• WhatsApp Image 2022 02 11 at 11.07.57

  • 20170204 143352
  • 1 peresmian rumah dinas surabaya
  • WhatsApp Image 2022 02 11 at 11.07.58
  • pencanangan tahun gereja bks dps
  • WhatsApp Image 2022 02 11 at 11.07.57 1
  • BPMK GBKP KLASIS BEKASI DENPASAR PERIODE 2020-2025
  • PERESMIAN RUMAH PKPW GBKP RUNGGUN SURABAYA

Jadwal Kegiatan

Kunjungan Moderamen GBKP ke GBKP Klasis Bekasi-Denpasar

Minggu 14 Mei 2017:

1. GBKP Runggun Bandung Pusat

2. GBKP Runggun Bandung Timur

3. GBKP Runggun Bandung Barat

4. GBKP Runggun Bekasi

5. GBKP Runggun Sitelusada

Minggu 29 Juli 2018, Khotbah : Ulangan 29:10-15

Invocatio :

I Yohanes4 : 13

 

Bacaan :

Filipi1 : 2 – 10

 

Thema :

Tanggungjawab sebagai gereja

I. Kata Pengantar
Kitab ulangan ditulis berdasarkan sejarah dari kerajaan Israel Utara yang pada waktu itu mengalami ancaman serius dari kepercayaan tehadap berhala-berhala (Baal). Ancaman tersebut dapat membawa bangsa Israel kepada sinkritisme (percampuran agama/kepercayaan). Keadaan ini menggerakkan para tua-tua di Israel utara untuk mengumpulkan kitab-kitab Taurat yang pada waktu itu menunjuk kepada Kejadian, Keluaran, Imamat, dan Bilangan serta mempelajarinya dan memberi makna baru sesuai dengan situasi dan kondisi pada jaman itu. Berdasarkan pemaknaan yang baru itulah ditulis kitab Ulangan. Tujuan penulisan kitab Ulangan ini yaitu untuk mengingatkan kembali umat Israel akan perbuatan-perbuatan besar yang telah dilakukan oleh Allah, sebagai kesetiaan-Nya pada janji yang telah dibuat-Nya kepada nenek moyang mereka dan agar mereka senantiasa taat kepada hukum-hukum yang telah Allah berikan kepada mereka.

Padatahun 720 SM pembuangan Israel Utara keAsyur, peristiwa itu yang membuat para tua2 Israel melarikan diri keJehuda dan disanalah diselesaikan Kitab ulangan pada sekitar tahun 550 SM. Dalam Kitab Ulangan diingatkan bahwa pembuangan bangsa Israel Utara ke Asyur dan Israel Selatan ke Babel merupakan akibat dari ketidaktaatan mereka kepadaJahwe. Lebih jauh dalam Kitab Ulangan ini, Musa kembali mengingatkan bangsa Israel akan karya penyelamatanTuhan kepada bangsanya, namun harus ada pertobatan dari dosa-dosa mereka dan kembali kepada Jahwe

II. Tafsiran
Musa menyuruh seluruh bangsa Israel berdiri di hadapan Allah untuk mengadakan pembaharuan perjanjian (10-12, 14-15). Perjanjian ini sifatnya mengikat sebab Allah menjadi Allah Israel dan Israel menjadi umat-Nya (13). Untuk mencegah terulangnya sejarah pemberontakkan kepada Allah, Musa mengingatkan mereka akan dosa penyembahan berhala

- Pada ayat 10. Kalimat “ Kamu sekalian pada hari ini ”seakan akan terjadi pada tahun 1210 SM pada waktu pidato perpisahan umat Israel dengan Musa yang sudah tua, tetapi maksud sesungguhnya adalah pada masa setelah pembuangan pada tahun 600 SM pada waktu perayaan agama orang Jahudi. Kalimat “Berdiri di hadapan Tuhan” artinya hadir di hadapan Tuhan untuk ikut mengambil keputusan serta menyadari konsekuensi keputusan yang akan diambil. Pada waktu itu yang hadir bukan hanya para kepala suku dan para pengatur, tetapi juga para perempuan dan anak-anak serta orang asing

- Pada ayat 11 disebutkan orang asing (orang diluar bangsa Isarel yang menerapkan hukum Israel) juga diikutsertakan dalam perjanjian tersebut dan harus juga dikuduskan. Orang asing tersebut adalah pekerja yang ikut ambil bagian dalam peribadatan bangsa Israel seperti tukang kayu yang berjasa dalam pembakaran persembahan dan tukang-tukang timba air yang berjasa dalam ritus-ritus pembersihan

- Ayat 12 - 13 : Mereka semua masuk kedalam perjanjian yang artinya ikut dalam sumpah setia yang mengikat antara Tuhan dan umatNya. Bersumpah biasanya diucapkan 7 kali sehingga perjanjian itu tidak bias dibatalkan. Mengenai perjanjian itu Allah juga pernah bersumpah kepada nenek moyang bangsa Israel yaitu Abraham, Ishak, danJakub.Karenaikataninitidakdapatdibatalkan, makaadakonsekuensi yang patut ditanggung Israel apabila melanggar janji yaitu Allah akan menghancurkan, meremukkan, dan melenyapkan mereka (19-23). Kutukan dan murka Allah atas mereka akan membuat bangsa-bangsa lain mencibir dan menguasai mereka.

- Ayat 14 – 15 : Allah melalui Musa mengikat perjanjian bukan hanya dengan nenek moyang bangsa Israel tetapi juga kepada umat pada waktu itu dan yang akan datang.

III. Aplikasi
Kitab Ulangan bersaksi bahwa semua umat Israel termasuk kedalam perjanjian kasih karunia dari nenek moyangnya sampai ke generasi pada masa datang. Demikian juga kita sekarang bertanggungjawab untuk taat kepada Kristus sebagaimana umat Israel pada jaman Ulangan disumpah untuk taat kepada Allah. Kita telah sepakat dengan Allah ketika kita percaya kepadaYesus, bahwa Dia menjadi Tuhan dan Juruselamat kita maka kita mengikat perjanjian dengan Allah melalui Yesus Kristus. Demikian pun Allah telah mengikat perjanjian atas kita, di mana Dia menjadi Bapa bagi kita dan kita menjadi anak-anak-Nya.

Sangat perlu bagi kita memahami dan selalu mengingat kesepakatan kita dengan Allah. Melalui Alkitab kita akan semakin tahu isi perjanjian Allah dengan manusia. Semakin mengetahuinya, kita semakin bisa sepakat dengan pikiran, kehendak dan rencana Allah. Sebagai gereja kita melaksanakan tri tugas gereja yaitu Koinonia (bersekutu), Marturia (bersaksi) dan Diakonia (melayani).

Pdt. IB Manik
GBKP Perpulungen Purwakarta

Minggu 22 Juli 2018 (GBKP Njayo), Khotbah : I Tesalonika 1:2-10

Invocatio :

Sebab di dalam Dia kamu telah mejadi kaya dalam segala hal; dalam segala macam perkataan dan segala macam pengetahuan (1Korintus 1:5).

Bacaan :

Ibrani 5:11-14 (Responsoria)

Tema :

Jemaat yang Jadi Teladan

 

Pendahuluan
Puji dan syukur kita ucapakan kepada Allah kita yang msih memperkenankan kita untuk membahas Firman-Nya di Minggu GBKP Njayo saat ini.

Penjelasan/Isi Firman Tuhan
Perikop Firman Tuhan ini merupakan bagian dari surat Rasul Paulus kepada jemaat di Tesalonika. Surat ini berisi pujian sekaligus beberapa teguran untuk jemaat Tesalonika. Khusus dalam 1Tesalonika 1:2-10 ini Paulus menunjukkan bagaimana sukacita Paulus ketika ia mendengar tentang kehidupan jemaat Tesalonika yang bertumbuh dalam iman. Paulus bersyukur dan memuji Tuhan, dimana perjuangannya selama ini untuk menyakinkan mereka hidup dalam Yesus Kristus ditengah kehidupan mereka yang awalnya sebagai penyembah berhala. Kondisi seperti itu tentunya bukan hal yang mudah bagi Paulus untuk menghadapinya terlihat dalam perkataan Paulus dalam ayat 5 bahwa jemaat Tesalonika tahu tentang apa yang dilakukan dan dikerjakan oleh Paulus.

Paulus menyadari hal yang utama dalam hidupnya sebagai orang yang sudah dipilih oleh Allah melalui kehadiran Yesus Kristus dalam hidupnya (bd. Kis. 9:1-19) dan menerima anugerah-Nya, maka Paulus merasa berkewajiban untuk mengubah prilaku kehidupan orang-orang di Tesalonika menjadi orang-orang yang hidup setia kepada Tuhan atas pertolongan Roh Kudus. Paulus menyadari hanya dengan mengandalkan Tuhan Yesus dan penyertaan Roh Kudus maka apa yang dia lakukan untuk memberitakan Injil tidak akan pernah menjadi sia-sia. Sebab kekuatan yang dipadukan dengan kesungguhan untuk memberikan yang terbaik dari pengetahuan dan kemampuan yang ada akhirnya Paulus menlihat hasil yang luar biasa. Dimana jemaat Tesalonika diubahkan menjadi orang-orang yang tidak hanya sebagai saksi Kristus bagi sesamanya tetapi juga sampai diluar Tesalonika (ayat 8).

Untuk menjadi jemaat yang bersaksi itu tidak mudah bagi jemaat Tesalonika sebab harus ada pengorbanan. Pengorbanan mengubah hidup dari seorang penyembah berhala menjadi penyembah Kristus. Untuk menerima sesuatu yang baru harus berani menanggalkan apa yang sudah melekat dalam kehidupan mereka selama ini (penyrmbah berhala). Selain itu ditengah ancaman sebagai orang yang percaya kepada Yesus Kristus yang bias saja menjadi hambatan untuk mempertahankan iman tetapi mereka berani membuktikan bahwa mereka tidak takut dan malu untuk menyatakan siapa mereka sebagai orang yang percaya kepada Yesus Kristus (bd. ayat 6) dan menjadi teladan (ayat 7)
Saudara/i yang dikasihi Tuhan, Firman Tuhan ini menunjukkan bagaimana jemaat Tesalonika yang mampu untuk menjadi teladan dengan apa yang mereka miliki terlebih kehidupa yang sudah mendapatkan anugerah dari Tuhan. Di minggu 77 ttahun GBKP Njayo ini GBKP, tema kita memfokuskan pada sebuah keteladanan. Melalui perikop firman Tuhan ini ada 3 hal makna akan sebuah keteladanan dan hidup berjemaat.
1. Jemaat atau Gereja harus menjadi teladan, dikarenakan umat Tuhan sudah menerima anugerah Tuhan baik secara pribadi, atau pun bersama-sama memang harus menjadi teladan, menjadi ccontoh, menjadi panutan bukan Cuma jadi sorotan saja. Sehingga jemaat/gereja yang sudah menerima Injil memang harus mampu mrmpunyai nilai lebih dari orang yang belum menerima Injil. Agar keidupan kita sebagai penerima augerah tuhan tidak terjadi seperti yang diaktakan TUhan Yesus seperti di dalam Matius 5:20 “Jika hidpu keagamaanmu tidak lebih benar daripada hidup keagamaan ahli-ahli taurat dan orang-orang Farisi. Sesugguhnya kamu tidak masuk dalam kerajaan surga”.
Kita adalah garam dan terang dunia (Matius 5:13), kita berbeda dengan dunia ini karena kita mampu untuk memberi rasa dan membawa perubahan yang lebih baik. Sperti Firman Tuhan dalam Invocatio 1Korintus 1:5 mengingatkan hidup kita sewajarnya harus membawa kebaikan dan pemulihan bagi orang lain untuk mengenal Yesus Kristus.

2. Merayakan 77 tahun GBKP Njayo/mandiri berarti bertambahnya usia, bertambahnya usia identic bertambah besar. GBKP 77 Tahun sudah mandiri dengan proses yang tidak mudah dalam sejarahnya. Biasanya seseorang yang dikatakan mandiri jikalau ia sudah bias menopang hidupnya sendiri dengan baik secara materi dan mental. Tetapi GBKP Njayo bukan karena sudah mandiri tapi ipejayokenkarena pengaruh perang Dunia ke 2. Orang Belanda termasuk para penginjil belanda harus meninggalkan Indonesia karena masuknya Jepang ke Indonesia, sehingga GBKP harus dipimpin oleh orang Karo sendiri padahal selama ini belum ada yang ditahbiskan untuk menjadi pemimpin gereja atau seorang pendeta dari orang karo. Adanya ‘desakan’ pemimpin gereja di Eropa pada tahun 1938 NZG mengirimkan 2 orang Guru Agaman orang Karo untuk sekolah Pendeta di Sipaholon dan tahun 1941 ditangkuhkan (Pdt. P Sitepu dan Pdt. Th. Sibero). Pada Sinode I tanggal 23 Juli 1941 dinyatakan bahwa GBKP sudah Njayo.
Dengan usia yang bertambah 77 tahun saat ini, pertanyaan yang paling penting bagi kita sebagai jemaat GBKP apakah dengan bertmanbhanya usia ini sudah bertambah juga keteladanan di tengah-tengah kehidupan kita? Lebih pantas untuk diteladani, di contoh? Baik sebagai Pedeta, pertua dan diaken terlebih sebagai umat Tuhan yang sudah mendapat keselamatan oleh Kristus, atau tidak?

Mestiya harus begitu, makin bertambah usia,, makin besar semakin kita harus menjadi contoh bagi orang lain. Hal ini yang menjadi kendala oleh penulis surat Ibrani (Bacaan). Kesulitan dan kendala itu terletak dalam diri orang-orang pembaca suratnya dikarenakan mereka lamban dalam mendengarkan dan tidak mau bertumbuh dalam kehidupan imannya. Akibatnya mereka tidak dewasa dalam iman, tidak bisa menjadi teladan. Seharusnya mereka sudah menjadi pengajar teryata masih harus diajar tentang hal-hal yang paling dasar tentang kekristenan sebab iman mereka tidak bertumbuh. Mereka tetap tinggal sebagai bayi dan tidak bertumbuh seperti sifat seorang bayi bayi atau anak-anak yang ‘tidak pernah perduli dengan orang lain’ kapan pun ia haus mau jam 12 malam, 3 subuh ia akan menangis untuk minum susu dan ia tidak perduli apakah ibunya sudah lelah mengurus ia seharian tapi yang ia perlukan saat itu juga ia harus minum susu.
Orang yang dikatakan dewasa tidak besifat seperti anak-anak, orang dewasa sanggup memikirkan orang lain dan mampu berkorban bagi orang lain, memberi kepada orang lain. Salah satu tolak ukur seseorang dikatakan dewasa ialah bagaimana ia perduli kepada keberadaan orang lain dan mau berkorban bagi orang lain.
77 tahun GBKP Njayo tidak hanya berbicara tentang stuktur organisasinya sja tetapi tidak terlepas dari orang-orang yang ada didalamnya, jemaatnya yang mampu jadi teladan baik dalam perkataan, perbuatannya dalam mengaplikasikan Firman Tuhan dalam hidupnya. Tidak menjadi jemaat yang egois yang hanya mementingkan diri sendiri dan menuntut orang lain untuk memberi perubahan atau berkat dalam pertumbuhan iman kita tetapi mengandalkan kekuatan Roh Kudus yang memberi perubahan dalam hidup untuk mampu menjadi berkat.

3. Jemaat atau gereja yang semakin berkembang terkadang tidak semakin dapat dicontoh, sebab banyak orang Kristen tidak lagi menyadari tugas dan keteladanannya di tengah-tengahmasyarakat, sehingga tidak mampu menjadi berkat makah sebaliknya menajdi beban dan batu sandungan bagi orang lain. Melalui firman Tuhan ini kita diingatkan kembali akan tugas kita, misi dan kewajiban keteladanan kita sebagai warga gereja dan warga Kerajaan Allah terlebih sebagai warga negara Indonesia. Dimana posisi umat Kristen semakin sulit. Istilah-istilah Mayoritas dan Minoritas yang tidak ada dalam kamus negara Pancasila semakin sering disebut. Artinya kaarena orang Kristen minoritas maka wajarlah diberi peran yang minoritas juga. Tetapi istilah-istilah itu tidak akan menjadi masalah sebab yang terpenting bagi orang yang sudah mendapatkan kasih Tuhan bukan kuantitas yang terpentinh tetapi kualitas diri kita, iman kita ditengah-tengah yang mayoritas.
Keteladanan itu nyata tidak hanya omongan saja, tidak hanya dari penampilan, berwibawa tetapi nyata dalam perbuatan dan tindakan kasih. Eka Darmaputra mengatakan perbuatan kasih lebih bermakna dari 1000 khotbah.

Penutup
Ketekunan, kegigihan, tidak gampang goyah bagi orang-orang yang mengandalkan Tuhan dalam hidupnya untuk menghadapi tantangan dan kesulitan-kesulitan yang ada. Sebab melalui kesulitan-kesulitan yang kita hadapi saat ini merupakan sebuah kesempatan atau ujian yang diberikan Tuhan untuk menunjukkan keteladanan kita, melalui ketekunan dan kegigihan kita (bd. 2Korintus 4:8-9). Di usia GBKP Njayo ke 77 tahun saat ini marilah sebagai jemaat kita dituntut dalam keberadaan kita masing-masing untuk mampu hadir sebagai jemaat yang menjadi berkat bagi orang lain, merasa bertanggungjawab untuk membawa perubahan bagi orang lain untuk lebih baik. Bertambahnya usia maka tidak hanya bertambah besar tapi bertambah hikmat dan bijaksana dalam melakukan perintah Tuhan.

Pdt. Mea br Purba

GBKP Runggun Cibubur

Minggu 24 Juni 2018, Khotbah Lukas 2:39-52

Invocatio :

Didiklah orang muda menurut jalan yang patut baginya, maka pada masa tuanya pun ia tidak akan menyimpang dari pada jalan itu (Amsal 22 : 6)

 

Bacaan :

Ulangan 6 : 1 - 9 (Tunggal) 

 

Tema :

Semakin Besar Semakin Berhikmat

Pendahuluan
Saudara-saudari yang terkasih, Minggu ini selain disebut minggu ke 4 setelah Trinitas, gereja kita GBKP menyebut minggu ini sebagai Minggu Pendidikan. Gereja dipanggil untuk ikut mencerdaskan kehidupan warga gereja dan bangsa. Kebodohan dan keterbelakangan adalah musuh bersama yang harus dilawan dan diterangi. Kita bersukur atas keberadaan lembaga-lembaga pendidikan Kristen di negara kita. 4 dari 5 sekolah SMA di Indonesia tahun 2018 ini adalah sekolah-sekolah Kristen yang menghasilkan lulusan terbaik. Perlombaan olimpiade dalam berbagai bidang mata pelajaran baik tingkat nasional maupun internasional umumnya dimenangkan siswa-siswi dari sekolah Kristen. Gereja harus terus berbuat sesuatu agar anak-anak bangsa dan generasi muda menjadi pribadi yang terdidik. Kita merindukan agar semakin banyak anak-anak, remaja dan pemuda kita menjadi cerdas dan bijak. Pribadi cerdas, pintar dan bijaklah yang bisa lebih lagi menjadi berkat bagi banyak orang. Untuk mendalami minggu pendidikan ini marilah kita belajar dari Firman Tuhan.

ISI
Yesus membuat semua orang sangat heran mendengar kecerdasanNya di usia 12 tahun (ayat 39, 41-48)
“Tiap-tiap tahun orangtua Yesus yaitu Yusuf dan Maria pergi ke Yerusalem pada hari raya Paskah” (ayat 41). Sebelum ayat di atas kita diberitahun bahwa Yusuf dan Maria taat dan patuh menjalankan perintah Taurat. Mereka membawa bayi Yesus yang berumur 8 hari untuk disunat. Selanjutkan mereka menjalankan upacara pentahiran juga bagi Yesus (ayat 21-38). Ketika Yesus telah berumur 12 tahun, Yusuf dan Maria membawa Yesus ke Yerusalem untuk mengikuti hari raya Paskah. Mereka bertiga pergi untuk mengikuti Paskah. Sesuatu terjadi ketika dalam perjalanan pulang sangka Yusuf dan Maria bahwa Yesus ikut dalam iring-iringan pulang kembali ke Nazaret. Ternyata Yesus tidak ikut pulang tetapi tinggal di Bait Allah di Yerusalem. Ia ada di tengah-tengah para alim ulama atau pengajar Taurat di Bait Allah. Yesus tekun mendengar mereka dan bertanya kepada mereka. Ia juga ditanya oleh para alim utama. Ketika Yesus menjawab, semua orang sangat heran, takjub mendengar jawabanNya. Jelas sekali terdengar dan terlihat akan kecerdasanNya yang luar biasa.

Beberapa waktu yang lalu musisi Erwin Gutawa mengumpulkan anak-anak pra remaja yang memiliki bakat seni khususnya tarik suara. Dia memberi nama grup penyanyi remaja tersebut DR2 (Diatas Rata-Rata). Mengapa disebut ‘Diatas Rata-Rata’ karena memang olah vocal mereka yang melebihi manusia pada umumnya. Kita mau anak-anak kita tidak sekedar saja dalam iman dan ilmu. Kita tidak mau anak-anak kita hanya mencapai rata-rata saja apalagi di bawah standar. Kita mau mereka di atas rata-rata. Kita mau anak-anak kta memeliki nilai plus. Kita mau agar anak-anak kita cerdas dan bijak. Dalam hal ini peran orangtua tidak bisa dilepaskan. Peran orangtua memegang peranan penting. Orangtua harus menunjukkan keteladanan bagi anak-anaknya. Disiplin harus dimulai dari orangtua. Seperti Yusuf dan Maria displin dan rutin pergi merayakan Paskah ke Yerusalem, demikianlah kita orangtua harus displin dalam iman/ rohani, displin dalam hidup, pekerjaan dan bersosial-masyarakat. Selanjutnya orangtua wajib mengajarkannya dan mengingatkannya terus dan tetap (kontinyu dan konsisten) terhadap anak-anaknya. Ingatlah firman Tuhan yang mengatakan, “Didiklah orang muda menurut jalan yang patut baginya, maka pada masa tuanya pun ia tidak akan menyimpang dari pada jalan itu” (Amsal 22:6). Dan firman ini mendapat penegasan lagi dari bacaan pertama Ulangan 6:1-9. Dari Ulangan 6 kita diingatkan bahwa mengajar dan mendidik anak adalah keharusan, kewajiban. Kalau kita mau agar kehadiran anak-anak kita di gereja, di sekolah, di masyarakat menimbulkan decak kagum oleh karena kecerdasannya maka marilah kita mulai dengan displin mulai dari kita orangtua. Seperti menuntun kuda melewati sungai, maka kitalah pertama yang harus turun ke sungai dan menarik kuda dari depan.

Yesus semakin besar dan semakin bertambah hikmatNya (ayat 40, 52a)
Lazimnya semua bayi yang lahir akan bertambah dan bertumbuh besar. Demikianlah yang terjadi terhadap Yesus dalam kemanusiaanNya. Yesus bertumbuh dan menjadi kuat, penuh hikmat, dan kasih karunia Allah ada padaNya (ayat 40). Semakin besar Dia, semakin bertambah dan berkembang hikmatNya (ayat 52a).

W.R. Supratman adalah pencipta lagu kebangsaan kita “Indonesia Raya”. Perhatikan liriknya tentang cara membangun orangnya, rakyat dan bangsa kita Indonesia. Kata-kata:
Bangunlah jiwanya
Bangunlah badannya
Untuk Indonesia raya
Yang pertama sekali yang mau dibangun menurut Supratman adalah jiwanya. Baru membangun badannya, phisiknya. Untuk apa yaitu Indonisa raya, Indonesia jaya. Pertumbuhan yang menyeluruh, seimbang dan sepenuh itulah harapan kita terhadapan anak-anak kita. Bertumbuh secara jasmani, jiwani dan rohani. Tidak cukup hanya dengan menyediakan dan mencukupkan makanan dan keperluan keseharian. Tapi juga menyediakan kebutuhan jiwa anak dan rohaninya. Janganlah anak-anak kita seperti berudu (Karo: Berek), besar kepala tapi kecil badan dan ekor. Tidak seimbang. Artinya diajar hanya soal pengetahuan/ kognitif saja tapi tidak memikirkan hati dan jiwanya. Ada ungkapan dan singkatan ‘UCOK’ yaitu Umur Cukup Otak Kurang. Kiranya hal seperti ini jauh dari anak-anak Kristen. Kita mau agar anak-anak kita bertumbuh secara seimbang dan menyeluruh. Kita mau agar anak-anak kita sehat secara jasmani, sehat jiwani dan rohani. Tema: “Semakin Besar Semakin Berhikmat”. Semakin besar seyogianya semakin pintar, bukan sebaliknya semakin besar semakin liar. Bertambah umur itu pasti, tetap bertambah hikmat dan bijaksana itu pilihan. Kalau kita mau anak-anak kita semakin berhikmat, semakin bijak maka kita harus mau dan rela bayar harga.

Yesus disukai oleh Allah dan oleh manusia (ayat 49-52b).
Yesus yang berumur 12 tahun suka dan senang ada, berada di Bail Allah. Dia suka mendengarkan pengajaran di Bait Allah. Dia juga mau belajar dengan bertanya kepada para guru di Bait Allah. Dia mengatakan bahwa Dia harus berada di Rumah BapaNya ketika Maria bertanya kepadaNya (ayat 49). Namun demikian Yesus tidak melawan dan membangkang terhadap Yusuf dan Maria. Yesus mau pulang bersama mereka ke Nazaret, dan Ia tetap hidup dalam asuhan mereka (ayat 51a).

Kayu Salib terdiri dari dua balok. Satu tegak lurus keatas (vertikal) dan satu lagi mendatar (horizontal). Yang keatas adalah hubungan dengan Tuhan, yang mendatar adalah hubungan dengan sesama manusia. Keduanya satu, bersatu dan tidak bisa dipisahkan. Demikianlah hidup manusia. Kita tidak bisa memisahkan hubungan dengan Tuhan dan hubungan dengan manusia. Hubungan dengan Tuhan dilanjutkan dan dinyatakan dalam hubungan dengan manusia. Hubungan dengan manusia adalah perintah dan buah dari hubungan dengan Allah. Manusia juga anak-anak kita menjadi pribadi yang disukai Allah dan oleh manusia. Ukuran disukai Allah adalah kita bisa diterima dan disukai oleh sesama kita. Umumnya, apa yang disukai, dicintai Allah manusia. Contoh, Tuhan senang akan kasih, sukacita dan damai sejahtra. Manusia pada umumnya juga suka dan senang dengan kasih, sukacita dan damai sejahtra.

Penutup/ kesimpulan
Pertambahan umur tidak serta merta berbanding lurus dengan pertumbuhan kualitas hidup dan nilai-nilai hidup yang baik dan benar. Pertambahan kuantitas tidak menjamin pertumbuhan kualitas. Kuantitas tidak sama dengan kualitas. Kita mau, dan terlebih Tuhan mau agar keduanya baik kuantitas dan kualitas tumbuh bersama secara seimbang. Keduanya harus diperhatikan dan didukung secara baik dan benar. Tidak boleh ada ketimpangan. Semakin besar semakin pintar. Semakin besar semakin hidup luhur dan benar. Inilah yang mau kita lihat dan capai dalam diri anak-anak kita. Dalam hal ini, kita tidak bisa hanya berharap dan berpangku tangan saja. Kita harus mulai dari diri kita. Contoh dan keteladan harus mulai dari orangtua. Kemudian kita ajarkan, ingatkan, didik dan latih terus menerus anak-anak kita sampai menjadi pribadi yang terdidik dan bijak. Mari berharap pada Tuhan, dan lakukan yang terbaik juga yang bisa kita lakukan bagi anak-anak kita. Amin

Pdt. Juris Tarigan, MTh
GBKP RG Depok – LA

Info Kontak

GBKP Klasis Bekasi - Denpasar
Jl. Jatiwaringin raya No. 45/88
Pondok Gede - Bekasi
Indonesia

Phone:
(021-9898xxxxx)

Mediate

GBKP-KBD