SUPLEMEN PA MORIA 26 JANUARI-01 FEBRUARI 2025, GALATIA 6:6-10

Ogen :

Galatia 6:6-10

Tema :

Si Isuan Manusia E Ka Iperanina

Tujun :

- Niksiki Ulih peranin ibas perukuren manusia ras I bas juma perukuren Kesah Si Badia

- Nuratken Bentuk perbahanen si mehuli si encidahken kita enggo jadi pasu-pasu sue ras sasaren pelayanenta 2024

Metode PA :

Nuratken ras Ngogeken

 

 

I. Pembuka

Hampir 1 bulan tahun 2025 sudah kita jalani. Momen ini mengingatkan kita kembali tentang sasaran pelayanan GBKP 2024 “Berkarya dan Berguna bagi orang lain” kiranya sasaran tahun lalu tidak berhenti di tahun lalu tapi juga kita teruskan sampai saat ini. Memasuki 2025 kita diajak untuk sama-sama dewasa dalam menerima perbedaan, mungkin akan begitu banyak pertanyaan yang muncul Karena hal ini sejauh apa kita harus menerima atau apakah kita harus bertoleransi dengan semua yang berbeda walaupun itu sudah termasuk dosa yang sebenarnya tidak untuk ditoleransi? Mari Moria kita akan sama-sama belajar untuk dewasa dan bijak dengan belajar dari Firman Tuhan. Termasuk tema di PA pertama Moria di tahun ini tentang “Si I suan Manusia E Ka I peranina” (Apa Yang Di Tabur Orang Itu Juga Yang Akan Dituainya). Manusia memiliki kebebasan untuk memilih benih yang hendak di tabur, untuk itu benih yang bagaimana yang mau Moria GBKP tabur saat ini?

II. Isi

Paulus mendirikan jemaat Galatia dalam perjalanan misinya yang pertama (Kisah Para Rasul 13-14). Jemaat-jemaat ini kemungkinan besar terdiri dari orang-orang non Yahudi. Setelah Paulus pergi muncul pengajar-pengajar lain (sering disebut “Yudaisme”) yang mengajarkan bahwa orang-orang non Yahudi yang ingin menjadi Kristen harus terlebih dahulu disunat dan menaati hukum taurat Musa. Mereka meragukan otoritas Paulus sebagai rasul dan menekankan pentingnya hukum taurat bagi keselamatan. Sehingga memunculkan kebingungan dan perpecahan di antara jemaat-jemaat Galatia. Beberapa Jemaat mulai ragu akan ajaran Paulus tentang keselamatan hanya melalui iman kepada Kristus. Tujuan utama Paulus adalah untuk menegaskan kembali Injil, yaitu keselamatan hanya melalui iman kepada Yesus Kristus. Ia menekankan bahwa pembenaran (dinyatakan benar di hadapan Allah) hanya diperoleh melalui iman kepada Kristus, bukan melalui perbuatan hukum Taurat (Galatia 2:16). Surat Paulus ini berupaya untuk membawa kembali kepada iman yang benar. Dalam pasal 5-6 Paulus menunjukkan bahwa gaya hidup atau perilaku seorang Kristen seharusnya berasal dari kasih oleh karena Iman kepada Kristus.

Galatia 6:6 menjelaskan bahwa sikap kristiani itu adalah wujud kekristenan sejati, ia akan rendah hati menerima teguran firman karena kesalahannya dan bersikap hormat kepada yang menegur dengan kasih. Orang yang telah menerima Firman hendaklah kembali membagi (koinoneō) memiliki arti berbagi, bersekutu, atau memberikan kontribusi. "Segala sesuatu yang ada padanya" mencakup segala hal yang baik, bukan hanya materi (uang atau harta benda), tetapi juga dapat berupa dukungan moral, tenaga, waktu, dan bentuk-bentuk pelayanan lainnya.

Galatia 6:7-8 Paulus memulai dengan peringatan keras. Kata "sesat" menunjukkan bahwa ada pemahaman yang salah yang perlu diluruskan. Allah tidak bisa ditipu atau diabaikan. Hukum moral dan spiritual yang Ia tetapkan pasti berlaku. Ini adalah inti dari prinsip tabur tuai. Setiap tindakan, baik atau buruk, akan menghasilkan konsekuensi yang setimpal. Ini bukan hanya berlaku untuk tindakan lahiriah, tetapi juga untuk motivasi dan keinginan hati. Paulus memberikan dua contoh kontras. "Menabur dalam daging" merujuk pada hidup yang dikuasai oleh keinginan-keinginan duniawi, dosa, dan hawa nafsu. Konsekuensinya adalah "kebinasaan," yang bisa merujuk pada kehancuran moral, spiritual, dan bahkan fisik. Sebaliknya, "menabur dalam Roh" berarti hidup yang dipimpin oleh Roh Kudus, menghasilkan buah-buah Roh (Galatia 5:22-23) dan berujung pada "hidup yang kekal."  

Galatia 6:9-10 Ayat ini merupakan penerapan prinsip tabur tuai dalam konteks berbuat baik. Paulus mendorong jemaat untuk tidak lelah atau putus asa dalam melakukan perbuatan baik, meskipun mungkin tidak langsung melihat hasilnya. Ada "waktu" yang ditetapkan Allah untuk menuai hasil dari perbuatan baik tersebut. Kuncinya adalah "jika kita tidak menjadi lemah," yaitu tetap tekun dan setia dalam berbuat baik.   Paulus memberikan arahan praktis tentang kepada siapa kita harus berbuat baik. Ia menekankan bahwa kita harus berbuat baik "kepada semua orang," menunjukkan cakupan yang luas. Namun, ia memberikan prioritas kepada "kawan-kawan kita seiman," yaitu sesama orang percaya. Ini bukan berarti mengabaikan orang lain, tetapi mengakui adanya tanggung jawab khusus dalam komunitas iman.  

III. Penutup

Dengan memahami tentang Firman dalam bahan ini akan memotivasi moria untuk senantiasa memilih tindakan yang benar dan selaras dengan kehendak Tuhan, menjadi Moria yang lebih bijak dalam mengambil setiap keputusan. Ketekunan dan kesabaran sangat dibutuhkan karena terkadang hasil dari perbuatan baik tidak langsung terlihat, penekanan penting tentang prioritas dalam berbuat baik, yaitu kepada saudara seiman. Kesempatan untuk berbuat baik harus dimanfaatkan sebaik mungkin karena kita tidak tahu kapan kesempatan itu akan berlalu. Mari kita evaluasi sejauh mana kita mengimani dan mengaplikasian sasaran pelayanan GBKP 2024 tentang berkarya dan berguna bagi orang lain, dan bagaimana kita merasakan bahwa ketika kita memikirkan dan melakukan kebaikan untuk sesama saat itulah kita akan benar-benar merasakan kasih Tuhan lebih dalam di hidup kita. Jangan menunggu kebaikan orang lain tapi mulailah kebaikan itu dari diri kita. Karena kita sedang mempersiapkan tuaian yang terbaik, jangan ragu untuk menuai yang terbaik. “Orang yang suka menolong banyak sahabatnya dan para pengampun berlimpah saudaranya.

 

Info Kontak

GBKP Klasis Bekasi - Denpasar
Jl. Jatiwaringin raya No. 45/88
Pondok Gede - Bekasi
Indonesia

Phone:
(021-9898xxxxx)

Mediate

GBKP-KBD