SUPLEMEN PA MORIA 28 AGUSTUS-03 SEPTEMBER 2022, OGEN EFESUS 6:4
Ogen : Efesus 6:4
Tema : RADU RAS MPEBELIN ANAK (Mendampingi Anak-anak)
Tujun : Gelah Moria:
1. Meteh pedah Dibata i bas mpebelin-belin anak
2. Sepengodak sepengole ras Mamre i bas mpebelin-belin anak (nande ras bapa sejalan i bas mereken pengajaren man anak)
Metode PA : Role Play
PENDAHULUAN
Keluarga adalah tempat pertama dan utama bagi anak-anak untuk mendapatkan pendidikan, dan sebagai gurunya adalah orang tua (Ayah dan Ibu). Namun, realita berkata yang cenderung mendidik anak adalah Ibu. Sedangkan, ayah dianggap lebih berperan penting dalam mencari nafkah untuk memenuhi kebutuhan keluarga, sehingga tidak begitu lagi dilibatkan dalam mendidik anak-anak. Ini bisa dibuktikan dari data KPAI yang memperlihatkan: pengasuhan ayah dalam mendidik anak hanya 27,9% sedangkan ibu lebih berperan yaitu 36,9%. Minimnya peran ayah dalam mendidik anak juga dapat dilihat bahwa hampir semua buku mengenai cara mendidik anak dituliskan untuk ibu. Padahal setiap waktu di seluruh dunia, peran ayah juga sangat berharga dalam perjalanan kehidupan anak-anak.
Sebuah sumber mengatakan bahwa ayah adalah pahlawan bagi anak-anaknya, sehingga secara umum ketika anak-anak berkelahi maka mereka akan mengatakan, “Aku bilang sama Bapakku ya.” Sebuah sumber juga mengatakan bahwa ketika seorang anak kehilangan ayahnya, apakah melalui kematian atau perceraian, maka anak-anak akan merasa bahwa mereka kehilangan pahlawannya. Dalam Alkitab juga dikatakan bahwa Yusuf merebahkan dirinya mendekap muka ayahnya serta menangisi dan mencium ayahnya yang sudah mati.
Selama empat dekade penelitian dan ratusan penelitian telah membuktikan, ayah yang ikut membantu ibu mengasuh, menjaga, dan membesarkan anak memiliki pengaruh signifikan terhadap prestasi sekolah anak. Sebuah tinjauan studi yang dilakukan oleh Father Involvement Research Alliace menunjukkan bahwa anak yang dekat dengan ayah:
- Cenderung memiliki emosi yang stabil,
- Lebih percaya diri saat dewasa,
- Serta bersemangat dalam mengeksplorasi potensi diri untuk merealisasikan ide dan impian.
- Kemudian, dalam lingkungan pergaulan, anak yang dekat dengan ayah cenderung lebih mudah bersosialisasi dan memiliki banyak teman karena dianggap menyenangkan.
- Fakta lain yang perlu dipertimbangkan oleh para ayah agar lebih dekat dengan sang buah hati adalah, anak berusia tiga tahun yang memiliki hubungan baik serta hangat dengan ayah memiliki IQ lebih tinggi dan memiliki kemampuan memecahkan masalah dibanding teman seusianya.
Dalam tradisi orang Israel para anak laki-laki ada di bawah bimbingan sang ayah yang mengajari mereka dalam pertanian, penggembalaan, dan keahlian umum, juga dalam aktivitas seperti peperangan dan perburuan, para anak laki-laki belajar bagaimana menangani persenjataan, panah, pengali-ngali dan pedang.
Tentunya melalui semua penjelasan ini dapat kita bayangkan jika sosok ayah yang mengajari anak-anaknya adalah Bapa yang tidak takut akan Tuhan dan hidup dalam dosa, maka anak-anaknya juga akan hidup mengikuti apa yang diajarkan oleh ayahnya yakni hidup di dalam dosa. Sedemikian pentingnya seorang ayah bagi keluarga sehingga melalui bahan PA Moria ini setiap orang tua diajak untuk bertanggung jawab ”Radu Ras Mbelin Anak”
PENJELASAN NAS
Dalam pasal ini, Rasul Paulus melanjutkan nasihatnya tentang kewajiban-kewajiban dalam hal hubungan antarsesama, yang dia telah mulai bahas di pasal sebelumnya. Secara khusus dia menekankan tentang kewajiban anak-anak dan orangtua, dan kewajiban hamba-hamba dan tuan-tuan (ay. 1-9). Dia menasihati dan memberi arahan kepada orang-orang Kristen bagaimana bersikap sepatutnya dalam peperangan rohani melawan musuh-musuh jiwa mereka, dan bagaimana menggunakan beberapa anugerah kristiani, yang dia sampaikan kepada mereka sebagai perlengkapan senjata rohani yang sangat banyak, untuk melindungi dan membela mereka dalam pertempuran tersebut (ay. 10-18).
Bahan PA Moria kira membahas tentang bagaimana peranan ayah (orangtua: ayah dan ibu) kepada anak-anak. Di ayat 4 dijelaskan yang menjadi kewajiban orangtua: “Dan kamu, bapa-bapa. Atau, kamu para orangtua,
- “Janganlah bangkitkan amarah di dalam hati anak-anakmu”
Walaupun Allah telah memberimu kuasa, kamu tidak boleh menyalahgunakan kuasa itu, mengingat bahwa anak-anakmu adalah, secara khusus, bagian dari dirimu sendiri, dan oleh karena itu harus diatur dengan penuh kelembutan dan kasih sayang. Jangan tidak sabar terhadap mereka, jangan menggunakan kekerasan yang tidak sepantasnya, dan jangan memberikan perintah yang kaku kepada mereka. Ketika kamu memperingatkan mereka, ketika kamu menasihati mereka, ketika kamu memarahi mereka, lakukanlah dengan cara yang tidak membangkitkan amarah di dalam hati mereka. Dalam semua perkara seperti itu hadapilah mereka dengan hati-hati dan bijaksana, ketika berusaha mengatasi pertimbangan-pertimbangan mereka dan memengaruhi akal budi mereka.“
- “Didiklah mereka di dalam ajaran dan nasihat Tuhan”
Didiklah dalam disiplin dengan perbaikan yang sepantasnya dan disertai belas kasihan. Dan didiklah dalam pengetahuan tentang tugas yang Allah wajibkan kepada mereka dan yang dengannya mereka dapat menjadi lebih mengenal Dia. Berikanlah pendidikan yang baik kepada mereka. Kewajiban besar para orangtua adalah berhati-hati dalam mendidik anak-anak mereka. “Bukan hanya membesarkan mereka, seperti yang dilakukan orang-orang yang tidak berakal budi, dengan memenuhi kebutuhan mereka, melainkan membesarkan mereka dalam ajaran dan nasihat, dengan cara yang sesuai untuk mereka yang berakal budi. Bahkan, bukan hanya membesarkan mereka sebagai manusia, dalam ajaran dan nasihat, melainkan juga sebagai orang-orang Kristen, dalam nasihat Tuhan. Berikanlah kepada mereka pendidikan keagamaan. Ajarilah mereka supaya takut melakukan dosa, dan beritahulah mereka tentang seluruh kewajiban mereka terhadap Allah dan buat mereka bersemangat tentang hal itu.“
KESIMPULAN
Dalam ayat ini Paulus membuat gambaran ayah sebagai yang bisa mengendalikan diri, pendidik yang ramah dan sabar. Otoritas yang dimiliki orangtua jangan disalahgunakan (seperti yang dilakukan seorang bapa bangsa Romawi pada abad pertama punya hak mutlak atas anaknya. Ia berhak menjualnya sebagai budak, mempekerjakannya di ladang dengan rantai/borgol, menghakimi mereka, menjatuhkan hukuman kepada mereka, bahkan menjatuhkan hukuman mati kepada mereka).
Penyalahgunaan otoritas sebagai orang tua tentu bertentangan dengan Firman Tuhan. Orang tua bertanggung jawab kepada Tuhan dalam menggunakan otoritasnya terhadap anak. Kerasnya tuntutan ataupun perintah yang tidak sesuai dengan umur anak, terlebih lagi anak yang belum punya banyak pengalaman, perlakuan kejam dan kasar, perilaku pilih kasih dan memanjakan akan merusak perkembangan anak. Perilaku menyepelekan, menghalangi kebijakan anak untuk berkarya, dan menghina juga akan merusak perkembangan anak. Perilaku-perilaku seperti inilah yang dapat membangkitkan amarah dalam hati anak.
Dari penjelasan Firman Tuhan jelas disampaikan bahwa penting bagi ayah untuk melakukan perannya dengan baik. Tak lupa juga bahwa mendidik anak adalah salah satu bentuk pengabdian dan ketaatan seorang ayah kepada perintah Tuhan. Oleh karena itu, mendidik anak bukan hanya sebagai tugas ibu sendiri, tetapi harus saling bekerjasama dengan ayah, sehingga anak-anak kita menjadi teruna-teruni Kristus sepanjang kehidupannya.
Pdt. Melda Tarigan, STh-Rg. Pontianak