Minggu 22 Juli 2018 (GBKP Njayo), Khotbah : I Tesalonika 1:2-10

Invocatio :

Sebab di dalam Dia kamu telah mejadi kaya dalam segala hal; dalam segala macam perkataan dan segala macam pengetahuan (1Korintus 1:5).

Bacaan :

Ibrani 5:11-14 (Responsoria)

Tema :

Jemaat yang Jadi Teladan

 

Pendahuluan
Puji dan syukur kita ucapakan kepada Allah kita yang msih memperkenankan kita untuk membahas Firman-Nya di Minggu GBKP Njayo saat ini.

Penjelasan/Isi Firman Tuhan
Perikop Firman Tuhan ini merupakan bagian dari surat Rasul Paulus kepada jemaat di Tesalonika. Surat ini berisi pujian sekaligus beberapa teguran untuk jemaat Tesalonika. Khusus dalam 1Tesalonika 1:2-10 ini Paulus menunjukkan bagaimana sukacita Paulus ketika ia mendengar tentang kehidupan jemaat Tesalonika yang bertumbuh dalam iman. Paulus bersyukur dan memuji Tuhan, dimana perjuangannya selama ini untuk menyakinkan mereka hidup dalam Yesus Kristus ditengah kehidupan mereka yang awalnya sebagai penyembah berhala. Kondisi seperti itu tentunya bukan hal yang mudah bagi Paulus untuk menghadapinya terlihat dalam perkataan Paulus dalam ayat 5 bahwa jemaat Tesalonika tahu tentang apa yang dilakukan dan dikerjakan oleh Paulus.

Paulus menyadari hal yang utama dalam hidupnya sebagai orang yang sudah dipilih oleh Allah melalui kehadiran Yesus Kristus dalam hidupnya (bd. Kis. 9:1-19) dan menerima anugerah-Nya, maka Paulus merasa berkewajiban untuk mengubah prilaku kehidupan orang-orang di Tesalonika menjadi orang-orang yang hidup setia kepada Tuhan atas pertolongan Roh Kudus. Paulus menyadari hanya dengan mengandalkan Tuhan Yesus dan penyertaan Roh Kudus maka apa yang dia lakukan untuk memberitakan Injil tidak akan pernah menjadi sia-sia. Sebab kekuatan yang dipadukan dengan kesungguhan untuk memberikan yang terbaik dari pengetahuan dan kemampuan yang ada akhirnya Paulus menlihat hasil yang luar biasa. Dimana jemaat Tesalonika diubahkan menjadi orang-orang yang tidak hanya sebagai saksi Kristus bagi sesamanya tetapi juga sampai diluar Tesalonika (ayat 8).

Untuk menjadi jemaat yang bersaksi itu tidak mudah bagi jemaat Tesalonika sebab harus ada pengorbanan. Pengorbanan mengubah hidup dari seorang penyembah berhala menjadi penyembah Kristus. Untuk menerima sesuatu yang baru harus berani menanggalkan apa yang sudah melekat dalam kehidupan mereka selama ini (penyrmbah berhala). Selain itu ditengah ancaman sebagai orang yang percaya kepada Yesus Kristus yang bias saja menjadi hambatan untuk mempertahankan iman tetapi mereka berani membuktikan bahwa mereka tidak takut dan malu untuk menyatakan siapa mereka sebagai orang yang percaya kepada Yesus Kristus (bd. ayat 6) dan menjadi teladan (ayat 7)
Saudara/i yang dikasihi Tuhan, Firman Tuhan ini menunjukkan bagaimana jemaat Tesalonika yang mampu untuk menjadi teladan dengan apa yang mereka miliki terlebih kehidupa yang sudah mendapatkan anugerah dari Tuhan. Di minggu 77 ttahun GBKP Njayo ini GBKP, tema kita memfokuskan pada sebuah keteladanan. Melalui perikop firman Tuhan ini ada 3 hal makna akan sebuah keteladanan dan hidup berjemaat.
1. Jemaat atau Gereja harus menjadi teladan, dikarenakan umat Tuhan sudah menerima anugerah Tuhan baik secara pribadi, atau pun bersama-sama memang harus menjadi teladan, menjadi ccontoh, menjadi panutan bukan Cuma jadi sorotan saja. Sehingga jemaat/gereja yang sudah menerima Injil memang harus mampu mrmpunyai nilai lebih dari orang yang belum menerima Injil. Agar keidupan kita sebagai penerima augerah tuhan tidak terjadi seperti yang diaktakan TUhan Yesus seperti di dalam Matius 5:20 “Jika hidpu keagamaanmu tidak lebih benar daripada hidup keagamaan ahli-ahli taurat dan orang-orang Farisi. Sesugguhnya kamu tidak masuk dalam kerajaan surga”.
Kita adalah garam dan terang dunia (Matius 5:13), kita berbeda dengan dunia ini karena kita mampu untuk memberi rasa dan membawa perubahan yang lebih baik. Sperti Firman Tuhan dalam Invocatio 1Korintus 1:5 mengingatkan hidup kita sewajarnya harus membawa kebaikan dan pemulihan bagi orang lain untuk mengenal Yesus Kristus.

2. Merayakan 77 tahun GBKP Njayo/mandiri berarti bertambahnya usia, bertambahnya usia identic bertambah besar. GBKP 77 Tahun sudah mandiri dengan proses yang tidak mudah dalam sejarahnya. Biasanya seseorang yang dikatakan mandiri jikalau ia sudah bias menopang hidupnya sendiri dengan baik secara materi dan mental. Tetapi GBKP Njayo bukan karena sudah mandiri tapi ipejayokenkarena pengaruh perang Dunia ke 2. Orang Belanda termasuk para penginjil belanda harus meninggalkan Indonesia karena masuknya Jepang ke Indonesia, sehingga GBKP harus dipimpin oleh orang Karo sendiri padahal selama ini belum ada yang ditahbiskan untuk menjadi pemimpin gereja atau seorang pendeta dari orang karo. Adanya ‘desakan’ pemimpin gereja di Eropa pada tahun 1938 NZG mengirimkan 2 orang Guru Agaman orang Karo untuk sekolah Pendeta di Sipaholon dan tahun 1941 ditangkuhkan (Pdt. P Sitepu dan Pdt. Th. Sibero). Pada Sinode I tanggal 23 Juli 1941 dinyatakan bahwa GBKP sudah Njayo.
Dengan usia yang bertambah 77 tahun saat ini, pertanyaan yang paling penting bagi kita sebagai jemaat GBKP apakah dengan bertmanbhanya usia ini sudah bertambah juga keteladanan di tengah-tengah kehidupan kita? Lebih pantas untuk diteladani, di contoh? Baik sebagai Pedeta, pertua dan diaken terlebih sebagai umat Tuhan yang sudah mendapat keselamatan oleh Kristus, atau tidak?

Mestiya harus begitu, makin bertambah usia,, makin besar semakin kita harus menjadi contoh bagi orang lain. Hal ini yang menjadi kendala oleh penulis surat Ibrani (Bacaan). Kesulitan dan kendala itu terletak dalam diri orang-orang pembaca suratnya dikarenakan mereka lamban dalam mendengarkan dan tidak mau bertumbuh dalam kehidupan imannya. Akibatnya mereka tidak dewasa dalam iman, tidak bisa menjadi teladan. Seharusnya mereka sudah menjadi pengajar teryata masih harus diajar tentang hal-hal yang paling dasar tentang kekristenan sebab iman mereka tidak bertumbuh. Mereka tetap tinggal sebagai bayi dan tidak bertumbuh seperti sifat seorang bayi bayi atau anak-anak yang ‘tidak pernah perduli dengan orang lain’ kapan pun ia haus mau jam 12 malam, 3 subuh ia akan menangis untuk minum susu dan ia tidak perduli apakah ibunya sudah lelah mengurus ia seharian tapi yang ia perlukan saat itu juga ia harus minum susu.
Orang yang dikatakan dewasa tidak besifat seperti anak-anak, orang dewasa sanggup memikirkan orang lain dan mampu berkorban bagi orang lain, memberi kepada orang lain. Salah satu tolak ukur seseorang dikatakan dewasa ialah bagaimana ia perduli kepada keberadaan orang lain dan mau berkorban bagi orang lain.
77 tahun GBKP Njayo tidak hanya berbicara tentang stuktur organisasinya sja tetapi tidak terlepas dari orang-orang yang ada didalamnya, jemaatnya yang mampu jadi teladan baik dalam perkataan, perbuatannya dalam mengaplikasikan Firman Tuhan dalam hidupnya. Tidak menjadi jemaat yang egois yang hanya mementingkan diri sendiri dan menuntut orang lain untuk memberi perubahan atau berkat dalam pertumbuhan iman kita tetapi mengandalkan kekuatan Roh Kudus yang memberi perubahan dalam hidup untuk mampu menjadi berkat.

3. Jemaat atau gereja yang semakin berkembang terkadang tidak semakin dapat dicontoh, sebab banyak orang Kristen tidak lagi menyadari tugas dan keteladanannya di tengah-tengahmasyarakat, sehingga tidak mampu menjadi berkat makah sebaliknya menajdi beban dan batu sandungan bagi orang lain. Melalui firman Tuhan ini kita diingatkan kembali akan tugas kita, misi dan kewajiban keteladanan kita sebagai warga gereja dan warga Kerajaan Allah terlebih sebagai warga negara Indonesia. Dimana posisi umat Kristen semakin sulit. Istilah-istilah Mayoritas dan Minoritas yang tidak ada dalam kamus negara Pancasila semakin sering disebut. Artinya kaarena orang Kristen minoritas maka wajarlah diberi peran yang minoritas juga. Tetapi istilah-istilah itu tidak akan menjadi masalah sebab yang terpenting bagi orang yang sudah mendapatkan kasih Tuhan bukan kuantitas yang terpentinh tetapi kualitas diri kita, iman kita ditengah-tengah yang mayoritas.
Keteladanan itu nyata tidak hanya omongan saja, tidak hanya dari penampilan, berwibawa tetapi nyata dalam perbuatan dan tindakan kasih. Eka Darmaputra mengatakan perbuatan kasih lebih bermakna dari 1000 khotbah.

Penutup
Ketekunan, kegigihan, tidak gampang goyah bagi orang-orang yang mengandalkan Tuhan dalam hidupnya untuk menghadapi tantangan dan kesulitan-kesulitan yang ada. Sebab melalui kesulitan-kesulitan yang kita hadapi saat ini merupakan sebuah kesempatan atau ujian yang diberikan Tuhan untuk menunjukkan keteladanan kita, melalui ketekunan dan kegigihan kita (bd. 2Korintus 4:8-9). Di usia GBKP Njayo ke 77 tahun saat ini marilah sebagai jemaat kita dituntut dalam keberadaan kita masing-masing untuk mampu hadir sebagai jemaat yang menjadi berkat bagi orang lain, merasa bertanggungjawab untuk membawa perubahan bagi orang lain untuk lebih baik. Bertambahnya usia maka tidak hanya bertambah besar tapi bertambah hikmat dan bijaksana dalam melakukan perintah Tuhan.

Pdt. Mea br Purba

GBKP Runggun Cibubur

 

 

Info Kontak

GBKP Klasis Bekasi - Denpasar
Jl. Jatiwaringin raya No. 45/88
Pondok Gede - Bekasi
Indonesia

Phone:
(021-9898xxxxx)

Mediate

GBKP-KBD