai Tuhan Yesus datang kembali. Ketahuilah, Tuhan Yesus selalu berserta pelayan-Nya dan kita semua, amin.    

Pdt. Juris Tarigan, MTh; GBKP RG Bogor

MINGGU 15 OKTOBER 2023, KHOTBAH HAKIM-HAKIM 4:4-10

 

Bacaan:

Lukas 8:1-3

TEMA :

“NGERUNGGUI BANGSA DIBATA”

Invocatio :

1 Timotius 5:2

.

A.    PERSIAPAN PEMBELAJARAN KONTEKS KOMPONEN KHOTBAH

A.1. Teks Invocatio   : 1 Timotius 5:2

“perempuan-perempuan tua sebagai ibu dan perempuan-perempuan muda sebagai adikmu dengan penuh kemurnian.”  

A.1.1 Penjelasan Teks

Rasul Paulus memberikan pedoman kepada Timotius, dan juga kepada hamba-hamba Tuhan lain, tentang etika menegur. Para pelayan Tuhan adalah orang-orang yang bertugas memberi teguran. Itu adalah bagian dari pekerjaan mereka, walaupun bagian yang paling tidak menyenangkan. Mereka harus memberitakan firman, dan menegur serta menasihati (2Tim. 4:2). Dalam menegur harus membuat pembedaan besar dengan mempertimbangkan usia, sifat, dan keadaan-keadaan lain dari orang-orang yang ditegur. Dengan demikian, orang yang lebih tua dalam hal usia atau jabatan harus diperlakukan sebagai bapa. Tunjukkanlah belas kasihan kepada sebagian orang, dengan membuat pembedaan untuk mereka.

Pedomannya adalah,

  1. Bersikap lemah lembut ketika menegur orang yang sudah tua, lebih tua dalam hal usia, atau dalam hal kedudukan. Martabat mereka harus dihormati karena usia dan kedudukan, dan karena itu mereka tidak boleh ditegur dengan keras atau seperti dihakimi. Sebaliknya, Timotius sendiri, sekalipun seorang penginjil, harus memperlakukan mereka sebagai bapa, karena ini merupakan cara yang paling pantas untuk berhubungan dengan mereka, dan memenangkan hati mereka.
  2. Orang yang lebih muda harus ditegur sebagai saudara, dengan kasih dan kelembutan. Bukan sebagai orang yang ingin mencari-cari kesalahan atau menyulut pertengkaran, melainkan sebagai orang yang bersedia memanfaatkan yang terbaik dari mereka. Sangat diperlukan kelemahlembutan untuk menegur orang yang pantas ditegur.
  3. Perempuan yang lebih tua harus ditegur, kalau memang perlu ditegur, sebagai ibu. Mohonkanlah dengan sangat kepada ibumu, mohonkanlah (Hos. 2:2).
  4. Perempuan yang lebih muda harus ditegur, tetapi ditegur sebagai adik, dengan penuh kemurnian. Kalau Timotius saja, orang yang sudah begitu mati pada dunia dan hawa nafsu kedagingan, perlu diberi peringatan seperti itu, apalagi kita.

A.1.2. IST Invocatio : Tegurlah perempuan tua dan muda dengan kasih dan  kelembutan,

dengan hormat dan penuh kemurnian.

 A.2. Teks Bacaan      : Lukas 8:1-3

Perempuan-perempuan yang melayani Yesus

8:1 Tidak lama sesudah itu Yesus berjalan berkeliling dari kota ke kota dan dari desa ke desa memberitakan Injil Kerajaan Allah. Kedua belas murid-Nya bersama-sama dengan Dia,

8:2 dan juga beberapa orang perempuan yang telah disembuhkan dari roh-roh jahat atau berbagai penyakit, yaitu Maria yang disebut Magdalena, yang telah dibebaskan dari tujuh roh jahat,

8:3 Yohana isteri Khuza bendahara Herodes, Susana dan banyak perempuan lain. Perempuan-perempuan ini melayani rombongan itu dengan kekayaan mereka.

A.2.1. Strukturisasi dan Penjelasan Teks Bacaan

Ayat 1: Ungkapan , “tidak lama sesudah itu” menjelaskan bahwa peristiwa-peristiwa selanjutnya berhubungan dengan ayat-ayat sebelumnya, terutama, kisah tentang wanita yang membasuh kaki Yesus dengan air matanya? Mungkinkah ia salah seorang dari kelompok tersebut yang menyertai Yesus?

Yesus menunjukkan sejak dini dalam pelayanan-Nya bahwa IA komit untuk pergi dari kota ke kota dan dari desa ke desa mengabarkan Injil. Ia memiliki komitmen ini karena Ia mengenali bahwa ini adalah suatu bagian penting dari panggilan ilahi-Nya dan tugas-Nya.

Ayat 2: Yesus disertai oleh sejumlah besar pengikutNya. Dalam masa-masa awal pelayanan Yesus, tampaknya seolah-olah Ia bepergian sendiri ( misalnya ketika Ia pergi ke sinagoga di Nazaret, tak satu pun murid-Nya disebutkan Lukas 4:16-30). Pada waktu-waktu lainnya, beberapa murid-Nya ada bersama-Nya.

Ayat 3: Sejumlah besar pengikut, yang menyertai Yesus dalam perjalanan ini ada banyak wanita. Tiga wanita secara khusus disebutkan: Maria Magdalena (dari dirinya tujuh roh jahat telah diusir), Yohana, isteri Khusa, bendahara Herodes ini mungkin menjelaskan salah satu sumber informasi utama Herodes tentang Yesus dan pelayanan-Nya, bnd. 9:7), dan Susana, yang tidak disebutkan lagi dalam Alkitab. Sebagai tambahan dari tiga orang ini, yang namanya disebutkan, ada banyak wanita-wanita lain. Perempuan-perempuan ini melayani rombongan itu dengan kekayaan mereka.(Lukas 8:3b).

A.2.2. Ide Sentral Teks Bacaan: Sejumlah besar perempuan ikut menyertai Yesus dan melayani rombongan dengan kekayaan mereka.

A.3 Teks Khotbah     : Hakim-hakim 4:4-10

4:4 Pada waktu itu Debora, seorang nabiah, isteri Lapidot, memerintah sebagai

hakim atas orang Israel.

4:5 Ia biasa duduk di bawah pohon korma Debora antara Rama dan Betel di

pegunungan Efraim, dan orang Israel menghadap dia untuk berhakim kepadanya.

4:6 Ia menyuruh memanggil Barak bin Abinoam dari Kedesh di daerah Naftali,

lalu berkata kepadanya: "Bukankah TUHAN, Allah Israel, memerintahkan demikian: Majulah, bergeraklah menuju gunung Tabor dengan membawa sepuluh ribu orang bani Naftali i  dan bani Zebulon bersama-sama dengan engkau,

4:7 dan Aku akan menggerakkan Sisera, panglima tentara Yabin,  dengan kereta-

keretanya dan pasukan-pasukannya menuju engkau ke sungai Kison dan Aku akan

menyerahkan dia ke dalam tanganmu.

4:8 Jawab Barak kepada Debora: "Jika engkau turut maju akupun maju, tetapi jika

engkau tidak turut maju akupun tidak maju."

4:9 Kata Debora: "Baik, aku turut! Hanya, engkau tidak akan mendapat kehormatan

dalam perjalanan yang engkau lakukan ini, sebab TUHAN akan menyerahkan Sisera

ke dalam tangan seorang perempuan." Lalu Debora bangun berdiri dan pergi

bersama-sama dengan Barak ke Kedesh.

4:10 Barak mengerahkan suku Zebulon dan suku Naftali ke Kedesh, maka sepuluh

ribu orang maju mengikuti dia; juga Debora maju bersama-sama dengan dia.

A.3.1. Gambaran Umum Kitab Masmur

  1. Penulis                    : Samuel
  2. Waktu Penulisan   : Sekitar 1050-1000 SM
  3. Tema KitabKasih setia Allah kepada bangsa Israel dengan membangkitkan hakim-hakim untuk membebaskan dari penjajahan bangsa-bangsa Kanaan.
  4. Tujuan                    : Tujuan penulisan Hakim-hakim adalah:
  5. Menjelaskan sejarah kehidupan bangsa Israel pada masa Hakim-hakim.
  6. Menceritakan tentang tindakan Allah yang memberikan hukuman kepada bangsa

Israel yang tidak setia dan kemudian menunjukkan kasih setia dengan membangkitkan hakim-hakim.

  1. Menunjukkan anugerah kekudusan dari Allah untuk memelihara Israel kendati banyak pelanggarannya.

A.3.2. Strukturisasi dan Penjelasan Teks Khotbah

          Ayat 4-5,

          Dalam periode sejarah saat Israel ditindas selama 20 tahun, Allah tidak memanggil dan

          memilih seorang hakim laki-laki yang muda, kuat, bijak dan cakap untuk menyelamatkan

          Israel; sebaliknya, Allah memakai wanita untuk sementara waktu membawa Israel keluar

          dari kesulitan ini. Dalam pasal 3 dicatat bahwa setelah Otniel, negara Israel damai selama 40

          tahun (ayat 3:11); bagaimana dengan setelah Ehud? Amanlah tanah itu, delapan puluh tahun

          lamanya (ayat 3:30). Hal ini menunjukkan bahwa selama kurun waktu itu Israel tidak

          berperang sama sekali.

Ayat 4, dikatakanpada waktu itu Debora” seorang nabiah, isteri Lapidot, memerintah sebagai hakim atas orang Israel..

Nama Debora berarti lebah. Dan ia menggenapi arti namanya melalui ketekunannya, kebijaksanaannya, kegunaannya yang besar bagi masyarakat, keramahannya kepada sahabat-sahabatnya, dan ketajamannya kepada musuh-musuhnya. Ia adalah seorang perempuan yang penuh pencerahan, atau kecemerlangan, perempuan yang luar biasa berpengetahuan dan bijaksana, sehingga menjadi sangat terkemuka dan termasyhur. Ia sangat dekat dengan Allah. Ia adalah seorang nabiah, seorang yang mengenal perkara-perkara ilahi melalui ilham langsung dari Roh Allah, dan memiliki karunia-karunia hikmat, yang diperolehnya bukan dengan cara biasa: ia mendengar firman Allah, dan mungkin melihat penglihatan dari Yang Mahakuasa. Ia sepenuhnya mengabdikan diri untuk melayani Israel.

Ketika itu, orang Israel sedang dijajah oleh raja Kanaan, bernama Yabin, dengan Sisera sebagai panglima tentaranya. Sudah dua puluh tahun lamanya orang Israel ditindas dengan keras oleh raja Mesir.

          Debora adalah seorang ibu rumah tangga, wanita karier dan nabiah. Suaminya bernama

          Lapidot. Di zaman Debora, tidak peduli seberapa besar kemampuan wanita, mereka tetap

          harus melalui nama suami agar bisa dikenal orang.

Orang Israel datang kepadanya dari segala penjuru untuk berhakim, bukan untuk menyelesaikan perselisihan di antara sesama manusia, melainkan terlebih untuk memberi nasihat tentang bagaimana memperbaiki apa yang salah dalam perkara-perkara yang berkaitan dengan Allah. Sebagian dari mereka yang sebelumnya diam-diam meratapi kedurhakaan dan penyembahan berhala yang dilakukan orang-orang di sekitar mereka, tetapi tidak tahu ke mana harus mengadu untuk menghentikan orang-orang itu, sekarang menyampaikan keluhan-keluhan mereka kepada Debora. Orang Israel datang kepada Debora untuk memintanya berdoa kepada Allah bagi mereka, agar mereka dilepaskan dari tangan Yabin. Ketika orang Israel menghadap Debora untuk berhakim kepadanya, pada dia mereka menemukan keselamatan.  

            Ayat 5: Debora biasa duduk di bawah pohon korma Debora antara Rama dan

          Betel di pegunungan Efraim, dan orang Israel menghadap dia untuk berhakim kepadanya.

          Dikatakan bahwa ia duduk di bawah pohon korma, yang kemudian selalu disebut dengan

          namanya, pohon korma Debora. Entah rumahnya ada di bawah pohon itu, tempat tinggal yang

          begitu seadanya sehingga bisa didirikan di bawah sebatang pohon, atau kursi pengadilannya

          diletakkan di tempat terbuka, di bawah naungan pohon itu, yang menjadi lambang untuk

          keadilan yang berusaha ditegakkannya di sana, yang akan tetap hidup dan bertumbuh

          sekalipun menghadapi perlawanan, seperti pohon korma yang menghadapi tekanan.   

          Bagian yang menarik dari ayat ini adalah bahwa pohon korma Debora”, tempat di mana

          orang-orang Israel mendengarkan keputusan penghakiman, tampaknya sebuah tempat yang

          terkenal, dan disanalah sekelompok pria Israel mendengarkan keputusan seorang wanita!

         

Ayat 6-8, Sebagai pemimpin rohani bagi umat-Nya, ia peka akan hati Allah. Ia tahu persis waktu pembebasan Tuhan akan segera tiba. Ia sadar bahwa sebagai wanita ia memiliki keterbatasan dalam hal kemampuan perang. Namun ia tahu siapa yang tepat untuk memimpin perang. Seorang laki-laki mutlak dibutuhkan dalam situasi itu. Memimpin sebuah pertempuran di medan perang bukanlah peran yang diharapkan dari seorang perempuan. Maka ia memanggil Barak dari Naftali (ayat 6-7). Debora memerintahkan Barak untuk membentuk pasukan, dan bertempur melawan tentara Yabin, yang berada di bawah pimpinan Sisera. Barak, ada kemungkinan, sudah menunjukkan kemampuannya dalam beberapa pertarungan dengan pasukan-pasukan si penindas, karena ia tinggal berdekatan dengannya dan dengan demikian sudah mendapat nama baik dan pengaruh di antara orang-orang sebangsanya.

Debora memberikan arahan kepada Barak mengenai berapa jumlah orang yang harus dikumpulkannya, yaitu 10.000 orang.

Dan janganlah Barak merasa khawatir bahwa jumlah ini terlalu sedikit, sebab Allah sudah berfirman bahwa Dia melalui mereka akan menyelamatkan Israel.

Dari mana Barak harus mengumpulkan orang-orang itu, yaitu hanya dari sukunya sendiri, dan dari suku Zebulon yang tinggal bersebelahan dengan sukunya. Dua wilayah ini akan memperlengkapi Barak dengan pasukan yang cukup. Barak tidak perlu mencari ke tempat yang lebih jauh. Dan, Debora memberikan perintah kepada Barak di mana dia harus mengumpulkan orang-orang itu, yaitu di gunung Tabor, di daerahnya sendiri.

Dengan menyebutkan kekuatan musuh, yaitu Sisera, seorang panglima yang termasyhur, pemberani dan berpengalaman, kereta-keretanya, kereta-kereta besinya, dan tentaranya yang banyak, Debora membuat Barak merasa harus membentengi dirinya dengan ketetapan hati yang sebesar-besarnya, sebab musuh yang harus dihadapinya sangatlah Tangguh.

Memang baik mengetahui kemungkinan yang terburuk, supaya kita dapat mempersiapkan diri sebagaimana mestinya.

Sebaliknya, Barak ternyata tidak berani maju tanpa dukungan Debora (ayat 8). Barak sangat bersikeras menuntut kehadiran Debora, yang baginya akan lebih baik daripada dewan penasihat perang. “Jika engkau turut maju bersamaku untuk memberiku petunjuk dan nasihat, dan dalam segala perkara yang sulit memberitahukan kepadaku pikiran Allah, maka aku pun maju dengan segenap hatiku, dan tidak akan takut terhadap kereta-kereta besi itu. Jika tidak, maka aku pun tidak akan maju.” Barak tidak dapat mempercayai perkataan Debora kecuali Debora ada bersamanya, seolah-olah sebagai jaminan bahwa perkataannya itu akan dipenuhi. Tetapi pernyataan Barak ini sepertinya lebih timbul dari keyakinan akan perlunya kehadiran Allah dan pimpinan-Nya yang terus-menerus. Barak akan memandang kehadiran Debora sebagai tanggungan dan jaminan dari kehadiran dan pimpinan Allah itu. Itulah sebabnya Barak memohonkannya dengan sungguh-sungguh seperti itu.

Tidak ada yang lebih memberinya ketenangan selain kehadiran sang nabiah itu bersamanya untuk menyemangati para prajurit dan untuk dimintai petunjuk tentang firman Allah dalam segala kesempatan.

Barak tidak bisa berbuat apa-apa tanpa kepala Debora, dan Debora pun tidak bisa berbuat apa-apa tanpa tangan Barak. Tetapi keduanya secara bersama-sama akan menjadi pembebas yang lengkap, dan mewujudkan pembebasan yang tuntas.

Israel saat berperang melawan musuh-musuhnya, pernah sukses tapi juga pernah gagal. Ayat 3 dari perikop bacaan khotbah menggambarkan kekuatan militer Kanaan, mereka mempunyai 900 kereta besi, sebagai teknologi tempur yang siap digunakan untuk menggempur lawan. Orang Israel berseru kepada Tuhan, dan sebagai hakim, Deboralah yang harus menanggapi seruan itu.

          Ayat 9-10, Atas permintaan Barak, Debora berjanji akan turut maju bersamanya ke medan

Pertempuran. Debora tidak akan mengutus Barak ke suatu tempat jika dia sendiri tidak mau pergi ke tempat itu. Orang-orang yang dalam nama Allah memanggil orang lain untuk melakukan kewajiban mereka, harus sungguh-sungguh siap untuk mendampingi mereka dalam melaksanakannya. Debora adalah kaum yang lebih lemah, namun ia memiliki iman yang lebih kuat.

Akan tetapi, meskipun Debora setuju untuk turut maju bersama Barak, jika Barak memang bersikeras menuntutnya, Debora memberinya isyarat yang cukup pantas untuk membuat seorang tentara tidak bersikeras menuntutnya: Barak tidak akan mendapat kehormatan yang begitu besar seperti seandainya dia maju sendiri. Sebab Tuhan akan menyerahkan Sisera.

Dunia akan menganggap kemenangan ini diperoleh karena tangan Debora.

Dan Allah (untuk memperbaiki kelemahan Barak) akan melengkapi kemenangan itu melalui tangan Yael, yang sedikit banyak akan memudarkan kehormatan Barak.

Tetapi Barak lebih menghargai ketenangan pikirannya, dan keberhasilan yang luar biasa dari usahanya, daripada kehormatannya. Oleh karena itu, ia sama sekali tidak mau membatalkan permohonannya. Ia tidak berani berperang kecuali Debora ada bersamanya, untuk memberinya petunjuk dan berdoa baginya. Oleh sebab itu, Debora menepati perkataannya sendiri dengan keberanian seorang laki-laki. Pahlawan perempuan yang mulia ini pun bangun berdiri dan pergi bersama-sama dengan Barak.

A.3.3. Ide Sentral Teks Khotbah: Debora, hakim perempuan di Israel berani menghadapi tantangan berperang melawan rajaMesir

          

  1. Menginspirasi Khotbah

IST Invocatio: Tegurlah perempuan tua dan muda dengan kasih dan  kelembutan, dengan

                          hormat dan penuh kemurnian.

IST Bacaan   :  Sejumlah besar perempuan ikut menyertai Yesus dan melayani rombongan

       dengan kekayaan mereka.

IST Khotbah : Debora, hakim perempuan di Israel berani menghadapi tantangan berperang

                          melawan raja Mesir. 

Tema             :  “Ngerunggui Bangsa Dibata”

 

 

  1. KHOTBAH

 

  1. PENDAHULUAN

            Saudara-saudara yang terkasih dalam nama Tuhan Yesus Kristus,

Minggu ini disebut Minggu Moria. Tahun ini Moria GBKP merayakan Ulang Tahun yang ke 66. Tentu saja sebagai warga jemaat GBKP banyak hal yang kita harapkan dari Kategorial Moria supaya melalui kegiatan Moria di setiap wilayah pelayanannya memberi pengaruh positip bagi pertumbuhan dan perkembangan iman jemaat (secara khusus bagi Moria). Moria GBKP menjadi Ibu dan istri yang bijaksana ditengah-tengah keluarga, tempat kerja, gereja dan masyarakat.

Sehubungan dengan Minggu Moria, maka Minggu ini juga kita belajar dari tiga bagian teks Alkitab (Invocatio, Ogen dan Khotbah) yang berbicara tentang perempuan. Dalam Alkitab kita menemukan bahwa ada banyak nama-nama orang disebutkan. Ada nama laki-laki, ada juga nama perempuan, ada orang tua,  ada juga orang muda dan anak-anak. Salah satu dari nama-nama orang yang disebut dalam Alkitab itu adalah Debora. Dia adalah satu-satunya hakim perempuan yang diceritakan dalam kitab Hakim-hakim.

            Saudara-saudara yang dikasihi oleh Tuhan Yesus Kristus,

            Tuhan bekerja menolong umat-Nya secara unik. Ia bisa memakai siapa saja, baik pahlawan

            perkasa maupun orang biasa-biasa untuk mencapai maksud-Nya. Tuhan juga memakai

            berbagai cara baik melalui peperangan biasa, strategi tipu daya maupun peristiwa yang

            sepintas tidak masuk akal.

            Melalui kotbah di Minggu Moria ini, kita belajar dari sosok seorang wanita bernama

            Debora, dalam konteks bacaan kita ia menjadi hakim dan sekaligus “ibu” bagi orang Israel

            yang datang mencari pertolongan.

            Siapakah Debora?  Apakah arti dari nama Debora? Mengapa nama Debora di tuliskan dalam

            Alkitab? Apa yang harus dilakukan Moria GBKP setelah mendengar kisah Debora?

Nama Debora berarti lebah. Dia sangat dikenal karena ketekunannya, kebijaksanaannya, berguna bagi masyarakat, ramah kepada sahabat-sahabatnya, dan tajam kepada musuh-musuhnya. Ia adalah seorang perempuan yang penuh pencerahan, atau kecemerlangan, perempuan yang luar biasa berpengetahuan dan bijaksana, sehingga menjadi sangat terkemuka dan termasyhur. Ia sangat dekat dengan Allah. Ia adalah seorang nabiah, seorang yang mengenal perkara-perkara ilahi melalui ilham langsung dari Roh Allah, dan memiliki karunia-karunia hikmat, yang diperolehnya bukan dengan cara biasa: ia mendengar firman Allah, dan mungkin melihat penglihatan dari Yang Mahakuasa. Ia sepenuhnya mengabdikan diri untuk melayani Israel. Debora adalah seorang ibu rumah tangga, wanita karier dan nabiah. Suaminya bernama Lapidot.

            Berdasarkan penjelasan di atas ada beberapa hal yang bisa kita pelajari dari kisah Debora ini

            dihubungkan dengan HUT Moria GBKP.

  1. Dibutuhkan Moria yang dekat dengan Allah, memiliki karuna hikmat, suka dengar-dengaran akan firman Tuhan, ramah, pintar, tekun, kuat, bijak dan cakap untuk menyelamatkan kehidupannya secara pribadi dan keluarganya dari berbagai kesulitan dan tantangan kehidupan.

Tentunya tidak semua Moria memenuhi kriteria seperti yang disebutkan diatas. Akan tetapi ketika Moria memiliki hal tersebut maka dapat dipastikan, kehadirannya tidak hanya memberi pengaruh positip tetapi juga sangat dinantikan ditengah-tengah keluarga, gereja, masyarakat dan negara. Kehadiran Moria membawa salom damai sejahtera bagi siapa saja.

(Dalam bacaan khotbah, peran Debora sangat diharapkan oleh Barak, sebagai guru spiritualnya. Bersama Debora, Barak memiliki keyakinan pasti menang melawan musuhnya)

 

  1. Moria harus bekerja keras untuk sebuah harapan mulia sehingga kemenangan dan kehormatan akan mengikutinya.

Hidup adalah perjuangan. Setiap kita sedang berupaya menjadi yang terdepan dan lebih unggul dari yang lainnya. Kita dituntut untuk menghasilkan karya-karya yang lebih kreatif dan inovatif. Akan tetapi dibalik semua karya kita, pastikan bahwa Tuhan berpihak kepada kita sehingga kita diberi kemenangan oleh Tuhan. Pastikan bahwa kita berkarya dengan jujur, benar dan adil. Pastikan bahwa kita  tidak mengasihi diri sendiri, tidak mengasihi dunia ini, melainkan semua berkat yang sudah kita terima kita pakai untuk menyatakan kasih kita kepada Tuhan.

(Sebagaimana yang kita baca dalam bacaan pertama, Sejumlah besar perempuan ikut menyertai Yesus dan melayani rombongan dengan kekayaan mereka. Moria yang sudah mengalami kebaikan dan anugerah Tuhan, dengan sukacita mengambil bagian dalam pelayanan).

 

  1. Percayalah bahwa Allah dapat melakukan banyak cara untuk melepaskan kita dari berbagai pergumulan yang datang menerpa kita.

Hidup tidak lepas dari pergumulan. Musim kehidupan selalu akan berganti seiring berjalannya waktu.  Dalam Efesus 6:12, tertulis: karena perjuangan kita bukanlah melawan darah dan daging, tetapi melawan pemerintah-pemerintah, melawan penguasa-penguasa, melawan penghulu-penghulu dunia yang gelap ini, melawan roh-roh jahat di udara.

Seberat apapun pergumulan yang Tuhan ijinkan untuk kita lewati, percayalah bahwa Tuhan setia dan selalu siap menopang kita sehingga kita mampu melewatinya.

Firman Tuhan dalam Yesaya 41:10, berkata: janganlah takut, sebab Aku menyertai engkau, janganlah bimbang, sebab Aku ini Allahmu; Aku akan meneguhkan, bahkan akan menolong engkau; Aku akan memegang engkau dengan tangan kanan-Ku yang membawa kemenangan.

(Sebagaimana TUHAN menyerahkan Sisera ke dalam tangan seorang perempuan bernama Debora (Hakim2 4:9). Tuhan memberikan kemenangan bagi Israel, bukan kerena kekuatan kereta perangnya, kemampuan prajuritnya maupun alat persenjataan yang dimilikinya. Semua karena kasih dan anugerah Tuhan)

 

  1. Moria harus siap sedia menjadi berkat melalui pendampingan bagi Moria lain baik tua maupun muda. Perbedaan latar belakang anggota Moria baik dari segi umur, Pendidikan, pekerjaan, jabatan, kemampuan, status sosial, situasi emosional dan sebagainya dapat menjadi pemicu suatu masalah dalam kehidupan dan kegiatan pelayanan Moria.

(Karena itu sebagaimana dalam teks Invocatio,  Moria (Pengurus Moria) dalam mendampingi maupun menegur Moria lainnya harus membuat pembedaan besar dengan mempertimbangkan usia, sifat, dan keadaan-keadaan lain dari orang-orang yang ditegur. Dengan demikian, orang yang lebih tua dalam hal usia atau jabatan harus diperlakukan sebagai ibu. Tegurlah dengan kasih dan  kelembutan, dengan hormat dan penuh kemurnian)

 

  1. Pergumulan yang kita hadapi kedepan tidaklah mudah, dibutuhkan sikap yang arif dan bijaksana dalam menanggapinya melalui persiapan diri yang matang dalam hikmat Tuhan.

Setiap manusia memiliki kisah hidup yang berbeda-beda dan hal itu tidak mudah untuk dijalani, sehingga dapat menggoyahkan iman mereka. Namun Tuhan sungguh baik, Ia selalu memberikan kita kekuatan dan penghiburan melalui FirmanNya seperti yang tertulis pada 2 Tawarikh 15:7 “Tetapi kamu ini, kuatkanlah hatimu, jangan lemah semangatmu, karena ada upah bagi usahamu”. Meskipun kita sudah mengetahui bahwa Tuhan senantiasa mendampingi kita dikala suka dan duka, tetap saja kita sebagai manusia sering kali melupakannya dan tidak peka terhadap suaranya, maka dari itu kita perlu memiliki sikap yang benar sebagai umat Kristen untuk menghadapi masalah yang ada.

(Seperti Debora memberikan arahan kepada Barak mengenai berapa jumlah orang yang harus dikumpulkannya, yaitu 10.000 orang. Barak tidak boleh merasa khawatir bahwa jumlah ini terlalu sedikit, sebab Allah akan menyelamatkan Israel. Barak tidak bisa berbuat apa-apa tanpa kepala Debora, dan Debora pun tidak bisa berbuat apa-apa tanpa tangan Barak. Keduanya secara bersama-sama menjadi pembebas yang lengkap bagi Israel).

Tema: Ngerunggui bangsa Dibata

Melalui tema ini, jemaat belajar dari ke tiga firman Tuhan (Invocatio, bacaan pertama dan khotbah), bahwa untuk mendapatkan hasil yang terbaik bagi perjalanan kehidupan dan iman anak-anak Tuhan, semuanya perlu dimusyawarahkan (dibicarakan bersama-sama).

Di minggu Moria ini tentunya gereja mengharapkan peran serta Moria secara aktif, kreatif dan inovatif sesuai dengan talentanya masing-masing untuk berkarya:

  • - Membangun dan memajukan persekutuan kategorial Moria sehingga semakin menjadi berkat bagi sesamanya (Seperti sejumlah besar perempuan ikut menyertai Yesus dan melayani rombongan dengan kekayaan mereka).
  • - Merangkul Moria muda dan tua sehingga dapat diajak bekerjasama. (Perempuan muda dan tua yang harus dikasihi dan dihormati dengan kelembutan dan kemurnian).
  • - Memiliki kharisma sehingga kehadiran Moria memberi energi positip bagi pertumbuhan gereja kedepannya. (Seperti Debora yang dipenuhi hikmat Tuhan)

 

SELAMAT ULANG TAHUN KE 66 MORIA GBKP.

JADILAH DEBORA-DEBORA MASA KINI.

TUHAN YESUS MEMBERKATI.

Pdt Philipus Tarigan-Rg Cililitan

MINGGU 08 OKTOBER 2023, KHOTBAH EFESUS 2:11-18

Invocatio :

Kejadian. 1:26

Bacaan :

2 Raja-raja 17:33-41

Tema :

Kristus Kap Si Mpelimbarui Adat / Kristus yang Memperbaharui Adat.

 

 Pendahuluan.

Hidup bermasyarakat dan hidup bergereja, adalah dua hal yang sulit dipisahkan. Kebudayaan mempengaruhi hidup Kekristenan, sebab sebagai mahluk yang tinggal di dunia ini, manusia selalu berinteraksi dengan keluarga, orang-orang di lingkungan sekelilingnya, lingkungan pekerjaan, suku dan bangsa dengan kebiasaan dan tradisinya dimana ia dilahirkan. itu sebabnya budaya dan agama merupakan identitas yang sulit untuk dipisahkan, Kedua identitas ini diwariskan dari orang tua secara turun-temurun dan dilaksanakan dalam kehidupan bermasyarakat.

Perjumpaan antara Injil dan budaya ini sering sekali menjadi polemik di dalam praksis kehidupan berjemaat, ada pro dan kontra terhadap budaya sendiri, misalnya ada yang menolak total semua simbol dan praktek adat budaya, ada yang menerimanya dan mendikotomikan antara iman dan adat budaya, artinya tetap melakukan semua praktek adat dan membedakannya dengan praktek hidup beriman, ada juga yang melakukan transformasi ada dan budaya tersebut. Bahagian yang ketiga inilah yang paling ideal karena Gereja lebih khususnya Kristus, datang ke dunia ini dan mati di Golgota untuk membaharui hidup dan kehidupan kita, baik itu sifat, kebiasaan (kebudayaan), jati diri dan bahkan keberadaan kita sebagai bangsa yang telah jatuh kedalam dosa. Adat istiadat nenek moyang adalah adat yang bertumbuh dengan hadirnya gereja atau Kristus, karena itu adat istiadat harus diterangi oleh injil, sehingga adat itu bisa dipakai oleh orang kristen dalam terang Kristus. Kehadiran gereja harus mencampuri adat istiadat manusia, sehingga adat istiadat tersebut sudah diterangi oleh Injil yaitu adat yang tidak terpisahkan dari Injil dan menjadikan masyarakat budaya menjadi masyarakat budaya yang kristiani.

Pembahasan Teks.

Kota Efesus yang terletak di pantai Laut Tengah, menjadi ibu kota propinsi Romawi yang disebut “Asia”. Kota metropolitan ini bergaya Yunani dan menjadi pusat kebudayaan Yunani serta pusat pemujaan dewi Artemis, selain dewa-dewi yang lain, termasuk penyembahan kepada kaisar Agustus. Di kota Efesus ini bertemu berbagai aliran kepercayaan, agama, pemikiran, budaya, suku, bangsa, dan ras. Maka sebagai kota dengan berbagai bentuk keanekaragaman identitas, gesekan-gesekan sosial pun tak terhindarkan. Akibatnya masing-masing kelompok cenderung kembali kepada identitasnya, membanggakan diri dan menutup relasi dengan yang lain.

Kecenderungan tersebut merasuk masuk dalam kehidupan jemaat di Efesus pula. Maka surat ini bertujuan menanggapi suatu kecenderungan umum di dunia Yunani saat itu, tidak terkecuali orang Kristen, yaitu tendensi kepada individualisme rohani, pembentukan kelompok-kelompok kecil yang hanya terbuka bagi orang-orang yang sehaluan. Orang Yahudi hanya mau terbuka dengan sesama orang Yahudi. Begitu pula dengan etnis dan bangsa yang lain. Bahkan dalam jemaat Kristen pun, orang-orang Kristen berlatar belakang Yahudi masih membuat diferensiasi (pembedaan) diri dengan mereka yang berlatar belakang non-Yahudi.

Bagi orang-orang Yahudi, ada dinding pemisah yang tebal antara mereka dengan bangsa-bangsa lain yang dianggap kafir. Bangsa Yahudi menjadikan sunat sebagai penanda keistimewaan mereka, yang membatasi mereka dengan bangsa yang tak bersunat. Bangsa yang tidak disunat, dianggap jauh dari Allah, dan tidak mendapat bagian dari janji-janji Allah. Sedangkan orang-orang Yahudi merasa diri paling dekat dengan Allah dan mendapat bagian dalam janji-janji Allah. Orang-orang tak bersunat disebut kafir. Orang-orang kafir direndahkan, bahkan dianggap anjing (band. Matius 15:26). Orang-orang Yahudi punya kejijikan yang sangat besar terhadap mereka yang dianggap kafir.

Bahkan orang kafir dipandang hanya sebagai ciptaan yang berguna sebagai bahan bakar neraka. Orang Yahudi tidak diperbolehkan membantu seorang ibu kafir yang akan melahirkan, atau menikah dengan orang kafir, atau masuk ke rumah orang kafir, karena dianggap akan membawa kenajisan. Situasi ini menggambarkan Adanya ketidakharmonisan diantara orang Kristen Yahudi dan Non Yahudi, membuat rasul Paulus menuliskan suratnya ini pada jemaat di Efesus. Dimana orang Kristen Yahudi merasa sombong karena mereka adalah umat pilihan Allah dan mereka sangat berpegang pada Taurat dengan segala ketentuannya. Sebaliknya orang Kristen Non Yahudi yang hanyalah hasil cangkokan dan bukan umat pilihan, mereka merasa minder.

Oleh karenanya Rasul Paulus menekankan kepada jemaat : Tetapi sekarang didalam Kristus Yesus kamu, yang dahulu “jauh” sudah menjadi “dekat” oleh darah Kristus. Kematian Kristus telah membuat mereka yang “jauh” menjadi “dekat”. Apa yang dilakukan oleh Kristus lewat kematian-Nya?. Kristus telah merobohkan tembok pemisah diantara mereka, yaitu Hukum Taurat dan segala ketentuannya sudah dimusnahkan dalam diri Kristus, sehingga kedua belah pihak sama-sama didamaikan didalam Kristus, dan dipersatukan dalam satu tubuh. Kematian Kristus telah mempersatukan Etnis Yahudi maupun Etnis Non Yahudi. Mereka menjadi anggota-anggota keluarga Allah. Kematian Kristus telah mempersatukan orang percaya dalam Satu tubuh, Satu Keluarga dan Satu bangunan, yang berarti berkaitan erat satu sama lain.

Renungan dan Refleksi.

  1. Budaya adalah Karunia Allah, Kebudayaan menurut Alkitab dapat dilihat dari beberapa aspeknya, yaitu: Allah memberikan manusia ‘tugas kebudayaan’ karena pada dasarnya ‘manusia memiliki gambar seorang pencipta’ (bdk. Invocario, Kej.1:26) dan manusia diberi TUGAS agar ‘menaklukkan dan memerintah bumi’ (Kej.1:28). Jadi, manusia menerima suatu mandat dari Allah dan mandat itu adalah MANDAT kebudayaan. Lebih jelas lagi disebutkan bahwa: “Tuhan Allah mengambil manusia itu dan menempatkannya dalam taman Eden untuk mengusahakan dan memelihara taman itu.” (Kej.2:15); di dalam Mazmur 150 kita dapat melihat bahwa TUJUAN kebudayaan yang utama adalah untuk ‘memuliakan dan mengasihi Allah, dan agar kebudayaan itu digunakan untuk melayani dan mengasihi sesama manusia seperti diri sendiri’. Didalam adat dan budaya banyak sekali nilai-nilai yang sejalan dengan kehendak Allah yang tetap perlu dijaga dan dipertahankan, namun banyak juga Penyimpangan-penyimpangan didalam praktek adat dan budayai misalnya dalam peristiwa ‘Menara Babel’ dimana tujuan kebudayaan menyimpang diarahkan untuk penyembahan berhala dan kebanggaan diri/kelompok (Kej.11). Tema dosa yang merusak tujuan kebudayaan adalah ‘ingin  menjadi seperti Allah’ (Kej.3:5) dan ‘mencari nama’ (Kej.11:4). Jadi dosa telah menyimpangkan kebudayaan sehingga berpotensi  bukan saja untuk tidak memuliakan penciptanya, sebaliknya malah digunakan untuk alat meninggikan diri dan menantang Allah. Oleh karenanya tugas Gereja dan setiap orang percaya adalah menjadi terang dan menerangi praktek-praktek adat dan budaya.
  1. Kita harus Berpikir Kritis dan santun yaitu, kita akan menguji segala sesuatu dengan tujuan  supaya kita memegang yang baik, melakukannya dalam tindakan-tindakan konkrit dalam pelayanan di gereja. menerima adat dan budaya tanpa  bersifat kritis bisa menjadi penyembahan berhala. Ada kebudayaan yang harus ditolak, tetapi ada juga yang dapat diterima karena tidak bertentangan dengan Alkitab, perlu di ingat apa yang ada di dalam Alkitab juga tidak terlepas dari tradisi di zaman Alkitab tersebut. Beriman bukan dengan mengharuskan kita tinggalkan apa yang ada di dunia tetapi pakailah itu semua menjadi alat untuk memuji Tuhan sebab semua berasal dariNya. Berbudaya bukan menjadikan kita meninggalkan Tuhan dan sebaliknya tetapi segala budaya yang kurang baik  perlu ditinggalkan karena salah dan banyak hal baik perlu dilestarikan. Kemudian jangan membuat kesimpulan kalau kita belum mengerti sebenarnya dua sisi yang dipermasalahkan dan hanya memandang satu sisi saja. Dengan adanya sikap pro dan kontra terhadap adat dan budaya ini menunjukkan bahwa adat dan budaya tidak sepenuhnya benar, tetapi tidak semuanya salah. Karena itulah dianjurkan untuk bersikap selektif dan tetap waspada dalam melakukan acara adat tersebut.

Tetap memupuk kesatuan, kesatuan di dalam gereja, diantara warga jemaat harus lebih kuat dari jenis-jenis persatuan lain di luar, karena di dalam gereja, yang mengikat mereka adalah Kristus. Kehidupan jemaat mesti terus membuktikan bahwa diri mereka adalah bait Allah, tempat Allah berdiam. Artinya, gereja mesti terus-menerus menghadirkan diri sebagai komunitas yang bisa bersatu, saling menerima, membawa damai sejahtera, mengasihi. Sehingga melalui kehidupan dan kesaksian mereka, Kristus diterima dan dipercaya sebagai Tuhan dan Juruselamat. Gereja harus mewaspadai bentuk-bentuk perusak kesatuan Sadar atau tidak, tembok pemisah antara kita dengan sesama utamanya adalah ego. Ego diri yang terwujud dalam sikap merasa diri lebih baik, lebih benar, lebih suci, lebih hebat, lebih berguna dan memandang sesama lebih buruk, lebih rendah, lebih berdosa, lebih lemah, menjadi pemicu tidak adanya harmoni dan kedamaian dengan sesama. Ego etnosentris (kesukuan), yang terwujud dalam sikap fanatisme berlebihan atas suku dan budaya sendiri dan cenderung merendahkan suku dan budaya yang lain menjadi penyebab tidak adanya persatuan dalam masyarakat dan bangsa. Ego keagamaan yang yang nyata melalui sikap permusuhan terhadap agama lain. Daftar ego identitas yang lain dapat ditambahkan. Tetapi itu berarti perlu kerendahan hati untuk mengakui kekurangan diri dan segala kelemahan kita, sehingga kita tidak selalu merasa lebih dan meremehkan sesama, karena hanya akan menjadi tembok pemisah dalam hubungan sosial. Sebagaimana Allah menerima kita, kita pun mesti menerima sesama dengan segala identitasnya. Justru, semakin kita mengasihi Allah, maka semakin kita menerima sesama. Allah menerima kita tanpa membeda-bedakan, maka kita pun mesti menerima sesama tanpa pandang bulu. Kalau kita tidak mampu menerima sesama yang berbeda, itu menjadi bukti bahwa kita bukan warga gereja. Gereja yang sejati mesti inklusif (terbuka)  menerima siapa pun.

Pdt Togu Persadan Munthe

Info Kontak

GBKP Klasis Bekasi - Denpasar
Jl. Jatiwaringin raya No. 45/88
Pondok Gede - Bekasi
Indonesia

Phone:
(021-9898xxxxx)

Mediate

GBKP-KBD