Khotbah Minggu 14 Januari 2018
KHOTBAH MINGGU 14 JANUARI 2018
Invocatio : Aku kap Dibata si meganjang dingen Badia si erkuasa seh rasa lalap. (Yes. 57:15a)
Ogen : Johanes 10:24-30
Khotbah : Keluaren 6:1-7
Tema : Dibata Si Erkuasa Nelamatken Kita
- Pengantar
Paulus menegaskan dalam I Kor. 8:4b "tidak ada berhala di dunia dan tidak ada Allah lain dari pada Allah yang esa." (Bdk. Mzm 115:4-8). Di berbagai tempat di dalam Alkitab menegaskan tentang “ketiadaan” Allah lain yang berkuasa melebihi Allah yang memperkenalkan diri-Nya kepada bangsa Israel. Yes. 43:10 “Kamu inilah saksi-saksi-Ku," demikianlah firman TUHAN, "dan hamba-Ku yang telah Kupilih, supaya kamu tahu dan percaya kepada-Ku dan mengerti, bahwa Aku tetap Dia. Sebelum Aku tidak ada Allah dibentuk, dan sesudah Aku tidak akan ada lagi.” (Bdk. Yes. 44:6; 45:1; 46:9). “Ketiadaan” bukan berarti sama sekali tidak ada, tetapi tidak memiliki kuasa apa-apa dibanding dengan Allah yang kepada-Nya kita percaya. Di beberapa bagian Alkitab juga menyatakan bahwa Allah tidak memulai memperkenalkan diri-Nya dengan menghancurkan ide-ide allah-allah lain itu ada. Setelah keturunan Abraham menjadi sebuah bangsa, Allah sebenarnya memulai dengan mengajarkan kepada mereka bahwa mereka harus secara khusus setia kepada-Nya. Di dalam perintah pertama dari Sepuluh Perintah, kita diberi tahu bahwa tidak boleh “ada allah lain dihadapan-Nya” (Kel. 20:3), yang tidak menyangkal bahwa kemungkinan allah-allah lain itu ada. Hanya saja mau menunjukkan bahwa allah-allah lain “bergantung” kepada ciptaan-Nya, tetapi Allah yang kita imani bahkan sebaliknya, kita manusialah yang bergantung kepada-Nya.
- Isi
Judul perikopnya adalah "Pengutusan Musa" itu berarti bukan kali pertamanya Tuhan memanggil dan mencoba untuk mengutus Musa. Ada beberapa tahapan alasan Musa menolak panggilan Tuhan:
- Dalam pasal 3:11 “Siapakah aku ini, maka aku yang akan menghadap Firaun dan membawa orang Israel keluar dari Mesir?” Ini merupakan alasan klasik menolak panggilan Tuhan untuk mengerjakan pekerjaan Tuhan, seolah sadar akan keterbatasan tetapi melupakan siapa Tuhan.
- Dalam pasal 3:13 “Tetapi apabila ku mendapatkan orang Israel dan berkata kepada mereka, Allah nenek moyangmu telah mengutus aku kepadamu, dan mereka bertanya kepadaku, bagaimana tentang nama-Nya?”
- Dalam pasal 4:1 “Bagaimana jika mereka tidak percaya kepadaku dan tidak mendengarkan perkataanku, melainkan berkata: TUHAN tidak menampakkan diri kepadamu?"”
- Dalam pasal 4:10 “Ah, Tuhan, aku ini tidak pandai bicara, dahulu pun tidak dan sejak Engkau berfirman kepada hamba-Mu pun tidak, sebab aku berat mulut dan berat lidah."
- Dalam pasal 4:13 “Tetapi Musa berkata: "Ah, Tuhan, utuslah kiranya siapa saja yang patut Kauutus."
Setelah yang penolakan yang kelima, Tuhan murka, maka pergilah Musa ke Mesir.
- Dalam pasal 5:23 “Sebab sejak aku pergi menghadap Firaun untuk berbicara atas nama-Mu, dengan jahat diperlakukannya umat ini, dan Engkau tidak melepaskan umat-Mu sama sekali." Musa meragukan kuasa Tuhan dan bahkan mendesak Tuhan untuk segera melepaskan orang Israel.
- Bahkan di pasal 6:11 “...Orang Israel sendiri tidak mendengarkan aku, bagaimanakah mungkin Firaun akan mendengarkan aku, aku seorang yang tidak petah lidahnya!"
Memang sejak awal Musa bergumul dengan keterbatasannya, tetapi dia lupa akan siapa Tuhan dalam sejarah leluhurnya. Oleh karena telah berulang kali, Tuhan memperkenalkan diri kepada Musa bahwa Dia adalah Allah Abraham, Ishak, dan Yakub. Dengan cara Allah memperkenalkan diri tersebut, itu berarti bahwa Dia tidak berubah (bdk. Ibrani 13:8 Yesus Kristus tetap sama, baik kemarin maupun hari ini dan sampai selama-lamanya). Ia tidak pernah kurang kebenaran atau belas kasihan, atau keadilan atau kebaikan seperti biasanya. Tidak bisa dipungkiri, ketika dalam permasalahan seringsekali kita lupa atau memang “dibuat lupa” siapa itu Allah, sehingga yang muncul adalah perasaan keterbatasan, ketidaksanggupan dsb. Keterbatasan kita, tidak sedikitpun membuktikan bahwa Tuhan kita itu terbatas. Bahkan Paulus menyatakan 2 Kor. 12:9 “... sebab justru dalam kelemahanlah kuasa-Ku menjadi sempurna”.
Allah tidak pernah berhenti menyatakan siapa diri-Nya, supaya Dia semakin dikenal, sehingga di dalam dalam Keluaran 34, kita membaca bagaimana Allah menyatakan nama TUHAN kepada Musa dengan menyatakan beragam sisi dari karakter kudusNya: penyayang dan pengasih, panjang sabar, berlimpah kasihNya dan setiaNya, yang meneguhkan kasih setiaNya kepada beribu- ribu orang, yang mengampuni kesalahan, pelanggaran dan dosa; tetapi tidaklah sekali-kali membebaskan orang yang bersalah dari hukuman, yang membalaskan kesalahan bapa kepada anak-anaknya...."
Pasal 6 ini dimulai dengan dialog Tuhan dengan Musa dan bentuk nats ini diidentifikasi sebagai penyataan keimaman. Ayat pertama dialamatkan kepada Musa, yang menyatakan apa yang telah Tuhan lakukan terhadap para bapa leluhur Israel. Meskipun ayat 1 ini kemungkinan sebagai kesimpulan dari perikop sebelumnya. Dengan mengatakan “Akulah TUHAN” merupakan penegasan ulang dari pasal 3:15 dan penyataan tersebut merupakan tema sentral dari nats ini, yaitu Allah memperkenalkan diri-Nya kepada Musa.
Tuhan mengerti isi hati dan perasaan Musa. Oleh sebab itu Tuhan memberikan JAMINAN, yaitu diri-Nya sendiri dengan tegas Allah berkata, "Akulah TUHAN!" Jaminan yang luar biasa. Jaminan yang diikuti dengan penjelasan Tuhan sendiri mengenai apa yang sudah Tuhan lakukan di dalam sejarah para Bapa Leluhur bangsa Israel.
Menarik untuk kita perhatikan narasi dari Keluaran 3 dimana Musa mendapat panggilan khusus dari Tuhan, dengan segala kelemahan dan kekurangan, Tuhan menyertai Musa. Di dalam Keluaran 4 diakhiri dengan kalimat 31 “Lalu percayalah bangsa itu, dan ketika mereka mendengar, bahwa TUHAN telah mengindahkan orang Israel dan telah melihat kesengsaraan mereka, maka berlututlah mereka dan sujud menyembah.” Ini merupakan respon tua-tua Israel terhadap upaya Musa dan Harun meyakinkan orang Israel. Maka di pasal yang ke 5, pergilah Musa dan Harun menghadap Firaun. Apa yang mereka pikirkan, berbeda jauh dari kenyataan. Sehingga pasal 5 ditutup dengan semacam kalimat kekecewaan kepada Tuhan (ay. 22-23). Bukankah sering terjadi di dalam kehidupan kita hal yang demikian? Tetapi yakinlah akan janji pertolongan Tuhan, sehingga pasal 6 ini dibuka dengan kalimat “Akulah TUHAN.” Dari ayat 1-7 ada empat kali Tuhan mengatakan, “Akulah TUHAN.” Itulah jawaban Tuhan kepada Musa. Tuhan mengingatkan Musa, siapa TUHAN yang dia sembah dan percaya. Kalau kita tahu Ia adalah TUHAN, Allah yang berkuasa, itu jauh dari cukup! Penderitaan tidak akan mengagalkan kasih Tuhan atas hidup kita. Mzm. 126:5 “Orang-orang yang menabur dengan mencucurkan air mata, akan menuai dengan bersorak-sorai.”
Dalam Keluaran 6:5-7 ada tujuh janji yang Tuhan sampaikan kepada Musa. Setelah Tuhan menyatakan diriNya kepada Musa, Tuhan menyatakan segala janjiNya yang akan Ia laksanakan kepada bangsa Israel ini. Janji pertama, “Aku akan membebaskan kamu dari kerja paksa orang Mesir.” Janji kedua, “Aku akan melepaskan engkau dari perbudakan mereka.” Janji ketiga, “Aku akan menebus engkau dengan tangan yang teracung.” Janji keempat, “Aku akan mengangkat kamu menjadi umatKu.” Janji kelima, “Aku akan menjadi Allahmu,” Janji keenam, “Aku akan membawa engkau ke negeri yang Kujanjikan itu.” Janji ketujuh, “Aku akan memberikan tanah itu menjadi milik pusakamu.” Tujuh janji ini indah dan unik adanya, dibuka dan ditutup dengan kalimat materai “Akulah TUHAN.” Namun semua itu menjadi janji yang kosong kalau yang berjanji tidak mampu memenuhi janji itu. Maka kalimat “Akulah TUHAN” menjadi jaminan bahwa janji itu pasti akan ditepatiNya.
Dengan demikian, orang-orang Israel akan mengetahui melalui pengalaman, betapa besar kuasa dan rahmat Allah. Melalui penyataan Allah bahwa Dia adalah Allah Abraham, Ishak dan Yakub, hendak menegaskan bahwa Dia tidak pernah ingkar janji, Dia selalu mengenapi janji-Nya. Sehingga, Musa dapat mengenal Allah yang berfirman kepadanya sebagai Allah para Bapa Leluhur. Dia bukan Allah yang baru atau asing, tetapi Allah yang sudah dikenal, yang akan bertindak dan berkarya untuk pembebasan umat-Nya.
Semua janji Tuhan ini nantinya akan menjadi tema yang berulang lagi di dalam Perjanjian Baru. Kita dibebaskan bukan lagi dari perbudakan dan penjajahan bangsa lain, tetapi kita dibebaskan dari perbudakan dosa. Kita akan dibebaskan dari kuk perhambaan dan perbudakan dosa. Kita akan ditebus. Ditebus berarti ada harga yang dibayar, ada tebusan yang harus dberikan. Maka Yesus Kristus menjadi tebusan/sebagai pengganti kita.
- Aplikasi
- Cara kerja Kerajaan Allah berbeda dengan yang dunia tawarkan. Dunia menawarkan apa yang bisa kita lakukan, tetapi Allah menawarkan apa yang Dia bisa lakukan dari diri kita. Tidak ada yang mustahil bagi Tuhan. Lukas 1:37 Sebab bagi Allah tidak ada yang mustahil." Bdk., Matius 19:26 "Bagi manusia hal ini tidak mungkin, tetapi bagi Allah segala sesuatu mungkin." Sekalipun kita terbatas kita memiliki Tuhan yang kuasanya tak terbatas!
- Sebagaimana Allah memperkenalkan diri kepada Musa, bahwa Dia telah berkarya di dalam sejarah melalui Abraham, Ishak dan Yakub, melalui nama-Nya El-Shaddai, maka nama tersebut juga masih berkuasa hingga saat ini. Roma 4:21b “... bahwa Allah berkuasa untuk melaksanakan apa yang telah Ia janjikan.” Allah kita adalah Allah yang mengatasi sejarah. El-Shaddai disamping menyatakan kemahakuasan Tuhan juga menunjukkan kelembutan Tuhan dalam memelihara kita. Hal itu karena kata Shaddai dan Shad dalam bahasa Ibrani mempunyai arti sama yaitu dada atau buah dada (Kej 49:25; Ayb 3:12; Mzm 22:10). Hal itu menunjukkan bahwa Tuhan itu seperti seorang ibu yang menyusui anaknya dengan lembut dan penuh kasih sayang. Jadi El-Shaddai adalah Tuhan yang Mahakuasa sekaligus lemah lembut dalam memelihara anak-anak-Nya.
- Tuhan sabar dan penuh kasih. Tuhan sama sekali tidak bersikap keras terhadap Musa maupun Israel. Bdk. Maz 103: 8-14 Yes 42:3. Walaupun Musa terus-menerus menolak penugasan dari Tuhan dengan alasan pribadi, tetapi itu tidak Tuhan langsung murka terhadap Musa. Untuk kita renungkan selagi masih ada kesempatan, mari kita datang dan memberi diri kita untuk Tuhan. Yesaya 55:6 “Carilah TUHAN selama Ia berkenan ditemui; berserulah kepada-Nya selama Ia dekat!”
- Mengenal Allah tidak hanya sebatas mengenal di otak saja ataupun sekedar dihafal saja ataupun mengenal Allah bukan sesuatu yang terpisah dengan menyerahkan diri kepada Allah. Untuk kita renungkan, banyak di antara kita menyatakan mengenal Allah tetapi tidak menyerahkan diri kepada pimpinan Tuhan. Hanya Allah yang mampu menyelamatkan kita, sehingga seperti diungkapkan di dalam Yeremia 17:5 “Beginilah firman TUHAN: "Terkutuklah orang yang mengandalkan manusia, yang mengandalkan kekuatannya sendiri, dan yang hatinya menjauh dari pada TUHAN!” dan Yeremia 17:7 “Diberkatilah orang yang mengandalkan TUHAN, yang menaruh harapannya pada TUHAN!”
Pdt. Dasma Turnip, S.Th
GBKP Pontianak