SUPLEMEN PJJ TANGGAL 23-29 JANUARI 2022, KEJADIN 41:37-43

ANAK SI NGUDA JADI PASU-PASU (Kejadin 41:37-43)

(Evaluasi Sasaran Program GBKP Tahun 2021)

 

PENGANTAR

Evaluasi program penting untuk melihat seberapa jauh program yang telah direncanakan dapat dilaksanaan dengan baik. Dengan dilaksanakannya evaluasi terhadap program yang telah direncanakan sebelumnya, maka pernyataan “program tinggal program” dapat dihindari. Seberapa jauh keberhasilan suatu program dapat dilihat dari tema dan tujuan (sasaran) yang ingin dicapai ketika program itu dirancang. Tema program tahun pelayanan GBKP tahun 2021 adalah “Generasi muda menjadi berkat”. Sampai sejauh mana keberhasilan tahun program pelayanan GBKP tahun 2021 tersebut, dan apa kaitannya dengan tema dan bahan PJJ perdana? Inilah yang akan kita renungkan bersama-sama pada kesempatan ini.

ISI

Dikisahkan di dalam bahan PJJ kali ini, setelah beberapa tahun berada di Mesir karena dijual oleh saudara-saudaranya kepada orang Ismael, Yusuf menjadi budak. Ia menjadi pelayan di rumah Potifar, seorang pegawai istana Firaun. Tahun-tahun penuh penderitaan harus dialami Yusuf, mulai dari dijual sebagai budak, difitnah oleh istri Potifar, dan dilupakan oleh juru minuman yang telah dibantunya mengartikan mimpinya sehingga ia bebas dari penjara (ps. 40:23). Semua penderitaan itu membentuk Yusuf menjadi pribadi yang rendah hati dan bergantung kepada Allah. Tanpa berusaha memuliakan diri sendiri, Yusuf dengan rendah hati mengakui bahwa kemampannya membaca peristiwa di masa mendatang berasal dari Allah sendiri (Kej. 41:16, 28).

Berkat kesabaran dan penyerahan diri pada Allah itulah, akhirnya Yusuf menerima kemuliaan yang Allah berikan melalui Firaun menurut waktu yang ditetapkanNya. Yusuf diundang ke istana untuk mengartikan mimpi yang menggelisahkan Firaun. Yusuf pun menjelaskan arti mimpi Firaun. Setelah itu ia memberikan solusi agar Firaun mencari dan mengangkat seorang yang berakal budi dan bijaksana untuk mengatasi masa-masa sulit yang akan dihadapi bangsa Mesir. Yusuf mengusulkan agar menyimpan persediaan gandum sebanyak-banyaknya ketika masa tujuh tahun kelimpahan, sehingga ketika datang masa pacekelik selama tujuh tahun, tidak ada satu pun yang kelaparan karena persediaan bahan makanan untuk negeri Mesir dan sekitarnya sangat melimpah.

Usul Yusuf dipandang baik oleh Firaun dan semua pegawainya. Akhirnya Firaun pun memutuskan bahwa orang yang paling tepat untuk mengatasi masa-masa sulit yang akan dihadapi oleh bangsa Mesir sekaligus menjadi orang nomor dua di bawahnya adalah Yusuf sendiri. Selain berakal budi dan bijaksana, jelas Firaun sendiri mengatakan, “Mungkinkah kita mendapat orang seperti ini, seorang yang penuh dengan Roh Allah?” (bhs. Karo, “Labo lit dat kita jelma tersikapen asang Jusuf enda, sekalak si lit Kesah Dibata i bas dirina jine”). Hal ini sungguh merupakan kenyataan yang mencengangkan sekaligus mengagumkan karena dari mulut seorang kafir keluar pengakuan tentang karya kepemimpinan Allah yang besar di dalam diri orang yang berserah seperti Yusuf.

Karya dan kehadiran Roh Allah sedemikian bersinar di dalam diri Yusuf sehingga orang yang menyaksikannya dapat dengan tepat menyimpulkan dari mana semua yang dimiliki oleh Yusuf (bdk. pengakuan Nebukadnesar tentang Daniel di dalam Daniel 4, 9, 5:11). Poin ini penting bagi kita, karena banyak sekali orang yang ingin sukses, menduduki suatu jabatan tinggi tetapi dicapai dengan menggunakan cara-cara yang tidak baik, seperti menggunakan uang sogok, KKN, lobi-lobi transaksional, dsb. Tidak heran bila kepemimpinan yang dicapai dengan cara-cara yang tidak baik seperti itu akan menghasilkan kehancuran. Oleh karena itu, siapapun kita, bila kita ingin menjadi pemimpin yang baik, tunduklah kepada kuasa Roh Allah, dan takutlah kepada Tuhan melebihi takut kepada manusia.

Semenjak saat itu, Yusuf yang masih muda itu sungguh-sungguh menjadi orang yang berguna bagi kerajaan Mesir dan bangsa-bangsa lain di sekitarnya. Yusuf menjadi berkat bagi banyak orang. Yusuf tetap menjalankan tugas dan tanggung jawabnya dengan sebaik-baiknya.

APLIKASI

“Generasi muda menjadi berkat” merupakan tema tahun pelayanan GBKP tahun 2021. Tujuan yang ingin dicapai secara umum adalah agar jemaat GBKP mulai dari usia anak kecil sampai PERMATA, benar-benar menjadi berkat bagi semua orang di rumah, gereja, dan lingkungannya. Kita patut bersyukur karena Pandemi Covid-19 sedikit banyak telah ikut berperan di dalam keberhasilan pencapaian tema tahun pelayanan GBKP tahun 2021. Pandemi Covid-19 telah mengkondisikan generasi muda GBKP untuk benar-benar terlibat di dalam pelayanan. Di beberapa gereja ada banyak anak muda (PERMATA) terlibat aktif menjadi tenaga IT untuk mempersiapkan dan melaksanakan ibadah secara online, live streaming, rekaman video, dsb.

Walaupun tema “Generasi muda menjadi berkat” telah berlalu, namun tema dan bahan PJJ perdana tahun 2022 ini mengingatkan kita untuk tetap memberikan ruang kepada generasi muda GBKP sehingga mereka tetap menjadi berkat di manapun mereka berada. Kunci menjadi berkat adalah tetap hidup di dalam takut akan Tuhan, sebagaimana yang diteladankan Yusuf di dalam perikop Alkitab pada kesempatan ini. “Generasi muda menjadi berkat” harus tetap menjadi concern GBKP karena masa depan GBKP terletak di tangan generasi muda kita.

GBKP harus tetap memberi ruang seluas-luasnya kepada orang-orang muda (KAKR, PERMATA, dan pasutri muda) untuk berperan aktif di tengah gereja. Berikanlah kesempatan dan biasakanlah mereka dari sejak kecil untuk aktif terlibat dalam pelayanan di gereja, sehingga tumbuh dalam diri mereka cinta Tuhan dan cinta gereja. Anak-anak diberikan kesempatan untuk mengembangkan talentanya melalui persembahan Vocal Group, Paduan Suara, bermain musik, tarian-tarian, puisi, dsb., di dalam ibadah Minggu termasuk acara-acara gerejawi (Natal, Paskah, HUT Gereja, dsb.). Kehadiran guru-guru KAKR lebih diarahkan sebagai pendamping dan melatih anak-anak kita agar mempunyai keberanian dan percaya diri.

Demikian halnya dengan PERMATA dan Pasutri Muda. Kebiasan gereja kita, ketika sudah ada orang yang dipandang cakap dan berpengalaman di dalam mengatur suatu kegiatan, menjadi panitia, maka yang terjadi, orang-orang itu saja yang diberi peran dan kurang memberi kesempatan kepada yang lain seperti PERMATA dan Pasutri Muda. Kuncinya adalah, berikan kesempatan, ajarkan mereka untuk mampu melakukan, ajak mereka untuk berlatih dan lakukan regenerasi. Sehingga setiap warga jemaat bukan objek tetapi subjek dalam kehidupan bergereja (wujud gereja yang ideal poin 1).

Tuhan selalu memberikan kesempatan kepada generasi muda untuk tetap menjadi berkat. Namun ketika majelis gereja, jemaat atau orang tua, sudah memberikan kepercayaan kepada generasi muda untuk berkreasi, melayani, dan menjadi berkat, maka generasi muda pun harus sungguh-sungguh bertanggung jawab menerima peran itu. Jangan sampai terjadi generasi muda kurang mampu mengatur waktu sehingga ada salah satu tanggung jawab yang dilalaikan, misalnya kuliah tidak selesai-selesai dengan alasan aktif pelayanan di gereja. Tanggung jawab di rumah dilalaikan dengan alasan melayani di gereja, dsb. Hiduplah dalam pimpinan Roh Allah, berakal budi dan bijaksana seperti Yusuf. Tuhan memberkati generasi muda untuk selalu menjadi berkat dalam hidupnya.

Pdt. Larena br. Sinuhadji - GBKP Rg. Cikarang

 

Info Kontak

GBKP Klasis Bekasi - Denpasar
Jl. Jatiwaringin raya No. 45/88
Pondok Gede - Bekasi
Indonesia

Phone:
(021-9898xxxxx)

Mediate

GBKP-KBD