MINGGU 17 SEPTEMBER 2023, KHTOBAH FILIPI 1:12-17

Invocatio

: Jagalah hatimu dengan segala kewaspadaan, karena dari situlah terpancar kehidupan (Ams. 4:23).

Ogen

: 1 Raja-raja 11:26-39 (Responsoria)

Tema

: Setiap saat Memberitakan Kabar Baik (Katawari Pe Meritaken Berita Si Meriah)

 

1. Pendahuluan

Minggu ini merupakan minggu yang ke-XV setelah Trinitas, dan minggu ini kita diingatkan kembali mengenai HUT Permata GBKP yang ke 75 tahun. Ulang tahun yang ke-75 merupakan lambang kemuliaan dan keabadian. Kehadiran Permata merupakan tanda kasih setia Allah terhadap kesinambungan gerejaNya di tengah-tengah dunia ini. Umur 75 tahun ini disebut Diamond (berlian). Di umur yang ke 75 ini diharapkan Permata dapat menjadi seperti berlian: semakin bersinar, berharga, dan semakin bernilai. Sifat berlian menggambarkan keteguhan yang diberikan untuk bisa menghadapi berbagai kesulitan hidup, semakin matang dalam mengelola dan menghadapi permasalahan dalam kehidupannya. Bertambah umur semestinya mampu untuk berbuat dan mempersiapkan diri dalam memahami panggilan Tri Tugas Gereja yaitu bersaksi, bersekutu dan melayani begitupula agar permata GBKP dapat mewujudnyatakan kehendak Allah di tengah-tengah gereja, keluarga, masyarakat, bangsa dan negara.

2. Pendalaman Teks

Khotbah, Di dalam Kitab Kisah Para Rasul menjelaskan bahwa Filipi merupakan kota yang pertama sekali dikunjungi oleh Rasul Paulus setelah ia menyebrang dari Asia kecil menuju Eropa tenggara (bnd. Kis. 16:11-12). Filipi ini merupakan kota penting di Makedonia dan berada diujung timur dari jalur utama yang dinamakan jalur egnasia. Jalur ini biasanya dipakai oleh para pedagang dan pasukan Romawi untuk membawa barang dan perlengkapan dari wilayah timur. Surat Filipi ini termasuk kelompok surat Paulus yang disebut surat-surat dari penjara yang termasuk diantaranya Efesus, Kolose dan Filemon, karena surat ini ditulis oleh Paulus dari penjara. Dalam perikop ini bercerita tentang kesaksian Paulus dalam penjara dan nasihat supaya tetap berjuang dalam pemberitaan Injil.

Paulus mengetahui keprihatinan jemaat yang ada di Filipi atas dirinya atas pemenjaraan yang dialaminya. Itulah sebabnya, seperti kebanyakan surat yang ditulis Paulus, Rasul ini merasa perlu untuk memberitahukan keadaan dirinya. Paulus pun memberitahukan kabar baik untuk mereka. Di mana Paulus menceritakan tentang pemenjaraannya justru membawa kebaikan untuk kemajuan Injil. Di mana Kristus diberitakan di dalam penjara itu sendiri dan banyak yang percaya kepada Kristus dan bahkan memberikan dorongan yang kuat kepada setiap yang mendengar berita tentang Paulus. Di dalam kehidupan kita pun kalau kita sudah sangat menyayangi seseorang, apapun juga akan rela diberikan bahkan nyawa sekalipun. Inilah sikap Paulus terhadap Injil Yesus Kristus. Demi Injil, ia rela melakukan apa saja dan menderita karena Kristus. Apa pun yang terjadi tidak lagi penting baginya asalkan Kristus yang diberitakan.

Dalam bahasa Yunani prokope (kemajuan) yang dikatakan di dalam ayat 12 itu berasal dari sebuah kata kerja yang semula dipakai untuk seorang perintis yang dengan gigih membuka lahan baru. Pauluslah yang menulis surat Filipi dan jelas ditujukan kepada jemaat Filipi jadi artinya jemaat Filipi merupakan lahan baru bagi Paulus dan kemajuan itu mengalami dua arah. Yang pertama, penahanan Paulus diketahui banyak orang karena pemenjaraan Paulus oleh Kristus dimana banyak orang itu mencakup semua kalangan. Yang kedua, penahanan Paulus justru menjadi sumber dorongan bagi rekan-rekan Kristennya untuk mewartakan Kabar baik itu tanpa ada rasa takut lagi. Berdasarkan ayat ini Paulus tidak membicarakan penderitaan-penderitaannya. Karena dalam kalimat “apa yang terjadi atasku ini” ini sesungguhnya terkandung semua yang dirasakan oleh seorang yang dahulu bebas berkelana untuk memberitakan Injil, sekarang ditahan dan sangat mungkin dirantai siang dan malam. Dengan semua yang dialami justru mengakibatkan kemajuan Injil. Karena Rasul Paulus sangat meng-inginkan jemaat Filipi mengerti sepenuhnya bahwa penderitaan yang ia alami bukan suatu hukuman atas Paulus, tetapi penderitaan itu Tuhan pakai untuk mengabarkan Injil sehingga Injil tersebut mengalami kemajuan.

Ketika Paulus mengatakan kebanyakan saudara dalam Tuhan (ay. 14) sesungguhnya ini lebih mengacu kepada istilah dalam Tuhan yang menggambarkan suasana keyakinan sendiri bukan hanya sebatas sifat dari saudara. Di mana timbulnya keyakinan itu karena pemenjaraan Paulus sendiri yang membawa mereka untuk lebih berani lagi dalam memberitakan firman Allah. Paulus mampu menginspirasi jemaat Filipi dan menyadarkan jemaat Filipi bahwa setiap orang yang sudah percaya dan mau hidup di dalam Kristus harus sadar bahwa hidup atau mati ini semuanya hanya berfokus kepada Kristus. Dampak dari pemenjaraan Paulus tidak hanya dirasakan seluruh pengawal istana (ay.13) tetapi juga orang Kristen pada masa itu turut merasakan dampak dari maksud Tuhan atas hidup Paulus. Karena dengan apa yang dialami Paulus, berdasarkan ayat ini jelas dibuktikan bahwa banyak juga orang Kristen yang berani berkata-kata tentang firman Allah tanpa ada rasa takut. Kepercayaan yang penuh kepada Tuhan memberikan keberanian untuk menyampaikan kebenaran Kabar baik.

Dalam Perikop ini, Paulus memberitakan Kristus dengan sepenuh hati, tetapi ada saja orang yang yang menolak, melawan, dan mengolok-olok Kristus. Pada ayat 15a, 17 dijelaskan memberitakan Injil dengan maksud yang tidak baik. Ayat 15a dikatakan “ada orang yang memberitakan Kristus karena dengki dan perselisihan” dijelaskan bahwa Kristus sudah dikhotbahkan ataupun pesan tentang Kristus yang diberitakan, akan tetapi dibalik kabar baik ini, selalu ada juga cerita yang tidak begitu baik terkait dalam proses pemberitaan yaitu adanya motivasi yang salah atas pemberitaan Kristus itu sendiri. Adanya dengki (orang yang tidak mau melihat orang lain beruntung atau berbahagia (senang melihat orang susah)) dan terjadi perselisihan. Orang-orang yang melakukan itu merupakan orang-orang yang tidak sungguh-sungguh mengasihi Allah. Orang yang memiliki dengki itu adalah mereka yang ingin melawan Paulus karena cemburu atas pengaruh Paulus. Harapan mereka agar Paulus merasa sakit hati ataupun menyadari bahwa Paulus ada saingan, tetapi pada nyatanya sakit hati tersebut tidak pernah ada dalam pikiran Paulus. Memberitakan Kristus atas dasar perselisihan merupakan tindakan yang salah, karena itu bukan untuk memuliakan Tuhan tetapi merujuk kepada kepentingan diri sendiri dan tidak ikhlas (ay. 17). Dengan harapan supaya hukuman Paulus semakin diperberat, akan tetapi nyata tidak.

Pada ayat 15b, 16 dijelaskan “tetapi ada pula yang memberitakan-Nya dengan maksud baik. Mereka ini memberitakan Kristus karena kasih, sebab mereka tahu, bahwa aku ada di sini untuk membela Injil.” Maksud yang baik dalam bahasa Yunaninya adalah eudokian yang artinya adalah dengan kemauan sendiri, bebas, tidak dipaksa. Itu artinya orang-orang itu memberitakan Injil bukan karena ada unsur paksaan dari Paulus, tetapi karena adanya kesadaran sendiri. Hal itu bisa terjadi karena ada dampak yang luar biasa dari apa yang Paulus lakukan terkait dalam hal pemberitaan Injil. Jika dilihat dari ayat 16 yang mengatakan “mereka memberitakan Kristus karena kasih”, Kata kasih tersebut dapat diartikan kasih agape karena adanya rasa persaudaraan yang kuat di antara mereka terhadap Paulus. Kasih yang mereka miliki adalah sebuah kasih yang begitu dalam terhadap Paulus terhadap apa yang Paulus lakukan dalam hal pembelaan Injil. Sehingga mereka juga turut merasa perlu untuk membela berita Injil itu. Kesengsaraan, kesulitan bahkan penganiayaan sekalipun justru menimbulkan ketekunan yang menunjukkan sikap bermegah kepada Tuhan. Paulus menyampaikan bahwa atas segala yang terjadi di dalam hidupnya tidak menjadi masalah atasnya, melainkan kisah hidupnya menjadi alasan untuk jemaat Filipi semakin semangat dalam memberitakan kabar baik.

Bacaan pertama dari 1 Raja-raja berbicara mengenai Yerobeam. Yerobeam ini merupakan seorang pemuda yang sungguh rajin bekerja, seseorang yang peduli terhadap urusannya, menikmati pekerjaannya, dan mengerjakannya dengan segenap kekuatannya. Oleh sebab itulah, Salomo menyerahkan suatu tanggung jawab yang cukup penting kepadanya, menjadikannya penanggung jawab atas dua suku Efraim dan Manasye (setara dengan wakil raja atas kedua daerah tersebut). Dengan tanda sepuluh potong robekan jubah baru nabi Ahia, Yerobeam menerima nubuat bahwa ia akan menjadi raja Israel kelak. Ia akan memimpin sepuluh suku Israel, sementara satu suku yang lain akan dipimpin oleh keturunan Salomo sendiri. Itu pun karena Allah mengingat Daud, ayah Salomo (ayat 31-32, 35-36). Lalu Ahia memberitahukan penyebab terpilihnya Yerobeam menjadi raja, yaitu sebagai hukuman karena Salomo telah jatuh ke dalam penyembahan berhala (33). Hal itu kemudian menjadi bahan peringatan bagi Yerobeam sendiri agar tidak mengulangi kesalahan yang sama. Allah berjanji akan meneguhkan dinasti Yerobeam, jika ia melakukan apa yang benar di mata Tuhan (38). Dengan demikian terlihat bahwa sosok Salomo yang memiliki kualifikasi yang sangat tinggi, ternyata dinilai tidak sukses di mata Tuhan. Karena kesuksesan berdasarkan sudut pandang Tuhan terjadi bukan karena orang memiliki hikmat saja, melainkan bagaimana ia hidup berhikmat di dalam takut akan Tuhan.

Invocatio dari Amsal 4:23 berbicara mengenai nasihat untuk menjaga hati supaya tidak melukai dan dilukai, begitupula supaya tidak dicemari dosa. Sumber pusat kehidupan berasal dari hati. Hati sangat berperan penting dalam hidup kita. Hati menjadi tempat menyimpan segala sesuatu yang akan dilakukan, apapun yang kita pikirkan semua berasal dari hati terlebih dahulu. Hati ibarat sumber mata air, bila sumbernya kotor, maka kotorlah airnya, namun bila sumbernya bersih, maka bersihlah airnya. Dengan hati yang bersih itulah kita bisa mendekati Allah karena hati kita tidak lagi berisi hal-hal yang jahat tetapi penuh dengan iman yang teguh dan ketulusan. Apapun yang ada dalam hati kita akan terlihat jelas dari cara, gaya dan sikap hidup kita. Dan itu akan sangat menentukan kemana kita akan pergi kelak. Itulah sebabnya selaku anak muda terkhususnya diingatkan untuk menjaga hati dengan segala kewaspadaan.

Melalui ketiga nats ini dapat ditarik intinya bahwa tugas memberitakan kabar baik tidak hanya kalau sudah sekolah pendeta ataupun jadi hamba Tuhan, tetapi itu tugas semua orang yang beriman, yang percaya kepada Tuhan dan takut akan Tuhan. Dengan hati yang tulus beritakanlah kabar baik setiap saat.  

3. Aplikasi

  • Tema : “Setiap Saat Memberitakan Kabar Baik”. Kata setiap saat berarti setiap hari harus siap sedialah. Baik atau tidak baik waktunya, nyatakanlah Kabar Baik tentang kebenaran Firman Tuhan itu dengan segala kesabaran dan pengajaran. Memberitakan kabar baik itu bukan sebuah pilihan, tetapi keharusan bagi setiap orang. Seperti Paulus ketika dia di dalam penjara sekalipun dia tetap memberitakan kabar baik. Panggilan pelayanan Tuhan dalam memberitakan kabar baik dalam hidup kita harus lahir dari dasar hubungan pribadi dengan Tuhan, kemudian disambut dengan kerelaan, iman keberanian, ketabahan, ketekunan menanggung beban pelayanan termasuk segala persiapan yang diperlukan untuk menjadikan panggilan pelayanan yang bertanggung jawab. Gereja mempunyai tugas untuk menyaksikan siapa Tuhannya (Marturia/Bersaksi). Seluruh kehidupan anak Tuhan harus menyaksikan Tuhannya melalui ketaatannya kepada perintah Tuhan. Inilah kesaksian yang harus dinyatakan gereja, mengakui dengan mulut dan perbuatan siapa Tuhannya yang sesungguhnya. Sebagai Ciptaan Tuhan, dalam persekutuan kita dengan Yesus Kristus, diciptakanNya kita untuk melakukan pekerjaan-pekerjaan yang baik yang telah direncanakan Tuhan, mari kita lakukanlah memberitakan kabar baik itu (Efesus 2:10).
  • Pemuda adalah tonggak penting. Sebagai anak muda (Permata) di gereja harus ikut berperan aktif dalam memberitakan kabar baik. Tokoh Alkitab yang sudah memberitakan kabar baik sejak masa muda nya yaitu Timotius. Timotius ini sejak bayi sudah diajarkan oleh ibu nya tentang tulisan-tulisan kudus (2 Timotius 3:15), dari pengajaran itulah Timotius belajar memberitakan kabar baik tentang Yesus Kristus. Walaupun masih muda, bukan sebagai penghalang bagi anak muda untuk dapat berkarya bagi gereja, anak muda dapat dilatih oleh gereja untuk memulai memegang tanggung jawab dalam melayani dalam pelayanan ibadah gereja, karena anak muda adalah penerus-penerus gereja. Anak muda harus menjadi pelopor tewujudnya “Shalom Allah” di muka bumi ini. Paulus juga mengajarkan bahwa kita harus tetap menjadi teladan bagi orang percaya melalui kasih, tingkah laku, kesetiaan, serta kesucian dalam kristus.

 

Det. Holisane Angela Br Keliat, S.Th-GBKP Perpulungen Cirebon Runggun Tambun

 

Info Kontak

GBKP Klasis Bekasi - Denpasar
Jl. Jatiwaringin raya No. 45/88
Pondok Gede - Bekasi
Indonesia

Phone:
(021-9898xxxxx)

Mediate

GBKP-KBD