MINGGU 25 AGUSTUS 2024, KHOTBAH AYUB 1:1-5

Infocatio :

Ayah seorang yang benar akan bersorak-sorak; yang memperanakan orang-orang yang bijak akan bersukacita karena dia (Amsal 23:24)

Ogen :

Matius 17:14-18 (Tunggal)

Tema :

Bapa Si Notoken Jabu / Bapa Yang Mendoakann Keluarga

 

I. Pendahuluan

Salah satu harapan manusia adalah mencapai kesempurnaan hidup dengan ukuran umum: kaya raya, baik hati, dan memiliki anak laki-laki dan Perempuan. Perkembangan jaman serta pola hidup konsumtif dan hura-hura sudah menjadi bagian dalam kehidupan generasi muda zaman ini. Biasanya rentetan pola hidup semacam ini adalah semakin menjamurnya pengguna narkoba, seks bebas, dlsb. Dalam kondisi demikian, nilai-nilai moral menjadi amburadul. Bagaimana keadaan keluarga, masyarakat, dan bangsa di masa depan jika generasi muda bertindak amoral? Bagi orang tua, memenuhi kebutuhan hidup keluarga adalah sebuah tanggung jawab. Namun, berapa banyak di antara orang tua hari ini yang bersedia mengorbankan waktunya tiap-tiap hari, di tengah kesibukan yang ada, untuk berdoa secara khusus bagi anak-anak yang Tuhan percayakan?

Minggu Mamre mengingatkan kita akan pemeliharan Tuhan dalam hidup Abraham. MAMRE juga mengingatkan kita kepada Abraham sebagai bapa orang yang beriman yang senantiasa taat kepada Tuhan dan menampakkanya dalam ibadah, sikap hidup dimana Abraham menjamu Tuhan dengan setulus hati serta memimpin istrinya dan hamba – hambanya turut serta melayani Tuhan, keteladanan dalam keluarga dan masyarakat. Hal itu dapat kita lihat melalui kesaksian Alkitab bahwa Abraham selalu menyadari Tuhan adalah kekuatannya. Untuk itu ibadah kepada Tuhan adalah hal yang paling diutamakan di dalam kehidupannya (Kej. 13 : 18) ( Kej.18). Sikap hidup inilah merupakan kerinduan bagi setiap warga MAMRE GBKP. Saat ini HUT 29 tahun Mamre GBKP (26 Agustus 1995) tentunya begitu luar biasa program pelayanan yang berjalan dalam bersaksi, melayani dan berdiakoni (tri tugas gereja). Pencapaian pada keberhasilan membutuhkan waktu dan proses yang luar biasa Tuhan ijinkan.

II. Isi

  • Kotbah Ayub 1:1-5

Nama Ayub atau Yob ("Yobe") berarti Permusuhan dalam bahasa Ibrani. Kepribadian Ayub sebagaimana dikisahkan di dalam Kitab Ayub adalah: pertama, ia adalah seorang yang yang saleh dan jujur, takut akan Allah dan menjauhi kejahatan. Ayub dikatakan sebagai orang "yang terkaya dari semua orang di sebelah timur (Ayub 1:1-3). Kedua, ia adalah seorang yang tulus atau berintegritas. Ayub tetap setia kepada Allah dan melayani-Nya dengan ketulusannya tanpa pamrih. Kitab Ayub tergolong sebagai salah satu kitab hikmat dan syair dalam PL: "hikmat" karena membahas secara mendalam soal-soal universal yang penting dari umat manusia; "syair" karena hampir seluruh kitab ini berbentuk syair. Akan tetapi, semua syair ini berdasarkan seorang tokoh sejarah yang nyata (lih. Yeh 14:14,20) dan suatu peristiwa sejarah yang nyata (lih. Yak 5:11). Tempat terjadinya peristiwa dalam kitab ini ialah "tanah Us" (Ayub 1:1) yang kemudian menjadi wilayah Edom, terletak di bagian tenggara Laut Mati atau di sebelah utara Arabia (bd. Rat 4:21). Kitab Ayub adalah secara dramatis tentang seorang yang baik dimana ia kehilangan segalanya dan diuji dengan berbagai cobaan untuk menemukan Allah dalam penderitaannya. Ia tibatiba jatuh miskin, sakit dan dijauhi oleh masyarakatnya. Focus renungan kita terletak pada kebaikan yang di miliki oleh Ayub.

Ayub bersungguh-sungguh dan tulus dalam hidup nya: Ia menjauhi kejahatan. Bukan tanpa dosa, seperti yang diakuinya sendiri (Ayub 9:20) “ sekalipun aku benar, mulutku sendiri akan menyatakan aku tidak benar, sekalipun aku tidak bersalah, Ia akan menyatakan aku bersalah. Tetapi, dengan menghormati semua perintah Allah dan bertujuan untuk berperilaku sebaik mungkin, dia sungguh-sungguh seorang yang baik, dan tidak bertentangan dalam kesalehannya. Hatinya tulus dan matanya lurus.  Ia makmur tetapi saleh. Kendati hal ini sukar dan langka, tetapi bukan tidak mungkin, bagi seorang kaya masuk ke dalam Kerajaan Allah. Bagi Allah hal ini bahkan mungkin, dan oleh anugerah-Nya cobaan kekayaan dunia bukan tidak dapat diatasi. Ia saleh, dan kesalehannya adalah teman bagi kekayaannya. Sebab kesalehan memiliki janji akan kehidupan yang sekarang. Ia kaya raya dan kekayaannya membuat kesalehannya berkilau, dan memberikan kepadanya banyak peluang lebih besar untuk berbuat baik karena kebaikan hatinya. Perbuatan salehnya adalah ucapan syukur kepada Allah atas kekayaannya.

Ayub adalah orangtua yang baik bagi anak-anaknya. Ketika anak-anak Ayub yang lelaki biasa mengadakan pesta di rumah mereka masing-masing secara bergiliran. Ketiga saudara perempuan mereka juga diundang untuk makan dan minum bersama-sama mereka. Setiap kali, apabila pesta telah berlalu, Ayub memanggil mereka, dan menguduskan mereka. Keesokan harinya, pagi-pagi, Ayub mempersembahkan korban bakaran sebanyak jumlah mereka. Ayub berpikir: “Mungkin anak-anakku sudah berbuat dosa dan telah mengutuki Allah di dalam hati.” (ayat 5). Sebagai orang-tua beriman, Ayub sangat memperhatikan kesejahteraan rohani anak-anaknya. Ia memperhatikan kelakuan dan gaya hidup mereka, berdoa agar mereka terpelihara dari yang jahat dan mengalami berkat dan keselamatan Allah. Ayub menjadi contoh seorang ayah yang hatinya terarah kepada anak-anaknya dengan menyediakan waktu dan perhatian yang perlu agar mereka terhindar dari kehidupan yang berdosa. Kehidupan keluarga Ayub merupakan cerminan bagi keluarga kebanyakan yang hidup dalam kecukupan secara finansial (ayat 3-4). Terlepas dari kehidupan anak-anak Ayub, kita perlu belajar dari Ayub. Ayub peka terhadap segala kemungkinan yang dapat membawa anak-anaknya menjauh dari Tuhan.

  • Ogen Matius 17:14-18

Seorang ayah akan berusaha melakukan apa pun yang terbaik demi kesembuhan anaknya yang sedang menderita karena sakit. Seorang ayah mendapatkan Yesus dan bersujud meminta kepada Yesus agar anaknya yang sedang sakit ayan dan menderita disembuhkan oleh Yesus. Ia juga menyatakan telah membawa anaknya kepada murid-muridNya tapi mereka tidak mampu menyembuhkannya. Setelah menegur murid-muridNya, Yesus menegur anak itu, lalu keluarlah setan daripadanya, sembuhlah ia. Menarik bahwa dari kisah ini seorang ayah yang mengasihi anaknya. Kasihnya terlihat dari usahanya untuk mendapatkan kesembuhan anaknya. Penderitaan yang dirasakan anak-anak pasti akan memengaruhi hati orangtuanya, sebab anak-anak adalah darah daging mereka sendiri. Kabar Yesus yang semakin cepat berkembang dikarenakan pengajaran dan mujizat yang IA lakukan, tentu menjadikan ayah tersebut berusaha mencari berita, dan berusaha keras menemui murid-murid. Akan tetapi, karena murid-murid tidak dapat menyembuhkan anaknya, ia berusaha menemui Yesus dan menyembahNya agar anaknya memperoleh kesembuhan. Hal ini dilakukannya, karena ia sungguh mengasihi anaknya dan merasakan kesakitan yang dirasakan anak itu – anaknya telah berulang kali masuk ke dalam api dan air karena penyakitnya itu. Melalui kisah seorang ayah tersebut, beberapa hal yang dapat diperhatikan bahwa: 1) kasih itu harus terlihat dari yang kita lakukan – bukan semu. 2) ayah yang berempati, merasakan sakit dan penderitaan anaknya, sehingga apapun dilakukannya untuk kesembuhan anaknya. 

  • Invicatio Amsal 23:24

Keberhasilan seorang ayah dalam mendidik akan nyata lewat sikap , karakter juga pencapaian anak. Anak-anak yang memiliki budi pekerti yang baik secara tidak langsung akan mendatangkan sukacita bagi orang tua. Orangtua pastinya bahagia dan bangga karena mengingat usaha dan proses yang tidak mudah dalam mendidik anak, juga bahagia dan bangga karena mereka tidak akan menjadi anak yang melupakan dan menghina orang tuanya bukan hanya itu saja nilai-nilai Luhur itu juga akan berdampak terhadap orang lain saja. Kiranya sebagai orang tua tidak hanya menuntut anak-anak untuk berjuang meraih sukses kehidupan tetapi juga mendorong mereka untuk hidup dekat dengan Tuhan dan berpegang pada kebenaran Tuhan. Mungkin anak kita bukanlah seorang yang pintar secara akademis namun FirmanNya membantu dalam memahami bakat dan karunia yang dimiliki. Mungkin anak kita bukanlah seorang yang hebat, namun FirmanNya menolong dalam memilih teman bergaul yang benar dan tepat. Mungkin anak kita bukanlah seorang yang mampu bekerja dengan gesit namun FirmanNya menolong untuk bekerja dengan penuh integritas. Menjadi suatu kebanggan bagi para orang tua jika Teladan yang mereka terapkan menjadikan anak-anaknya berguna bagi orang lain. Namun perlu diingat bahwa teladan tidak muncul dalam sekejap mata kecuali dengan mengajarkan Firman Tuhan kepada anak secara berulang-ulang.

III. Aplikasi

Tema minggu Mamre : Bapa Si Notoken Jabu, tentunya sebagai orang tua akan selalu mengharapkan dan berusaha yang terbaik untuk anak dan keluarganya. Dalam renungan minggu ini mendoakan keluarga bukan hanya berdoa saja sepanjang hidup untuk keluarga, namun sikap/perhatian serta teladan hiduplah yang sangat penting di tunjukan/aplikasikan oleh orang tua secara khusus seorang ayah kepada anaknya. Maraknya kenakalan remaja pada zaman ini menjadikan orangtua harus serba ekstra dalam mendidik anak, menjaga anak-anak dari lingkungan sekitar juga kebiasan-kebiasan pemakaian hp yang berlebihan (game, media sosial), berkata kasar atau tidak sopan dsg. Tentunya anak-anak adalah tanggung jawab orangtua.

Saat tuhan mengaruniakan anak dalam keluarga kita sebagai orangtua berharap anak-anak mereka berperilaku yang baik, melikiki budi pekerti. Dalam upaya mewujudkan harapan itu orangtua harus berusaha menjadi guru dan teladan yang baik mendorong anak-anak untuk hidup dekat dengan Tuhan karena Dia lah sumber segala yang baik di dalam dunia ini. Sedari lahir orangtua mengasuh, membesarkan, dan mendidik anak-anaknya. Dalam upaya mendidik anak agar berperilaku yang baik pasti ada tantangan yang akan kita hadapi misalnya pembagian waktu antara bekerja dan memperhatikan anak ada hal yang kita korbankan dalam dilema dan penuh pertimbangan. Pergaulan mereka ataupun pergaulan anak-anak di zaman milenial yang sudah berbeda sekali dengan zaman orang tuanya apapun tantangannya satu yang pasti bahwa tugas mendidik anak-anak adalah anugerah dari Tuhan maka Allahlah yang menopang dan memperlengkapi orangtua.

Setelah dewasa orangtua tetap berperan sebagai tempat menemukan nasihat yang baik bagi anak-anaknya. Bahkan ketika orangtua sudah tiada, anak-anak masih dapat menemukan teladan yang berguna dalam hidup mereka dari apa yang orangtua lakukan semasa mereka hidup. Hubungan baik antara orangtua dengan Tuhan pastinya akan mempengaruhi kualitas hidup seorang anak ia tidak hanya akan tekun bekerja tetapi juga berkarya dengan penuh kasih, berkomitmen, lemah lembut, sabar, jujur, pantang menyerah, setia, dan mampu menguasai diri Peran orangtua terhadap kesejahteraan anak-anak sifatnya sepanjang masa.

Saat ini HUT 29 tahun Mamre GBKP (26 Agustus 1995) tentunya begitu luar biasa program pelayanan yang berjalan dalam bersaksi, melayani dan berdiakoni (tri tugas gereja). Pencapaian pada keberhasilan membutuhkan waktu dan proses yang luar biasa Tuhan ijinkan. Mamre Erdiate, Mamre Erpemere masih berkumandang dalam gereja Tuhan untuk menyatakan karya nyata Allah akan dunia ini.

Det. Elis Anggelina Br Sembiring

GBKP Perminggun Sukatani Runggun Cikarang

 

Info Kontak

GBKP Klasis Bekasi - Denpasar
Jl. Jatiwaringin raya No. 45/88
Pondok Gede - Bekasi
Indonesia

Phone:
(021-9898xxxxx)

Mediate

GBKP-KBD