SUPLEMEN PJJ 27 MARET-02 APRIL 2022, ROMA 12:14-21

MERIAH RAS KERINA KALAK

Roma 12:14-21

 

PENDAHULUAN

Hidup sebagai orang percaya bukanlah perkara yang mudah. Ada banyak nilai dan norma hidup yang bertentangan dengan nilai-nilai dan norma duniawi. Misalnya jika dunia menerapkan hukum timbal balik, misalnya; “mata ganti mata”, maka sebaliknya orang percaya harus memiliki sikap kasih, memberkati bahkan mendoakan orang yang bertindak zalim bagi orang percaya (bdk. Matius 5:44). Karenanya dibutuhkan keteguhan hati dan komitmen yang kuat dibarengi dengan adanya relasi yang baik terhadap Kristus Yesus sebagai Sang guru Agung, teladan Kasih sejati.

PENJELASAN TEKS

Kitab Roma berisi tentang kasih Allah yang telah membebaskan manusia baik Yahudi mapun yang bukan Yahudi. Yesus yang adalah perwujudan kasih menjadi jembatan agar setiap orang dapat beroleh pembebasan dari belenggu kuasa dosa, dan itu berlaku bagi umat Yahudi maupun yang bukan Yahudi. Tidak ada yang dapat membentengi kuasa kasih Allah bagi manusia termasuk di dalamnya identitas diri manusia.

Roma 12:14-21 merupakan satu bahagian dari nasihat Paulus ke pada jemaat di Roma untuk hidup di dalam kasih. Hidup dalam kasih menjadi gaya hidup bagi orang percaya selaku manusia-manusia yang telah dibebaskan. Ada tujuh karakter yang harus dimiliki orang telah dibebaskan dari kuasa dosa:

  1. Memberkati orang-orang yang menganiayanya, bukan mengutuk atau tidak melakukan balas. (Rm. 12:14 & 17)
  2. Mampu memahami dan merasakan situasi yang dialami orang lain, misalnya; jika berada di tengah-tengah kesedihan, mampu menyelami kesedihannya, jika dalam situasi suka, maka dapat bersama-sama merasakan sukacita. (Rm. 12:15)
  3. Hidup sehati sepikir dalam memikirkan hal-hal sederhana dan tidak menganggap diri lebih seorang dari yang lain (Rm. 12:16)
  4. Hidup berdamai dengan semua orang (Rm. 12:18)
  5. Pembalasan adalah hak Allah, bukan manusia (Rm. 12:19)
  6. Memberikan perhatian bagi seteru, jika lapar memberinya makan dan jika haus memberinya minum (Rm. 12:20)
  7. Orang percaya harus menang melawan kejahatan (Rm. 12:21)

Sesuai tema Perpulungen Jabu-jabu minggu ini, yang menjadi fokus pembahasan adalah, berdamai dengan semua orang. Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesi kata berdamai berasal dari akar kata “damai” artinya tidak ada perang; tidak ada kerusuhan; aman, tenteram; tenang. Sedangkan berdamai berarti: berbaikan kembali; berhenti bermusuhan; berunding untuk mencari kesepakatan. Berdamai menjadi salah satu perhatian Paulus di dalam suratnya pada jemaat di Roma, mengapa? Sebab Paulus melihat adanya hubungan yang kurang harmonis antara orang Yahudi dengan orang yang bukan Yahudi yang percaya pada Yesus. Karenanya penting bagi Paulus memberi nasihat bagi ke dua kelompok ini untuk berdamai satu dengan lainnya.

KESIMPULAN

Bagi masyarakat Karo, salah satu yang perlu menjadi perhatian serius adalah sikap berdamai. Sebab jika kita belajar dari pengalaman sehari-hari, sangat sulit bagi orang Karo untuk berdamai dengan sesamanya jika dia sudah memiliki masalah dengan sesamanya. Masalah itu akan selalu di ingat bahkan tidak jarang sampai akhir hayatnya dia tidak berdamai. Ada dua falsafah Karo yang menggambarkan sulitnya berdamai bagi orang Karo misalnya; “bagi si nektek keteng, adi banci kin pagi keteng e ersada bagi si ndube je maka banci ka ersada”, “sada mata wari pe ate ku lahang ras ia”.

Sebenarnya masyarakat Karo memiliki upaya di dalam membangun kembali hubungan yang kurang harmonis melalui budayanya. Salah satunya adalah budaya “purpur sage” ini merupakan salah satu cara yang titerapkan guna mengembalikan hubungan yang kurang harmonis pada masyarakat Karo. Melalui budaya ini, keluarga berusaha memperdamaikan seorang yang terlibat konflik dengan sesamanya. Yang lain dikenal dengan “sistem rakut si telu”. kata rakut dalam Bahasa Karo artinya tali pengikat, telu artinya tiga. Jadi ada tiga struktur yang mengikat hubungan kekerabatan masyarakat Karo. Kalimbubu (kelompok pemberi dara), Senina-Sembuyak (kelompok yang memiliki marga yang sama), dan anak beru (kelompok yang menerima dara). Jadi jika di lihat dari kedua tatanan tersebut, sebenarnya tidak sulit bagi masyarakat Karo untuk berdamai bagi sesamanya. Apa lagi jika di tambah dengan masuknya kekristenan ke pada orang Karo. Di mana di dalam ajaran Kristiani kita diajarkan untuk senantiasa mengasihi dan berdamai terhadap semua orang, maka semakin sempurnalah seharusnya sikap dan karakter orang Karo di dalam menjalankan pola hidup yang mau berdamai dengan semua orang. Sangat di sayangkan jika masih ada orang Karo yang beragama Kristen yang tidak berdamai dengan sesamanya. Hal tersebut sama saja dengan orang yang sedang mengingkari budayanya (bhs. Karo: La Radat) dan mengingkari iman Kristianinya (La Erkiniteke). Sudah seharusnya masyarakat Karo yang beragama Kristen menjadi garda terdepan di dalam menjunjung tinggi perdamaian bagi setiap orang. Amin

Pdt. Jerri Ardani Brahmana-Rg. Balikpapan

 

Info Kontak

GBKP Klasis Bekasi - Denpasar
Jl. Jatiwaringin raya No. 45/88
Pondok Gede - Bekasi
Indonesia

Phone:
(021-9898xxxxx)

Mediate

GBKP-KBD