SUPLEMEN PA MORIA 21-27 MEI 2023, GALATIA 2:6-10
Bahan Bacaan : Galatia 2: 6-10
Tema : “NGAKUI RAS NGERGAI TEMAN”
Tujun :
Agar Moria mengetahui Rasul Paulus dan rasul-rasul lainnya saling mengakui dan menghargai satu sama lain
Agar Moria mengakui dan menghargai teman yang berbeda
Penjelasan Teks
Jemaat di Galatia masih mempersoalkan perkara Yahudi non Yahudi, sunat atau tidak bersunat. Seolah untuk menjadi Kristen harus menjadi Yahudi dulu dengan mengikuti undang-undang yang berlaku. Paulus menekankan bahwa itu bukan hal yang wajib untuk dilakukan dan tidak ada hubungannya dengan keselamatan. Rekan sepelayanan Paulus, yaitu Titus adalah orang Yunani namun Paulus tidak pernah mewajibkannya mengikuti aturan Yahudi seperti sunat. Ada 3 poin penting dari bahan PA kita:
- Allah tidak memandang muka (ayat 6)
Allah menilai dan melihat hati. Ini menjadi dasar teologis Paulus menerima orang lain yang berbeda dengannya. Pengalaman rohani Paulus menerima keterpanggilannya saat masih menjadi penganiaya orang Kristen juga menguatkan keyakinannya bahwa di hadapan Tuhan tidak menjadi masalah apapun masa lalu kita. Yang Tuhan lihat adalah kesediaan menerima Yesus dan hidup baru di dalam-Nya. Terlihat juga ketika Yesus memilih murid-muridnya, IA tidak memilih dari golongan terpelajar dan terhormat, melainkan para penjala ikan. Inilah yang menjadi teladan bagi Paulus untuk tidak membeda-bedakan orang. Dalam perjalanannya, banyak orang yang menolongnya. Baik perempuan ataupun laki-laki, orang Yahudi ataupun non Yahudi, orang bebas ataupun budak, seorang narapidana atau tabib yang terhormat, semua itu menjadi satu tim dalam pelayanan.
- Berbagi tugas agar semakin banyak jiwa yang dijangkau (ayat 7-9)
Kemungkinan pada waktu itu ada orang-orang yang disebut Paulus saudara palsu, yang mempertanyaan kerasulan Paulus. Paulus dibanding-bandingkan dengan murid Yesus yang disebut rasul oleh jemaat, diantaranya Petrus/Kefas, Yakobus, dan Yohanes. Para rasul dianggap lebih layak dibandingkan Paulus sendiri. Dalam surat ini Paulus menjelaskan bahwa mereka sudah saling mengenal dan sudah ada persetujuan. Yakobus, Kefas, dan Yohanes memfokuskan pemberitaan Injil kepada orang-orang Yahudi, sementara Paulus dan Barnabas pergi kepada orang-orang non Yahudi. Ini sudah menjadi kesepakatan bersama, bukan dalam arti membatasi wilayah pelayanan tapi supaya semakin banyak yang bisa terlayani. Dengan berjabatan tangan menjadi penanda mereka ada dalam tugas pelayanan yang sama, saling mendukung dan saling menghargai. Tidak ada persaingan untuk membuktikan siapa yang lebih unggul. Yang terutama adalah tujuan tetap sama, yaitu memberitakan kabar baik bagi orang yang mereka temui.
- Mengingat yang terlupakan (ayat 10)
Paulus mengingat orang-orang miskin yang sering terlupakan oleh masyarakat. Inilah yang dirangkul oleh Paulus sebab orang yang berkekurangan inilah yang memerlukan kabar baik, kabar tentang kasih Kristus dalam hidupnya. Lebih dari itu, harus ada aksi bersama untuk menolong mereka dalam kebutuhannya, sebagai tanda kasih dan persaudaraan diantara para pengikut Kristus. Ini menjadi komitmen bersama baik dalam diri Paulus juga dalam diri para rasul lainnya.
Pointer Aplikasi
- Di dalam sebuah persektuan termasuk Moria, tidak mungkin semuanya sama. Ada perbedaan selera, latar belakang pendidikan, keluarga, profesi, dan sebagainya. Perbedaan itu adalah yang memperkaya dan membuat persekutuan kita menjadi beragam. Memang akan ada potensi konflik, karena beda kepala beda pendapat, tetapi selama kita punya satu tujuan: memuliakan nama Tuhan, bukan keinginan kita yang harus diikuti tetapi bagaimana supaya yang lain juga didengarkan. Ini proses pendewasaan bagi setiap anggota gereja/Moria.
- Dalam kepanitiaan atau kepengurusan, kita akan menemukan teman yang berbeda dengan kita. Ada yang kalau bekerja serba cepat, ada yang lambat tapi pasti, ada yang rajin bekerja tapi sambil bersungut-sungut, ada yang bossy, ada yang pasif tidak ada inisiatif. Banyak tipe-tipe karakter yang akan kita temui. Inilah kenyataan di lapangan, dan kita tidak harus setuju dengan semuanya, kita perlu menerima mereka dengan kekurangan dan kelebihannya. Dan kalau kita mengenal satu sama lain dengan baik, setiap orang akan mendapatkan tugas sesuai dengan kapasitas dirinya, tidak kurang tidak lebih. Sehingga tidak ada lagi single fighter atau one man show dalam gereja. Belajar mempercayakan tugas pelayanan kepada teman, belajar mendelegasikan tugas kepada anggota yang ada, mendampingi dan membantu teman, bukan mengambil alih semua tugas karena merasa ada yang kurang bisa diandalkan.
- Jangan bangun tembok, bangunlah jembatan. Semakin banyak pengkotak-kotakan di tengah persekutuan, akan membuat semakin tinggi persaingan yang tidak sehat. Meski kita terbagi antara sektor-sektor, runggun-runggun, jangan ada eksklusifitas, kelas-kelas tertentu. Tetap terbuka untuk berteman dengan siapa saja. Semua bisa bersatu padu untuk tujuan baik.
Pdt Yohana br Ginting
Rg Cibubur