SUPLEMEN PA MORIA TANGGAL 08-14 OKTOBER 2023, KOLOSE 2:6-8
BAHAN : KOLOSE 2: 6-8
THEMA : RURAT DINGEN NGGELUH IBAS KRISTUS / HUT MORIA
PENGANTAR
Ketika kita menanam sebuah tanaman tentu harapan kita adalah tanaman tersebut dapat bertumbuh dengan baik. Pernah suatu kali kami diberikan bibit pohon mangga yang konon kata pemiliknya buahnya akan terasa sangat manis. Pohon itu kami sirami air setiap hari, dalam beberapa bulan pohon itu sudah bertambah tinggi, lalu kami pindahkan dari pot ke lahan terbuka agar ia dapat bertumbuh dengan leluasa dan akarnya mendapat asupan nutrisi yang cukup. Ketika saatnya tiba, ia mulai berbunga dan kemudian menghasilkan buah mangga yang besar dan rasanya manis. Setelah bertahun-tahun kemudian, pohon mangga kami semakin besar, cabang, ranting, maupun buahnya menjadi semakin banyak. Tidak hanya burung-burung yang beterbangan diantara rimbunnya dahan pohon tersebut, bahkan jika ia berbuah pejalan kaki di depan rumah juga ikut menikmati hasilnya. Sebuah benih tidak dapat serta merta bertumbuh menjadi pohon secara otomatis oleh dirinya sendiri jika tidak ada unsur-unsur lain yang membantu. Demikian juga dengan orang Kristen, tidak akan dapat bertumbuh imannya jika ia hanya mengandalkan dirinya sendiri, ia diibaratkan sebagai pohon kecil yang setiap hari harus selalu disirami air, ia harus mendapat pupuk yang cukup; ia juga harus mempunyai akar yang kuat agar mendapat makanan yang cukup bagi batang dan daunnya; ia juga harus mendapat sinar matahari agar terjadi proses photosintesis pada daun-daunnya, serta dapat membuatnya tumbuh tegak dengan baik, serta ia harus dijaga dari segala macam serangga dan binatang yang akan mengganggu pertumbuhannya. Semuanya harus dilalui dan dialami agar sebuah pohon kecil dapat bertumbuh menjadi besar, sehat dan kuat. Pertumbuhan iman orang Kristen juga tidak dapat terjadi secara otomatis dari bayi, kemudian tiba-tiba menjadi seorang yang mempunyai iman yang kuat jika tidak melalui tahapan proses sebagaimana yang dituliskan dalam Kitab Para Rasul 2: 41-47 tentang cara hidup jemaat yang pertama, yaitu berproses menjadi orang percaya melalui pembaptisan, pengajaran, persekutuan, berdoa, melayani dan bersaksi.
Pertumbuhan iman diperlukan agar kita mampu bertahan terhadap gelombang badai dalam kehidupan sebagaimana sebuah pohon juga terus bertumbuh sekalipun ia menderita karena sengatan matahari dan deraan air hujan; sinar matahari yang terik akan membuat akar lebih banyak memompa cairan ke dahan, ranting dan daun, sementara deraan air hujan membuat akar pohon bekerja keras untuk bertahan dan tumbuh semakin dalam agar batang pohon yang berada diatasnya tetap kokoh dan tidak tumbang. Demikian juga iman seseorang harus selalu bertumbuh, tidak boleh statis karena orang yang hidup, pasti akan mengalami berbagai tantangan, rintangan dan deraan ujian, ia tidak boleh menyerah atau berdamai dengan semuanya itu, karena hal itu berarti ia tidak akan dapat melewatinya. Ketika kita berakar di dalam Dia, maka kita akan menemukan kekuatan di dalamNya.
PENJELASAN TEKS
Jemaat Kolose adalah jemaat yang sedang mengalami pertumbuhan iman sebagaimana jemaat-jemaat pada awal gereja mula-mula. Jemaat ini yang terletak di Asia kecil, sebelah Timur kota Efesus. Rasul Paulus mengutus Epafras dari Efesus untuk mendapatkan laporan tentang pertumbuhan iman jemaat Kolose. Epafras melaporkan bahwa di dalam jemaat itu, sedang berkembang ajaran-ajaran yang salah. Ada dua ajaran yang salah berkembang dalam jemaat yaitu ajaran tentang peraturan dan ketaatan pada tradisi-tradisi Yahudi, seperti Sunat dan berbagai pantangan makanan bagi orang Yahudi (Psl. 2:16) sekalipun mereka sudah percaya kepada Yesus Kristus dan yang kedua adalah ajaran yang sangat dipengaruhi oleh aliran pemikiran Yunani-Romawi yaitu gnostisisme. Ada tiga hal yang menonjol dalam ajaran guru-guru aliran gnostisisme yaitu :
- Dunia ini bukan diciptakan oleh Allah, melainkan oleh demiurgos yaitu oknum ilahi yang lebih rendah derajatnya dibandingkan dengan Allah. Oleh karena itu dunia ini adalah materi atau bendawi yang berderajat rendah.
- Manusia pada dasarnya adalah mahluk bersifat ilahi. Ia berasal dari percikan sinar ilahi yang kemudian terpenjara di dalam tubuh fana. Hal ini terjadi karena manusia mengalami dosa sehingga sangat merindukan pelepasan.
- Kelepasan ini hanya bisa dicapai melalui pengetahuan yang harus diusahakan oleh manusia. Pengetahuan ini berhubungan dengan manusia yang dibebaskan oleh penyelamat yang turun dari dunia terang sejati.
Mendengarkan laporan dari Epafras tentang ajaran-ajaran yang berkembang di jemaat Kolose ini, maka Rasul Paulus menegaskan tentang ajaran yang benar tentang Yesus Kristus. Sehingga beberapa ajaran disampaikan oleh Rasul Paulus bagi jemaat di Kolose yaitu :
- Di dalam Yesus Kristus telah diciptakan dunia ini dengan segala isinya (Psl. 1:16). Hal ini menolong jemaat untuk melawan ajaran gnostisisme tentang dunia yang diciptakan oleh oknum ilahi yang lebih rendah dari Allah.
- Manusia yang percaya kepada Yesus Kristus adalah manusia yang baru yang telah dikuduskan dan diselamatkan (Psl. 3:5-11). Manusia adalah milik kepunyaan Allah dan warga Kerajaan Allah sehingga tidak terikat dengan keinginan duniawi dan segala macam peraturan-peraturan Yahudi.
- Yesus Kristus adalah Kelepasan yang sempurna bagi manusia. Harapan manusia untuk keselamatan hanya ada dalam Yesus Kristus bukan dari pengetahuan atau filsafat yang kosong (Psl. 2:8-9).
Apa yang disampaikan Rasul Paulus kepada jemaat Kolose menolong jemaat untuk tidak goyah dalam iman sehingga dapat berakar dan bertumbuh di dalam Yesus Kristus dan berhati-hati terhadap ajaran-ajaran yang dapat menjauhkan diri dari persekutuan iman dengan Yesus Kristus. Yang menarik, kata teguh (ay.7) yang dipakai Rasul Paulus diambil dalam bahasa yang biasa dipakai dalam dunia militer. Keteguhan, dalam bahasa Yunaninya stereoma, berarti juga “barisan tentara” atau “benteng” yang tak dapat diterobos. Ibarat benteng, seseorang yang beriman teguh, bagaikan barisan atau benteng yang tak dapat ditembus. Rasul Paulus menunjukkan kepada jemaat Kolose, bahwa dalam hidup kekristenan, keteguhan iman sesuatu yang penting. Jemaat harus memiliki keteguhan iman dalam hidup yang serba tak menentu ini. Keteguhan iman ini harus selalu dipelihara, dan bahkan diberi kesempatan untuk bertumbuh. Jadi, bukan hanya sekadar teguh, tetapi senantiasa bertambah teguh. Keteguhan yang senantiasa harus bertambah-tambah dayanya saat menghadapi tantangan hidup. Disamping keteguhan iman, penting pula kita memiliki hati yang berlimpah dengan syukur dalam Tuhan sehingga proses pertumbuhan iman yang kita alami menjadi sebuah sukacita untuk hidup dalam tuntunan Tuhan.
APLIKASI
- Layaknya jemaat Kolose, orang-orang percaya yang hidup pada masa kini pun menghadapi berbagai macam pengajaran yang kelihatannya menarik, saleh, tetapi menyesatkan. Oleh sebab itu, orang percaya harus berakar dan bertumbuh di dalam iman dan pengajaran yang benar, bahwa Kristus adalah Tuhan yang telah mengampuni umat-Nya dari segala pelanggaran dosa. Mari dengan jeli kita memeriksa diri kita apakah kita juga memberikan waktu yang cukup untuk terus mendalami pengajaran dan kebenaran firman Tuhan dalam kehidupan beriman kita? Apakah kita juga memberikan waktu yang cukup untuk bertumbuh dalam persekutuan dengan saudara seiman?
- Langkah awal agar iman kita bisa tetap teguh dan bertambah teguh adalah justru dengan menyadari bahwa kita juga orang yang rentan terhadap pengaruh-pengaruh yang membuat kita jauh dari Tuhan. Kesadaran dan pengakuan semacam ini akan memampukan kita untuk tetap mau memperkuat diri, dengan beragam “pelindung” dan “tameng” iman. Berkaitan dengan hal ini, perlu pula kita jujur melihat “sumbatan-sumbatan” yang menghalangi pertumbuhan iman kita saat ini. Apakah mungkin dosa yang dibiasakan/ dianggap sepele, atau dosa yang dipendam yang selama ini kita sembunyikan dan terus menerus dilakukan? Sumbatan-sumbatan ini begitu halus dan tidak terlihat tapi berpotensi menjadi “hama” yang menggerogoti tanaman rohani kita sehingga tidak bertumbuh dengan optimal. Martin Luther mengatakan bahwa seluruh hidup manusia adalah perjalanan pertobatan; yang artinya tidak ada diantara kita yang bebas dari sumbatan rohani. Namun hati yang sering “dibongkar” di hadapan Allah adalah hati yang sering menerima anugrah Allah sehingga mengalami pertumbuhan ke arah kesempurnaan Kristus. Mari kita temukan apa yang menjadi penghambat sehingga kita tidak bertumbuh optimal. Anugerah Allah tersedia untuk menolong kita menuntaskan segala hambatan itu.
- Agar bertumbuh dan berbuah kita harus tinggal di dalam-Nya; artinya, libatkan Allah dalam segala sesuatu. Saat ditanya, apa kunci kekuatan spiritualitasnya? Suster Teresa menjawab hanya tiga kata. Aku ucapkan ketiga kata itu setiap pagi saat baru bangun dari tidur. Ketiga kata itu adalah “Good Morning Jesus!” Melalui tiga kata ini, Suster Teresa, melibatkan Yesus dalam hidup dan pergumulannya. Kita harus belajar untuk tinggal di dalam-Nya. Selalu terhubung dengan Yesus melalui doa, membaca Kitab Suci atau mendengarkan lagu-lagu rohani, aktivitas persekutuan bersama, sharing iman dan sharing doa. Saat di dalam Dia, kita akan rasakan betapa Yesus hidup dan berkarya dalam hidup kita..
- Berakar dalam Kristus memberi kita kekuatan dalam menghadapi tantangan, persoalan dan masalah kehidupan. Kita memiliki keyakinan yang teguh bahwa Allah menyertai kita. Kita percaya bahwa Allah pasti menolong kita. Orang yang bersandar pada Allah di dalam Yesus tidak akan bermental kerupuk atau tahu yang mudah hancur. Dia tidak juga bermental telur yang mudah pecah. Sebaliknya, mentalnya akan seperti bola tenis yang makin dibanting makin melenting.