SUPLEMEN PA MORIA 13-19 OKTOBER 2024, PENGERANAN 5:10-12
Bacaan :
Pengerana 5:10-12
Tema :
Cukupkanlah Apa yang ada Padamu
PENDAHULUAN
Akhir-akhir ini banyak bermunculan vidio fleksing di media sosial. Beberapa pegiat media sosial memamerkan kekayaannya, belanja barang dengan sesuka hati, menghambur-hamburkan uang dan sebagainya. Fenomena ini membuat beberapa orang menganggap bahwa sifat fleksing merupakan hal yang normal. Bahkan ini menjadi gaya hidup baru bagi pengguna media sosial. Akibatnya, konsumerisme menjadi budaya yang wajar bagi sejumlah orang. Bahkan berbagai platform menyediakan aplikasi yang memudahkan orang untuk berbelanja, dari sistem belanja online, COD, paylater bahkan pinjol yang harusnya dibangun untuk memudahkan masyarakat dalam permodalan disalah gunakan untuk memenuhi nafsu belanja sebahagian orang. Hal ini tentu sangat membahayakan bagi keberlanjutan hidup.
PENJELASAN TEKS
Bahan PA Moria kali ini merupakan bagian dari teks pengkhotbah yang mengangkat tema tentang kesia-siaan di dalam hidup. Salah satunya adalah sikap manusia yang tidak pernah puas, yang mengumpulkan banyak harta benda secara berlebih sehingga menimbulkan petaka baginya. Mengapa penulis berpendapat demikian?
- Penulis kitab pengkhotbah menyadari bahwa pertambahan harta meningkatkan tanggung jawab dan membuat banyak orang yang mengalami ketergantungan (ay.10). Bak kata pepatah, di mana ada gula, di situ ada semut. Harta duniawi bisa dikatakan ibarat gula yang memiliki daya pikat bagi manusia, banyak orang yang menjadi silau mata ketika diperhadapkan dengan harta. Jadi, tidak heran jika kita melihat jika ada orang yang memiliki harta berlimpah, banyak orang juga orang yang dekat dengannya.
- Tanpa disadari ternyata pertambahan kekayaan terkadang bisa merenggut kenyamanan seseorang (ay. 11). Pengkhotbah mengatakan “kekayaan orang kaya sekali-kali tidak membiarkan dia tidur”. Sungguh membingungkan, mengingat kebanyakan orang beranggapan bahwa, semakin kaya seseorang maka semakin nyaman hidupnya. Namun ternyata pengkhotbah menyadari kekayaan tidak dapat memberikan kenyamanan, mengingat semakin banyak kekayaan seseorang, maka semakin tinggi kecemasan akan kehilangan kekayaan yang dimilikinya. Dia sulit tidur, karna takut kalau-kalau ada orang yang mencuri kekayaannya. Lebih jauh lagi dia merasa terikat, takut meninggalkan rumah dan memasang beberbagai sistem keamanan untuk menjaga kekayaannya. Bukan kah ini menggambarkan ketidak nyamanan?
- Kekayaan memberikan kecelakan bagi pemiliknya (ay.12). Banyak kasus terjadi yang memperlihatkan peristiwawa yang mencelakakan pemilik harta. Salah satu yang viral di media sosial, di mana ada keluarga yang di bunuh sekeluarga setelah salah satu anggota keluarganya mengunggah vidio isi rumahnya. Contoh lain misalnya, akibat kekayaan membuat banyak keluarga yang retak bahkan mengalami perceraian, ada juga hubungan persaudaraan yang renggang akibat perselisihan harta warisan, kakak adik menjadi musuh, anak dan orang tua tidak lagi berkomonikasi dan masih banyak contoh kasus lainnya. Karenanya benarlah yang diungkapkan pengkhotbah, kekayaan jika tidak dipergunakan dengan bijak dapat mengakibatkan petaka bagi pemiliknya.
KESIMPULAN
Tidak ada yang salah jika kita memiliki banyak materi. Sebagai orang percaya juga diminta untuk bekerja keras sebagai bentuk tanggung jawab iman pada Tuhan. Namun perlu diingat bahwa materi yang kita miliki perlu dikelola dengan baik. Kita perlu menggunakannya secara bijak sana. Jangan biarkan kekayaan membuat petaka bagi kita. Karenanya sebagai orang percaya, sudah saatnya kita membangun karakter sederhana. Kesederhanaan membuat manusia merasa berkecukupan. Walaupun dia tidak memiliki banyak harta, dia mampu mengelola apa yang ada sehingga segala kebutuhannya tercukupi. Kesederhanaan tidak akan membuat kita menjadi rendah, sebaliknya memberi pengaruh positif bagi banyak orang, dan demikianlah layaknya kehidupan orang-orang percaya.