SUPLEMEN PA MORIA 05-11 JUNI 2022, ULANGEN 24:7

Ogen: Ulangen 24:7

Tema: Ngergai Teman

 

I. Pendahuluan

Ungkapan mengatakan “Betapa indah dan wanginya kalau kita saling menghargai dan memotivasi satu dengan yang lain, tak ubahnya seperti bunga mekar” hal ini memang benar adanya jika kita saling menghargai maka itu akan kelihatan harmonis dan memberikan harum yang wangi membuat setiap orang akan rindu menghampirinya. Perkembangan IPTEK sekarang ini bisa saja membuat wanginya bunga yang mekar menjadi layu dan busuk jika menggunakannya untuk menghina dan memfitnah orang lain, lebih parah lagi dengan menggunakan MEDSOS sekarang ini orang bisa menipu dengan iming-iming yang akhirnya memakan korban (Penipuan Uang, Pekerjaan bahkan Penjualan manusia/Trafficking) dengan demikian kita tidak menghargai teman atau manusia, padahal Tuhan memberikan aturan kepada manusia agar saling mengasihi satu dengan yang lain. Tuhan begitu peduli kepada manusia dan menghargai setiap nafas yang dihembuskan, dengan demikian kita hadir bukan mencaci maki atau bersikap tidak peduli, salah satu yang dapat kita lakukan untuk menghargai teman adalah dengan ungkapan kata-kata yang kita ucapkan.

II. Isi

1. Kitab Ulangan 24 ini mengisahkan bagaimana bangsa Israel keluar exodus dari perbudakan Mesir, tepatnya bangsa tersebut di bawah kaki gunung Sinai yang ketika itu Musa menerima Hukum Taurat dari Tuhan. Dalam hal ini juga dikatakan juga Tuhan membuat perjanjian dengan bangsa tersebut, pada pasal sebelumnya dapat kita lihat bagaimana Tuhan membuat aturan-aturan yang harus dilakukan oleh bangsa Israel, misalnya: tentang Perkawinan, Perceraian, Peribadatan, Persembahan, Membungakan uang, Nazar dll, pada bagian renungan kita kali ini mengenai saling melindungi sesama manusia. Undang-undang yang diberikan oleh Tuhan ini harus dipatuhi oleh bangsa Israel karena jika tidak dilakukan akan mendatangkan Kutuk, jika dilakukan akan mendatangkan Berkat. Peraturan dan perjanjian ini dilakukan dalam ibadah dengan mempersembahkan korban bakaran di atas mezbah. Ini menunjukkan dan mengandung arti korban dan darah persembahan telah dilakukan dan jangan lagi ada korban dan darah yang lain tercurah. Ketaatan dan kesetiaan bangsa Israel sangat dituntut sekali untuk menjalankan perjanjian atau aturan-aturan yang dibuat oleh Tuhan. Penerimaan kembali umat Allah oleh-Nya dan penyerahan mereka kepada-Nya setelah umat Israel mengikrarkan untuk taat dan dapat menerima berkat-berkat perjanjian. Hal ini serupa dengan yang diserukan oleh Rasul Petrus dalam 1 Pet 1:2 “….Supaya taat kepada Yesus Kristus dan menerima percikan darah-Nya , kiranya kasih karunia dan damai sejahtera makin melimpah atas kamu”

 2. Ayat 7 “apabila seseorang kedapatan sedang menculik orang…” ada menggunakan kata menculik, dari kata dasar culik artinya mencuri atau melarikan orang lain dengan maksud tertentu (dibunuh, dijadikan sandera). Dari pengertian ini dapat kita simpulkan bahwasanya ada sifat paksaan dengan demikian adanya perampasan hak asasi manusia yaitu kebebasan untuk hidup bebas. Tuhan telah memberikan dari awal lahirnya manusia ke dunia untuk hidup, tetapi dengan adanya penculikan menandakan telah terjadi pelanggaran terhadap kehendak Tuhan atau melanggar undang-undang Tuhan, begitu juga sudah melanggar undang-undang negara saat ini (Tindak Pidana penculikan secara umum di atur dalam pasal 328-331). Tuhan melarang agar jangan terjadi penculikan, kelanjutan dari ayat di atas “…lalu memperlakukan dia sebagai sebagai budak dan menjual dia” kata Budak artinya sistim segolongan manusia yang dirampas kebebasan hidupnya untuk bekerja guna kepentingan golongan manusia yang lain. Di dalam Perjanjian Lama Eved (budak laki-laki/budak perempuan) memang biasa dan sering dilakukan transaksi budak, yang diperlakukan oleh tuannya dengan sesuka hati karena mereka telah di beli. Peristiwa ini sangat bertentangan dengan kehendak Tuhan, seperti halnya yang telah di alami oleh bangsa Israel menjadi budak di Mesir, Tuhan mengingatkan bangsa tersebut dulu juga pernah sebagai budak serta dipekerjakan secara paksa, tetapi ketika bangsa itu berseru dan meminta pertolongan kepada Tuhan akhirnya mereka dibebaskan, Keluaran 6:6 “oleh sebab itu katakanlah kepada orang Israel, Akulah Tuhan, Aku akan membebaskan kamu dari kerja paksa orang Mesir, melepaskan kamu dari perbudakan mereka dan menebus kamu dengan tangan yang terancung dan dengan hukuman-hukuman yang berat”

3. Pada pembahasan renungan ini dapat kita lihat bagaimana Tuhan memiliki kasih yang begitu besar kepada umat manusia tanpa terkecuali. Dengan kata lain Tuhan sangat menghargai setiap manusia dan Tuhan tidak menginginkan manusia itu hidup dalam penindasan satu dengan yang lain, karena begitu sakit dan sengsaranya seseorang yang mengalami penindasan dan tidak dihargai oleh orang lain. Hal ini dapat kita lihat dari perintah Tuhan terhadap para penculik dalam kelanjutan ayat renungan di atas, Tuhan memberikan hukuman bagi orang yang melakukan penculikan dengan perintah “…maka haruslah penculik itu mati” hukuman ini dilakukan oleh otoritas Tuhan yang diperintahkan kepada bangsa Israel, jika dilihat dari undang-undang negara memiliki beberapa kaitan pidana yaitu penculikan, penyekapan, penganiayaan serta berkaitan dengan HAM secara negara dan dunia.

 III. Refleksi

Tema: Ngergai Teman, Menghargai artinya sikap toleransi dalam menyikapi perbedaan berupa budaya, agama maupun suku dari orang lain di sekitasr kita. Dalam hal ini kita diingatkan dan melakukan untuk menghargai teman yaitu mengakui atas keberadaan seseorang di dalam kekurangan dan kelebihannya. Berkaitan dengan bahan renungan kita maka pada awal kebebasan bangsa Israel dari perbudakan Mesir sudah ada undang-undang pelarangan penculikan dan penjualan manusia, dalam bahasa sekarang disebut dengan Trafficking (Perdagangan manusia), ini merupakan tindakan yang tidak menghargai teman atau manusia, karena telah melakukan penindasan dan perampasan HAM. Tuhan menginginkan agar manusia itu berada dalam kebebasan, yang akhirnya manusia itu sendiri jugalah yang menciptakan kebebasan bukan penindasan, apa lagi sebagai orang yang percaya kepada Kristus yang datang ke dunia untuk memberikan kebebasan yang telah dibelenggu dosa, hendaklah kita juga memberikan perhatian tentang menghargai teman agar jangan sampai jatuh ke dalam dosa yaitu dengan menghimbau agar jangan menindas sesama apa lagi menjadi pelaku trafficking. Dengan saling menghargai, hidup menjadi lebih damai dan jauh dari konflik sosial dalam bentuk apapun. Roma 8:21 “tetapi dalam pengharapan, karena mahluk itu sendiri juga akan dimerdekakan dari perbudakan kebinasaan dan masuk ke dalam kemerdekaan kemuliaan anak-anak Allah”

 

Pdt Julianus Barus

GBKP Bandung Pusat

 

Info Kontak

GBKP Klasis Bekasi - Denpasar
Jl. Jatiwaringin raya No. 45/88
Pondok Gede - Bekasi
Indonesia

Phone:
(021-9898xxxxx)

Mediate

GBKP-KBD