Khotbah Minggu 22 Januari 2017
KHOTBAH MINGGU 22 JANUARI 2017
Invocatio : Lakukanlah Kebajikan Kepada HambaMu ini supaya aku hidup dan aku hendak berpegang pada firmanMu (Mazmur 119:17)
Bacaan : Mazmur 27:1,4-9 (Responsoria)
Khotbah : Matius 4:18-25 (Tunggal)
Tema : IKUTLAH AKU
I. KATA PENGANTAR
Ada lagu anak Sekolah minggu yang mengatakan bahwa “MENGIKUT YESUS KEPUTUSANKU, MENGIKUT YESUS KEPUTUSANKU, MENGIKUT YESUS KEPUTUSANKU, KUTAK INGKAR KU TAK INGKAR. TETAP KUIKUT WALAU SENDIRI, TETAP KUIKUT WALAU SENDIRI, TETAP KUIKUT WALAU SENDIRI, KU TAK INGKAR KUTAK INGKAR. Syair lagu ini sangat indah dan memiliki makna kesetiaan yang tersirat di dalamnya. Begitu juga dalam pelaksanaan pentahbisan Pendeta, Pertua-Diaken dan pengurus-pengurus yang dilantik bahkan ketika jemaat menerima tanda sidi secara umum mudah sekali mengiyakan apa yang ditanyakan oleh Pendeta pada saat pelaksanaan pentahbisan atau pelantikan atau pada saat menerima tanda sidi. Setiap pertanyaan yang ditanyakan pendeta secara serentak pasti memiliki jawaban yang sama bahwa semua yang ditanyakan akan dilakukan dengan sungguh-sungguh. Akan tetapi setelah ditahbiskan atau dilantik dalam pelaksanaannya tidak seperti janji yang diucapkan di hadapan jemaat dan di hadapan Tuhan. Oleh sebab itu pada kenyataannya banyak sekali pelayan-pelayan Tuhan dan jemaat Tuhan yang meninggalkan pelayanan dan banyak jemaat Tuhan yang tidak lagi setia beribadah kepada Tuhan.
Firman Tuhan Minggu ini mau memberikan pemahaman bagi kita semua bagaimana searusnya orang yang telah dipilih Tuhan tetap setia mengikutnNya..
II. PENJELASAN TEKS ALKITAB
Melalui Nas ini diceritakan kepada kita bagaimana pemanggilan Yesus terhadap murid-muridNya. Dengan kemenangan-Nya atas pencobaan, Yesus memasuki pelayanan-Nya dengan 3 tindakan awal yang sangat indah. Pertama, Yesus kembali ke Galilea untuk memulai pelayanan-Nya bukan menghindari bahaya sebab penangkapan Yohanes menandakan bahwa pelayanan Yohanes sudah selesai. Kedua, pemanggilan murid-murid-Nya yang pertama merupakan pernyataan pola kerja Allah yang berbeda dengan manusia. Di dalam tradisi Yudaisme, para murid memilih gurunya sedangkan Yesus memanggil mereka yang Ia inginkan. Ketiga, mukjizat yang dilakukan oleh Yesus menegaskan bahwa Ialah utusan Allah. Hal penting lainnya dari mukjizat Yesus adalah mukjizat tidak dibuat untuk meringankan pekerjaan-Nya namun bagi kepentingan orang lain karena itulah mukjizat yang dilakukan seringkali berupa penyembuhan dari penyakit dan kelemahan fisik. Ini semua dilakukan untuk menyatakan belas kasihan Allah kepada manusia.
Empat murid pertama yang disebutkan pada nas hari ini memiliki profesi sebagai nelayan. Mereka adalah orang yang biasa bekerja di tengah ombak dan badai untuk mencapai hasil yang mereka harapkan dapat memenuhi kebutuhan hidup mereka. Entah sudah berapa lama mereka menjadi nelayan, tetapi ketika Yesus datang memanggil mereka menjadi penjala manusia, mereka segera meninggalkan jala dan perahu untuk mengikut Dia (ayat 19-20). Mereka alih profesi karena dipanggil secara khusus untuk memberitakan Injil keselamatan. Ini adalah hak yang begitu istimewa. Manusia yang lemah dan berlatar belakang biasa, dipanggil dan dijadikan alat yang dipakai-Nya untuk kepentingan Kerajaan Allah.
Cara pemanggilan Yesus terhadap murid-muridNya sungguh luar biasa. Tempat mereka dipanggil -- di Danau Galilea, di mana Yesus berjalan. Di tepi danau ini, Kristus suka berjalan sambil merenung. Ke sinilah Ia pergi untuk memanggil murid-murid-Nya. Jelas bahwa Kristus tidak melihat seperti cara manusia melihat. Allah telah memilih orang-orang yang dianggap miskin oleh dunia ini.
Galilea merupakan daerah terpencil, penduduknya kurang terpelajar dan kurang halus, tutur kata mereka kasar, tidak sopan, dan dianggap aneh, asal usul mereka nyata dari bahasa mereka. Mereka yang terpilih di tepi Danau Galilea ini bahkan tidak mendapat keuntungan dan kesempatan untuk berkembang seperti orang-orang Galilea lain yang lebih terpelajar. Namun, justru ke situlah Yesus pergi untuk memanggil rasul-rasul-Nya yang kelak akan menduduki jabatan sebagai menteri-menteri utama dalam Kerajaan-Nya, sebab mereka yang bodoh bagi dunia, dipilih Allah untuk memalukan orang-orang yang berhikmat.
Siapa sebenarnya murid-murid yang dipilih Yesus? Dalam ayat-ayat ini diceritakan tentang panggilan terhadap dua pasang saudara, yakni Petrus dan Andreas, Yakobus dan Yohanes. Kedua saudara yang disebut pertama, dan barangkali juga yang disebut belakangan, sudah pernah berjumpa dengan Kristus sebelumnya (Yoh. 1:40-41), namun baru sekarang inilah mereka dipanggil untuk menyertai Dia secara dekat dan terus-menerus. Perhatikanlah, Kristus secara bertahap membawa jiwa-jiwa yang miskin ke dalam persekutuan dengan diri-Nya. Sebelumnya mereka merupakan murid-murid Yohanes Pembaptis, sehingga karena itu lebih berpeluang mengikut Kristus. Perhatikanlah, orang-orang yang telah menyerahkan diri dalam pertobatan akan penuh dengan sukacita iman.
Mengenai murid-murid ini kita mengamati bahwa mereka bekerja sebagai nelayan. Sebagai nelayan:
- Mereka adalah orang-orang miskin. Seandainya mereka memiliki tanah luas atau banyak ternak, mereka tidak akan menangkap ikan untuk dijual, tetapi hanya untuk rekreasi........
- Mereka adalah orang-orang yang tidak terpelajar, tidak dibesarkan melalui buku atau sastra seperti halnya Musa, yang terbiasa dengan pengetahuan orang-orang Mesir.
- Mereka adalah pekerja yang dididik untuk bekerja keras.
- Mereka orang-orang yang terbiasa menghadapi kesukaran dan bahaya. Pekerjaan penjala ikan lebih berat dan berbahaya dibandingkan pekerjaan lain. Para nelayan sering kali harus berbasah-basah dan kedinginan. Mereka harus bersiaga, menanti, bekerja keras, dan sering menghadapi bahaya di tengah laut.
Apa panggilan yang ditujukan kepada mereka (ay. 19). Kata yang diucapkan Yesus “Mari, ikutlah Aku, dan kamu akan Kujadikan penjala manusia” menyatakan bahwa sebelum itu, mereka pernah mengikut Kristus sebagai murid biasayakni sebagai murid Yohanes (Yoh. 1:37). Akan tetapi, sekarang, agar mereka bisa mengikut Kristus dan mematuhi panggilan mereka juga, mereka dipanggil ke dalam suatu persekutuan yang lebih dekat dan terus-menerus dengan Dia, dan oleb sebab itu, mereka harus meninggalkan pekerjaan menangkap ikan. Perhatikanlah, bahkan mereka yang telah dipanggil untuk mengikut Kristus pun perlu dipanggil agar terus mengikuti-Nya, mengikuti-Nya dengan lebih dekat, terutama jika mereka ditetapkan untuk bekerja dalam pekerjaan pelayanan.
Tujuan Kristus bagi murid-muridNya adalah dengan mengatakan “Kamu akan Kujadikan penjala manusia”. Hal ini berkaitan dengan pekerjaan mereka yang lama, agar mereka tidak menjadi sombong karena kehormatan yang baru ditetapkan bagi mereka itu, dan karena itu biarlah mereka tetap menjadi penjala, agar mereka tidak takut pada pekerjaan baru yang diberikan kepada mereka itu, sebab mereka sudah terbiasa menjala, dan masih melakukannya.
Para hamba Tuhan adalah penjala manusia, bukan untuk membinasakan, melainkan untuk menyelamatkan mereka, dengan jalan membawa mereka kepada kehidupan yang lain. Mereka harus menjala, bukan menghukum, bukan mencari kekayaan, kehormatan, dan kedudukan tinggi, ataupun untuk mendapatkan mereka bagi keuntungan diri sendiri, melainkan bagi jiwa-jiwa, untuk dibawa kepada Kristus. (bnd. Ibr. 13:17, 2Kor. 12:14).
Apa yang harus mereka lakukan untuk mengikuti ajakan, "Ikutlah Aku." mereka harus mengikuti teladan-Nya untuk menjadi rendah hati, dan mengikuti Dia sebagai Pemimpin mereka. Perhatikanlah:
- Orang-orang yang dipekerjakan Kristus untuk melayani-Nya harus dibentuk supaya cocok dan memenuhi syarat bagi pelayanan itu.
- Orang-orang yang akan memberitakan tentang Kristus, harus terlebih dulu belajar tentang dan dari Kristus. Bagaimana kita bisa berharap membawa orang lain mengenal Kristus, bila kita sendiri tidak mengenal-Nya dengan baik?
- Orang-orang yang ingin mengenal Kristus harus bertekun dan senantiasa hadir bersama-Nya. Para rasul dipersiapkan untuk pekerjaan mereka dengan cara senantiasa datang berkumpul selama Tuhan Yesus bersama-sama dengan mereka (Kis. 1:21). Tidak ada pembelajaran apa pun yang bisa dibandingkan dengan apa yang didapatkan selama mengikuti Kristus. Yosua, dengan melayani Musa, menjadi cocok untuk menggantikannya.
- Orang-orang yang hendak menjala manusia harus mengikuti Kristus dalam pekerjaan itu, dan melakukannya seperti Kristus, dengan ketekunan, kesetiaan, dan kelembutan. Kristus merupakan teladan terbesar bagi para pengkhotbah, dan sudah sepatutnya mereka semua menjadi teman-teman sekerja.
III. APLIKASI
Pengenalan kita akan Tuhan akan menentukan sikap kita dalam mengikut Yesus. Kegagalan murid-murid Yesus dalam mengikut Yesus adalah karena pengenalan mereka akan Yesus tidak benar. Pengenalan murid-murid Yesus akan diri Yesus adalah Mesias yang diutus Allah untuk menjadi raja di tengah-tengah dunia ini untuk menyelamatkan setiap orang yang percaya. Pemahaman yang seperti inilah yang membuat murid-murid Yesus mempersoalkan siapa yang paling besar diantara mereka. Ada pengharapan bagi mereka ketika Yesus menjadi raja di dunia maka mereka akan mendapatkan posisi yang strategis dalam pemerintahan Yesus di dunia ini.
Melalui firman Tuhan ini kita diingatkan agar seorang pelayan Tuhan dan pengikt Kristus harus belajar mengenal Tuhan dengan benar agar kita mampu tetap setia mengikut Yesus. Kita juga tahu apa yang diinginkan Tuhan dalam hidup kita dan bagaimana Tuhan bekerja untuk membebaskan kita dari pergumulan hidup kita. Tuhan tidak memilih kita karena kita kaya, pintar, tampan, cantik, tapi Tuhan memilih kita karena kita dilayakkanNya. Oleh sebab itu bagaimanapun keadaan kita tetaplah setia kepada Tuhan dan setia melakukan tugas yang telah Tuhan berikan dalam hidup kita. Kita harus tetap mengandalkan Tuhan dalam hidup kita untuk melindungi kita dalam menghadapi setiap tantangan dalam pekerjaan Tuhan. Dalam kitab Mazmur 27:1, 4-9 dikatakan bahwa pemazmur menyatakan dengan tegas bahwa Tuhan adalah terang, keselamatan, dan benteng hidupnya. Maka, ia tidak usah takut akan musuh seperti apa pun karena kepercayaannya bahwa Tuhan adalah perlindungannya (ayat 1-3). Lebih dari pada itu, pemazmur yakin bahwa tempat paling aman adalah rumah Tuhan, yaitu kehadiran Tuhan dalam hidupnya karena di hadirat Tuhanlah pemazmur terlindungi dari mara bahaya (ayat 4-6). Maka, dengan mantap pemazmur menaikkan doa permohonannya agar Tuhan segera menyelamatkan dia (ayat 7), dan jawaban Tuhan tidak jauh dari keyakinannya, yaitu agar pemazmur mencari wajah-Nya (ayat 8), maksudnya tentu belajar dari firman- Nya.
Maka, pemazmur meminta dengan sungguh-sungguh agar Tuhan mengajarnya supaya ia semakin yakin akan perkenanan Tuhan atasnya (ayat 7-10). Permohonan pemazmur semakin mendesak karena desakan dari para musuh yang telah memfitnahnya dan ingin menghabiskannya. Namun, pemazmur tetap berpegang pada kepercayaannya, yaitu Tuhan yang akan menyelamatkannya. (ayat 11-13) Mazmur ini ditutup dengan ajakan untuk menantikan Tuhan (ayat 14). Pemazmur mempercayakan hidupnya ke tangan Tuhan, yang diyakininya sebagai perlindungan sejati. Hadirat Tuhan adalah tempat perlindungan yang paling aman. Bila Tuhan yang melindungi, tidak ada musuh yang dapat mengganggu.
Tetaplah mohon kekuatan yang datangnya dari Tuhan supaya kita dilayakkan untuk tetap setia mengikut dia setiap saat. Seperti apa yang dinyatakan Daud lewat Mazmur 119: 17 bahwa bahwa kita berutang kepada belas kasihan Allah untuk hidup kita. Daud berdoa, lakukanlah kebajikan kepada hamba-Mu ini, supaya aku hidup. Kebajikan Allah-lah yang memberi kita kehidupan ini, dan kebajikan yang sama itulah membuat hidup itu berlanjut, serta memberi semua dukungan dan penghiburan darinya.
Bahwa karena itulah kita harus menggunakan kehidupan kita ini dalam pekerjaan Allah. Hidup ini belas kasihan Allah, sebab hidup merupakan kesempatan untuk menaati Allah di dalam dunia ini, di mana hanya ada sedikit saja orang yang mau sungguh-sungguh mempermuliakan Dia di sini. Inilah yang ada dalam pandangan Daud, “Bukan supaya aku hidup dan menjadi kaya, hidup dan bersuka ria, melainkan supaya aku hidup dan berpegang pada firman-Mu, dapat melakukannya sendiri dan menurunkannya kepada angkatan yang akan datang, sehingga kalau semakin panjang umurku, akan semakin baik pula aku melakukannya.” Amin
Pdt. Jaya Abadi Tarigan, S.Th
GBKP Bandung Pusat