MINGGU 01 OKTOBER 2023, KHOTBAH IBRANI 9:1-8

Invocatio :

“Sebab cinta untuk rumahMu menghanguskan aku, dan kata-kata yang mencela Engkau menimpa aku.”(Mazmur 69:10)

Ogen :

Hagai 2:1-9 (T)

Tema :

Rumah Doa Adalah Tempat Yang Kudus

Ada penggalan lagu rohani yang syairnya “…Jadikan aku bait suciMu yang kudus dan yang tiada bercela, jadikan aku mezbah doaMu bagi keselamatan bangsaku…” melalui lagu ini kita diajak untuk melihat dan merasakan betapa pentingnya bait suci atau mezbah doa yang sesungguhnya, untuk menyatakan kemuliaan Tuhan di tengah kehidupan. Tentunya hal ini menyangkut kesiapan ‘rumah doa’ yang dalam hal ini keberadaan hidup setiap orang percaya, juga pengadaan dan pemeliharaan fisiknya sebagai tempat persekutuan umat Allah. Keduanya adalah penting untuk bersama-sama terjaga.

Gereja diartikan sebagai diri pribadi setiap umat Tuhan sekaligus juga suatu tempat beribadah dan doa. Di dalam minggu perawatan inventaris gereja, kita memahami tentang pentingnya pertumbuhan iman setiap umat Tuhan melalui pelayanan gereja, agar setiap pribadi yang telah mengalami pertumbuhan iman pun, membuahkan sikap yang mau dan bersedia membangun, merawat, menjaga gereja sebagai bangunannya dan memperhatikan setiap kebutuhannya dalam keadaan baik. Penting sekali terlebih dahulu kita memahami bahwa Rumah Doa Adalah Tempat Yang Kudus. Kekudusan sangat penting dalam persekutuan dengan Tuhan, karena Tuhan adalah Allah yang Kudus. Sehingga kehidupan umatNya dan perjumpaan denganNya juga adalah kudus. Menjaga kekudusan adalah tugas setiap jemaat gereja. Lalu bagaimana kita telah membangun dan merawat gereja saat ini?

Penjelasan Teks

Ibrani 9:1-8 Surat ini ditujukan kepada orang-orang Kristen, sebagai peneguhan iman agar tetap bertahan dalam penderitaan dan tidak berpaling dari Yesus. Penulis surat Ibrani menekankan pentingnya pengenalan yang sungguh akan Yesus, sebagai Imam Yang Agung yang memimpin pada kekudusan hidup dan keselamatan, yang tentunya patut untuk dipercaya/diimani. Tuhan telah menyediakan tempat perjumpaan yang kudus denganNya yang nantinya layak menjadi bagian setiap umat yang setia kepadaNya. Namun, selama kita masih hidup tentunya tempat perjumpaan saat ini, juga harus tetap dijaga agar setiap umat semakin merindukan kehadiran Tuhan dalam hidupnya.

Yesus sebagai imam. Gambaran tugas seorang imam tidaklah asing bagi mereka, karena di dalam tradisi agama Yahudi, seorang imam memiliki peran penting dalam peribadahan. Imam besar digambarkan sebagai wakil umat dihadapan Allah, khususnya dalam hal memberi persembahan dan mengaturkan pelaksanaan juga keperluan peribadahan.

Ay 1-6 Menekankan kembali bagaimana pentingnya tempat perjumpaan dengan Allah yang kudus, dalam ibadah seperti perjanjian yang pertama. Sejak Israel membangun Kemah Suci di zaman Musa sebagai tempat umat berjumpa dengan Allah, semua sudah dirancang dalam inisiatif Allah sendiri dan diaturkan sedemikian rupa. Walaupun bangunan dan perkakasnya buatan manusia, tapi arti kekudusannya penting untuk terus dijaga, karena ibadah melibatkan kehadiran Allah. Sehingga segala sesuatu yang diperlukan untuk peribadahan juga harus diperhatikan. Seperti pada Kemah Perjumpaan, disediakan kaki dian, meja roti sajian, mezmah bakaran, tempat tabut perjanjian, buli-buli berisi manna, tempat tongkat Harus dsb. Ruang-ruang didalamnya pun diaturkan batasnya dan fungsinya yang dibedakan dengan tirai penutup.

Semua ini bertujuan agar umat memahami bahwa setiap hal dalam ibadah, bertujuan untuk merasakan berharganya perjumpaan antara umat dan Allah. Sehingga segala sesuatunya harus dipersiapkan dengan baik (termasuk hati yang mempersiapkannya dan keperluan pendukung lainnya)

Ay 7-10 Kemah Perjumpaan adalah tempat kudus dan suci. Peribadahan yang dilakukan pun tidak dapat sembarangan dan sekedar saja. Para imam yang bertugas mengaturkannya pun, tidak bisa sesuka hati untuk masuk ke dalamnya. Orang Israel sebagai umat dapat masuk sampai ruangan paling luar dari kemah pertemuan, untuk memberikan persembahan mereka kepada para imam. Seorang imam biasa dapat masuk hingga ruang depan yaitu ruang kudus. Sedangkan yang dapat masuk ke ruang Maha Kudus tempat dimana Allah berkenan hadir, hanya seorang Imam Besar. Itu pun kesempatan sekali dalam setahun.

Batasan-batasan ini punya makna yang dalam. Walaupun bangsa Israel adalah umat pilihan Tuhan, mereka juga tidak serta merta terbebas dari dosa. Seorang Imam Besar pun tidak dapat masuk keruang Maha Kudus tanpa keperluan membawa darah persembahan (ay 7), karena persembahan korban bakaran sebagai lambang penyucian dosa yang sementara bagi dirinya sendiri mau pun bangsa Israel.

Lebih dalam lagi, penulis surat Ibrani ingin memberikan pengertian tentang Kristus sebagai Imam Besar yang akan datang bagi kita semua dalam perjanjian yang baru (ay 11). Yesus Kristus adalah kurban yang Agung sehingga melalui Dia umat menerima pengampunan dan pengudusan yang sempurna. Karena itulah perjumpaan dengan Yesus menjadi istimewa bagi setiap orang percaya. Termasuk dalam ibadah dan tempat perjumpaannya.

Penulis Ibrani menunjukkan bagaimana Bait Allah berguna sebagai tempat beribadah dan perjumpaan yang Kudus. Tetapi semua itu tidak dapat menyucikan diri kita sebagai manusia berdosa. Seperti perbedaan antara membilas dan mencuci piring. Kedua kegiatan itu melibatkan air, tetapi mencuci melibatkan unsur lain, yaitu sabun. Piring yang hanya dibilas mungkin terlihat bersih, tetapi belum layak untuk dipakai. Harus dicuci dulu kemudian dibilas. Analogi itu menggambarkan fungsi Bait Allah dalam peribadahan, menjadikan kita bersih, namun akan menjadi layak jika didalamnya terjadi perjumpaan dengan Yesus yang sungguh.

Ibadah yang dilakukan manusia bisa saja terdapat kekurangan. Pengadaan dan perawatan berbagai sarana dan prasarananya pun pasti ada kelemahannya. Namun itu semua tidak menjadi alasan untuk melakukan ibadah dengan sembarangan. Ibadah yang dikerjakan manusia memang bukan kesempurnaan akhir, karena Yesus Kristus sebagai Imam Besar yang akan menyempurnakannya. Tetapi tetap diperlukan setiap aturan dan ketentuan yang berlaku dalam mendukung berjalannya ibadah, sebagai bukti kesungguhan hati kita percaya dan berbakti kepada Allah.

Hagai 2:1-9 Kitab Hagai merupakan peringatan yang disampaikan kepada seluruh bangsa Yehuda paska pembuangan. Setelah kembali menetap di Yehuda, mereka tidak langsung membangun reruntuhan Bait Allah yang telah dihancurkan saat peperangan. Bertahun-tahun lamanya mereka diam dan tidak memperhatikan pentingnya tempat perjumpaan antara umat dengan Allah, karena sibuk dengan kehidupan masing-masing. Sehingga Nabi Hagai menekankan akan pentingnya Bait Suci sebagai tempat perjumpaan dan wujud kehadiran Tuhan diantara mereka. Tanpa kehidupan iman dan kesungguhan beribadah tentunya mereka kehilangan arti berkat-berkat Tuhan. Padahal kepulangan mereka ke Yehuda dan perjalanan kehidupan mereka adalah pemberian Tuhan. Nabi Hagai memberikan teguran agar kembali mengutamakan ketaatan kepada Tuhan melalui pembangunan Bait Suci.

Walaupun tidak mudah untuk melanjutkan pekerjaan itu, tetapi Hagai memberitakan tentang janji Tuhan, bahwa penyertaan dalam RohNya adalah tetap. Sehingga umat Tuhan tidak perlu takut (ay 5). Dalam kemuliaan dan kuasa Tuhan, segala sesuatu dapat dibaharuiNya. Tuhan menjamini apa yang diperlukan umatNya untuk beribadah kepadaNya karena semesta ini pun adalah kepunyaanNya (ay 6-8). Dalam hal ini kita pun dapat memahami bahwa dalam membangun tempat perjumpaan yang kudus di dalam Tuhan, umatNya harus bersatu hati. Karena tugas yang sesungguhnya bukan hanya untuk membangun fisiknya saja tetapi juga membangun kerinduan akan pentingnya tempat perjumpaan untuk beribadah dan berdoa kepada Tuhan. Dalam kebersamaannya masing-masing dapat meneguhkan kembali panggilan sebagai umat Tuhan.

APLIKASI

Gereja tempat perjumpaan umat dengan Tuhan yang terjadi dan terlihat bagi dunia ini. Sehingga sebagai orang yang percaya kepada Kristus kita adalah anggota gereja yang harus menjaga kesungguhan bakti kepada Tuhan dan meneguhkan semangat pembangunan dalam rumah Tuhan yang kudus. Untuk dapat melakukan peribadahan yang sungguh, tidak dapat dibandingkan atau ditentukan hanya oleh mewahnya perkakas ibadah atau keindahan bangunan gereja yang digunakan. Karena bukan itu yang menentukan kekudusan peribadahan. Melainkan kesungguhan hati dan fokus dalam melaksanakannya dihadapan Tuhan.

Namun sebagai pendukung ibadah yang baik, seluruh keperluannya tetap penting untuk disediakan, dijaga dan dirawat. Diberlakukan aturan dan disiplinnya. Agar setiap kali kita sebagai umat Tuhan berjumpa dalam ibadah, kita semakin merasakan kehadiran Tuhan, tidak sembrono dan memandang sepele arti ibadah. Maka seseorang yang mengerti dan mengalami ibadah yang sungguh, pasti tidak enggan untuk memberi diri memperhatikan segala kebutuhan ibadahnya.

Belajar dari pesan Tuhan melalui jemaat pembaca surat Ibrani juga semangat yang dibangkitkan Hagai bagi umat Tuhan, maka kita pun harus merindukan persekutuan yang indah dengan Tuhan dan sesama umatNya di dalam gereja. Walaupun realitanya masih banyak kendala yang dihadapi dalam pembangunan dan perawatan gereja, misalnya kurangnya SDM yang peduli dan mau ambil bagian, kebutuhan biaya yang cukup besar untuk pengadaan dan perawatan rutin gereja agar layak pakai, tantangan dari keamanan dan kenyamanan gereja, bisa juga karena perpecahan dalam jemaat yang menyulitkan fokus memperhatikan gereja juga tantangan yang datang dari sulitnya izin membangun dan izin beribadah dsb.

Kita percaya, seperti kerinduan Daud akan rumah Tuhan semakin menggebu-gebu terlebih karena begitu banyak musuh-musuh dan tantangan yang dihadapinya (bdk Invocatio), Daud tidak surut dalam kesungguhan hatinya untuk terus percaya akan penyertaan Tuhan. Juga seperti jaminan yang Tuhan janjikan bagi bangsa Yehuda untuk memnangun kembali bait suci, janji itu juga menjadi bagian kita. Tuhan akan menyertai dan tidak akan membiarkan rumahNya yang kudus hancur. Oleh sebab itu bangunlah semangat untuk turut memperhatikan gereja. Karena inilah wadah pertumbuhan iman kita. Amin.

Pdt Deci Kinita Br Sembiring-Rg Studio Alam

 

Info Kontak

GBKP Klasis Bekasi - Denpasar
Jl. Jatiwaringin raya No. 45/88
Pondok Gede - Bekasi
Indonesia

Phone:
(021-9898xxxxx)

Mediate

GBKP-KBD