SUPLEMEN PJJ 03-09 APRIL 2022, 1 KORINTI 15:51-57

KEMENANGEN ARAH KRISTUS

(KEMENANGAN OLEH KRISTUS)

1 Korinti 15:51-57

Jemaat Korintus adalah salah satu jemaat yang dirintis oleh Paulus. Jemaat Korintus terdiri dari beberapa orang Yahudi tetapi kebanyakan adalah orang bukan Yahudi yang dahulu menyembah berhala. Setelah Paulus meninggalkan Korintus berbagai macam persoalan timbul, salah satunya adalah ketidak percayaan mereka tentang kebangkitan daging. Masyarakat Yunani memahami bahwa kematian dapat membebaskan jiwa dari tubuh. Jadi seandainya ada kehidupan setelah kematian maka yang ada hanyalah jiwa tanpa tubuh. Kepada mereka yang tidak percaya, Paulus menegur dan menguatkan mereka bahwa Kristus sungguh-sungguh hidup dan bangkit. Jika Kristus tidak bangkit, Paulus mengatakan sia-sialah pemberitaan injil yang dia sampaikan dan sia-sialah juga kepercayaan mereka. Dengan kata lain kebangkitan Kristus adalah inti injil sejati dan iman Kristen.

Rahasia yang diungkapkan oleh Paulus adalah rahasia yang diterimanya dari Allah bahwa “kita tidak akan mati semuanya tetapi kita semuanya akan diubah.” Artinya bahwa, ada orang yang masih hidup, pada saat kebangkitan orang mati, yang terjadi pada saat kedatangan Tuhan Yesus yang kedua kali (bnd. 1Tes 4:15), maka orang yang masih hidup pada waktu Tuhan Yesus datang yang kedua kali akan mengalami perubahan, yaitu pada saat nafiri terakhir berbunyi, mereka akan diubah dari yang dapat binasa menjadi yang tidak dapat binasa dalam sekejap mata, tanpa harus mengalami kematian terlebih dahulu, sedangkan orang-orang mati akan dibangkitkan dalam keadaan yang tidak dapat binasa. Yang dimaksud oleh Paulus dengan ungkapan “sekejap mata” ialah perubahan yang terjadi dalam waktu yang cepat sekali, seperti kedipan mata, atau kelipan cahaya.

Paulus membahas mengenai dua teks dalam PL untuk membentuk sebuah nyanyian kemenangan yang menantang maut sebagai sebuah kuasa yang bagi orang Kristen sudah dikalahkan. Disini Paulus mengutip, Yesaya 25:8 “Ia akan meniadakan maut untuk seterusnya dan Hozea 13:14 “…dimanakah penyakit samparmu hai maut, dimanakah tenaga pembinasamu hai dunia orang mati?” Teks PL ini dipakai oleh Paulus untuk menggaris bawahi hubungan antara kebangkitan dan pemberian tubuh rohaniah dengan kemenangan terakhir dari maut. Artinya Tuhan Yesus akan membinasakan kematian dan alam maut, dimana kemenangan-Nya meliputi dua hal, yaitu kebangkitan orang percaya yang mati di dalam iman kepada Kristus dan perubahan orang-orang percaya yang masih hidup pada waktu kedatangan Tuhan Yesus. Dalam hal ini Paulus berkata bahwa yang dinubuatkan oleh nabi Yesaya dan nabi Hozea adalah benar dan tidak dapat ditolak lagi.

Paulus memberitahu kepada jemaat di Korintus, bahwa kebangkitan Kristus hendaknya meyakinkan setiap orang tentang pemeliharaan dan kuasa Tuhan. Persoalan terberat yang dihadapi oleh manusia ialah kematian. Tak satu pun manusia yang bisa melawan hal tersebut. Namun demikian, kebangkitan Kristus menegaskan bahwa kematian pun sesungguhnya telah ditaklukkan. Kebangkitan Kristus jelas memberi Kemenangan kepada setiap kita orang percaya dalam segala hal. Karena sesungguhnya tidak ada lagi kekalahan dalam kehidupan orang yang percaya kepada Yesus, sebab Dia sudah menanggung semua kekalahan itu dengan mengalahkannya melalui kematiaan-Nya di kayu salib dan bangkit dalam kemenangan.

Dari maut saja kita sudah mengalami kemenangan, maka tidak ada hal lagi yang dapat mengalahkan kita. Baik itu masalah, masa lalu, ketakutan dan lain sebagainya. Semua pergumulan setiap orang yang percaya kepada Kristus sudah dikalahkan oleh-Nya sehingga kita menjadi menang. Hal ini bukan berarti bahawa umat Tuhan bisa hidup bebas dari segala tantangan dan kesulitan, justru melalui tantangan dan kesulitan yang dialami akan terbuktilah kemenangan yang dari Tuhan bagi umat- Nya. Seorang pemenang adalah dia yang telah mengalahkan segala kesulitan dan tantangan di dalam hidupnya. Jikalau tidak ada kesulitan, menang atas apa?Firman Tuhan tidak mengajar kita untuk lari dari kesulitan.

Pdt Rahel br Tarigan-Rg. Denpasar

SUPLEMEN PJJ 27 MARET-02 APRIL 2022, ROMA 12:14-21

MERIAH RAS KERINA KALAK

Roma 12:14-21

 

PENDAHULUAN

Hidup sebagai orang percaya bukanlah perkara yang mudah. Ada banyak nilai dan norma hidup yang bertentangan dengan nilai-nilai dan norma duniawi. Misalnya jika dunia menerapkan hukum timbal balik, misalnya; “mata ganti mata”, maka sebaliknya orang percaya harus memiliki sikap kasih, memberkati bahkan mendoakan orang yang bertindak zalim bagi orang percaya (bdk. Matius 5:44). Karenanya dibutuhkan keteguhan hati dan komitmen yang kuat dibarengi dengan adanya relasi yang baik terhadap Kristus Yesus sebagai Sang guru Agung, teladan Kasih sejati.

PENJELASAN TEKS

Kitab Roma berisi tentang kasih Allah yang telah membebaskan manusia baik Yahudi mapun yang bukan Yahudi. Yesus yang adalah perwujudan kasih menjadi jembatan agar setiap orang dapat beroleh pembebasan dari belenggu kuasa dosa, dan itu berlaku bagi umat Yahudi maupun yang bukan Yahudi. Tidak ada yang dapat membentengi kuasa kasih Allah bagi manusia termasuk di dalamnya identitas diri manusia.

Roma 12:14-21 merupakan satu bahagian dari nasihat Paulus ke pada jemaat di Roma untuk hidup di dalam kasih. Hidup dalam kasih menjadi gaya hidup bagi orang percaya selaku manusia-manusia yang telah dibebaskan. Ada tujuh karakter yang harus dimiliki orang telah dibebaskan dari kuasa dosa:

  1. Memberkati orang-orang yang menganiayanya, bukan mengutuk atau tidak melakukan balas. (Rm. 12:14 & 17)
  2. Mampu memahami dan merasakan situasi yang dialami orang lain, misalnya; jika berada di tengah-tengah kesedihan, mampu menyelami kesedihannya, jika dalam situasi suka, maka dapat bersama-sama merasakan sukacita. (Rm. 12:15)
  3. Hidup sehati sepikir dalam memikirkan hal-hal sederhana dan tidak menganggap diri lebih seorang dari yang lain (Rm. 12:16)
  4. Hidup berdamai dengan semua orang (Rm. 12:18)
  5. Pembalasan adalah hak Allah, bukan manusia (Rm. 12:19)
  6. Memberikan perhatian bagi seteru, jika lapar memberinya makan dan jika haus memberinya minum (Rm. 12:20)
  7. Orang percaya harus menang melawan kejahatan (Rm. 12:21)

Sesuai tema Perpulungen Jabu-jabu minggu ini, yang menjadi fokus pembahasan adalah, berdamai dengan semua orang. Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesi kata berdamai berasal dari akar kata “damai” artinya tidak ada perang; tidak ada kerusuhan; aman, tenteram; tenang. Sedangkan berdamai berarti: berbaikan kembali; berhenti bermusuhan; berunding untuk mencari kesepakatan. Berdamai menjadi salah satu perhatian Paulus di dalam suratnya pada jemaat di Roma, mengapa? Sebab Paulus melihat adanya hubungan yang kurang harmonis antara orang Yahudi dengan orang yang bukan Yahudi yang percaya pada Yesus. Karenanya penting bagi Paulus memberi nasihat bagi ke dua kelompok ini untuk berdamai satu dengan lainnya.

KESIMPULAN

Bagi masyarakat Karo, salah satu yang perlu menjadi perhatian serius adalah sikap berdamai. Sebab jika kita belajar dari pengalaman sehari-hari, sangat sulit bagi orang Karo untuk berdamai dengan sesamanya jika dia sudah memiliki masalah dengan sesamanya. Masalah itu akan selalu di ingat bahkan tidak jarang sampai akhir hayatnya dia tidak berdamai. Ada dua falsafah Karo yang menggambarkan sulitnya berdamai bagi orang Karo misalnya; “bagi si nektek keteng, adi banci kin pagi keteng e ersada bagi si ndube je maka banci ka ersada”, “sada mata wari pe ate ku lahang ras ia”.

Sebenarnya masyarakat Karo memiliki upaya di dalam membangun kembali hubungan yang kurang harmonis melalui budayanya. Salah satunya adalah budaya “purpur sage” ini merupakan salah satu cara yang titerapkan guna mengembalikan hubungan yang kurang harmonis pada masyarakat Karo. Melalui budaya ini, keluarga berusaha memperdamaikan seorang yang terlibat konflik dengan sesamanya. Yang lain dikenal dengan “sistem rakut si telu”. kata rakut dalam Bahasa Karo artinya tali pengikat, telu artinya tiga. Jadi ada tiga struktur yang mengikat hubungan kekerabatan masyarakat Karo. Kalimbubu (kelompok pemberi dara), Senina-Sembuyak (kelompok yang memiliki marga yang sama), dan anak beru (kelompok yang menerima dara). Jadi jika di lihat dari kedua tatanan tersebut, sebenarnya tidak sulit bagi masyarakat Karo untuk berdamai bagi sesamanya. Apa lagi jika di tambah dengan masuknya kekristenan ke pada orang Karo. Di mana di dalam ajaran Kristiani kita diajarkan untuk senantiasa mengasihi dan berdamai terhadap semua orang, maka semakin sempurnalah seharusnya sikap dan karakter orang Karo di dalam menjalankan pola hidup yang mau berdamai dengan semua orang. Sangat di sayangkan jika masih ada orang Karo yang beragama Kristen yang tidak berdamai dengan sesamanya. Hal tersebut sama saja dengan orang yang sedang mengingkari budayanya (bhs. Karo: La Radat) dan mengingkari iman Kristianinya (La Erkiniteke). Sudah seharusnya masyarakat Karo yang beragama Kristen menjadi garda terdepan di dalam menjunjung tinggi perdamaian bagi setiap orang. Amin

Pdt. Jerri Ardani Brahmana-Rg. Balikpapan

SUPLEMEN PJJ TANGGAL 20-26 MARET 2022, ROMA 12:9-13

ERSADA RAS SI MEHULI

Roma 12:9-13

 

PENDAHULUAN

Setiap insan yang hidup di dunia tentu mengharapkan kebaikan senantiasa terjadi di dalam hidupnya. Namun pada kenyataannya banyak orang yang sulit sekali mendapatkan kebaikan. Kebaikn seolah menjauh dari kehidupannya, sehingga sering terjadi orang enggan melakukan kebaikan di dalam hidupnya.

Salah satu tantangan terbesar bagi orang percaya adalah, Yesus mendorong setiap orang untuk lebih dahulu melakukan kebaikan. Dalam kitab Matius 5:43-44 dengan tegas Yesus mengatakan “Kamu telah mendengar firman: Kasihilah sesamamu manusia dan bencilah musuhmu. Tetapi Aku berkata kepadamu: Kasihilah musuhmu dan berdoalah bagi mereka yang menganiaya kamu” (Matius 5:43–44). Bahkan di ayat  46-47 Yesus lebih tegas mengatakan, “Apabila kamu mengasihi orang yang mengasihi kamu, apakah upahmu? e  Bukankah pemungut cukai juga berbuat demikian? Dan apabila kamu hanya memberi salam kepada saudara-saudaramu saja, apakah lebihnya dari pada perbuatan orang lain? Bukankah orang yang tidak mengenal Allahpun berbuat demikian?” 

Pernyataan tersebut mengungkapkan bahwa begitu besarnya dorongan Yesus agar setiap orang yang mengikutnya betul-betul melakukan kebaikan, bahkan lebih dulu melakukan kebaikan dibanding mengharapkan kebaikan.

PENJELASAN TEKS

Kitab Roma 12 merupakan dorongan Paulus kepa da jemaat di Roma untuk menunjukkan sikap yang benar yang harus ada pada diri orang Kristen. Ada beberapa sikap yang harus di miliki orang yang mencerminkan sikap hidup Kristen:

  1. Hendaklah kasih itu jangan pura-pura!Jauhilah yang jahat dan lakukanlah yang baik. (ay.9)
  2. Hendaklah kamu saling mengasihi sebagai saudara dan saling mendahului dalam memberi hormat. (ay. 10)
  3. Janganlah hendaknya kerajinanmu kendor, biarlah rohmu menyala-nyala dan layanilah Tuhan. (ay. 11)
  4. Bersukacitalah dalam pengharapan, sabarlah dalam kesesakan, dan bertekunlah dalam doa! (ay.12)
  5. Bantulah dalam kekurangan orang-orang kudus dan usahakanlah dirimu untuk selalu memberikan tumpangan! (ay. 13)

Apa yang diungkapkan oleh Paulus yang menjadi standart hidup sebagai orang Kristen di atas merupakan nilai hidup yang tidak mudah untuk dilakukan. Apa lagi pada masa itu Kekristenan adalah agama yang tidak diterima oleh negara maupun kalayak ramai. Tentu ada banyak penindasan yang mereka terima di saat mereka memutuskan untuk mengikut Kristus. Namun demikian, Paulus mendorong jemaat di Roma untuk terus melakukan kebaikan (bdk. Rm 12:2). Paulus menyadari bahwa kebaikan yang dilakukan orang-orang Kristus merupakan sebuah wujud rasa sukur yang harus di tunjukkan mengingat Allah di dalam diri Yesus telah terlebih dahulu memperdamaikan manusia yang berdosa dengan Allah.

PENUTUP

Saat ini kebaikan seolah seperti sebuah fatamorgana yang terlihat di tengah luasnya gurun pasir. Banyak kebaikan yang dilakukan hanya sebagai sebuah topeng agar si pelaku terlihat baik dan dipuja-puja oleh banyak orang. Namun di balik itu semua si pelaku ingin menarik simpati, mengelabui orang lain agar kejahatan yang dilakukannya tidak tampak ke permukaan, bahkan untuk merebut kekuasaan. Yang lebih parah banyak terlihat kejahatan dilakukan secara terang-terangan tanpa memperdulikan dampak dari tindakan tersebut.

Di tengah situasi tersebut, gereja di minta untuk terus berjuang menunjukkan suara kenabiannya. Gereja menjadi garda terdepan di dalam mewujudkan kedamaian dan kebaikan bagi dunia. Bahkan lebih jauh lagi gereja harus melebur menjadi satu di dalam kebaikan. Hal ini tentu memberikan angina segar bagi dunia, bahwa masih ada secercah harapan yang diberikan di tengah-tengah keterpurukan moral dunia.

Kata-kata bijak

"Kata-kata kebaikan lebih menyembuhkan hati yang terkulai daripada balsem atau madu." - Sarah Fielding

"Wangi bunga menyebar hanya mengikuti arah angin. Tapi, kebaikan seseorang menyebar ke semua arah." - Chanakya

 

 Pdt. Jerri Ardani Brahmana-Rg. Balikpapan

Info Kontak

GBKP Klasis Bekasi - Denpasar
Jl. Jatiwaringin raya No. 45/88
Pondok Gede - Bekasi
Indonesia

Phone:
(021-9898xxxxx)

Mediate

GBKP-KBD