SUPLEMEN PA MORIA TANGGAL 08-14 MEI 2022, 1 SAMUEL 31:1-5
Tema : Rukur Si Mehuli
Tujun : Gelah Moria:
- Ngasup ngidah kebiaren Saul ngalaken bangsa Pilisti
- Tek maka lit serpang pulah ibas kerina perbeben
Metode PA : Studi Kasus
1. Paulus pernah berkata di dalam Galatia 2:20 “namun aku hidup, tetapi bukan lagi aku sendiri yang hidup, melainkan Kristus yang hidup di dalam aku....” sesuatu yang kontras dengan apa yang sedang dialami oleh Saul sejak 1 Samuel 28:16 28:16 “...padahal TUHAN telah undur dari padamu...”. Memang Tuhan sendiri yang memilih Saul menjadi raja atas Israel tetapi Raja yang sesungguhnya tetaplah Tuhan. Keserakahan kekuasaan membuat Roh Allah undur dari Saul. Menjadikan Saul sendiri dipimpin oleh keinginan dirinya sendiri, menjadikan Saul dipimpin oleh pikiran dan kehendaknya sendiri. Ketika manusia dipimpin oleh keinginan dirinya sendiri maka akan membuahkan kejahatan, persis seperti yang dinyatakan dalam Kej. 6:5 “..segala kecenderungan hatinya selalu membuahkan kejahatan semata-mata.” Undurnya Tuhan dari diri Saul adalah penyebab suramnya masa depan Saul, baik bagi dirinya sendiri, keluarganya serta bangsa yang dipimpinya. Saul oleh karena dipimpin oleh pikirannya sendiri menjadi lupa bahwa Israel adalah milik Allah, bukan kepunyaannya.
2. Memulai bersama Tuhan, tetapi tidak konsisten. Inkonsistensi Saul dalam perjalanan kepemimpinannya terhadap Allah membuat Tuhan undur dari dia. Dinyatakan di dalam nats ini terjadi peperangan antara bangsa Filistin dan Israel dibawah kepemimpinan Saul menyebabkan bangsa Israel mati terbunuh di pegunungan Gilboa dan bahkan melarikan diri. Dalam banyak teks di Perjanjian Lama menunjukkan bahwa ketika Tuhan tidak turut serta memberi dukungan kepada Israel maka kekalahan sebagai ganjarannya. Demikian juga di dalam nats ini. Penyebab satu-satunya kekalahan bangsa Israel adalah ke-alpa-an dukungan dari Allah. Dan hal ini terjadi karena Saul itu sendiri.
3. Situasi mengintimidasi pikiran Saul yang membuatnya frustasi. Kekalahan sudah di depan mata, membuat Saul tidak bisa lagi berpikir jernih. Sama sekali tidak ada lagi pikiran untuk memohon pengampunan dan perlindungan dari Tuhan. Pilihan untuk datang kepada Tuhan tidak ada lagi di dalam “kamus” Saul. Saul dikalahkan oleh situasi, padahal sebenarnya ada Tuhan yang melampaui dan berkuasa atas segala situasi (YAHWE ZEBAOTH- TUHAN MAHA KUASA).
4. Kematian anaknya Yonatan, Abinadab, dan Malkisua dalam pertempuran tersebut memperberat situasi. Secara dunia, tidak ada orangtua yang siap jika anaknya mati mendahului dirinya. Tetapi ini yang terjadi di dalam nats ini. Ketiga anak Saul tersebut mati (mungkin di depan matanya) oleh karena ambisinya sendiri.
5. Bunuh diri adalah pilihan Saul ketika situasi mengancam. Saul ditengah situasi yang “kacau” pada waktu itu, tetapi masih memikirkan kehormatan dirinya sendiri, namun tidak memikirkan Allah. Itulah pikiran yang telah dibutakan oleh keinginan, dibutakan oleh dunia ini. Kehormatan dia mau jaga sampai akhir hidupnya, tetapi Allah tidak terlintas dalam pikiranya.
Kekalahan sudah di depan mata, hidupnya terancam telah semakin dekat, Saul tahu kondisi itu. Maka ia pun berpikir pendek/ sempit dengan cara mengakhiri hidupnya dengan bunuh diri. Ketika pembawa senjatanya tidak mau mengikuti perintah Saul untuk menghunuskan pedangnya dan menikan Saul, maka Saul sendiri akhirnya melakukannya. Dia memilih untuk menghakhiri hidupnya dengan yang menurutnya terhormat padahal ujungnya tidak terhormat. Buktinya, orang Filistin kemudian memenggal kepala Saul (ay. 9) dan memakukan mayat Saul di tembok kota Bet-Sean (ay. 10). Pilihan untuk mati dengan hormat, tetapi kenyataannya berakhir dengan memalukan.
Pilihan untuk bunuh diri bukan pilihan yang dikehendaki Allah. Tetapi oleh karena pikiran Saul telah dikuasai oleh dirinya sendiri bukan lagi Tuhan, maka pilihan itu menurutnya yang terbaik. Bahkan bunuh diri tersebut menular kepada pembawa pedangnya (bandingkan di beberapa kasus belakangan ini yang memilih bunuh diri satu keluarga karena permasalahan satu dan lain hal).
6. Kekalahan, pergumulan, tantangan, penderitaan serta yang lainnya adalah sesuatu yang bisa saja terjadi kepada siapapun, tetapi bagaimana menyikapi dan bersama siapa kita melaluinya adalah sesuatu yang sangat penting. Lari dari masalah bukan solusi, apalagi lari dari Tuhan ketika ada masalah. Di tengah krisis kita sangat membutuhkan penyertaan Tuhan, jangan andalkan diri sendiri yang bisa berakhir seperti Saul.
7. Realisme, nyata sebagai orang percaya, sesuatu yang jujur bukan ilusi. Tuhan Yesus tidak pernah menjanjikan hal-hal yang baik-baik saja menjadi pengikut-Nya. Ada resiko, tantangan yang akan dihadapi, ini dikatakan supaya jangan kecewa. Tetapi di atas segalanya, Tuhan menjanjikan penyertaan (ingat, lagu pop rohani “bersamaMu Tuhan kulewati semua”). Tantangan akan ada, biarlah pikiran kita dikuasai oleh Tuhan, sehingga kita mampu berpikir tenang di kala pergumulan ada.
8. Sadarkah kita bahwa kondisi pikiran/ perukurenta mempengaruhi semua aspek hidup kita? Jelas ada hubungan antara pikiran dan tubuh kita. Psikosomatis terdiri dari dua kata, pikiran (psyche) dan tubuh (soma). Gangguan psikosomatis adalah penyakit yang melibatkan pikiran dan tubuh, di mana pikiran memengaruhi tubuh hingga penyakit muncul atau menjadi bertambah parah. Istilah gangguan psikosomatis digunakan untuk menyatakan keluhan fisik yang diduga disebabkan atau diperparah oleh faktor psikis atau mental, seperti stres dan rasa cemas. Beberapa penyakit tertentu memang terbukti dapat diperberat oleh kondisi mental seseorang. Misalnya pada penyakit psoriasis, tukak lambung, tekanan darah tinggi, diabetes, dan eksim. Kondisi penyakit tersebut tak jarang akan kambuh atau semakin berat ketika penderitanya mengalami stres atau cemas (alodokter.com// penyakit karena psikosomatis).
9. World Health Organization (WHO) membuat defenisi universal yang menyatakan bahwa pengertian sehat adalah suatu keadaan kondisi fisik, mental, dan kesejahteraan sosial yang merupakan satu kesatuan dan bukan hanya bebas dari penyakit atau kecacatan. Maka ada tiga komponen penting yang merupakan suatu kesatuan dalam defenisi sehat yaitu: sehat jasmani, sehat mental, dan sehat spritual. Sedangkan menurut Kemenkes dalam UU No. 23 tahun 1992 merupakan keadaan normal dan sejahtera anggota tubuh, sosial dan jiwa pada seseorang untuk dapat melakukan aktifitas tanpa gangguan yang berarti dimana ada kesinambungan antara kesehatan fisik, mental dan sosial seseorang termasuk dalam melakukan interaksi dengan lingkungan.
10. Maka penting untuk kita pikirkan bahwa kkhawatiran sering sekali merampas kebahagiaan, sehingga sangat mempengaruhi kesehatan kita. Padahal, Tuhan telah mengundang kita dalam 1 Pet. 5:7 “Serahkanlah segala kekuatiranmu kepada-Nya, sebab Ia yang memelihara kamu.” Perlu juga kita menyerahkan kekhawatiran kepada Tuhan lewat doa, permohonan dan disertai ungkapan syukur. Karena doa seharusnya tidak hanya ungkapan keluhan saja kepada Tuhan juga kita harus mampu bersyukur mengingat kebaikan Tuhan. Orang yang kurang bersyukur biasanya adalah orang yang suka mengeluh, orang yang mengeluh umumnya kurang berpengharapan dan sering putus asa. Pengharapan juga sangat penting bagi kesehatan kita. Pengharapan kita akan pemeliharaan Tuhan adalah pasti dan sifatnya melampaui akal kita.
11. Kesehatan dan pemikiran sangat terkait erat. Maka berikanlah pikiran kita dikuasai oleh Tuhan, supaya diri kita tidak dipimpin oleh pikiran kita sendiri, melainkan Tuhan yang memimpinya.
Ukurken simehuli man kalak sideban, kita pe reh sehatna. Ukurken si jahat man kalak sideban, kita pe la tenang erbahanca turah pinakit. Coba pergermetken!
Salam
Pdt. Dasma Sejahtera Turnip-GBKP Rg. Palangka Raya